Anda di halaman 1dari 14

Konflik Masyarakat Suku Madura dengan Masyarakat Suku

Dayak di Sampit Kalimantan Tengah


Pendahuluan
Perkembangan dan dinamika bangsa Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir
senantiasa diwarnai dengan berbagai gejolak sosial dan konflik-konflik yang mengarah pada
disintegrasi bangsa. Masyarakat Indonesia seakan-akan terpecah oleh sekat-sekat
primordialisme yang tajam, seperti, suku, agama, golongan, ideologi dan sebagainya. Hal
ini dapat kita lihat pada kasus konflik suku Sampit. Konflik Sampit adalah konflik yang
terjadi antara suku Dayak dan suku Madura di kota Sampit Kalimantan Tengah.

PETA KOTA
SAMPIT
Kalimantan

Konflik ini kemudian meluas hingga keseluruh provinsi. Konflik di Sampit ini
merupakan salah satu konflik suku terbesar yang pernah ada di Indonesia karena terbukti
dengan banyaknya korban yang berjatuhan akibat konflik ini. Konflik ini mengakibatkan
lebih dari 500 kematian, dan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal.
Konflik ini terjadi pada awal februari 2001. Suasana kota Sampit saat terjadi konflik sangat
mencengkam. Mereka yang berkonflik tidak memperdulikan apakah itu anak-anak atau
perempuan asalkan dari suku yang berlawanan dengan mereka maka mereka akan melakukan
kekerasan fisik bahkan membunuhnya.
Konflik ini sebenarnya disebabkan oleh kemarahan dan kemurkaan rakyat suku Dayak
terhadap suku Madura yang notabenya sebagai pendatang tetapi mereka menguasai dan
memonopoli wilayah mereka serta bertindak sewenag-wenang terhadap suku Dayak. Dari

situlah kemudian faktor-faktor lain muncul. Kemudian terjadilah konflik sampit ini yang akan
dikenang sepanjang sejarah sebagai konflik sosial terbesar yang terjadi di Indonesia.
Sebelum kita melihat lebih jauh tentang konflik Sampit ini maka terlebih dahulu kita melihat
karakteristik dari kedua suku yang terlibat konflik yaitu suku Madura dan suku Dayak.
Berdasarkan buku Etika Kemajemukan ( Universitas Trisakti, Januari 2004) dapat
disimpulkan bahwa karakteristik kedua suku tersebut adalah :

Suku Dayak

Suku Madura

Bersifat ramah dan suka bergaul dengan Berwatak keras baik dalam hal perbuatan
siapa saja, polos dan jujur.
Janji

dianggap

sebagai

maupun ucapan yang dikeluarkan, mudah


hutang,

tersinggung dan penuh dengan curiga.


sifat Tidak mau dilecehkan dan dipermalukan

pembohong dianggap hina.

sehingga mereka berusaha keras menjaga

Tidak senang mendengar kata-kata kasar

nama baik suku mereka.


Terbiasa dengan ucapan yang menurut etnis
lain terkesan kasar tetapi menurut mereka

adalah hal umum.


Hidup dengan bergotong-royong dengan Hidup dengan berdagang dan melakukan
bercocok tanam.

imigrasi di semua wilayah Indonesia guna


mengadu nasib dengan cara berdagang.

Kemudian dari bagan karakteristik diatas sangat tampak bahwa adanya suatu
perbedaan karakteristik yang mendasar antara suku Madura dan suku Dayak sehingga mereka
memang sulit untuk melakukan suatu akulturasi dan sangat rawan terjadi konflik antar
keduanya karena jelas mereka mempunyai suatu background yang sangat berbeda.

Pembahasan
Pelaku di dalam konflik Sampit?
Note!

Pelaku adalah orang atau kelompok yang


secara langsung terlibat dlm konflik atau
negosiasi

Dari definisi diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pelaku yang terlibat
didalam konflik Sampit ini adalah antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari

pulau Madura. Dimana suku Dayak merasa dirugikan dengan kehadiran suku Madura yang
menurut mereka menguasai dan memonopoli daerah Sampit di Kalimantan Tengah padahal
mereka hanya pendatang. Sedangkan suku Madura tidak terima atas perlakuan dari
masyarakat Dayak yang menginjak-injak harga diri masyaray\kat Madura karena seperti kita
ketahui bahwa latar belakang atau background dari suku Madura identik dengan kekerasan.
Sehingga timbullah konflik antar kedua suku ini. Mereka mulai mempunyai sebuah dendam
tersendiri yang timbul dihati mereka. Bahkan mereka sudah mempunyai sebuah labelling
kepada suku lawannya bahwa suku tersebut tidak baik dan tidak layak untuk hidup bersama
mereka. Sebenarnya konflik antara suku Dayak dan suku Madura tidak hanya terjadi pada
tahun 2001. Tetapi konflik antara kedua suku ini telah terjadi sejak tahun 1982,dimulai
dengan pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak, pelakunya tidak
tertangkap, pengusutan atau penyelesaian secara hukum tidak ada. Disusul dengan Tahun
1983, di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh.
Perkelahian antara satu orang Dayak yang dikeroyok oleh tigapuluh orang madura. Dan
kemudian konflik itu terus berlanjut hingga tahun 2001 merupakan tahun puncak kegeraman
mereka sehingga konflik sampit tidak dapat dihindarkan.
Siapa pelaku dibalik konflik Sampit
Suku Madura

Suku Dayak

Konflik

Pelaku di balik konflik sampit ini adalah masyarakat suku lain di daerah sekitar
Sampit yang merasa terganggu dan tidak nyaman akibat banyaknya suku Dayak dan Madura
yang melakukan penyerangan secara membabi-buta sehingga merekalah yang akhirnya juga
terkena imbasnya. Mereka berupaya untuk membangun jalan damai antar kedua suku ini
tetapi usaha itu benar-benar sulit. Namun disisi lain ada pula suku lain yang semakin
mengadu domba suku Dayak dan suku Madura. Mereka memberikan statement yang negatif
tentang suatu suku terhadap suku yang berlawanan, alhasil perangpun semakin memanas dan
tidak dapat dihentikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaku dibalik konflik sampit ini
adalah masyarakat suku lain disekitar Sampit dan dikawasan Kalimantan.
Stakeholder dari konflik Sampit

Pengertian stakeholder:
Stakeholders merupakan semua orang atau kelompok:
Yang dapat membuat atau melaksanakan keputusan
Yang dapat memblokir atau memsabotase keputusan
atau pelaksanaannya
Yang terpengaruh secara langsung atau tidak langsung
dalam keputusan atau pelaksanaannya
Dari konflik ini dapat kita analisis bahwa stakeholder yang terlibat dalam konflik ini
adalah pemerintah dan suku Dayak serta suku Madura itu sendiri, suku-suku yang berada di
daerah konflik yaitu suku Dayak Kenya Kyan Bahau, Ot Danum, Iban, Marut, Klemantan
dan Punan. Pemerintah, TNI, Polisi, LSM, lembaga keamanan lainnya srta lembahga penegak
hukum di Indonesia sebagai pihak penengah konflik dan pihak yang membantu dalam proses
penyelesaian.
Penyebab atau Akar dari konflik suku Madura dan suku Dayak

Daun =
Demonstrasi
Masalah
Batang =

Akar =
Masalah

Dari ilustrasi diatas kita dapat mengetaui bahwa :


Konflik bukan sekedar masalah di permukaan: kebanyakan persoalan justru ada di
dalam tanpa terlihat.
1. Position ( Posisi)
Berada di Permukaan

Konflik antara suku Dayak dan suka Madura ini memang tampak sekali dari
permukaan. Hal ini terbukti dengan cara mereka dalam mengekspresikan konflik
ini. Mereka secara terang-terangan melakukan konflik dengan cara penyerangan,
pembantaian dan penganiayaan kepada suku lawan dengan cara terus menerus
dan berkepanjangan. Mereka melakukannya secara gamblang dan tidak
ditutup-]\tutupi dari masyarakat sekelilingnya maupun masyarakat Indonesia.
Banyak korban berjatuhan mulai dari luka ringan, luka serius hingga meninggal
dunia yang diakibatkan oleh konflik kedua suku ini.
2. Interset ( Problem)
Berada di bawah permukaan
Sebenarnya konflik antara suku Madura dan suku Dayak ini juga dimulai dengan
adanya masalah dibawah permukaan. Ini merupakan penyebab utama timbulnya
konflik antara kedua suku ini. Awalnya masing-masing suku telah mempunyai
suatu sikap labelling yang negatif kepada suku lain bahwa dalam pikiran mereka
telah tumbuh suatu pernyataan bahwa kelompok suku berlawanan adalah
kelompok suku yang tidak baik dan tidak pantas untuk hidup bersama mereka,
bahwa kelompok suku tersebut telah menguasai dan memonopoli daerah atau
bahwa kelompok suku tersebut telah menginjak harga diri suku yang berlawanan.
Selain itu adanya suatu sikap etnosentrisme yang timbul pada masing-masing suku
yang tidak dapat mereka kendalikan dengan baik menjadi suatu faktor pendukung
timbulnya konflik yang berada di dalam permukaan. doktrin dalam diri mereka
sendirilah yang kemudian menjadikan konflik terus menerus terjadi.

Some rots of conflict


Facts

Interest

Some Rots Of
Conflict

Value
s

Relations
hip

Structur
e

Penjelasan !
1. Facts ( Fakta)
Penyebab dari konflik sangat suku memang sulit untuk diselesaikan dengan
cara instan melainkan harus dengan cara yang perlahan karena memang konflik suku
ini akan meninggalkan bekas bagi mereka dan nantinya akan diceritakan kepada anak
cucu mereka serta disertai dengan doktrin-doktrin yang mengakibatkan anak cucu
mereka menjadi penerus konflik mereka selanjutnya, meskipun yang dimaksud disini
bukan konflik secara langsung lagi atau konflik yang berada di permukaan tetapi
konflik didalam permukaan yang membuat mereka mempunyai pikiran dan
pandangan negatif tentang pihak suku lawan dari cerita para leluhur mereka itu.
sehingga yang terjadi disini akan terus terjadi jarak antara suku yang pernah
berkonflik dan terhitung jarang sekali suku yang berkonflik kemudian benar-benar
berdamai karena sudah adanya anggapan atau stigma dari diri suku mereka.
Kemudian apabila kita melihat secara lebih dalam bahwa konflik yag terjadi antara
suku Dayak dengan suku Madura ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
Kegelisahan suku Dayak karena suku Madura memonopoli sebagian besar
lahan mereka karena orang Madura berprofesi sebagai penebang pohon jadi

mereka dengan mudah menguasai lahan suku Dayak di Sampit.


Kejahatan yang dilakukan oleh suku Madura karena mereka mengusik
kehidupan suku Dayak yang notabenya dikenal dengan suku yang pemalu dan

ramah. Kejahatan itu meliputi pemerkosaan dan perampokan.


Kesalah pahaman pemikiran antara suku Dayak dan suku Madura karena suku
Madura terbiasa membawa alat tajam kemanapun mereka pergi sedangkan

suku Daya berpendapat bahwa alat tajam hanya mereka bawa saat berperang.
Persaingan yang tidak sehat antara suku Dayak dan suku Madura dimana suku

Madura ingin mengklaim daerah sampit sebagai daerahnya.


2. Interest (Kepentingan)
Dari sini dapat terlihat sangat jelas perbedaan kepentingan antara kedua suku.
Dimana suku Madura terobsesi menjadikan daerah Sampit sebagai daerahnya sendiri
dengan menguasai lahan dan perekonomian dengan cara memonopolinyayang
menggunakan cara yang tidak sehat, kepentingan suku Madura tersebut akhirnya

memicu amarah suku Dayak yang memang

merupakan penduduk asli daerah

tersebut. Mereka merasa dipermainkan oleh suku Madura yang statusnya hanya
pendatang. Karena merasa kepentingannya diusik oleh suku Madura maka suku
Dayak melakukan perlawanan kepada suku Madura untuk menunjukan bahwa yang
mempunyai kepentingan terbesar di daerah sampit adalah suku Dayak.
3. Value (Nilai)
Konflik antara suku Madura dan suku dayak ini sangat bertentangan dengan
nilai sosial, nilai kemanusiaan dan nilai hak asasi karena memang konflik ini
menimbulkan banyak sekali sisi negatif. Dari segi sosial konflik suku Dayak dan
suku Madura akan mendapat stigma negatif dari masyarakat Indonesia tentang
kekerasan yang mereka lakukan karena jelas sekali bahwa konflik ini sangat
bertentangan dengan nilai-nilai sosial. Dari segi kemanuasiaan apa yang dilakukan
oleh kedua suku ini sangat tidak berprikemanusiaan karena mereka membunuh dan
menganiaya siapa saja yang merupakan musuh mereka tidak peduli perempuan
bahkan anak-anak. Dari sisi hak asasi manusia konflik ini menjadikan adanya batasan
hak asasi yang diperoleh oleh masyarakat yang terlibat konflik tersebut. Mereka tidak
bisa memenuhi hak asasinya.
4. Relationship (Hubungan)
Hubungan yang terlibat didalamnya merupakan hubungan personal. Masalah
yang terjadi sudah tercipta dari dulu karena adanya dendam yang berkepanjangan.
Selain itu disebabkan oleh pihak intern di dalamnya sendiri yaitu suku Dayak dan
suku Madura, sehingga hubungan yang tercipta pun adalah

sebuah hubungan

personal antar kelompok.


5. Structure (Struktur)
Akar permasalahan yang terakhir datang dari struktur, baik itu merupakan
suatu struktur kelembagaan atau organisasi, ekonomi atau sosial.
Jika kita lihat dari konflik antara suku Madura dan Dayak ini lebih condong
berdasarkan struktur ekonomi. Karena suku Madura ingin menguasai perekonomian
yang ada di daerah Sampit dengan cara memonopoli perdangan didalamnya dan
mendapatkan keuntungan yang besar. Dan kemudian suku Dayak merasa bahwa
merekalah yang pantas dan layak untuk menjalankan perekonomian di Sampit karena
mereka adalah suku asli Sampit dan itu berarti daerah Sampit adalah daerah mereka
dan hak mereka sepenuhnya sehingga mereka akan sangat terusik apabila ada
pendatang yang kemudian mencoba untuk memonopoli perekonomian di daerah
mereka.

Konteks ( The Context )

Historical, political and cultural context


History of the stakeholders relationships

Penjelasan !

Historical atau sejarah


Kkonflik antara Madura dan Dayak dilihat dari konteks sejarah yaitu adanya
suatu permasalahan yang sudah lama timbul diantara mereka.
Awalnya konflik ini terjadi karena suku Madura beranggapan bahwa tanah migran
mereka (Sampit) masih diduduki atau dihuni oleh masyarakat Dayak asli haruslah
dijajah untuk memperluas keberadaan pulau Madura itu sendiri. kemudian dari sini
muncul konflik-konflik kecil seperti pemblokiran jalan, perampasan tanah dan lahan
masyarakat suku Dayak oleh suku Madura dan kemudian catatan-catatan konflik
itupun muncul satu persatu. Adapun konflik yang melatar belakangi munculnya
konflik sampit adalah:
Tahun
1982

Konflik yang terjadi


Terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak,
pelakunya tidak tertangkap, pengusutan atau penyelesaian secara

1983

hukum tidak ada.


di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis
Dayak di bunuh. Perkelahian antara satu orang Dayak yang dikeroyok

1996

oleh tigapuluh orang Madura


Di Palangka Raya, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop
Panala dan di bunuh dengan kejam dan sadis oleh orang Madura,

1997

ternyata hukumannya sangat ringan.


Di Desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh
orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan skor

1998

tinggi tetapi orang Madura mati semua


Di Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok oleh empat orang Madura
hingga meninggal, pelakunya belum dapat ditangkap karena melarikan

1999

diri, kasus inipun tidak ada penyelesaian secara hukum.


Di Palangka Raya, kembali terjadi seorang Dayak dikeroyok oleh
beberapa orang suku Madura karena masalah sengketa tanah.

Setiap tahun suku Dayak dan suku Madura bersitegang karena adanya konflik yang
terjadi. Hal inilah yang kemudian menjadikan suatu dorongan dimana pada tahun 2001

suku Dayak menyerang suku Madura karena mereka merasa terganggu dengan
keberadaan suku Madura. Bahkan masyarakat suku Dayak mengatakan bahwa mereka
dapat hidup dengan berbagai suku lain di Indonesia kecuali suku Madura dan itu akan
berlaku sepanjang masa.

Politic ( Politik )

Setelah kita melihat tentang kontek sejarah konflik ini kemudian kita melihat dari konteks
politik. Kontek politik yang melatarbelakangi konflik Dayak dan Madura berdasarkan
kontek politik adalah bahwa adanya suatu dominasi yang dilakukan oleh orang Madura.
Banyak orang suku Madura yang menjadi imigran di Sampit yang kemudian mempunyai
suatu kekuatan yang besar dibandingkan dengan suku Dayak. Mereka mendominasi
setiap keputusan baik di bidang pemerintahan ataupun masyarakat yang kemudian
menjadikan masyarakat Dayak tidak berdaya dalam setiap keputusan, mereka kemudian
seakan-akan hanya mengikuti keputusan suku Madura yang sebenarnya hanyalah
imigran dan tidak mempunyai hak apapun terhadap suku Dayak tetapi pada
kenyataannya di Sampit suku Maduralah yang mempunyai kekuasaan dan dominasi
penuh.

Cultural ( Budaya )

Dalam konflik antara masyarakat suku Madura dan suku Dayak apabila dilihat dari
konteks kebudayaan maka sebenarnya masing-masing dari mereka masih sangat
memegang teguh sifat etnosentrisme yaitu
kelompok suku sendiri.

sikap yang selalu mengutamakan

Kelompok etnik atau suku sendiri selalu lebih baik dari

kelompok lain. sebaliknya yang kurang baik terdapat pada kelompok yang lain. Sikap
seperti ini selalu memancing reaksi negatif dari kelompoknya. Serta akibat dari sikap ini
timbul sikap-sikap selanjutnya, yaitu seperti kecurigaan, merendahkan orang lain, kurang
bergaul dengan kelompok lain dan sebagainya. Disinilah kemudian letak kesalahan kedua
belah pihak dimana mereka dengan ego masing-masing mempertahankan pendapatnya
berdasarkan sifat tersebut. Misalnya dalam contoh sederhana dalam hal kebudayaan saja
masyarakat suku Madura selalu membawa alat-alat tajam seperti golok kemanapun
mereka pergi tanpa bisa terlepas, ini merupakan suatu kebudayaan mereka yang telah
mereka lakukan secara turun-temurun dan sudah biasa menurut mereka tetapi ternyata
tidak bagi masyarakat suku Dayak karena mereka menganggap masyarakat suku Madura

terlalu berlebihan karena pada suku mereka alat-alat tajam itu hanya digunakan pada
saat perang dan apabila ada orang yang membawa alat itu masih dianggap tabu dan
menakutkan. Dan kemudian dari sinilah muncul konflik Sampit ini dimana masingmasing suku mempunyai persepsi dan pendapat masing-masing tanpa mau melihat
kebenaran yang terjadi.
Selain itu menurut buku karangan Sumarthana dkk, 2011 menjelaskan ada beberapa sikap
yang mempemgaruhi interaksi antar suku dalam masyarakat majemuk. Adapun sikap itu
adalah :
Sikap Solidaritas Budaya. Sikap ini muncul karena adanya keakraban dalam
kelompok cukup kuat, selain itu kelompok sangat berarti bagi individu untuk
menemukan rasa aman dari segala aspeknya. Karena itu individu senantiasa
berupaya membela kelompoknya dengan cara apapun.
Sikap Partikularis
Sikap ini membuat orang selalu memperhatikan atau mengutamakan orangorang yang mempunyai hubungan partikular atau hubungan khusus
dengannya. Pergaulan terbatas pada yang mempunyai hubungan khusus, yaitu
orang-orang mempunyai suku sama, atau berada di daerah yang sama.
Sikap Eksklusif
Suatu sikap yang memisahkan diri dari orang lain atau dari kelompokkelompok lain. Orang menjauhkan diri dari orang lain, orang tidak mengambil
bagian dalam kegiatan yang melibatkan kelompok-kelompok lain. Sikap yang
menganggap bahwa diri, kelompok atau golongan yang paling benar,
sedangkan yang lain dianggap salah, tidak berguna atau rendah.
Dikotomi Mayoritas dan Minoritas
Diartikan sebagai tindakan dominasi yang dilakukan oleh kaum mayoritas
kepada kaum minoritas serta adanya suatu tindakan diskriminasi terhadap
kelompok minoritas. Apalagi jika kebudaan yang dianut oleh masyarakat
adalah kebudayaan dari kelompok minoritas.
Dan kemudian sikap-sikap inilah yang menjadikan konflik semakin memanas karena
sikap ini masih ditemukan pada kedua kelompok yang terlibat konflik tersebut.
Dalam penangan konflik ini diperlukan adanya resolusi konflik yang tidak hanya memetakan
kepentingan, namun melihat apa yang diinginkan kedua belah pihak agar konflik ini dapat di

tekan sehingga resolusi konflik dapat tercapai. Adapun usaha atau solusi yang dilakukan
dalam konflik suku Madura dan suku Sampit adalah:
1. Apa yang menjadi kepentingan bersama
Yang menjadi kepentingan bersama antara masyarakat Dayak dan Madura
adalah kepentingan untuk mencukupi kehidupan mereka agar mereka dapat hidup
layak yaitu melalui bidang ekonomi seperti berjualan, mengurus lahan dan bercocok
tanam. Baik suku Papua dan Madura melakukan itu semua itu untuk mempertahankan
hidup. Artinya kedua suku mempunyai kepentingan bersama untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka.
2. Keinginan satu pihak terhadap pihak lain
Dari sini terlihat jelas bahwa suku Dayaklah yang merasa sangat dirugikan
atas adanya suku Madura karena mereka menguasai hampir semua sektor yang berada
di kota Sampit. Sebagai warga asli Sampit masyarakat suku Dayak merasa dihina dan
dirugikan oleh karena itu masyarakat suku Dayak menginginkan suku Madura untuk
lebih menghargai dan mengerti tentang keberadaan dan hak milik suku Dayak dengan
cara tidak melakukan monopoli baik terhadap potensi daerah Sampit hingga
kehidupan bermasyarakat. Suku Dayak menginginkan keadilan dan menuntut hak
mereka sebagai warga asli yang lebih berhak memiliki tanah Sampit dibandingkan
dengan pendatang yang istilah kasarnya hanya menumpang.
3. Kegiatan dimana kedua belah pihak dapat bersatu
Kegiatan yang dapat menyatukan kedua belah pihak bersatu adalah dalam hal
kegiatan sosial seperti kegiatan gotong-royong yang memang memerlukan kerjasama
antar suku sehingga mau tidak mau mereka harus bersatu. Selain itu kegiatan yang
dapat mempersatukan mereka adalah dalam hal kegiatan beragama karena dalam
agama tidak ada diskriminasi antar suku baik suku Madura ataupun suku Dayak
semuanya sama tidak ada yang berbeda dari mereka karena seperti kita semua tahu
bahwa semua manusia dimata Tuhan adalah sama, dan kemudian yang
membedakannya adalah amal dan perbuatan mereka.
Dampak adanya perang Sampit:
Seperti kita ketahui bahwa perang Sampit ini sangat merugikan berbagai pihak, tidak
hanya suku Madura atau suku Dayak yang terlibat konflik tetapi bagi masyarakat sekitar
Kalimantan Tengah bahkan bagi masyarakat Indonesia mengingat bahwa konflik Sampit ini
merupakan konflik sosial terbesar di Indonesia.

Suku Dayak dan suku Madura sebenarnya telah menyadari bahwa konflik ini akan
berakibat fatal baik saat terjadinya konflik maupun untuk jangka panjang. Karena justru
banyak sekali dampak negatif yang kemudian timbul akibat adanya konflik ini, tetapi kembali
lagi karena kedua pihak merasa paling benar maka mereka memutuskan untuk tetap
melanjutkan konflik sampit ini yang kemudian dikenal dengan konflik sosial terbesar yang
pernah terjadi di Indonesia.
Kemudian dari semua permasalahan yang timbul itu baik masyarakat maupun
pemerintah mencari solusi terbaik untuk meresolusikan atau menyelesaikan konflik ini.
Adapun solusi tersebut adalah:
Pihak Pemerintah:
1. Mengadakan perjanjian damai kedua belah pihak agar tidak terjadi konflik susulan
yang melibatkan suku Dayak dan suku Madura.
2. Memastikan daerah Sampit aman dan bebas dari konflik setelah konfik usai. Agar
masyarakat yang bertempat tinggal di Sampit dapat merasa tenang dan nyaman.

3. Mengurangi jumlah imigran Madura di Sampit. Sehingga tidak ada lagi dominasi
yang terjadi di Sampit yang dilakukan oleh suku Madura. Dengan begitu masyarakat
suku Dayak dapat memperoleh hak mereka sebagai penduduk asli kota Sampit, baik
dibidang ekonomi dan pemerintahan.
Pihak Masyarakat Sampit
1. Memperbaiki hubungan antara kedua suku sehingga tidak akan ada lagi konflik
susulan antara keduanya dan menjadikan mereka memahami arti perbedaan.
2. Melakukan kerjasama baik dibidang ekonomi seperti pembagian lahan, perdagangan
dan perkebunan maupun dibidang pemerintahan seperti dalam pengambilan keputusan
dan implementasinya kedua suku tersebut harus terlibat didalamnya.
3. Jika dimungkinkan alangkah lebih baiknya apabila masyarakat mulai mengadakan
akulturasi budaya baik budaya Dayak dan budaya Madura sehingga tidak akan adalagi
sikap etnosentrisme budaya yang menjadi penyebab utama munculnya suatu konflik
suku ataupun etnis.

Manajemen Konflik
Konflik Sampit Antara Masyarakat Suku Madura dengan
Masyarakat Suku Dayak di Sampit Kalimantan Tengah

DISUSUSUN OLEH:
Jihan Amalia Syahidah

14010115410009

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG
2016

Anda mungkin juga menyukai