Anda di halaman 1dari 10

KONFLIK ETNIS SAMBAS TAHUN 1999 ARAH DISINTEGRASI BANGSA

Oleh: Eka Jaya PU*


*Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Pontianak
Email. Ekajpu.ikipptk@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini memaparkan kronologis terjadinya konflit antar etnis di Sambas pada tahun 1999 dan
menelaah peran pemerintah serta masyarakat dalam rangka rekonsiliasi konflik. Kajian konseptual yang
dimanfaatkan yakni pendekatan sosial, ekonomi dan politik. Secara struktural konflik antar etnis tidak
terlepas dari keterlibatan pihak tertentu yang menggunakan simbol-simbol etnis yang hidup di masyarakat.
Kalimantan Barat merupakan daerah yang multilkultur dari berbagai macam aspek, dengan rusaknya
simbol-simbol tersebut maka gesekan mudah terjadi dan menimbulkan konflik horizontal. Kompetisi dan
lapangan pekerjaan yang sempit, penguasaan atau monopoli lahan pertanian hingga pemasaran jeruk
Sambas, merupakan awal masalahnya.

Kata Kunci: Konflik Etnis Sambas, Disintegrasi Bangsa.

A. PEN\DAHULUAN menghancurkan struktur dan pilar-pilar


Kalimantan Barat adalah daerah yang kebangsaan atau menuju disintegrasi
memiliki masyarakat, budaya, orang-orang bangsa (Mahfud, 2009:80). Multikulturalisme
heterogen. Selain itu, Kalimantan Barat adalah konsep yang menjelaskan dua
kaya akan sumber alam yang berguna untuk perbedaan dengan makna yang saling
kesejahteraan masyarakatnya. Seiring berkaitan. Multikulturalisme sebagai kondisi
perubahan jaman, apalagi di masa kemajemukan kebudayaan atau pluralisme
globalisasi ini mobilitas masyarakat semakin budaya dari suatu masyarakat (Liliweri,
cepat untuk mendapatkan informasi dari luar 2005:68). Multikultural tidak akan
sehingga memberikan pengaruh yang luar mengganggu keutuhan negara karena
biasa dalam rangka pembentukan karakter, rakyat Indonesia sudah menyadari bahwa
pemikiran dan wawasan seseorang. Ketika kerukunan dalam komunitas lebih
melihat ke belakang, Kalimantan Barat menyenangkan dalam kerjasama (Arif,
salah satu dareah di Indonesia yang sering 2011:5). Seringnya terjadi konflik antar
terjadi peristiwa kerusuhan antar orang- orang-orang pada dasarnya mengganggu
orang. Konflik ini terjadi tidak semata-mata mobilitas sosial, ekonomi, politik dan bahkan
hanya disebabkan oleh faktor ekonomi saja keamanan yang menjadi mahal harganya.
melainkan ada hal lain yang mungkin Kalimantan Barat mengalami konflik antar
merupakan sesuatu yang sensitif, misalnya orang-orang sejak puluhan tahun lalu, yang
penguasaan tanah, pasar, penggantian secara umum mengalami tujuh kali yang
peran kelompok lokal oleh kelompok dimulai pada tahun 1952 di Semalantan,
pendatang ataupun tidak mematuhi aturan 1968 dan 1976 di Sungai Pinyuh, 1977 di
adat yang berlaku di daerah tersebut. Singkawang, 1983 di Sungai Ambawang,
Kondisi multikulturalitas kebangsaan 1993 di kota Pontianak, 1996 di Sanggau
diibaratkan sebagai pedang bermata ganda; Ledo dan yang terakhir di Sambas tahun
di satu sisi merupakan modalitas yang bisa 1999 (Cahyono, 2008:97-98).
menghasilkan energi positif tetapi di sisi lain Konflik antar orang-orang tidak dapat
keanekaragaman yang ada apabila tidak dilepaskan dari realitas sosial sepanjang
dapat dikelola dengan baik maka akan sejarah Kalimantan Barat. Konflik sosial
menjadi ledakan destruktif yang dapat berkali-kali terjadi tercatat sudah dimulai

1
pada tahun 1950-an, khususnya pertikaian B. PENYEBAB TERJADINYA
antara orang-orang Madura melawan orang- KONFLIK ETNIS DI SAMBAS
orang Dayak yang hingga kini nyaris tiada TAHUN 1999
berkesudahan. Sementara di pihak lain, Konflik antar orang-orang di
suku Melayu yang selama ini tidak pernah Kabupaten Sambas sebuah peristiwa di luar
terlibat dalam konflik ternyata harus angkat dan tidak terduga bahwa baru kali ini orang-
senjata bertikai dengan orang-orang orang Melayu terlibat secara lansung dalam
Madura. Konflik ini bersifat murni konflik sebuah konflik terutama dengan orang-
orang-orang bukan merupakan konflik atas orang Madura. Selama ini yang terjadi
kepentingan agama. Konflik yang terjadi konflik antar orang-orang di Kalimantan
terakhir ini adalah di Sambas yakni antara Barat, yang sering bertikai adalah orang-
orang-orang Melayu dengan orang-orang orang Madura dengan orang-orang Dayak.
Madura pada tahun 1999. Dari berbagai macam faktor dan alas an
Menurut asumsi dari berbagai macam penyebab konflik ini terjadi dapat dianalisa
versi yang mungkin masih subjektif karena melalui perspektif struktural.
ketika ditanya mengenai konflik di Sambas Konflik orang-orang Melayu dengan
tahun 1999, berdasarkan pada masing- orang-orang Madura Sambas pada tahun
masing kedua belah pihak maka ada 1999 faktor penyebabnya dapat dilacak
pembenaran dan pembelaan dari masing- mulai tahun 1992. Perselisihan terjadi di
masing kelompoknya sehingga berita dan daerah pedesaan terutama yang dialami
isu yang berkembang masih sulit dipercaya. petani jeruk dari orang-orang Melayu
Konflik yang sudah terlanjur terjadi tentunya melawan perusahaan Bimantara Citra
sangat memilukan karena banyak sekali Mandiri (BCM). Perusahaan yang berusaha
memakan korban jiwa dan harta benda dari memonopoli pemasaran jeruk. Masuknya
kedua belah pihak. Namun yang menjadi perusahaan BCM ternyata mendapat
perhatian adalah sudah terancamnya dukungan dari berbagai pihak salah satunya
stabilitas keamanan, rusaknya jalinan sosial pemerintah dan aparat yang sengaja dalam
yang telah lama dibangun bersama dan monopoli pemasaran jeruk. Mulai sejak
mematikan sektor ekonomi masyarakat itulah masyarakat Sambas terutama dari
Sambas dan sekitarnya yang banyak orang-orang Melayu mengalami krisis
bergerak pada perkebunan, ladang atau ekonomi yang sangat luar biasa.
sawah dan nelayan. Pada saat situasi krisis ekonomi,
Konflik yang terjadi di Kalimantan orang-orang Melayu harus terpaksa
Barat merupakan bahaya laten dan daerah berhadapan dengan tekanan yang datang
ini salah satu wilayah yang paling rawan dari orang-orang Madura. Orang-orang
konflik antar orang-orang. Kehidupan sosial Madura yang merupakan pendatang dinilai
yang cenderung menghidupkan simbolisasi ingin menguasai, mendominasi dengan cara
sebagai identitas masyarakat terkadang kekerasan. Kedatangan orang-orang
menjadi salah satu pemicunya. Secara Madura ke Kabupaten Sambas dari tahun
terbatas dalam kajian ini dibahas secara ke tahun semakin bertambah dan sedikit
kronologis terjadinya konflik orang-orang di demi sedikit meminggirkan orang-orang
Sambas pada tahun 1999 dilihat dari faktor Melayu terutama dalam bidang ekonomi
struktural dan peran pemerintah serta tokoh akibat krisis jeruk yang membuat mereka
masyarakat dalam rangka rekonsiliasi semakin frustasi di tanah kelahirannya
konflik di Sambas. Dengan demikian tujuan sendiri.
kajian ini akan mendeskripsikan secara Aktivitas orang-orang Madura dan
mendalam peristiwa di Sambas pada tahun orang-orang Melayu didasari oleh
1999. persamaan jenis pekerjaan yakni sebagai

2
petani dan memilih bekerja tinggal di daerah disponsori oleh pemerintah. Pola ini pada
pedesaan. Sudagung dalam Haryono dan akhirnya menimbulkan masalah besar
Budi Winarno (2003:679) mengemukankan dalam bidang pertanahan, karena para
penelitian tentang migrasi swakarsa orang transmigran asal Madura adalah para petani
Madura ke Kalimantan Barat menunjukan yang membutuhkan lahan pertanian untuk
bahwa dari sekitar 400 responden orang memulai aktivitas hidupnya. Hubungan
Madura terdapat 317 (79,5%) responden ekonomi antar orang-orang Melayu dengan
tidak sekolah atau buta huruf dan 261 Madura sebagian dari mereka bermula
(65,25%) responden saat datang ke sangat baik. Orang Madura bekerja di kebun
Kalimantan Barat berstatus bujangan dan orang Melayu sebagai penggarap dengan
268 (67%) responden bekerja di tempat asal sistem upah. Namun dalam
sebagai petani, 191 (47,8%) berasal dari perkembangannya hubungan tersebut
Kabupaten Bangkalan dan 205 (52,2) berubah menjadi penggarap yang berusaha
berasal dari Samapang. Saat di daearah menguasai tanah yang digarapnya dan
asal mereka sebagian besar memiliki tanah mengusir majikannya. Hal yang serupa juga
kurang dari 0,05 hektar. terjadi yaitu dengan cara ketika orang
Pekerjaan orang-orang Madura yang Madura bekerja dan suatu saat disuruh
datang ke Sambas sebagian besar berasal pergi maka mereka menolak dengan
dan bekerja sebagai petani dan buruh. berbagai macam dalih. Dalam banyak kasus
Akibat pekerjaan yang dimasuki oleh orang- yang pada akhirnya orang Melayu menjadi
orang Madura sama dengan kegiatan pasrah dan justru tidak terlalu ambil pusing
ekonomi yang telah digeluti oleh orang- dan terpaksa melepaskan hak kepemilikan
orang Melayu ternyata terdapat gejala tanahnya.
perebutan sumber daya ekonomi terutama Sampai menjelang timbulnya konflik
tanah pertanian di daerah pedesaan, pada tahun 1999, orang-orang Madura yang
kompetisi yang tinggi dalam bidang usaha pada saat datang tidak mempunyai lahan
dan persaingan dalam sektor informal. sedikitpun, menurut data Pemda Tingkat II
Munculnya gejala awal dimana orang-orang Kabupaten Sambas berhasil menguasai
Melayu mulai tergusur oleh orang-orang 6.694,78 Ha lahan pertanian dan
Madura. Dengan demikian dalam hubungan perkebunan. Sebagian besar tanah yang
antar orang-orang mingran dan pennduduk dikuasai mereka tidak bersertifikat dan tidak
asli di Sambas terdapat kecenderungan sah status kepemilikannya. Kebanyakan
hubungan ekonomi ke arah sub ordination pemiliknya hanya dilengkapi dengan Surat
of an indigenous by migran. Pernyataan Tanah (SPT) dan atau Surat
Sebagian besar orang-orang Madura Keterangan Tanah (SKT). Berikut tabel luas
datang ke Sambas dengan pola lahan orang-orang Madura per Kecamatan
transmigrasi swakarsa mandiri tanpa dan Status Haknya:

No Kecamatan Luas (Ha) Keterangan


1 Selakau 297,85 Banyak yang tidak jelas status haknya
2 Sanggau Ledo 393,25 Jelas dan bersertifikat
3 Sungai Raya 545,37 Banyak yang tidak jelas status haknya
4 Jawai 888,57 Tidak jelas status haknya
5 Teluk Keramat 658,79 Banyak yang tidak jelas status haknya
6 Paloh 92,29 Banyak yang tidak jelas status haknya
7 Sambas 607,34 Jelas dan bersertifikat
8 Pemangkat 483,34 Banyak yang tidak jelas status haknya

3
9 Tujuh Belas 152,11 Tidak jelas statusnya
10 Sejangkung 1.219,41 Tidak jelas statusnya
11 Roban 7,48 Jelas dan bersertifikat
12 Pasiran 1,58 Jelas dan bersertifikat
13 Samalantan 700,14 Tidak jelas
14 Tebas 647,46 Jelas dan bersertifikat
Jumlah 6.694,78
Sumber: BPS Kabupaten Sambas, 1999

Terjadi peralihan hak atas pada sebuah gesekan-gesekan (Sudagung,


kepemilikan lahan pertanian, selain itu juga 2001).
terjadi perebutan pada lokasi penambangan Konflik antar etnis di Sambas
batu dan tanah uruk. Dalam perebutan merupakan tidak adanya ikut campur
tersebut banyak kasus orang-orang Melayu pemerintah daerah maupun pusat untuk
gagal mempertahankan kepemilikan daerah mengatur sistem ekonomi yang jelas
tambangnya. Sampai menjelang meletusnya sehingga sering terjadi kesalahpahaman, iri
kerusuhan tahun 1999 hampir seluruh dan sebagainya yang pada akhirnya
penambangan baru dan tanah telah menjadi masalah besar. Sektor-sektor
dikuasai. informal juga terjadi kompetisi orang Melayu
Perselisihan tidak hanya terjadi di dengan orang Madura diantaranya adalah
daerah pedesaan, ternyata dikawasan hutan calo penumpang di terminal bus dan
yang terletak di perbatasan Indonesia- pelabuhan, tukang ojek, jasa
Malaysia terjadi pergulatan seru antara penyeberangan sungai, buruh pelabuhan
kelompok penebang kayu dari kelompok dan usaha pemecahan batu dan bisnis
Madura melawan kelompok Melayu. tanah uruk. Orang-orang Melayu dan
Sebelum orang Madura memasuki bisnis Madura memiliki semangat kerja yang
perkayuan, bisnis terrsebut telah lama tinggi.
digeluti oleh orang Melayu. Namun seiring Pertanian jeruk merupakan awal
berjalannya waktu banyak diantara orang tulang punggung ekonomi masyarakat
Madura berminat untuk ikut andil dalam Sambas. Usaha pertanian jeruk ini mulai
bisnis tersebut sehingga terjadi persaingan, diusahakan besar-besaran sejak tahun 1978
karena orang Melayu yang mudah dan mencapai puncaknya sampai pada
mengalah dengan perebutan lokasi area tahun 1992-1993. Dari jumlah produk pada
kayu maka secara tidak langsung hampir tahun 1992 sebanyak 524.361 jiwa atau
sebagian daerah hutan di perbatasan juga 68,02% bertempat tinggal di kecamatan
dikuasai. sentra penghasil jeruk yang berada di
Selain sektor pertanian, yang menjadi daerah pesisir pantai utara. Kecamatan
faktor munculnya perselisihan yakni Tebas dan Pemangkat sebagai sentra
perebutan usaha dibidang transportasi. Hal utama penghasil jeruk dihuni sebanyak
ini menjadi penting, karena bidang jasa 163.289 jiwa atau 31,14% dari total jumlah
transportasi merupakan urat nadi yang penduduk dai kecamatan sentra penghasil
menjadi sumber pengidupan yang banyak jeruk atau setara dengan 21,18% dari total
menghasilkan uang. Wajar ketika awalnya penduduk se-kabupaten Sambas pada
bidang ini dikuasai oleh orang-orang Melayu waktu itu (Purwana, 2003).
kemudian akhirnya berpindah dikuasai Tahun 1992 merupakan awal
orang-orang Madura sehingga muncul diberlakukannya tata niaga jeruk oleh
persaingan tidak sehat dan berdampak pemerintah. Tata niaga jeruk merupakan
bentuk kebijakan yang diperoleh oleh

4
Pemerintah Daerah Kalimantan Barat, yang tersebut banyak dari kalangan generasi
bertujuan untuk mengendalikan mekanisme muda dari orang-orang Melayu yang
perdagangan jeruk. Kebijakan tersebut terpakasa meninggalkan daerah Sambas
diatur dengan beberapa Surat Keputusan untuk merantau ke Malaysia, Batam dan
Gubernur KDH Tk.I Kalimantan Barat. Kota Pontianak.
Keputusan tersebut bersifat mengikat dan Orang-orang Madura merupakan
harus diikuti oleh pelaku tata niaga, minoritas baik dilihat dari segi jumlah
walaupun tanpa pengaturan sanksi yang maupun besar kekuasaan yang dimiliki.
jelas bagi para pelanggarnya. Keputusan Namun sebagai dampak keberhasilan
Gubernur tersebut mulai keluarkan pada ekonomi orang Madura, sebagian dari
tanggal 15 April 1988 dengan Kep. No. 88 mereka ada yang mulai terjun ke bidang
tahun 1988 yang mengatur pilot proyek politik. Dalam hubungannya antara
pembinaan petani dan pengumpulan hasil mayoritas dengan minoritas terdapat banyak
produksi di kecamatan Tebas kabupaten kasus dominasi minoritas di bidang ekonomi
Sambas (Haryono, 2003: 684). ini ada kecenderungan tidak akan berhenti
Kebijakan tersebut dikeluarkan di pada satu sektor saja tetapi dapat meluas
samping untuk mengatur perdagangan ke sektor kehidupan lain. Sebagaimana
jeruk, juga untuk lebih memfungsikan ditegaskan oleh Rothschild (1981: 117) yaitu
Koprasi Unit Desa (KUD). Dengan demikian bahwa setelah pencapaian dominasi
sebagai pelaksana teknis dari kebijakan tata ekonomi, golongan minoritas mempunyai
niaga jeruk adalah KUD dalam hal ini kecenderungan untuk memperluasnya ke
PUSKUD Kalimantan Barat. Dalam pengakuan kultural dan kekuasaan politik.
pelaksanaannya sehari-hari PUSKUD Syarif Ibrahim Alqadrie melihat
bekerjasama dengan PT. HUMPUSS kepemimpinan politik juga ikut memicu
Namun kerjasama tersebut tidak pertikaian. Pemimpin formal setempat,
berlangsung lama dikarenakan kendala seperti gubernur maupun bupati dinilai
permodalan dan prasarana. Pada tahun belum mampu mengelola pluralitas etnik
1991 Pemerintah Daerah Kalimantan Barat sebagai suatu kekuatan untuk memajukan
dengan Suat Keputusan Gubernur 296 kepentingan bersama. Sebaliknya,
tahun 1991, menunjuk PT. Bimantara Citra perbedaan yang ada diupayakan
Mandiri sebagai koordinator pelaksana tata sedemikian rupa agar tidak rukun, sehingga
niaga jeruk. dengan mudah diadu-domba untuk
Sejak masuknya PT. Bimantara Citra menimbulkan konflik horizontal. Strategi ini
Mandiri sangat merugikan petani karena merupakan bagian dari upaya
setalah perusahaan berdiri harga jeruk mempertahankan kekuasaan dan
cenderung rendah dibanding sebelum memperkuat posisi kepemimpinan (Kompas,
masuknya perusahaan tersebut. Hal ini 20-12-2000).
dipengaruhi oleh pola tata niaga jeruk yang Dalam tingkat desa orang Madura
harganya selalu dimainkan oleh sudah mampu menempati posisi sebagai
perusahaan. Mulai saat itu orang-orang aparat desa mulai dari kepala desa sampai
Melayu yang berprofesi sebagau petani pada kepala dusun. Hal ini terjadi di desa
jeruk mengalami krisis ekonomi luar biasa. Rambayan A dan desa Sempadian, orang-
Sementara dibidang lain orang-orang orang Melayu yang sebelumnya mayoritas
Melayu yang bekerja sebagai perambah menjadi minoritas dikarenakan banyak
hutan, di jasa transportasi, tukang ojek dan diantara mereka pergi meninggalkan
sebagainya terjepit juga dengan kampungnya untuk mendapatkan kehidupan
penguasaan lahan dan sektor informal oleh yang lebih baik. Keberhasilan diberbagai
orang Madura. Sebagai akibat dari situasi sektor hingga mampu masuk dalam dunia

5
politik, hal ini menunjukkan bahwa Pada bulan yang sama di Selakau,
eksistensi orang-orang Madura sangat Samalantan, Sanggau Ledo dan beberapa
berpengaruh ketika itu. daerah Kalimantan Barat terjadi aksi
Kronologis terjadinya konflik antar pembakaran dan penyerangan ke
etnis di Sambas pada tahun 1999 diawali perkampungan orang Madura sehingga
dengan tertangkapnya seorang beretnis konflik sudah tidak dapat diredakan lagi.
Madura yang berasal dari Desa Sari Daerah Selakau terjadi tabrak lari di pasar
Makmur Kecamatan Tebas yang tertangkap Selakau oleh orang Madura, tersangka lari
tangan hendak mencuri sepeda motor di dan tertangkap oleh masa dan dianiaya
rumah seorang warga Melayu Parit Setia sampai meninggal. Masa spontan
Kecamatan Jawai. Peristiwa ini terjadi pada berkumpul mencapai kurang lebih 1.000
17 Januari 1999, Hasan yang merupakan orang dan masa bergerak ke beberapa arah
tersangka pencuri ini kemudian ditangkap melakukan aksi pembakaran rumah yang
dan dipukuli warga sebelum diserahkan ke sudah ditinggalkan oleh penghuninya
Polsek Jawai. Selanjutnya tiga orang (Madura) sore harinya terjadi pembunuhan
pemuda Madura dari Desa Sari Makmur orang Madura yang baru datang dari laut
mendatangi Polsek Jawai dan oleh polisi setelah 4 hari mencari ikan di laut saat
yang bersangkutan dilepaskan (Cahyono, orang tersebut hendak menjual ikannya.
2008: 73). Selanjutnya pembakaran massal terjadi pula
Kepulangan Hasan yang penuh di desa Mentibar sampai di daerah
dengan luka akibat pengeroyokan pegunungan Selindung (Mendayun, 1999).
mengakibat keluarganya marah. Bertepatan Api yang membakar rumah-rumah
dengan hari Idul Fitri, pada 19 Januari 1999 warga Madura mulai padam. Asap sisa-sisa
sekitas 300 warga Madura dari Desa Sari rumah yang terbakar tak lagi mengepul.
Makmur menyerang warga Melayu di Desa Pasukan keamanan, sejak pertengahan
Parit Setia. Akibatnya 3 orang meninggal pekan berikutnya, ditemui di titik-titik rawan
dunia diantaranya 2 orang Melayu dan 1 kerusuhan di wilayah Kabupaten Sambas.
orang Dayak mu'alaf. Setelah peristiwa Namun, kerusuhan antarsuku yang terjadi di
tersebut diadakan upaya damai dengan wilayah tersebut menyisakan masalah baru,
mediator camat Tebas, namun pihak Melayu yakni ribuan pengungsi yang berjejalan di
merasa tidak puas sebab penyerbuan tempat-tempat penampungan (Mandayun,
tersebut dianggap di tolerir tanpa hukuman 1999).
yang berarti. Akibatnya secara keseluruhan usai
Oknum yang terlibat langsung dalam Konflik 1999, data resmi menunjukkan
penyerangan tersebut yang dianggap bahwa konflik tersebut menyebabkan 200
sebagai tertuduh (pembunuh) setelah disidik korban jiwa (Cahyono, 2008:3) dan
menurut saksi korban ternyata bukan pelaku pengungsian 58.544 orang Madura dari
sesungguhnya dan hingga saat ini Kab. Sambas. Sampai saat ini Konflik ini
pelakunya masih misteri. Pihak Melayu diselesaikan pemerintah dengan cara
meminta para pelaku seluruhnya ditindak memindahkan orang-orang Madura dari
tetapi pelaku yang ditangkap hanya 1 orang wilayah Kab. Sambas ke Kotamadya
yakni anak kepala desa yang mempunyai Pontianak dan Kota Singkawang. Kondisi ini
truk untuk alat menganggut warga Madura menyebabkan orang-orang Madura belum
ketika dalam penyerangan. Sedangkan dari bisa kembali ke daerah asalnya di Sambas.
pihak Melayu ditangkap dan diamankan Terjadinya penolakan keras dari warga
sebanyak 8 orang kesemuanya mengaku orang-orang Melayu di Sambas bila warga
sebagai penganiaya pencuri kendaraan Madura hendak kembali. Meski tidak resmi
(Mendayun, 1999). terdapat batas wilayah perbatasan yang

6
boleh dilewati oleh orang Madura ke pengurusan para pengungsi korban konflik
Sambas, mereka tidak pernah bisa berupa upaya-upaya untuk mengelola
memasukinya. Ada beberapa pendapat dari masalah penempatan pengungsi dan
warga Sambas tentang wilayah yang boleh inventarisasi aset-aset milik warga Madura
dimasuki, yaitu batas wilayah administratif di Sambas.
pemerintahan kota Singkawang dengan Peran terakhir ini belakangan
Kabupaten Sambas. Peristiwa tersebut didukung oleh terbitnya surat edaran Bupati
menggambarkan bahwa kemarahan orang- Sambas untuk mengadakan inventarisasi
orang Melayu Sambas sudah di luar batas tanah-tanah warga Madura. Namun masih
kesabaran. Dampak konflik ini semua aspek mengalami kegagalan dan kendala pada
kehidupan sempat tersendat karena kurang lengkapnya sertifikat tanah dan
kecurigaan orang yang ingin masuk ke status penguasaan tanah yang tidak jelas
Sambas terlalu berlebihan sehingga sehingga tanah-tanah tersebut sulit untuk
pengusaha dan pedagang takut untuk diambil kembali oleh orang Madura.
mengembangkan usahanya di Sambas. Kedatangan pasukan Brimob dan Pasukan
Huru Hara (PHH) dari Jawa dan Kalimantan
C. PERAN PEMERINTAH DAN Timur justru membawa kerusuhan semakin
MASYARAKAT DALAM RANGKA separadis dan tidak terkendali. Hal ini
REKONSILIASI KONFLIK ETNIS DI dikarenakan tindakan dan perilaku aparat di
SAMBAS lapangan menimbulkan interpretasi yang
Konflik antar etnis memiliki sejarah berbeda diantara orang-orang yang bertikai
yang panjang di Kalimantan Barat, (Cahyono, 2008: 110). Orang-orang Melayu
kerusuhan sosial berkali-kali terjadi, mencurigai PHH yang berasal dari Jawa,
khususnya pertikaian hampir tidak pernah karena Madura juga berasal dari Jawa.
usai antara orang-orang Dayak dengan Sedangkan dilain pihak tentara membiarkan
orang-orang Madura. Sementara orang- atau tanpa melakukan pengamanan
orang Melayu yang tidak pernah terlibat sehingga orang-orang Melayu dengan
langsung ternyata menyimpan kebencian leluasa menyerang dan menjarah harta milik
yang luar biasa terhadap orang-orang orang Madura.
Madura secara subjektif ketika dinilai namun Terlepas dari keterangan tersebut
itulah adanya di lapangan apabila melihat kasus kerusuhan di Sambas dipengaruhi
perilaku orang-orang Madura yang terlalu hilangnya wibawa aparat di mata
keras dan idealis dengan kultur mereka. masyarakat. Terkait kasus awal Januari
Konflik entar etnis di Sambas sudah 1999, karena aparat tidak mengambil
beberapa kali mendapatkan respon dari tindakan tegas terhadap oknum pelaku
pemerintah yang dilakoni oleh tokoh-tokoh pencurian di desa Parit Setia yang
masyarakat setempat namun hasil berdampak pada terjadinya pergesekan
perjanjian selalu dilanggar karena ketidak antar etnis. Peristiwa Parit Setia pada 19
sepahaman dan kurangnya toleransi antar Januari 1999 yang merupakan luapan dan
etnis dalam kehidupan sehari-hari. letupan dari sekian banyak konflik yang
Peran pemerintah dalam resolusi terjadi sebelumnya. Ketika konflik meletus,
konflik di Sambas dapat dikatakan relatif aparat keamanan terlihat kesulitan dalam
kurang dan aktivitas pemerintah pada tahap penguasaan geografis dan komunikasi.
awal konflik berupa de-eskalasi konflik Semestinya pihak keamanan secepat
secara umum belum berhasil. Pemerintah mungkin mengidentifikasi dan
mungkin berusaha mengambil tindakan mengantisipasi kemungkinan meluasnya
cepat dalam tahap intervensi kemanusiaan, konflik. Kelemahan ini juga terkait dengan
namun itu pun masih terbatas terpaku pada sangat terbatasnya jumlah aparat

7
keamanan yang tersedia di lapangan. Pihak Hal ini merupakan sangat penting dan
Pemerintah Daerah dan Provinsi Kalimantan bermakna ketika diwujudkan, mereka sudah
Barat terkesan menghindari isu tentang menurunkan simbol-simbol arogansinya.
resolusi konflik. Bahkan ketika akan Bagi para penganut pendekatan alamiah
dilakukannya dialog, Pemerintah Daerah dianggap merupakan diplomasi budaya
Sambas tidak berani menjamin resiko yang baik. Pengalaman dan kenyaman
apabila Pemerintah Provinsi tidak memberi orang Melayu yang bepergian ke Pontianak
perlindungan kepada orang-orang Madura ketika mereka pulang secara tidak langsung
yang ingin kembali ke Sambas. Dalam akan bercerita kepada sanak saudaranya
penanganan rekonsiliasi konflik di Sambas bahwa orang Madura sudah melayani
antara Pemerintah Daerah Sambas dan pribumi dengan ramah. Kesan positif harus
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat terus dijaga baik dari orang-orang Madura,
seakan-akan tidak ada koordinasi terutama Melayu dan Dayak sehingga prasangka
penanganan masalah pengungsi. atau steriotip dapat dihilangkan sebagai
Pendekatan-pendekatan secara akibat dari ketidakpercayaan setiap pihak
informal secara umum menginginkan yang pernah bertikai.
bagaimana orang Madura dapat Hasil penelitian menunjukan di
membangun citra positif terlebih dahulu lapangan bahwa simbol-simbol kekerasan
kepada Sambas, sehingga bisa orang Madura di Kalimantan Barat sudah
menyakinkan orang-orang Melayu Sambas sebagian mulai lunak, diantaranya di kota
bahwa kepulangan Madura ke Sambas tidak Pontianak, orang Madura tidak mau lagi
akan menimbulkan konflik kembali. membawa celurit sebagai ciri khas senjata
Beberapa elemen atau kelompok mereka, walaupun ada namun hanya
masyarakat konsen terhadap masalah sebagian, mereka tidak bersikap reaktif lagi,
perdamaian di Kalimantan Barat, lantas dan relatif telah coba belajar berinteraksi
menekankan mengenai pentingnya secara lebih halus dengan etnis lain
dibuatkan program-program perbaikan atau khususnya Melayu. Peran organisasi-
merubah sikap dan karakter budaya asal organisasi yang sifatnya etnik-eksklusif
ketika berkomunikasi dan berinteraksi sudah dilakukan namun masih belum
dengan pribumi melalui sosialisasi budaya mampu mencapai rekonsiliasi. Berikut
yang ditujukan kepada orang Madura adalah tabel peran dari beberapa elemen
terutama yang sering berinteraksi dengan masyarakat dan organisasi sebagai
warga pribumi. mediator untuk resolusi konflik:

Jenis Lembaga Peran Output


LSM  Mengadakan kegiatan  Sebatas dialog belum
dialog-dialog. ada follow up untuk
 Bantuan pangan dan mendorong resolusi
fisik. konflik.
 Bantuan pengadaan air  Di bentuknya LSM
bersih justru untuk mobilitas
politik.
Partai Politik  Secara sadar enggan  Nihil
terlibat, karena
mengurus resolusi
konflik merupakan isu
yang kontraproduktif
bagi partai

8
Ikatan-ikatan orang-orang  Masing-masing bersifat  Sukar untuk
esklusif (IKRAM, MABM) eksklusif dan hamper mempertemukan antar
tidak ada kerjasama identitas.
Organisasi Lintas orang-  Praktis tidak memiliki  Nyaris tidak efektif.
orang (Forum program  Anggota tidak terlibat
Komunikasi Masyarakat sepenuh hati
Kalbar)
Institusi Keagamaan  Kecil  Sulit mencari tokoh
agama yang dihormati
oleh kedua belah pihak.
 Figur ulama tidak turun
langsung ketika konflik
berlangsung untuk
mengamankan situasi.
Sumber: Heru Cahyono, 2008.

Tabel di atas yang menunjukkan dan bahkan ada yang duduk di kursi
bahwa peran serta pemerintah pusat parlemen. Hal ini tampak menjadi
maupun daerah kurang berhasil. Peran permasalan yang sangat komplek, dan tidak
ulama dan dinasti habib yang tentunya mau membaurnya orang-orang Madura
memiliki fungsi besar ternyata belum merupakan alasan yang konkret terjadinya
mampu meredam pertikaian di Sambas. konflik etnis di Sambas. Konflik etnis
Sambas pada 1999 adalah akibat dari tidak
D. SIMPULAN berfungsinya peran pemerintah pusat dan
Terjadinya konflik antar etnis di daerah serta tokoh-tokoh terkemuka di
Sambas tidak bisa dilepaskan dari masalah- Sambas.
masalah sebelumnya. Orang Melayu
Sambas sebagian besar bekerja pada
sektor agraris dan nelayan yang DAFTAR PUSTAKA
penghasilannya cukup untuk kebutuhan Arief, Oesman, 2011. Multikultural.
sehari-hari. Pada 1992 di Sambas mulai Mewujudkan Tatanan Masyarakat
dikembangkannya tanaman jeruk sehingga Multicultural: Sebuah Tantangan di
petani membuka lahannya dengan tanaman Era Glogal. Makalah Seminar
jeruk. Pada waktu itu memang taraf hidup Nasional 16 Pebruari 2011.
petani naik karena. Dengan dimonopolinya Surakarta. UNS.
pasaran jeruk oleh perusahaan ternyata BPS Kabupaten Sambas 1999.
menjadi masalah baru yang berujung pada Cahyono, Heru dkk. 2008. Konflik Kalbar
hancurnya harga jeruk. dan Kalteng: Tantangan Perdamaian
Pendatang yang memiliki akses dan dan Reintegrasi. Yogyakarta: Pustaka
kemudahan serta berhasil dalam berbagai Pelajar dan P2P-LIPI.
sektor sebagai pemain baru menggantikan Haryono, Dwi dan Budi Winarno. 2003. The
peran orang Melayu Sambas. Kendati Struktur Faktors Cousing the Conflict
demikian masyarakat Sambas yang between the Malay and the Madura
berprofesi sebagai petani dapat hidup Etnics at Sambas District of West
karena masih terbantu oleh pekerjaan pada Kalimantan. Sosiohumanika Jurnal
tanaman padi, kelapa, kakao, karet dan Gajah Mada.
nelayan. Secara struktural orang Madura Kompas edisi Rabu 20 Desember 2000
banyak yang memiliki lahan, pertambangan yang ditulis oleh Jannes Eudes Wawa

9
dengan judul Konflik Orang-orang Di Purwana, Bambang Hendrarta Suta. 2003.
Kalbar. Konflik Antar komunitas di Sambas
Liliweri, Ale, A.S. 2005. Prasangka dan 1999; Suatu Tinjauan Budaya.
Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Pontianak: Romeo Grafika.
Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: Rothhschild, Josep, 1981. Etnopolitics, A
LKIS Conceptual Frame Work. Colombia
Mahfud, Cairul. 2009. Pendidikan University Press, Ny.
Multikultur. Yogyakarta: Pustaka Sudagung, Hendro Suroyo. 2001. Mengurai
Pelajar. Pertikaian Orang-orang: Migrasi
Mandayun, Rustam F dan Iwan Setiawan, Swakarsa Orang-orang Mabura ke
1999. Mereka Lari ke Malaysia Kalimantan Barat. Jakarta: ISAI.
www.library.ohiou.edu/indopubs/1999
/04/01/0094.

10

Anda mungkin juga menyukai