Anda di halaman 1dari 11

Terganggunya Ekosistem akibat

Pembangunan Ibukota Baru

Derril Pramana Tungka


Ihsanul Zikri Misra
Latar Belakang

• Nagara Rimba Rusa


• 50% ruang terbuka hijau
• 5648 Ha sebagai Kawasan inti untuk Istana Negara di Tengah,
eksekutif dan yudikatif di sebalah kiri dan kanan
• 56180 Ha sebagai IKN yang di dalamnya ada Danau Pancasila dengan
bangunan – bangunan seperti museum dan pasar
• 256142 KSN -> Menyusun basis desain untuk sektor jalan dan
jembatan, sumber daya air, serta sektor infrastruktur
TAHURA
BUKIT
SOEHARTO

• Terbentang antara dua kabupaten (Kutai Kertanegara dan Penajam Paser Utara)
• 61850 Ha
• Pusat Reintroduksi Orang Utan Wanariset Samboja
• Beruang Madu, Macan Dahan, Landak, Owa – owa, Burung Enggan, Kera Ekor Panjang,
Trenggiling, Rusa Sambar, Kuau Besar, Biawak, Tupai, Musang, Babi Hutan, Cucak Rawa
Luas wilayah yang akan dipakai sebesar 256 ribu hektar. Kawasan inti 56 ribu hektar
dan kawasan pemerintahan 5.600 hektar

Kawasan yang digunakan sebagai IKN bukan lahan kosong melainkan terdapat 162
konsesi tambang, kehutanan, perkebunan sawit, dan PLTU batu bara, seluas 180.000
hektar
1 Januari hingga 7 September 2019 terjadi peningkatan titik panas dari 1.748 titik
menjadi 8.556 titik

Pada 20 November 2019 muncul 3 titik panas di wilayah IKN. Salah satu dari titik
tersebut berada di Kecamatan Sepaku tempat istana negara akan dibangun
Pembangunan IKN yang memiliki inti di tepi pantai juga berpotensi merusak ekosistem
manggrove yang berada di Teluk Balikpapan

Menurut FWI (Forest Watch Indonesia) indeks bahaya banjir di IKN baru pada 2018
mencapai 0,75, yaitu zona bahaya tinggi banjir
Wilayah IKN baru memiliki sumber air baku yang minim karenan terdapat batu bara dan
mineral yang berada di bawah tanah sehingga air permukaan menjadi satu-satunya sumber air

Wilayah IKN baru memiliki sumber daya air 14 meter kubik per detik dengan bantuan 2
bendungan besar dan 3 aliran sungai besar (sungai lawe-lawe, sungai tengin, dan )
Kesimpulan

• Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kuta Kartanegara sebaiknya tidak dijadikan
ibukota negara baru
• Banyak ekosistem yang harus dilindungi di wilayah tersebut dan harusnya tidak
boleh diganggu oleh pembangunan
• Ketersediaan sumber daya air di Penajam Paser Utar dan Kutai juga akan
menyulitkan kehidupan IKN baru
• Jika pemerintah ingin membangun IKN baru harusnya pemerintah dapat mencari
wilayah yang lebih siap dan tidak terganggu ekosistemnya jika dilakukan
pembangunan di tempat tersebut
TERIMA KASIH
Pertanyaan

• Zahra (HG 1) : Tidak masalah jika IKN baru tidak siap untuk menjadi Ibukota, pemerintah bisa
mempersiapkannya terlebih dahulu, karena perubahan akan terjadi bertahap dan tidak terjadi
secara langsung
• Resha: Bukankah lebih baik kita memiliki calon IKN baru yang belum dipersiapkan sehingga
para investor akan lebih ingin melakukan investasi pada pembangunannya, jika kita telah
melakukan pembangunan terlebih dahulu maka investor akan berpikir dua kali untuk investasi

– JAWABAN: Kelompok kami secara tega menolak pembangunan ibukota baru di Penajam Paser Utara dan
Kutai Kartanegara karena wilayah tersebut seharusnya menjadi wilayah yang tetap terjaga. Selain itu, wilayah
tersebut juga merupakan tempat konservasi hewan yang terancam punah dan juga wilayah paru-paru
Indonesia. Sebaiknya, pemerintah mencari wilayah lain untuk ibukota baru yang tidak akan merusak
ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai