Anda di halaman 1dari 2

Nama : Laode Muh Haswin

NPM : 07232211090
Prodi : Teknik Sipil

“Tambang Di Halmahera Tengah, Masyarakat Dapat Apa?”

Halmahera Tengah, salah satu kabupaten di Maluku Utara, kaya akan potensi


sumber daya alamnya (SDA), baik di daratan maupun di pesisir laut. Di wilayah
daratan, potensi SDA seperti hutan, tanaman Pala dan Cengkeh, serta sumber daya
mineral seperti nikel dan emas, masih merupakan sektor andalan bagi pendapatan
daerah. Sementara, pesisir laut Halmaherta Tengah yang lebih luas arealnya
dibandingkan daratan, merupakan ruaya untuk jenis ikan pelagis seperti Tuna
(Thunnus sp), dan Cakalang (katsuwonus pelamis), masih menjadi anak tiri
pembangunan yang tidak dikelola dengan maksimal oleh pemerintah daerah.
Kekayaan alam di wilayah Halmahera Tengah, khususnya tambang,
mengundang beberapa investor pertambangan seperti PT. Aneka Tambang, PT.
Indonesia Weda Bay Industri Park (IWIP), PT. Trakindo, dan PT. Bakti Pertiwi
Nusantara. melakukan ekspansi modal ke wilayah ini. Hal ini sangat berimplikasi
singnifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat adat. Selain aspek yang katanya
“positif”, dalam bentuk devisa bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD), kehadiran
investasi pertambangan ini justru lebih menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat
lokal, yang banyak menggantungkan kehidupannaya di sektor pertanian dan
perikanan. Dengan kehadiran beberapa investasi pertamabang terjadilah konflik
antara masyarakat dan pihak perusahaan, konflik bermulah pada saat pemerintah
mengeluarkan kebijakan Izin Areal Penggunaan Lain (APL) kepada perusahaan di
dalam perkebunan warga sebagai pemilik hak atas tanah.
Kerusakan ekologi dan lingkungan akibat alihfungsi kawasan untuk aktifitas
pertambangan diperkirakan sangat tinggi. Perusahaan ini akan mengalihfungsikan
kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan seluas 2.650 hektar yang dipergunakan
sebagai lokasi pertambangan, perkantoran, dan pabrik. Model kegiatan tambang yang
menggunakan sistem tambang terbuka (Open Pit) akan menciptakan masalah
lingkungan dikemudian hari. Perusahaan ini akan membutuhkan air dalam jumlah
yang besar untuk kepentingan pengelolahan biji nikel.
Dalam konteks ini kehadiran investasi ekstraktif yang sangat massif,
masyarakat Lalilef Sawai, Gemaf, Sagea, dan Woyebulen kehilangan beberapa situs
budaya. Salah satunya adalah Goa Batu Lubang merupakan satu situs yang masih
dianggap keramat oleh masyarakat Sagea. Goa Batu Lubang ini juga memiliki fungsi
penting sebagai mata air, yang mengairi Desa Sagea (sering disebut sebagai sungai
Batu Lubang atau sungai Sagea. Sungai-sungai utama di daerah proyek PT. IWIP
adalah dua sungai besar yang melewati areal proyek yaitu sungai Ake Kobe di
sebelah Barat, dan sungai Ake Sagea di sebelah Timur. Sungai Sangaji di sebelah
Utara memiliki batas-batas daerah aliran sungai yang umumnya berada di luar batas
proyek. Walaupun demikian Sebagian besar dari areal proyek  merupakan daerah
tangkapan air sungai-sungai tersebut. Bagian hulu dari daerah tangkapan air tersebut
adalah daerah pegunungan yang berada di daerah utara dan mengalir ke arah Selatan,
Barat Daya, dan Tenggara.
Dampak yang dirasakan masyarakat yang timbul dari kegiatan pertambangan
PT IWIP itu merupakan potret nyata adanya pelanggaran hak-hak konstitusional
warga negara. Seharusnya negara harus hadir memberikan perlindungan kepada
warganya, bukan hadir dalam bentuk yang berbeda seperti tindakan aparat kepolisian
tersebut. Keberadaan perusahaan tersebut, telah memutus mata rantai ekonomi bagi
masyarakat adat Sawai. Tentu ini akan menimbulkan masalah yang dikemudian hari
semakin kompleks. Kemiskinan, konflik sosial dan pencemaran lingkungan akan
menjadi tontonan dalam kehidupan masyarakat adat di lingkar tambang. Semua itu
terjadi karena pengabaian yang dilakukan. Pemerintah harus hadir memberikan atensi
kepada masyarakat, menindak secara tegas tindakan perusahaan yang lalai
menjalankan aturan hukum yang berlaku di negara ini. Jika tidak dilakukan, maka
perlawanan warga terhadap kebijakan ini adalah suatu pembenaran. Pembangunan
merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik. Untuk itu sudah selayaknya pemerintah memiliki paradigma berpikir
conceren sepenuhnya terhadap kepentingan masyarakat, berbagai kebijakan yang
dibuat harus menjadi dasar hubungan harmonis antara masyarakat dan pemerintah
yang berdasarkan pembangunan yang berkelanjutan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai