Disusun Oleh:
2020
Contoh Konflik dari masing-masing anggota kelompok :
1. Konflik Sampit
Konflik Sampit adalah konflik yang terjadi antara suku Dayak dan suku Madura. Konflik
ini bermula karena suku Dayak yang merasa tidak puas dengan persaingan yang terus
datang dari warga Madura yang semakin agresif menguasai industry komersial di
Provinsi Kalimantan Tengah seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan. Konflik
ini berubah menjadi pertikaian disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah
Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran tersebut disebabkanoleh warga Madura dan
kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di
permukiman Madura. Selanjutnya konflik ini mulai memanas dengan munculnya
pemenggalan kepala warga Madura yang dilakukan oleh suku Dayak.
2. Konflik Perbedaan Pendapat dalam Pemilu di Kota Pontianak
Situasi Kota Pontianak semenjak Selasa dini hari hingga Rabu siang memanas.
Khususnya di kawasan Jalan Tanjungraya 1 dan 2, ratusan masyarakat memboikot jalan
dan melakukan aksi bakar ban hingga pos polisi yang membuat jalan disekitar lokasi
macet total. Situasi memanas, diakui Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono yang telah
memantau kawasan bersama Kapolda Kapolres, Dandim dan pihak terkait dan
mengatakan jika aksi yang dilakukan merupakan dampak yang juga dilakukan di Ibukota
Jakarta. Sejumlah fasilitas umum kedapatan dirusak massa, seperti lampu jalan, kamera
pengawas, dan pot bunga. Pemblokiran jalan menuju Jembatan Kapuas oleh massa
setempat membuat kemacetan di kawasan Pontianak Utara dan Timur. Namun, aparat
gabungan dari polisi dan TNI berhasil menghalau mundur massa pada Rabu siang. Aparat
dilaporkan sempat menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan. Langkah
tersebut dilawan massa dengan pelemparan batu dan lainnya. Beberapa orang dikabarkan
ditangkap.
Konflik internal Indonesia yang sejak pasca kemerdekaan hingga saat ini adalah konflik
tentang Papua Barat yang dipelopori dengan berdirinya Organisasi Papua Merdeka
(OPM) dengan TNI. Hal tersebut dimulai dengan pemberontakan rakyat Papua yang
memiliki tujuan untuk melepaskan diri dari kedaulatan Indonesia. Papua resmi masuk
menjadi bagian Indonesia pada tanggal 19 November 1969, melalui Penentuan Pendapat
Rakyat (PePeRa). dan kemudian dikukuhkan oleh Majelis Umum PBB dalam Resolusi
Nomor 2504. Kendati demikian, tidak pula meredakan konflik di Papua Barat dengan
tujuan membebaskan diri dari kedaulatan Indonesia itu.
Pembentukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada tahun 1963 menjadi salah satu
jalan mereka untuk mencapai kemerdekaan mereka dari Indonesia. Pada masa awal
dibentuknya organisasi ini terdiri dari dua faksi, yaitu faksi yang dipelopori oleh Asser
Demtekay dan Terianus Aronggoar. Penyebab lain kuatnya gerakan ini adalah
merdekanya Papua Niew Guenna (PNG) dari Indonesia pada 16 November 1957,
bersamaan pula wilayah ini berbatasan langsung dengan wilayah Papua Barat.
OPM semakin kuat kedudukannya didukung dengan beberapa sebab, yaitu adanya
deskriminasi terhadap pembangunan ekonomi, marjinalisasi masyarakat Papua Barat
yang terjadi puncaknya pada masa Orde Baru.
Konflik ini berpotensi menjadi konflik internasional dan terbuka karena mencangkup
didalamnya masalah politik, keamanan, sosial dan ekonomi. Ditambah beberapa peran
dan kepentingan beberapa pihak asung yang ikut campur terhadap konflik tersebut.
Faktor lainnya kekuatan OPM tujuannya untuk menciptakan identitasnya sebagai negara
yang bukan bagian dari Indonesia.
Selain itu ditambah adanya perasaan masyarakat Papua barat dengan masyarakat
Indonesia lainnya. Penindasan Brutal yang dilakukan oleh angkatan militer Indonesia di
Papua Barat dengan tujuan menjaga keamanan, justru banyak yang kemudian
melanggar hak asasi manusia. Bagi rakyat Papua dianggap sebagai tindak kekerasan
terhadap mereka.
sejak memasuki masa reformasi dan Orde Baru, masyarakat Papua merasa memiliki
ruang gerak yang lebih terbuka dan luas untu dapat mengemukakan pendapatnya secara
bebas dengan kemudahan pula dalam mengakses informasi mengenai masa depan Papua
Barat yang lebih baik, tanpa harus tergabung menjadi bagian kedaulatan negara
Indonesia.
Perlawanan yang pertama kali dilakukan oleh OPM terhadap TNI pada tanggal 26 Juli
1965, sejak perlawanan itu pula OPM mulai berkembang, sehingga menurut laporan
dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) yang pernah diterbitkan pada 24
Agustus 2015 lalu, perkembangan OPM telah menjadi organisasi faksi yang saling
bersaing satu sama lain. Kemudian muncullah tiga faksi yaitu kelompok bersenjata,
Timika dan sekelompok kecil pemimpin yang berbasis diluar negeri.
Dimata Indonesia, tindakan yang dilakukan OPM dikatakan sebagai tindakan yang
memberontak kedulatan negara, hingga dapat dikatakan sebagai tindakan yang
separatis.