Massa tiba dan berkumpu l di Mesjid Agung Darussalihin Kota Idi sekitar
pukul 10:00 Wib, mengusung sejumlah spanduk dan poster yang berisi
dukungan terhadap tahapan Pemilukada. Mereka melakukan long march
(berjalan kaki) menuju Kantor DPRK.Koordinator aksi Tgk Muzakir Daud
di halaman DPRK dalam orasinya menyebutkan, aksi itu mereka
lakukan karena DPRK Aceh Timur mencoba melawan perundang-
undangan di Indonesia. Perwakilan massa menyerahkan pernyataan
sikap bersama ke kantor dewan, yang diterima oleh pegawai skretariat dewan.Setelah iru massa bertolak
kekantor KIP Aceh Timur untuk melakukan aksi demo meminta Kepada KIP agar menjalankan pemilukuada
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.Sementara itu, Ketua KIP Aceh Timur, Iskandar A Gani mengatakan,
pihaknya akan menjalankan tahapan pemilukada sesuai dengan peraturan dan jadwal yang telah ditetapkan.
“KIP tidak dalam posisi menerjemahkan regulasi tetapi KIP hanya melaksanakan regulasi yang ada sesuai
dengan perundang-undangan
Poso membara! Rentetan kekerasan bahkan terus bergulir pasca konflik massal
1998-2001. Peledakan bom, perampokan bersenjata, pembunuhan warga
masyarakat dan aparat seakan tanpa ujung. Sekian banyak peristiwa kekerasan
bernuansa teror terus terjadi tanpa dapat diungkap pelakunya. Sabtu, 29 Oktober
2005, Poso gempar lagi. Pagi itu ditemukan tiga tubuh siswi berseragam SMU
bersimbah darah, tanpa kepala, tergeletak mengenaskan di jalan setapak Bukit
Bambu. Tak lama kemudian, tiga kepala siswi tersebut ditemukan di dua tempat
berbeda, disertai surat ancaman untuk mencari kepala-kepala lain. Bagi warga
Kabupaten Poso khususnya, dan Propinsi Sulawesi Tengah pada umumnya, insiden itu menimbulkan klimaks ketidakpercayaan
terhadap pemerintah, aparat keamanan, maupun penegak hukum. Takut dan putusasa menghinggapi mereka. Di kancah
nasional, peristiwa mutilasi 3 siswi itu merebak menjadi isu panas di media massa, DPR, Pemerintah Pusat, Komnas HAM,
bahkan di kalangan masyarakat internasional.