Anda di halaman 1dari 3

SOLIDARITAS UNTUK WADAS!

B R O S U R P R O P A G A N D A O R G A N I S A S I K A U M M U D A S O S I A L I S
Resistance (Jakarta), Lingkar Studi Sosialis (Yogyakarta), Lingkar Studi Kerakyatan (Samarinda), Sosialis Muda (Kota
Malang), Lingkar Studi Revolusioner (Kudus), Lintas Komunal (Balikpapan), Muda Melawan (Semarang), Red Elephant
(Lampung), dan Liga Pemuda Sosialis (Bojonegoro).

Ribuan polisi dan brigade mobil (brimob), satuan anjing-anjing pelacak dengan gabungan tentara serta satuan
polisi pamong praja (PP) dikerahkan ke Desa Wadas sejak Senin (7/2/2022), memfasilitasi pengukuran tanah demi
penambangan batu andesit untuk mega proyek Bendungan Kecamatan Bener penyuplai pasokan air Bandara
Internasional Yogyakarta di Kulonprogo. Pengerahan aparat ini diiringi pemadaman listrik dan pelumpuhan sinyal
di Wadas. Selasa (8/2/2022) aparat termasuk yang menaiki berbagai kendaraan bermotor dengan bersenjata
lengkap dan membawa anjing-anjing penyerang memasuki Desa Wadas. Mereka mencopoti poster-poster warga
yang menolak penambangan. Aparat yang berseragam maupun berpakaian preman juga menyerang, memukuli,
dan mengejar banyak pemuda desa, hingga ke dalam kamar dan ke dalam hutan. Selain itu di tengah hari aparat
juga mengepung dan menangkap warga di masjid yang ber-mujahaddah.

1
(Pengepungan polisi terhadap warga Wadas di Masjid)

Polisi menangkap sekitar 60 orang dari kalangan warga, petani, dan pemuda Desa Wadas, serta aktivis
solidaritas, termasuk di antaranya anak-anak. Aparat bahkan juga menyatroni dan melabrak kaum ibu di pos-pos
jaga yang sedang mengurus konsumsi lalu merampas semua barang mereka. Kemudian aparat menyebar hoax
bahwa yang mereka tangkap adalah pembawa senjata tajam. Kenyataannya itu hanya alat masak dan peralatan
bertani. Sementara itu para pendamping hukum malah dihalangi aparat. Bahkan banyak warga yang tidak masuk
barisan penolak maupun di medan juang protes juga turut diintimidasi. Sebagaimana dilansir Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia (Walhi), para ibu yang mengasuh dan menggendong anak di rumah pun dihardik para aparat.
Penindasan dan teror aparat demikian jelas bertentangan dengan klaim Ganjar Pranowo, Gubernur Provinsi Jawa
Tengah, yang mengatakan “Jangan takut! Hanya ngukur tanah, kok” dan “...jangan khawatir, ada niatan baik, tidak
akan ada kekerasan.” Demikianlah aparat negara borjuis dan politisi borjuis sama-sama pembohong. Memang
kepentingan mereka bukanlah kebenaran apalagi mengayomi rakyat, melainkan melancarkan-melanggengkan
kapitalisme, kalau perlu menggunakan kekerasan dan kebohongan.
Warga Wadas maupun aktivis penolak tambang serta penolak dam Bener tidaklah bersalah! Sebab
penambangan batu andesit untuk proyek dam Bener yang berbiaya Rp 2,06 triliun ini akan merusak 28 titik sumber
mata air kebutuhan warga. Bukan hanya itu bentang alam dan ekosistem pun akan dirusak megaproyek kapitalistis
ini. Selain itu menurut Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purworejo 2011-2031,
Kecamatan Bener (termasuk didalamnya Desa Wadas) merupakan bagian dari Kawasan Rawan Bencana Tanah
Longsor. Penambangan dan pembangunan dam akan mewujudkan bencana itu!
Sisi lain justru rezim yang bersalah dan melanggar hukum! Sebab Putusan MK Nomor 91/PUU-XVIII/2020
terhadap perkara pengujian formil UU No. 11 tahun 2022 Cipta Kerja juga memuat perintah penangguhan segala
tindakan/kebijakan strategis berdampak luas, seperti penambangan dan pembangunan dam Bener ini. Selain itu
rezim juga melanggar ketentuan UU No. 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum sebab
penambangan batu andesit bukan sebagai objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan di dalamnya
tidak mengategorikan tambang sebagai proyek untuk kepentingan umum. Terlebih dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Amdal) pun tidak didahului sosialisasi apalagi melibatkan warga.
Kenyataannya, sebagaimana dilansir Jogja Darurat Agraria, warga yang menolak tambang 73% jumlah
bidang tanah, 72% jumlah luasan, dan 71% jumlah orang, sedangkan yang mendukung tambang (termasuk di luar
Desa Wadas) hanya 27% luasan, 28% bidang lahan, dan 29% jumlah orang. Namun para buzzer dan para
pendukung rezim borjuis, baik rezim pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, terus menerus menyebarkan
hoax serta berita palsu demi pembenaran perusakan lingkungan serta pembenaran penindasan terhadap warga
dan aktivis penolak tambang.
Semua penindasan, kesewenangan, bahkan pelanggaran hukum oleh rezim serta aparat sendiri
mencerminkan tindakan menghalalkan segala cara demi kepentingan kapitalisme dan investasi. Tidak ada

2
supremasi hukum di negara kapitalis dan tidak ada kesetaraan rakyat di muka hukumnya rezim borjuis. Itu pulalah
yang berlaku di Negara Kapitalis Republik Indonesia (NKRI). Kepentingan para konglomerat serta pejabat
terutama pemodal internasional atau kapitalis-imperialis yang diutamakan. Hukum dibuat bertekuk lutut di atas
kepentingan kapital, didesain dan diutamakan untuk operasi menghisap, menindas, dan menumpuk kekayaan.
Bukan hanya bias kelas dalam penerapannya, tajam ke bawah menghukum pedagang kaki lima, pedagang
asongan, dan rakyat-pekerja tapi ringan-lembek-toleran terhadap para kapitalis besar. Melainkan juga bilamana
dalam perjalanannya operasi bisnis para pemodal besar dan rezim borjuis melanggar hukum, maka hukumnya
yang diubah.
Persis inilah yang terjadi juga dalam konflik Wadas. Penambangan andesit untuk pembangunan dam Bener,
dam Bener bagian daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), PSN merujuk Peraturan Pemerintah, Peraturan
Pemerintah acu UU Cipta Kerja, padahal UU Cipta Kerja sudah dinyatakan inkonstitusional bersyarat. Namun
rezim tidak mampu dan tidak mau memenuhi syarat-syaratnya, apalagi mau meninggalkannya (!), malah DPR
bergerak untuk merevisi UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (PPP). Para politisi borjuis menyatroni
banyak kampus di empat kota dengan melibatkan pakar yang bidangnya bukan di sana, banyak dosen bahkan
menolaknya mentah-mentah karena tidak mau jadi tukang cap pemulus Omnibus Law.
Penindasan aparat negara kapitalis yang dilakukan untuk memfasilitasi penambangan batu andesit untuk
dam Bener ini serupa dengan penindasan rezim kediktatoran militer Orde Baru pimpinan Harto untuk membangun
Waduk Kedungombo di Boyolali. 37 desa, tujuh kecamatan di tiga kabupaten, ditenggelamkan demi dam, dan
5.268 keluarga disingkirkan. Baik rezim kediktatoran militer maupun rezim demokrasi liberal sebenarnya tidak lebih
dari kediktatoran kelas kapitalis terhadap rakyat. Selama kekuasaan mereka bertahan serta selama penindasan
mereka tidak dilawan dan dikalahkan maka selama itu pula pola-pola represi, intimidasi, kriminalisasi, persekusi,
juga berbagai bentuk kesewenangan-penindasan lainnya akan terus diulangi, bahkan dilanjutkan di masa depan.
Hari ini warga desa Wadas korbannya, esok lusa bisa giliran rakyat di wilayah-wilayah lainnya.
Ayo bersolidaritas untuk Wadas! Perjuangan kaum tani, pemuda, dan warga desa Wadas beserta aktivis-
aktivis penolak tambang batu andesit-penolak dam Bener, adalah perjuangan kita juga! Kemajuan perlawanan
mereka adalah kemajuan perlawanan kita semua, dan kekalahan mereka juga akan menjadi kekalahan rakyat
semuanya.
Ayo pertahankan kedaulatan rakyat! Bumi ini ditanami kaum tani dan kesejahteraannya diciptakan oleh
rakyat-pekerja. Jangan biarkan diinjak-injak para aparat, pejabat, dan konglomerat yang menjunjung tinggi
kepentingan modal dengan mengorbankan kesejahteraan rakyat dan keselamatan warga. Rakyat tidak anti-
pembangunan, namun anti-pembangunan yang hanya ditujukan untuk memenuhi nafsu keserakahan kapitalisme
dan operasi imperialisme mengeruk kekayaan, menumpuk laba, serta meluaskan penindasan-penghisapannya.
Lindungi kelestarian lingkungan! Berbagai mega proyek nasional kapitalistis rezim maupun operasii-operasi
bisnis lainnya terus menimbulkan pencemaran, perusakan lingkungan, serta bencana-bencana yang memakan
banyak korban jiwa rakyat-jelata, yang seharusnya bisa dihindari bilamana kelestarian lingkungan diutamakan.
Bilamana tambang andesit dan dam Bener lolos didirikan maka kerusakan lingkungan berupa hilangnya banyak
mata air, yang pada gilirannya juga akan mengakibatkan kian tergerusnya kedaulatan pangan dan meningkatnya
pengangguran serta kemiskinan, sekaligus bencana alam longsor.
Jadikan perjuangan solidaritas Wadas sebagai bagian perjuangan melawan tirani dan untuk mendirikan
tatanan masyarakat adil, makmur, lestari, dan bebas penindasan! Mari menuntut:
1. Stop represi, intimidasi, kriminalisasi, dan persekusi aparat terhadap warga dan kaum tani Wadas serta
para aktivis yang bersolidaritas!
2. Bebaskan seluruh warga dan kaum tani Wadas serta para aktivis solidaritas yang ditangkap polisi!
3. Tarik mundur seluruh aparat dari Desa Wadas!
4. Cabut rencana penambangan batu andesit maupun mega proyek nasional Bendungan Bener!

Wadas Melawan!
Tirani Mati, Alam Lestari!
Narahubung:

Anda mungkin juga menyukai