NIM : 1410010084
FAKULTAS HUKUM
Indonesia sebagai Negara Hukum perlu adanya legitimasi hukum di setiap kebijakan pemerintah
untuk memberi kepastian hukum dengan tujuan memperlancar aturan sebagai negara hukum 1
Legitimisasi Hukum dianggap penting bagi pemimpin pemerintahan, karena para pemimpin bertujuan
untuk memperlancar pembangunan suatu bangsa dan negara melalui program-programnya
Dewasa ini Pemerintah Indonesia program pembangunan bangsa. Pemerintahan Indonesia mulai
mempercepat program pembangunan infrastruktur, mulai dari pembangunan jalan tol baru, bandara
baru, hingga pelabuhan baru. Dalam pembangunan infrastruktur ini, ketersediaan listrik merupakan
hal yang urgent. PLN menyatakan bahwa Indonesia mengalami surplus listrik. Jawa Tengah surplus
listrik sebesar 750 MW, Jawa Timur surplus listrik sebanyak 2600 MW, NTT surplus listrik sebesar 90
MW, Papua surplus listrik sebesar 59 MW, Sulawesi surplus listrik sebesar 70,9 MW, dan Kalimantan
surplus listrik sebesar 100 MW. Namun dengan rencana pembangunan industri dengan skema MP3EI
diatas dan teruskan oleh Presiden Indonesia dengan nama Kebijakan Paket Ekonomi , pemerintah
menyatakan Indonesia akan kekurangan listrik kedepannya. Untuk itu, Pemerintahan berencana untuk
menambah kapasitas listrik di Indonesia hingga berjumlah 35.000 MW,
Maka dari itu Pemerintah melegitimasi aturan hukum untuk memperlancar programnya salah
satunya adanya pembangkit listrik di Indonesia. Melalui KepmenESDM No.74.K/21/MEM/2015
tentang Pengesahan Rencana Usaha PenyediaanTenaga Listrik 2015-2024. Atas hal tersebut
pemerintahan perlu adanya sumberdaya alam untuk dijadikan sumber pembangkit listrik salah satunya
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.2
Sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan sebagai sistem transmisi
panas didalam lapisan lapisan bumi, meliputi inti maupun kerak/mantel bumi. Sistem ini bekerja
dengan ditransmisikan/dihantarkannya panas inti bumi (bersifat cair dan sangat panas) menuju suatu
tempat penampungan (secara alami maupun buatan). Tempat penampungan inilah yang menjadi
perwujudan panas bumi di permukaan tanah. Proses transmisi panas ini memerlukan suatu
penghantar. Karena panas yang ada bukan dalam bentuk gelombang elektromagnetik, sehingga
memerlukan medium perantara dalam perpindahannya. Elemen penghantar ini beragam wujud dan
jenisnya tergantung di bagian mana dia berada, ada yang berupa gas panas, lelehan batuan, air panas
dan bentuk-bentuk lain yang kurang lazim ditemukan. Elemen-elemen ini lazim disebut dengan fluida
termal. Selama proses penghantaran tersebut, fluida dapat terperangkap atau tersimpan dalam suatu
Pada tahun 2010, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan Kepmen
ESDM Nomor 1557 k/30/MEM/2010, yang menetapkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Baturraden (PLTP Baturraden) sebagai nama dari Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) untuk
kegiatan panas bumi di Gunung Slamet. Adapun WKP PLTP Baturraden memiliki luasan sebesar
24.660 Hektar. PLTP Baturraden mencakup 5 (lima) kabupaten, antara lain Brebes, Banyumas,
Purbalingga, Pemalang, dan Tegal. Kemudian pada 11 April 2011, PT SAE memenangkan tender
mendapat Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan SK Gubernur Jateng Nomor 541/27/2011.
Gunung Slamet sebagai sasaran PLTPB atas program pemerintah harus memiliki Ijin Pinjam Pakai
kawasan hutan (IPPKH) Kepada Kementrian Kehutanan, karena sebagian hutan di Gunung Slamet
adalah hutan lindung yang dimana hutan lindung masih di atur didalam Undang-undang Nomor 41
Tahun 1999 Tentang Kehutan4.
Sejak Oktober 2016 tahap eksplorasi berupa pembabatan hutan di wilayah Gunung Slamet untuk
pembangunan PLTP Baturaden sudah mulai dilakukan. PT. Sejahtera Alam Energy (SAE), pemrakarsa
proyek ini mengantongi izin per-Agustus 2016 untuk menggunakan lahan seluas 488.288 hektar. Hal
tersebut dalam Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) tahap eksplorasi nomor
20/1/IPPKH/PMA/2016 diterbitkan pada 5 Oktober 2016. Sedangkan keseluruhan Wilayah Kerja
Panas Bumi Baturaden sesuai dengan keputusan Menteri ESDM Nomor 1557.K/30/MEM/2010 seluas
24.660 hektare
Disinilah kita bisa melihat telah terjadi ketidak singkronan secara hukum administrasi negara
dengan adanya pembabatan hutan lindung di Gunung Slamet yang dijadikan proyek PLTPB dengan
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan.
Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi kedua di pulau Jawa dengan ketinggan3.432 mdpl.
Luasan Gunung Slamet mencangkup 5 Kabupaten antara lain Kab. Banyumas, Brebes, Tegal,
Pemalang dan Purbalingga. Gunung Slamet mempunyai sisa hutan seluas 52.617 Ha dengan
sepertiganya (20.000 Ha) berupa hutan lindung. Tutupan vegetasi ini merupakan yang terluas di Jawa
Tengah.6 Kerapatan vegetasi hutan lindung gunung slamet selama ribuan tahun adalah kawasan
dengan kekayaan flora dan fauna yang khas. Gunung Slamet adalah tempat penampungan air raksasa
yang menghidupi jutaan manusia di sekitarnya. Menurut UU No. 41 tahun 1999 “Hutan lindung
Setelah adanya pembabatan hutan seluas 24.660 Ha dan didalamnya termasuk hutan lindung
seluas 475 Ha untuk membuat tahap eksplorasi pembangunan Proyek PLTPB (Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi) di wilayah lereng Gunung Slamet sudah terjadi dampak yang merugikan
masyarakat seperti keruhnya Sungai Prukut yang bersumber dari curug cipendok juga dirasakan
warga desa-desa lainnya seperti Sambirata, Panembangan, Kalisari, Pernasidi, Cikidang dan
Karanglo. Ketujuh desa tersebut merupakan desa-desa yang berada di lereng selatan Gunung Slamet
yang menggantungkan kebutuhan air bersihnya pada sumber-sumber mata air yang mengalir melalui
Sungai Prukut. Akibat air Sungai Prukut keruh, ribuan warga praktis kehilangan sumber air bersih,
seperti dikatakan Kepala Desa Panembangan, Suparto. Ada setidaknya 1.900-an keluarga yang
mengalirkan air dari penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Karena masyarakat
menggantungkan air bersih dari sumber air di Curug Cipendok dan Sungai Prukut. 10 Bukan hanya itu,
proyek ini juga mengakibatkan adanya longsoran di hulu sungai, hingga menyebabkan aliran sungai
keruh. Padahal masyarakat sekitaran lereng banyak memanfaatkan air bersih dari sungai ini untuk
kebutuhan air minum, industri tahu, dll. Akibat air keruh, banyak industri tahu dan pembudidaya ikan
merugi. Lalu belum lama ini, terjadi bencana alam banjir bandang di Banyumas. Memang ini belum
7 Seperti kasus penolakan oleh Masyarakat Desa Melung terhadap pembangunan PLTP Baturaden pada tahun
2012. https://m.tempo.co/read/news/2012/10/09/092434750/rencana-pembangkit-listrik-di-baturaden-dikritisi
8 Kep. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal no. 21/1/IPPKH/PMA/2016 tentang IPPKH a/n PT
Sejahtera
Alam Energy seluas 488.28 hektar pada kawasan hutan lindung di Kab. Brebes dan Kab. Banyumas Prov. Jawa
Tengah
9 Kep. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal no. 21/1/IPPKH/PMA/2016 tentang IPPKH a/n PT
Sejahtera
Alam Energy seluas 488.28 hektar pada kawasan hutan lindung di Kab. Brebes dan Kab. Banyumas Prov. Jawa
Tengah
10 http://www.bbc.com/indonesia/majalah-41661762
dipastikan akibat proyek, tapi bencana yang lebih besar bisa saja datang jika deforestasi hutan lindung
akibat proyek terus berlangsung, mengingat lereng selatan Gn. Slamet merupakan zona merah yang
rawan longsor.11
Selain dampak Air keruh yang merugikan warga Dari segi lingkungan, proses pembangunan
PLTPB Baturraden ini bukan tanpa masalah. Karena adanya deforestasi hutan, banyak satwa yang
terdesak tempat tinggalnya hingga banyak babi hutan (celeng) yang turun ke pemukiman dan merusak
lahan pertanian warga. Intensitas turunnya celeng ini meningkat setelah adanya proyek PLTPB.
Bahkan ada satwa langka seperti Oa Jawa sempat terlihat pula di pemukiman. Hal ini mengakibatkan
banyak petani mengalami gagal panen karena serangan hama celeng. 12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
Dalam konflik agraria yang terjadi di kawasan hutan Gunung Slamet maka perlu adanya Tujuan
untuk mencari benang merahnya diantaranya :
11 https://indoprogress.com/2017/11/kenapa-kami-menolak-panas-bumi-di-gunung-slamet/
12 https://indoprogress.com/2017/11/kenapa-kami-menolak-panas-bumi-di-gunung-slamet
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
2. Praktis
a. Dari hasil penelitian diharapkan dapat digunakan dasar atau referensi bagi pengambil
keputusan dalam penyelesaian sengketa atau konflik Agraria yang terjadi kawasan
lereng gunung Slame
b. Sebagai alat perjuangan rakyat untuk melestarikan hutan gunung slamet yang dimana
masih digunakan sebagai mata pencaharian warga disekitar gunung Slemet .
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah
dan rakyat Indonesia
E. Kajian Pustaka
14 Soeroso. 1979. Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Majalah Hukum dan Keadilan
15 Salim. 2004.Dasar-Dasar hukum kehutanan.Jakarta: PT. SinarRafika.hlm 106
16 Ibid., 67
2. Dasar Hukum Pinjam Pakai Kawasan Hutan
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 38 ayat (1) , (3)
dan (4) yaitu:
- bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan
kawasan hutan lindung
- bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan
melalui pemberian izin pinjam pakai oleh menteri dengan mempertimbangkan
batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan
- Bahwa pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh
Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 17
b. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Jenis dan Tarif PNBP
penggunaan kawasan hutan Pasal 1 ayat (1) bahwa jenis penerimaan Negara bukan
pajak dalam peraturan pemerintah ini adalah penerimaan Negara bukan pajak yang
berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan yang luas kawasan hutannya di atas 30% ( tiga puluh persen) dari
luas daerah aliran sungai dan/atau pulau. dan Pasal 4 ayat (1) bahwa Terhadap
penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan yang bersifat nonkomersial dikenakan tarif sebesar Rp.0,00 (nol rupiah). 18
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang penggunaan Kawasan Hutan
sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah Nomor 61 Tahun 2012 Pasal
4 ayat (1) bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan
strategis yang tidak dapat dielakkan.19
d. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2008 tentang tata cara
penentuan luas Areal Terganggu dan Areal Reklamasi untuk PNBP penggunaan
Kawasan Hutan Pasal 2 bahwa PNBP penggunaan kawasan hutan dikenakan kepada
wajib bayar untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang telah
memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan20
e. Peraturan Menteri Kehutanan Kehutanan Nomor P.18/MenhutII/2011 Tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan Pasal 8 bahwa penggunaan kawasan hutan
3. Perizinan
Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai perkenaan/izin dari
pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan
khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak
dikehendaki.24 Izin adalah suatu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan
tingkah laku warga. Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang
atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-
ketentuan perundang-undangan. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang
yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini
menyangkut perkenaan dari suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan
pengawasan khusus atasnya.25 Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur
dan persyaratan tertentu. 26
21 Pasal 8 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan.
22 Pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.63/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Penanaman Bagi
Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dalam Rangka Rehabilitasi DAS
23 Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.15/VII-PKH/2012 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Monitoring Dan Evaluasi Penggunaan Kawasan Hutan.
24 HR,Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.198
25 Philipus M. Hadjon. 1993. Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Cetakan Pertama, Surabaya, hlm 2
26 Ibid., hlm 201
4. Tata Cara dan Persyaratan Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
Menteri Nomor P.18/ Menhut-II/ 2011 diajukan oleh:
a. Menteri atau pejabat setingkat menteri
b. Gubernur
c. Bupati/ walikota
d. Pimpinan badan usaha; atau
e. Ketua yayasan. Permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan sebagaimana dimaksud
diajukan kepada Gubernur.27
27 Pasal 11 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman izin pinjam pakai
kawasan hutan.
28 Ibid., Pasal 12
o Kesanggupan untuk memenuhi semua kewajiban dan kesanggupan
menanggung seluruh biaya sehubungan dengan permohonan
o Semua dokumen yang dilampirkan dalam permohonan adalah sah dan
o Tidak melakukan kegiatan di lapangan sebelum ada izin.
Rekomendasi Gubernur atau Bupati/walikota memuat persetujuan atas
penggunaan kawasan hutan yang dimohon, berdasarkan pertimbangan teknis Kepala
Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Kehutanan dan
Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan setempat. Pertimbangan teknis sebagaimana
dimaksud memuat: a. Letak, luas dan Batas areal yang dimohon sesuai fungsi kawasan
hutan; b. Luas Kawasan Hutan yang dimohon dan dilukiskan dalam peta 29
Dalam arti luas Hukum Administrasi Negara terbagi menjadi hukum tata pemerintah,
hukum tata usahan Negara dan Hukum administrasi Negara dalam arti sempit. Hukum
administrasi Negara merupakan suatu bidang pengaturan hukum yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Istilah Hukum Administrasi Negara (yang dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0198/LI/1972 tentang Pedoman Mengenai Kurikulum Minimal Fakultas
Hukum Negeri maupun Swasta di Indonesia, dalam pasal 5 disebut Hukum Tata
Pemerintahan) berasal dari bahasa Belanda Administratiefrecht, Administrative
Law (Inggris), Droit Administratief (Perancis), atau Verwaltungsrecht(Jerman). Dalam
Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud No. 30/DJ/Kep/1983 tentang Kurikulum Inti Program
Pendidikan Sarjana Bidang Hukum disebut dengan istilah Hukum Administrasi Negara
29 Pasal 13 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman izin pinjam pakai
kawasan hutan.
Indonesia, sedangkan dalam Keputusan Dirjen Dikti No. 02/DJ/Kep/1991, mata kuliah ini
dinamakan Asas-Asas Hukum Administrasi Negara. Dalam rapat dosen Fakultas Hukum
Negeri seluruh Indonesia pada bulan Maret 1973 di Cibulan, diputuskan bahwa sebaiknya
istilah yang dipakai adalah “Hukum Administrasi Negara”, dengan tidak menutup
kemungkinan penggunaan istilah lain seperti Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata
Pemerintahan atau lainnya. Alasan penggunaan istilah Hukum Administrasi Negara ini
adalah bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan istilah yang luas pengertiannya
sehingga membuka kemungkinan ke arah pengembangan yang sesuai dengan perkembangan
dan kemajuan negara Republik Indonesia ke depan. 30
6. Negara Hukum
Perkembangan pemikiran negara hukum itu sendiri dimulai sejak abad ke-19 dan
permulaan abad ke-20, di Eropa. Adapun sistem hukum di Eropa dibagi menjadi 2 sistem,
yakni Anglo Saxon untuk negeri-negeri Britania dan jajahannya serta Amerika Serikat, dan
Eropa kontinental/daratan untuk negeri-negeri bekas jajahan Perancis. Pada tradisi Eropa
kontinental, pemikiran negara hukum dikembangkan oleh Immanuel Kant, sampai dengan
Julius Stahl. Sedangkan pada tradisi Anglo Saxon, diwakili oleh A.V Dicey.
Stahl, dalam konsep negara hukumnya yang ia namai rechtstaat, menjabarkan 4 unsur
penting negara hukum32 :
a. Hak-hak manusia;
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu (di negara-negara
Eropa Kontinental biasanya disebut trias politica);
c. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid van bestuur); dan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
30 http://www.kuliahhukum.com/resume-hukum-administrasi-negara/
31 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
2010, hlm 125.
32 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm
58.
Sedangkan Dicey, menguraikan ada tiga ciri penting dalam setiap negara hukum, yang
disebutnya dengan istilah the Rule of Law33:
Istilah hak asasi manusia merupakan terjemahan dari Droits de L’homme (Perancis),
Human Rights (Inggris), dan mensekelije rechten (Belanda). Di Indonesia, hak asasi lebih
dikenal dengan istilah hak-hakasasi atau juga dapat disebut sebagai hak fundamental 36.
Soetandyo Wignjosoebroto, menjelaskan bahwa HAM ialah hak-hak (yang seharusnya) diakui
secara universal sebagai hak-hak yang melekat pada manusia karena hakikat dan kodrat
kelahiran manusia itu sebagai manusia37.
33Loc. cit.
34 Jimly Asshiddiqie, Op.cit, hlm 126.
35Ibid, hlm 132.
36 Dewi Natalia, Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi Tenaga Kerja di Indonesia, Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2013, hlm 27.
37http://manunggalkusumawardaya.wordpress.com/category/perkuliahan-fh-unsoed/hukum-
hak-asasi-manusia/ , diakses pada 9 September 2014 pukul 16:38.
Pada tahun 1948, United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menerbitkan
Universal Declaration of Human Rights (UDHR). Deklarasi ini memuat 30 pasal tentang
HAM, yang menyerukan kepada setiap negara untuk mengakui dan menghormati HAM.
UDHR juga menyerukan agar isi dari deklarasi tersebut dipatuhi, dan dimuat dalam konstitusi
masing-masing negara.
Kemudian pada tahun 1966, demi lebih mengukuhkan kembali UDHR, PBB berhasil
melahirkan International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) dan International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR). Adapun ICCPR mengatur
HAM secara lebih terperinci, khususnya tentang hak sipil dan politik. Sedangkan ICESCR
mengatur tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya
38Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2011, hlm
361-365.
l. Hak untuk bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak mendapatkan
perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut.
Kedua, kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang meliputi :
a. Hak berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat secara damai dengan lisan dan
tulisan;
b. Hak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga perwakilan rakyat;
c. Hak untuk dapat diangkat menduduki jabatan publik;
d. Hak memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak bagi kemanusiaan;
e. Hak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan yang layak dalam
hubungan kerja yang berkeadilan;
f. Hak mempunyai hak milik pribadi;
g. Hak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak dan memungkinkan
pengembangan dirinya sebagai manusia yang bersahabat;
h. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi;
i. Hak memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran;
j. Hak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia;
k. Hak atas jaminan penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat lokal
selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa-bangsa;
l. Negara mengakui budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional;
m. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan
masing-masing, dan untuk beribadat menurut kepercayaannya itu.
Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan :
a. Hak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk mendapat kesempatan yang
sama, terhadap warga negara yang menyandang masalah sosial, masyarakat terasing,
dan yang hidup di lingkungan terpencil;
b. Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mencapai kesetaraan gender dalam
kehidupan nasional;
c. Hak khusus yang melekat pada diri perempuan;
d. Hak anak mendapat kasih sayang, perhatian, dan perlindungan orang tua, keluarga,
masyarakat, dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta perkembangan
pribadinya;
e. Hak untuk berperan serta dalam pengelolaan dan turut menikmati manfaat yang
diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam;
f. Hak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat;
g. Kebijakan, perlakuan, atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan yang sah dimaksudkan untuk menyetarakan
tingkat perkembangan kelompok tertentu yang pernah mengalami perlakuan
diskriminatif dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, dan perlakuan
khusus tersebut tidak termasuk dalam pengertian diskriminasi.
Keempat, kelompok yang mengatur mengenai tanggung jawab negara dan kewajiban
asasi manusia yang meliputi :
a. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada
pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk
memenuhi tuntutan keadilan sesuai dengan nilai-nilai agama, moralitas, dan kesusilaan,
keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis;
c. Negara bertanggung jawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan
HAM;
d. Untuk menjamin pelaksanaan HAM, dibentuk Komisi Nasional HAM yang bersifat
independen dan tidak memihak yang pembantukkan, susunan, dan kedudukannya diatur
dengan undang-undang.39
8. Pengertian Kehutanan menurut UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
a. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan
hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
b. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
c. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
olehpemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
d. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah.
e. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
f. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
g. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan.
h. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
39 Dewi Natalia, Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi Tenaga Kerja di Indonesia, Skripsi Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2013, hlm 27.
i. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
j. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan.
k. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
l. Taman buru adalah kawasan hutan yang di tetapkan sebagai tempat wisata berburu.
m. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang
berasal dari hutan.
9. Hutan Lindung
1. Definsi Hutan Lindung
Hutan lindung merupakan hutan yang dilindungi keberadaannya karena berperan penting
menjaga ekosistem. Kawasan hutan ditetapkan sebagai hutan lindung karena
berfungsi sebagai penyedia cadangan air bersih, penahan erosi, paru-paru kota atau
fungsi-fungsi lainnya. Namun keberadaan hutan tersebut tidak termasuk dalam kawasan
hutan konservasi yang dikelola oleh pemerintah. Agar terhindar dari kerusakan maka
keberadaan hutan tersebut harus dilindungi. Hutan lindung bisa berada di tengah-tengah
40 atobasahona.com/2015/10/pengertian-kehutanan-dan-hutan.
lokasi hutan produksi, hutan adat, hutan rakyat atau di daerah yang berbatasan dengan
permukiman dan perkotaan. Pengelolaannya bisa dilakukan pemerintah pusat, pemerintah
daerah atau komunitas, seperti masyarakat adat. Contoh hutan lindung yang dikelola
masyarakat adat biasanya berwujud sebagai hutan larangan atau hutan tutupan.
Fungsi dari hutan lindung yang pertama adalah sebagai penyeimbang ekosistem.
Sebagai salah satu lokasi tempat tinggal bagi para hewan dan juga tumbuhan, hutan
lindung berfungsi untuk melesatarikan kehidupan mereka. Hutan lindung
41 jurnalbumi.com/knol/hutan-lindung/
memberikan berbagai macam ekosistem yang tentu saja sangat berguna dan juga
bermanfaat bagi para flora dan juga fauna yang berada di lingkungan tempat tinggal
hutan lindung. Selain itu, hutan lindung juga berfungsi sebagai penyeimabng alam,
dimana segala sesuatu yang ada di dunia ini membutuhkan keseimbangan, jadi tentu
saja fungsi dari hutan lindung merupakan salah satu penyeimbang dari ekosistem dan
juga penyeimbang kehidupan di alam semesta ini.
Tidak hanya bagi manusia, hutan lindung pun memiliki fungsi yang sangat vital bagi
para hewan – hewan. Banyak hewan alias fauna menggantungkan hidupnya dari
keberadaan ulin ini. Di dalam hutan lindung, semua kehidupan bagi para hewan
tersedia, mulai dari tempat tinggal hingga kebutuhan makanan para hewan dan satwa
akan terpenuhi di dalam hutan lindung. Hal ini pun terbukti dengan adanya invasi dari
para hewan yang masuk ke rumah warga ketika hutan lindung tempat mereka tinggal
rusak. Dengan adanya kondisi ini, tentu saja sangat membuktikan bahwa keberadaan
hutan lindung memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan satwa dan juga
hewan – hewan liar.
Tidak hanya hewan dan juga para satwa liar, hutan lindung juga merupakan tempat
berlindungnya flora alias tumbuhan. Banyak sekal flora dan juga tumbuhan yang
tinggal di hutan lindung, bahkan kemungkinan masih banyak lagi spesies dari flora
yang belum sempat terjamah oleh manusia, sehingga dapat menjadi bahan penelitian
dari manusia untuk menemukan spesies tumbuhan baru.
Salah satu fungsi utama dari adanya hutan lindung adalah sebagai lokasi resapan air.
Lokasi resapan air di hutan lindung ini didukung oleh kondsi dimana banyak terdapat
pepohonan dengan akar yangbesar, sehingga mampu untuk menyerap air. Dengan
kemampuan hutan lindung dalam meyerap air ini, maka hutan lindung sangat baik
untuk membantu meningkatkan resapan air pada daerah sekitarnya. Hal ini tentu saja
sangat menguntungkan bagi mereka yang tinggal di dekat hutan lindung. Mereka
akan menjadi lebih mudah dalam menemukan sumber air, sehingga mereka tidak
akan kekurangan air lagi, karena hutan lindung dapat menjadi sumber resapan air.
Hutan selalu memberikan beragam kehidupan, tidak hanya bagi tumbuhan dan juga
hewan, namun manusia pun juga dapat memetik manfaat dari hutan lindung. Manusia
bisa memperoleh bahan makanan dan memperoleh kehidupan dari hutan lindung.
Meskipun tidak semua hewan dan juga tumbuhan bisa dan boleh untuk diambil dari
hutan lindung, namun demikian, manusia bisa memanfaatkannya, seperti mencari air
di sungai, potongan ranting untuk kayu bakar, dan beberapa hewan yang tidak
dilindungi pun boleh untuk diburu. Dengan demikian, semua kebutuhan hidup
manusia bisa terpenuhi dan cukup banyak tersedia di dalam sebuah hutan lindung
Lokasi ekowisata juga merupakan salah satu manfaat dan fungsi dari hutan lindung
berikutnya. Lokasi ekowisata menggabungkan konsep tempat pariwisata dan juga
pembelajaran. Dengan demikian, selain dapat memperoleh kesenangan dalam
melakukan wisata, para turis pun juga akan memperoleh manfaat lainnya, yaitu dapat
mempelajari keragaman flora fauna ang ada di dalam hutan lindung tersebut. Hal ini
akan membuat para wisatawan menjadi lebih menghargai kekayaan alam Indonesia
itu sendiri.
Hal ini juga merupakan fungsi penting dari sebuah hutan lindung. Ya, hutan lindung
mampu menyediakan pasokan oksigen bagi dunia. Paling tidak hampir lebih dari 70%
pasokan oksigen yang tersedia di dunia atau alam semesta ini disediakan oleh hutan
lindung. Jadi, dapat dibayangkan apabila hutan lindung mengalami kerusakan, berarti
kita akan mengalami kekurangan pasokan oksigen.
Hutan lindung merupakan salah satu lokasi yang sepi dan juga sunyi. Kesunyian ini
seringkali dimanfaatkan oleh banyak orang untuk menjadi lokasi relaksasi ataupun
bersantai untuk sekedar melepas penat. Beberapa orang bisa saja menggunakan hutan
lindung sebagai media terapi, dimana mereka akan mengikuti terapi outdoor, yang
memungkinkan mereka mampu melepaskan stress dan juga beban pikiran ketika
berada pada lingkungan terbuka yang luas, seperti hutan lindung.
Sama halnya dengan manfaat sungai, bagi anda yang ingin mendekatkan diri dengan
alam semesta, ada beberapa cara yang bisa anda lakukan, salah satunya adalah
dengan bermain ke dalam hutan lindung. Dengan bermain ke dalam hutan lindung,
maka anda akan semakin mengenal alam semesta dengan bertemu banyak ragam flora
dan juga fauna yang ada. Hal ini dapat membuat anda menjadi lebih banyak
bersyukur dan merasa lebih dekat dengan alam sesmeta, dan juga kepada Sang
Pencipta.
Dengan fungsinya yang dapat mendukung kehidupan dari warga yang tinggal di
sekitarnya, maka secara otomatis hutan lindung juga memiliki fungsi yang penting
untuk membantu meningkatkan taraf hidup dari para warga yang tinggal di
sekitarnya. Warga yang tinggal di sekitar hutan lindung akan memiliki kualitas hidup
yang lebih baik, hidup sehat dan juga terbebas dari ancaman bencana alam, seperti
banjir dan juga tanah longsor.
Biasanya hutan lindung juga dapat bermanfaat untuk mencegah terjadinya kepunahan
pada spesies tertentu, baik flora maupun faunanya. Dengan adanya fungsi ini, maka
keberadaan hewan yang dilindungi akan terjaga dan tidak akan mudah mengalami
kepunahan, mengingat sudah banyak sekali flora dan juga fauna yang mengalami
kepunahan karena kerusakan ekosistem.
Fungsi hutan lindung untuk melindungi hewan langka memang bersifat mutlak,
banyak hewan langka yang hidup di hutan lindung. Mengapa di hutan lindung ?
karena di hutan ini dilarang pemburuan hingga memasukinya tanpa izin untuk
kepentingan pribadi, jadi di pastikan tidak akan ada yang “berani” untuk berburu di
sini42.
1. proses perundang-undangan.
2. metode perundang-undangan.
3. teknik perundang-undangan.
42 https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/fungsi-hutan-lindung
43 Maria Farida Indrati Soeprapto, “Ilmu Perundang-Undangan Dasar-dasar Dan Pembentukannya”,
Kanisius, Yogyakarta, 1998, hal. 3.
Burkhardt Krems mengatakan perundang-undangan mempunyai dua pengertian:44
44 Ibid. hal. 2
45 Amiroeddin Syarif, “Perundang-Undangan Dasar, Jenis, Dan Teknik Membuatnya”, PT Rineka Cipta,
Jakarta, 1997, hal. 1-2.
46 Lihat Tap MPR No. III Tahun 2000 Tentang Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan
perhubungan hukum (Van Der Pot). Dalam sumber lain beschiking diartikan sebagai
suatu keputusan yang diterbitkan oleh pejabat administrasi yang bersifat konkret dan
khusus (kamus hukum.com) ,atau keputusan dalam bidang administrasi negara dilakukan
oleh pejabat atau badan pemerintah yang Keputusan tata usaha negara (beschikking) oleh
Utrecht disebut sebagai ‘ketetapan’, sedangkan Prajudi Atmosudirdjo menyebutnya
dengan ’penetapan’ .Utrecht, PRINS, dan Van der Pot, juga menjelaskan bahwa
beschikking merupakan perbuatan hukum publik yang bersegi satu atau perbuatan
sepihak dari pemerintah dan bukan merupakan hasil persetujuan dua belah pihak .
Beschiking Menurut UU No.5 Tahun 1986 jo. UU No.9 Tahun 2004
Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan
bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha
Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata. Dari definisi menurut UU Nomor 5 Tahun 1986 tersebut dapat
dirumuskan unsur-unsur keputusan sebagai berikut, yaitu;
- enetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
- serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata .
Dalam UU No. 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No.5 Tahun 1986
tentang peradilan tata usaha Negara, khususnya dalam pasal 2 menjelaskan secara tegas
bahwa terdapat tujuh hal yang tidak tergolong suatu keputusan Negara dalam Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 yaitu :
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang
e. Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau
peraturan
g. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan
peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
h. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;
i. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil
pemilihan umum47
F. Hipotesis
Bahwa Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Nomor 21/1/IPPKH/PMA/2016 tahap
eksplorasi yang diberikan kepada PT SAE (Sejahtera Alam Energi) telah bertentantangan atau
tidak sesuai dengan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
G. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis
Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Beschikking) yang bersangkut paut dengan perundang-undangan
yang berlaku.48 Pendekatan dilakukan dengan mecari makna istilah-istilah hukum dalam
tersebut.
Dalam hal ini penulis akan mengkaji dan menganalisis bagaimana dasar pertimbangan dari
masing-masing Kementerian Kehutanan yang menetapkan izin kepada perusahan untuk
melakukan operasi dikawasan hutan lindung.
2. Spesifikasi Penelitian
47 https://anjarnawanyep.wordpress.com/beschikking-keputusan-atau-penetapan/
48 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2005. Hlm. 133
Spesifikasi penelitian dalam pelenilitian ini menggunakan spesifikasi penelitian
Preskriptif, yaitu menganalisisi persoalan hukum dengan aturan yang berlaku dan cara
menjalankan aturan tersebut dalam peristiwa hukum. Kaitannya dengan penelitian yang
penulis lakukan adalah dengan menganalisis persoalan hukum dalam Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan Nomor 21/1/IPPKH/PMA/2016 dengan aturan hukum yang berlaku yaitu
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
3. Lokasi Penelitian
Purwokerto
Penelitian hukum normatif ini lebih menggunakan data sekunder. Data sekunder terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan hukum
primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perundang-undangan dan putusan. Bahan
hukum sekunder dalam penelitian ini yaitu buku-buku teks, hasil penelitian dan hasil karya
dari kalangan hukum. Sedangkan bahan hukum tersier dalam penelitian ini yaitu kamus
hukum.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan melakukan studi
kepustakaan serta adanya sedikit observasi akibat terjadinya dampak peristiwa hukum
tersebut. Studi kepustakaan yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan
penelusuran terhadap bahan pustaka yang dapat menjadi bahan dasar guna memepertajam
analisis dalam.
Dalam penelitian normatif, data dapat disajikan dalam bentuk teks naratif dan matriks
kualitatif. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang
lainnya secara sistematis, sehingga merupakan satu kesatuan dengan masalah yang diteliti.
7. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis normatif
berdasarkan pada pengertian hukum, norma hukum, teori-teori hukum serta doktrin yang
berkaitan dengan pokok permasalahan, sehingga penelitian ini diharapkan akan dapat
menyatukan kesepahaman antara teori, asas, dan peraturan hukum dengan pokok
permasalahan.
Daftar Pustaka
a. Literatur
- Prof. Dr. H. Muladi, SH. (editor), Hak Asasi Manusia – hakekat, konsep &
implikasinya Dalam Perspektif Hukum & Masyarakat, PT Refika Aditama, Bandung,
2005
- rof. Dr. Satjipto Raharjo, S.H. Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006
- Adrian Sutedi, 2011. Hukum perizinan dalam sektor pelayanan publik, Jakarta.
- Philipus M. Hadjon. 1993. Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya, Yuridika, Cetakan
Pertama Soeroso. 1979. Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Majalah Hukum dan
Keadilan
- Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
2005
- Amiroeddin Syarif, “Perundang-Undangan Dasar, Jenis, Dan Teknik Membuatnya”,
PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997
b. Peraturn Perundang-undangan
- UUD 1945
c. Jurnal
- jurnalbumi.com/knol/hutan-lindung/
- ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/fungsi-hutan-lindung