Anda di halaman 1dari 6

CONTOH KONFLIK BERPOTENSI KEKERASAN

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata kuliah : Manajamen Konflik

Dosen Pengampu : Drs. Agus Eko Tejo, M.Si

Disusun Oleh:

Alghifari (4201713112) Milda (4201713097)

Antoni Rustam (4201713053) Rada Yulanda (4201713122)

Dini Andriani (4201713018) Titania Ririanti (4201713070)

Indah Hendrati (4201713099) Winda Aprilianti (4201713002)

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

PRODI D4 ADMINISTRASI NEGARA

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2020
Contoh Konflik dari masing-masing anggota kelompok :

1. Konflik Sampit
Konflik Sampit adalah konflik yang terjadi antara suku Dayak dan suku Madura. Konflik
ini bermula karena suku Dayak yang merasa tidak puas dengan persaingan yang terus
datang dari warga Madura yang semakin agresif menguasai industry komersial di
Provinsi Kalimantan Tengah seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan. Konflik
ini berubah menjadi pertikaian disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah
Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran tersebut disebabkanoleh warga Madura dan
kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di
permukiman Madura. Selanjutnya konflik ini mulai memanas dengan munculnya
pemenggalan kepala warga Madura yang dilakukan oleh suku Dayak.
2. Konflik Perbedaan Pendapat dalam Pemilu di Kota Pontianak
Situasi Kota Pontianak semenjak Selasa dini hari hingga Rabu siang memanas.
Khususnya di kawasan Jalan Tanjungraya 1 dan 2, ratusan masyarakat memboikot jalan
dan melakukan aksi bakar ban hingga pos polisi yang membuat jalan disekitar lokasi
macet total. Situasi memanas, diakui Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono yang telah
memantau kawasan bersama Kapolda Kapolres, Dandim dan pihak terkait dan
mengatakan jika aksi yang dilakukan merupakan dampak yang juga dilakukan di Ibukota
Jakarta. Sejumlah fasilitas umum kedapatan dirusak massa, seperti lampu jalan, kamera
pengawas, dan pot bunga. Pemblokiran jalan menuju Jembatan Kapuas oleh massa
setempat membuat kemacetan di kawasan Pontianak Utara dan Timur. Namun, aparat
gabungan dari polisi dan TNI berhasil menghalau mundur massa pada Rabu siang. Aparat
dilaporkan sempat menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan. Langkah
tersebut dilawan massa dengan pelemparan batu dan lainnya. Beberapa orang dikabarkan
ditangkap.

3. Konflik Black Live Matter


Black lives matter (BLM) atau yang berarti “Nyawa Orang Kulit Hitam itu Berarti”
adalah sebuah gerakan aktivis mancanegara, yang dimulai dari komunitas Afrika
Amerika yang aktif dalam menentang kekerasan maupun rasisme terhadap orang kulit
hitam.
Gerakan aktivis ini bermula sejak tahun 2013, dengan penggunaan tagar
#blackLivesMatter di media sosial setelah George Zimmerman, pelaku penembakan
Travyon Martin, seorang pemuda berkulit hitam pada februari 2012. Black lives matter
menjadi gerakan yang dikenal secara nasional setelah demonstrasi yang mereka lakukan
selepas dua kematian warga kulit hitam Amerika Serikat lainnya. Michael Brown
(menyebabkan demonstrasi dan kerusuhan di kota Ferguson) sserta Erik Garner di kota
New York. Sejak protes di kota Ferguson, anggota gerakan ini telah melakukan
demonstrasi memprotes kematian sejumlah warga kulit hitam oleh polisi maupun ketika
ditahan polisi. Pada pertengahan tahun 2015, aktivis-aktivis BLM juga terlibat dalam
pemiihan umum Presiden Amerika Serikat. Pada tahun 2020, terjadi lagi demonstrasi
BLM atas kematian George Floyd. Kematian George Floyd telah memicu kemarahan
massa dan demo antirasisme meledak di banyak wilayah Amerika Serikat, yang
kemudian menjalar ke kota-kota besar di sejumlah negara lain. Floyd meningga tidak
ama setelah ditahan polisi Minneapolis, Minnesota, AS. Polisi menangkapnya dengan
tuduhan membeli rokok di took kelontong memakai uang palsu, pada 25 mei 2020.
Dalam video yang tersebar, memeprlihatkan polisi bernama Derek Chauvin sempat
menindih leher Floyd menggunakan lutut salah satu kakinya, selama hamper 9 menit.
Saat itu, Floyd dalam posisi terlungkup di aspal. Beberapa kali ia sempat berteriak, “aku
tak bisa bernapas”, sebelum tidak bergerak lagi dan meninggal. Sehari usai kematian
Floyd, demonstrasi besar meletup di Minneapolis. Aksi memprotes kebrutalan polisi
Minnesota terhadap Floyd kemudian berkembang menjadi kerusuhan besar. Aksi
memprotes rasialisme dan kematian Floyd selanjutnya melebar ke Kanada, Inggris,
Jerman, Belanda, Spanyol, Italia, serta Belgia. Ribuan orang menggelar aksi yang sama
di Brasil, Tunisia, Afrika Selatan, Austrialia, hingga Jepang, Korea Selatan, Hongkong
dan sejumlah negara lain.

4. Konflik Perang Suriah


Konflik Perang Suriah yaitu konflik bersenjata berbagai pihak dengan intervensi
internasional yang berlangsung di Suriah. Kerusuhan tumbuh sejak protes kebangkitan
dunia Arab tahun 2011, dan meningkat ke konflik bersenjata setelah kekerasan atas
protes kepada Pemerintah Presiden Bashar al-Assad untuk menekan pengunduran dirinya.
Awal mula penyebab konflik Suriah dimulai ketika kerusuhan menyebar, tindakan keras
semakin meningkat. Para pendukung oposisi mengangkat senjata, pertama untuk
membela diri dan kemudian mengusir pasukan keamanan dari daerah mereka. Kekerasan
meningkat dengan cepat dan negara tersebut terjerumus ke dalam perang saudara,
sekaligus menjadi awal mula perang Suriah karena ratusan brigade pemberontak dibentuk
untuk melawan pasukan pemerintah.
5. Konflik Rohingya
Warga Rohingnya adalah komunitas yang mayoritasnya Muslim, dan tinggal di negara bagian
Rakhine. Jumlah mereka sekitar sejuta, tapi mereka bukan kelompok masyarakat terbesar di
Rakhine. Sebagian besar warga Rakhine beragama Buddha. Komunitas warga Rakhine merasa
didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis
oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya
dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas mereka sendiri.
Inilah peyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah mengakibatkan sejumlah
konflik senjata antar kedua kelompok.Selain itu, kelompok Rakhine merasa dikhianati secara
politis, karena warga Rohingnya tidak memberikan suara bagi partai politik mereka. Ini
menyebabkan tambah runcingya ketegangan. Sementara itu, pemerintah tidak mendorong
rekonsiliasi, melainkan mendukung fundamentalis Buddha dengan tujuan menjaga
kepentingannya di kawasan yang kaya sumber alam tersebut. Faktor-faktor ini adalah penyebab
utama di balik konflik antar kelompok etnis dan antar agama. Ini juga jadi penyebab
memburuknya kondisi hidup warga Rohingya, serta pelanggaran hak-hak sosial-politis mereka.
Tindak kekerasan terjadi pada tanggal 9 Oktober 2016, beberapa individu bersenjata menyerang
beberapa barak polisi perbatasan di negara bagian Rakhine yang menewaskan Sembilan orang
polisi.menyusul insiden barak polisi, militer Myanmar mulai melakukan tindakan kekerasan
besar di desa negara bagian Rakhine utara. Dalam operasi awal, puluh orang tewas dan banyak
yang ditangkap. Karena tindakan kekerasan berlanjut, korban meningkat penangkapan
sewenang-wenang, pembunuhan di luar hukum, pemerkosaan berkelompok, kebrutalan
terhadap warga sipil, dan terjadi penjarahan.
6. Konflik Penolakan Revisi UU KPK dan KUHP
Demonstrasi mahasiswa di seluruh tanah air dilakukan atas respons terhadap isu-
isu terkini yang dinilai akan merugikan masyarakat dan kehidupan demokrasi di
Indonesia. Mahasiswa menolak pengesahan sejumlah rancangan undang-undang,
satu di antaranya RUU KUHP, dan menolak UU KPK yang baru saja disahkan
DPR.Mereka menilai UU KPK yang baru bakal melemahkan
pemberantasan korupsi di tanah air. Sebab, sejumlah 'kelebihan' KPK dipreteli di
UU yang baru, semisal penyadapan, operasi tangkap tangan yang harus meminta
izin Dewan Pengawas, dan lainnya.Sementara, pengesahan RUU KUHP bakal
membawa mundur demokrasi di Indonesia. Sebab, sejumlah pasal di RUU KUHP
dinilai mereka bertentangan dengan kebebasan berpendapat dan demokrasi. Salah
satunya soal penghinaan presiden.Demonstrasi yang digelar hampir di seluruh
wilayah Indonesia itu masif terjadi hingga kini.Tak jarang demonstrasi berujung
bentrok dengan aparat kepolisian. Di Jakarta, bentrokan pecah pada Selasa (24/9)
malam.Sejumlah mahasiswa mengalami luka. Paling parah adalah Faisal Amir,
mahasiswa Universitas Al Azhar. Dia ditemukan rekan-rekannya dalam kondisi
kritis dengan luka parah di kepala dan beberapa bagian tubuhnya, sekitar pukul
18.00 WIB. Dia lantas dilarikan ke Rumah Sakit Pelni, Jakarta Barat.
Sementara di Kendari, bentrokan dengan aparat kepolisian berujung gugurnya dua
orang mahasiswa yakni La Randi (21) Muhammad Yusuf Kardawi (19). Dua
mahasiswa Universitas Halu Oleo Kendari itu gugur akibat tertembak peluru tajam
saat demonstrasi di Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
7. Konflik Naturalisasi Sungai Ciliwung
Polemik dataran buatan atau "reklamasi" di bantaran kali Ciliwung pernah
menjadi topic pembicaraan. Warga bantaran kali Ciliwung memperluas lahan mereka dengan
mengendapkan bebatuan yang dimasukan kedalam karung di pinggir kali. Sontak perilaku ini
memicu keresahan masyarakat karena lebar kali menjadi sempit akibat dari pelebaran tersebut.
Dia mengatakan di jaman Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi gubernur, sudah disampaikan
wacana tersebut kepada warga. Warga mengatakan warganya bersedia pindah dari bantaran
kali bila diberikan uang pengganti atas bangunan yang mereka tinggali. Dia mengatakan
warganya tidak mengharapkan dipindah ke rusunawa.
Warga siap, yang penting satu, nggak ganti tanahnya nggak apa-apa. Bangunannya diganti. Kalau
mau rusun kan, seperti rusun di Kampung Melayu, itu kan pindahan dari Kampung Pulo semua.
Nggak dikasih apa-apa, disuruh pindah ke sana, akhirnya suruh bayar tiap bulan Rp 700 ribu.
Sekarang kalau warga usaha/dagang di situ, mati juga.

8. Konflik Organisasi Papua Merdeka

Konflik internal Indonesia yang sejak pasca kemerdekaan hingga saat ini adalah konflik
tentang Papua Barat yang dipelopori dengan berdirinya Organisasi Papua Merdeka
(OPM) dengan TNI. Hal tersebut dimulai dengan pemberontakan rakyat Papua yang
memiliki tujuan untuk melepaskan diri dari kedaulatan Indonesia. Papua resmi masuk
menjadi bagian Indonesia pada tanggal 19 November 1969, melalui Penentuan Pendapat
Rakyat (PePeRa). dan kemudian dikukuhkan oleh Majelis Umum PBB dalam Resolusi
Nomor 2504. Kendati demikian, tidak pula meredakan konflik di Papua Barat dengan
tujuan membebaskan diri dari kedaulatan Indonesia itu. 

Pembentukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada tahun 1963 menjadi salah satu
jalan mereka untuk mencapai kemerdekaan mereka dari Indonesia. Pada masa awal
dibentuknya organisasi ini terdiri dari dua faksi, yaitu faksi yang dipelopori oleh Asser
Demtekay dan Terianus Aronggoar. Penyebab lain kuatnya gerakan ini adalah
merdekanya Papua Niew Guenna (PNG) dari Indonesia pada 16 November 1957,
bersamaan pula wilayah ini berbatasan langsung dengan wilayah Papua Barat.

OPM semakin kuat kedudukannya didukung dengan beberapa sebab, yaitu adanya
deskriminasi terhadap pembangunan ekonomi, marjinalisasi masyarakat Papua Barat
yang terjadi puncaknya pada masa Orde Baru. 

Konflik ini berpotensi menjadi konflik internasional dan terbuka karena mencangkup
didalamnya masalah politik, keamanan, sosial dan ekonomi. Ditambah beberapa peran
dan kepentingan beberapa pihak asung yang ikut campur terhadap konflik tersebut.
Faktor lainnya kekuatan OPM tujuannya untuk menciptakan identitasnya sebagai negara
yang bukan bagian dari Indonesia. 

Selain itu ditambah adanya perasaan masyarakat Papua barat dengan masyarakat
Indonesia lainnya. Penindasan Brutal yang dilakukan oleh angkatan militer Indonesia di
Papua Barat dengan tujuan menjaga keamanan, justru banyak yang kemudian
melanggar hak asasi manusia. Bagi rakyat Papua dianggap sebagai tindak kekerasan
terhadap mereka.

sejak memasuki masa reformasi dan Orde Baru, masyarakat Papua merasa memiliki
ruang gerak yang lebih terbuka dan luas untu dapat mengemukakan pendapatnya secara
bebas dengan kemudahan pula dalam mengakses informasi mengenai masa depan Papua
Barat yang lebih baik, tanpa harus tergabung menjadi bagian kedaulatan negara
Indonesia. 

Perlawanan yang pertama kali dilakukan oleh OPM terhadap TNI pada tanggal 26 Juli
1965, sejak perlawanan itu pula OPM mulai berkembang, sehingga menurut laporan
dari Institute for Policy Analysis of Conflict  (IPAC) yang pernah diterbitkan pada 24
Agustus 2015 lalu, perkembangan OPM telah menjadi organisasi faksi yang saling
bersaing satu sama lain. Kemudian muncullah tiga faksi yaitu kelompok bersenjata,
Timika dan sekelompok kecil pemimpin yang berbasis diluar negeri. 

Dimata Indonesia, tindakan yang dilakukan OPM dikatakan sebagai tindakan yang
memberontak kedulatan negara, hingga dapat dikatakan sebagai tindakan yang
separatis.

Tindakan ini dianggap sebagai tindakan yang meresahkan karena mengancam


keamanan dan kedaulatan NKRI. Menurut Hukum Humaniter Internsiaonal sebagai
tindak kejahatan makar kelompok yang melakukan perlawanan
terhadap pemerintahan negara yang sah. 

Anda mungkin juga menyukai