Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 1

Kerusuhan
Sambas
PKN
Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui,
Indonesia memiliki berbagai
macam suku, agama, ras, dan adat
istiadat atau SARA. Keberagaman
tersebut merupakan kekayaan
bangsa Indonesia yang perlu kita
jaga. Keberagaman ini dapat
menimbulkan dampak positif
dalam masyarakat sekaligus
dampak negatif.
pendahuluan
Salah satu dampak negatifnya
yaitu munculnya konflik akibat
perbedaan SARA. Contohnya
seperti Kerusuhan Sambas yang
merupakankonflik antar etnis
yang terjadi di Kalimantan Barat
yang timbul antara suku Dayak-
Melayu melawan suku Madura.
Topik yang Akan Dibahas
latar
belakang

kronologi
upaya
penanganan
konflik
Latar Belakang
Kerusuhan Sambas merujuk kepada peristiwa kerusuhan
antar etnis di wilayah Kabupaten Sambas, Kalimantan
Barat.
Kalimantan Barat mengalami konflik antar suku sejak
tahun 1950-an, secara umum tercatat mengalami 7 kali
kerusuhan. Pada kerusuhan-kerusuhan sebelumnya
hanya terjadi khusus pada suku Dayak melawan suku
Madura. Namun pada tahun 1999, suku Melayu yang
selama ini tidak pernah terlibat dalam konflik akhirnya
harus turun tangan dan berurusan dengan suku Madura.
Latar Belakang
Konflik suku Melayu dengan suku Madura pada
tahun 1999 faktor penyebabnya dimulai pada tahun
1992. Pada saat itu sebuah perusahaan BCM dan
petani jeruk di daerah pedesaan sedang berselisih
karena adanya monopoli pemasaran jeruk. Mulai
sejak itulah masyarakat Sambas terutama oleh
orang-orang suku Melayu mengalami krisis ekonomi.
Pada keadaan krisis ekonomi tersebut orang-orang
suku Melayu juga harus terpaksa berhadapan dengan
tekanan yang datang dari orang-orang suku Madura.
Warga Madura yang dianggap pendatang dinilai
ingin menguasai dan mendominasi dengan cara
kekerasan.
Latar Belakang
Beberapa tahun kemudian,
kedatangan warga Madura
semakin bertambah dan perlahan
mulai menggeser kependudukan
warga Melayu terutama di bidang
ekonomi. Pekerjaan yang biasa
dilakukan warga Madura juga
sama dengan warga Melayu,
yaitu sebagai petani dan buruh.
Akibatnya, terjadi kasus
perebutan sumber daya ekonomi
terutama tanah pertanian.
Kronologi
Konflik antara kedua suku ini akhirnya pecah
tahun 1999.
Pada 17 Januari 1999, tertangkapnya seorang
pria suku Madura yang mencuri sepeda motor di
rumah seorang warga Melayu. Hasan merupakan
tersangka pencuri, ia ditangkap dan dipukuli
warga sebelum di serahkan ke Polsek Jawai.
Kemudian, tiga orang pemuda Madura datang
ke Polsek Jawai untuk menjemput Hasan yang di
bebaskan polisi. Namun, kepulangan Hasan
dengan kondisi yang penuh luka membuat
keluarga Hasan sangat marah.
Pada 19 Januari 1999, sekitar 300
warga Madura menyerang warga
Melayu di Desa Parit Setia yang
akhirnya mengakibatkan 3 orang
meninggal, 2 diantaranya orang
Melayu dan 1 orang Dayak.
Melihat kejadian tersebut, Camat
Tebas berusaha mendamaikan
keduanya, tetapi warga Melayu
tidak puas menerimanya karena
tak ada hukuman berat bagi
pelaku penyerangan tersebut.

Kronologi
Kronologi
Masih di bulan yang sama, di Selakau,
Kalimantan Barat, terjadi aksi
pembakaran dan penyerangan ke
kampung orang Madura. Sekitar 1.000
orang mendatangi kampung Madura
dan membakar rumah-rumah di sana.
Sore harinya, terjadi pembunuhan
terhadap orang Madura yang baru
saja pulang setelah empat hari pergi
memancing ikan. Setelah itu,
pembakaran massal juga dilakukan
oleh warga Melayu di Desa Mentibar.
Akibatnya, warga Madura segera
mengungsi secara besar-besaran.
Kronologi
Secara keseluruhan dari Konflik 1999 ini, tercatat
pada data resmi konflik menyebabkan 200
korban jiwa dan 58.544 orang Madura dari
Kabupaten Sambas mengungsi. Pemerintah
berusaha menyelesaikan konflik dengan cara
memindahkan orang – orang suku Madura dari
wilayah Sambas ke Kotamadya Pontianak dan
Kota Singkawang.
Upaya
Penanganan
Konflik

BERIKUT BEBERAPA UPAYA-


UPAYA DAMAI YANG DILAKUKAN
PEMERINTAH DAN MASYARAKAT
DALAM MENYELESAIKAN
KONFLIK KERUSUHAN SAMBAS
TAHUN 1999 :
UPAYA PENANGANAN
KONFLIK

1.Relokasi Masyarakat Etnis Madura ke Singkawang

Hal ini dilakukan karena disintegrasi masyarakat yang terjadi sudah semakin
parah. Walaupun kerusuhan sambas dapat terde-eskalasi dengan baik oleh
aparat keamanan, tetapi masyarakat Melayu maupun Dayak tidak ingin
menerima kembali masyarakat Madura di tempat mereka agar kejadian yang
sama tidak terulang lagi di masa depan.
UPAYA PENANGANAN
KONFLIK

2. Rehabilitasi Bangunan yang Rusak Akibat Pengrusakan dan Pembakaran


terhadap Infrastruktur Masyarakat Umum.

Dilakukan agar dapat berjalannya kegiatan masyarakat sebagaimana


mestinya. Selain itu, moral dan mental masyarakat juga perlu
mendapat perhatian dan pembinaan agar terwujud suatu rekonsiliasi
yang damai.
UPAYA PENANGANAN
KONFLIK

3.Penegakkan Hukum terhadap Pelaku Pelanggaran


Hukum

Penegakkan hukum ini perlu dilakukan secara konsisten


dan adil tanpa berpihak pada etnis tertentu.
UPAYA PENANGANAN
KONFLIK

4. Pendekatan oleh Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat

Tokoh agama yang telibat dari kedua belah pihak melebur menjadi lembaga-lembaga
lokal yang dibentuk oleh masyarakat untuk menyelesaikan konflik. Kerusuhan sambas
sendiri adalah konflik yang terjadi antar etnis bukan sebuah konflik agama sehingga
peran tokoh agama dalam proses penyelesaian masalah kerusuhan tidak terlihat
menonjol, namun peran mereka tidak dapat disepelekan dalam membangun kembali
interaksi sosial antara masyarakat Melayu dan masyarakat Madura.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai