Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN


HUTAN (IPPKH) TAHAP EKSPLORASI NOMOR 21/1/IPPKH/PMA/2016 YANG DIBERIKAN PT
SAE (SEJAHTERA ALAM ENERGI) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41
TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN

Nama : Tri Adhi Yusuf Maulana Ibrahimsyah

NIM : 1410010084

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


A. Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara Hukum perlu adanya legitimasi hukum di setiap kebijakan pemerintah
untuk memberi kepastian hukum dengan tujuan memperlancar aturan sebagai negara hukum 1
Legitimisasi Hukum dianggap penting bagi pemimpin pemerintahan, karena para pemimpin bertujuan
untuk memperlancar pembangunan suatu bangsa dan negara melalui program-programnya

Dewasa ini Pemerintah Indonesia program pembangunan bangsa. Pemerintahan Indonesia mulai
mempercepat program pembangunan infrastruktur, mulai dari pembangunan jalan tol baru, bandara
baru, hingga pelabuhan baru. Dalam pembangunan infrastruktur ini, ketersediaan listrik merupakan
hal yang urgent. PLN menyatakan bahwa Indonesia mengalami surplus listrik. Jawa Tengah surplus
listrik sebesar 750 MW, Jawa Timur surplus listrik sebanyak 2600 MW, NTT surplus listrik sebesar 90
MW, Papua surplus listrik sebesar 59 MW, Sulawesi surplus listrik sebesar 70,9 MW, dan Kalimantan
surplus listrik sebesar 100 MW. Namun dengan rencana pembangunan industri dengan skema MP3EI
diatas dan teruskan oleh Presiden Indonesia dengan nama Kebijakan Paket Ekonomi , pemerintah
menyatakan Indonesia akan kekurangan listrik kedepannya. Untuk itu, Pemerintahan berencana untuk
menambah kapasitas listrik di Indonesia hingga berjumlah 35.000 MW,

Maka dari itu Pemerintah melegitimasi aturan hukum untuk memperlancar programnya salah
satunya adanya pembangkit listrik di Indonesia. Melalui KepmenESDM No.74.K/21/MEM/2015
tentang Pengesahan Rencana Usaha PenyediaanTenaga Listrik 2015-2024. Atas hal tersebut
pemerintahan perlu adanya sumberdaya alam untuk dijadikan sumber pembangkit listrik salah satunya
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.2

Sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan sebagai sistem transmisi
panas didalam lapisan lapisan bumi, meliputi inti maupun kerak/mantel bumi. Sistem ini bekerja
dengan ditransmisikan/dihantarkannya panas inti bumi (bersifat cair dan sangat panas) menuju suatu
tempat penampungan (secara alami maupun buatan). Tempat penampungan inilah yang menjadi
perwujudan panas bumi di permukaan tanah. Proses transmisi panas ini memerlukan suatu
penghantar. Karena panas yang ada bukan dalam bentuk gelombang elektromagnetik, sehingga
memerlukan medium perantara dalam perpindahannya. Elemen penghantar ini beragam wujud dan
jenisnya tergantung di bagian mana dia berada, ada yang berupa gas panas, lelehan batuan, air panas
dan bentuk-bentuk lain yang kurang lazim ditemukan. Elemen-elemen ini lazim disebut dengan fluida
termal. Selama proses penghantaran tersebut, fluida dapat terperangkap atau tersimpan dalam suatu

1 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik,(PT. Gramedia, Jakarta, 1992), hal. 92


2 Energi Panas Bumi dalam Kerangka MP3EI : Analisis terhadap Prospek , Kendala, dan Dukungan
Kebijakanoleh Sigit Setiawan dalam Jurnal Ekonomi dan Pembangunan berjudul “Ketahanan Pangan dan
Energi” diterbitkanoleh LIPI tahun 2012. Jakarta
formasi batuan yang berada diantara sumber panas dan tampungan panas. Formasi batuan khusus
inilah yang disebut dengan reservoir. Sistem panas bumi yang di Indonesia kebanyakan sangat
bergantung pada fluida air, sehingga sering disebut juga hydrothermal. Sistem ini sering diketemukan
berdekatan dengan gunung berapi maupun pusat aktifitas vulkanis. Sering pula disebut dengan sistem
vulkanik hydrothermal. Kemunculan sistem ini di permukaan bumi dapat di daerah yang datar (flat
terrain) maupun daerah yang curam (step terrain). Selain sistem sistem yang sudah disebutkan di
atas, ada beberapa sistem geothermal yang kurang lazim ditemui di Indonesia maupun daerah tropis
lainnya. Sistem sistem tersebut antara lain : hot dry rock system, geopressured system, maupun heat
sweep system.3 Maka dari itu dengan wilayah Gunung Slamet menjadi tempat alternatif karena
terletak dipulau jawa serta gunung yang yang masih aktif sehingga kuantitas dan kualitas panas bumi
yang sangat maksimal.

Pada tahun 2010, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan Kepmen
ESDM Nomor 1557 k/30/MEM/2010, yang menetapkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Baturraden (PLTP Baturraden) sebagai nama dari Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) untuk
kegiatan panas bumi di Gunung Slamet. Adapun WKP PLTP Baturraden memiliki luasan sebesar
24.660 Hektar. PLTP Baturraden mencakup 5 (lima) kabupaten, antara lain Brebes, Banyumas,
Purbalingga, Pemalang, dan Tegal. Kemudian pada 11 April 2011, PT SAE memenangkan tender
mendapat Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan SK Gubernur Jateng Nomor 541/27/2011.
Gunung Slamet sebagai sasaran PLTPB atas program pemerintah harus memiliki Ijin Pinjam Pakai
kawasan hutan (IPPKH) Kepada Kementrian Kehutanan, karena sebagian hutan di Gunung Slamet
adalah hutan lindung yang dimana hutan lindung masih di atur didalam Undang-undang Nomor 41
Tahun 1999 Tentang Kehutan4.

Sejak Oktober 2016 tahap eksplorasi berupa pembabatan hutan di wilayah Gunung Slamet untuk
pembangunan PLTP Baturaden sudah mulai dilakukan. PT. Sejahtera Alam Energy (SAE), pemrakarsa
proyek ini mengantongi izin per-Agustus 2016 untuk menggunakan lahan seluas 488.288 hektar. Hal
tersebut dalam Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) tahap eksplorasi nomor
20/1/IPPKH/PMA/2016 diterbitkan pada 5 Oktober 2016. Sedangkan keseluruhan Wilayah Kerja
Panas Bumi Baturaden sesuai dengan keputusan Menteri ESDM Nomor 1557.K/30/MEM/2010 seluas
24.660 hektare

3 Kajian Efisiensi Konversi Energi pada Star Energy


Geothermal (Wayang Windu) ltd., Jawa Barat. Fakultas Teknik. Universitas
Brawijaya.
4 https://persma.org/2017/10/17/usir-pt-sae-untuk-slamet/. Diterbitkan oleh Presma tahun 2017.
Banyumas
Dari hasil analisis data yang dilakukan oleh Kompleet, total luasan hutan yang akan dibabat
ketika proyek panas bumi sudah beroperasi adalah mencapai lebih dari 600 Hektare. Ini mencakup
pembukaan akses jalan, landasan pengeboran, jalur pipa, embung dan fasilitas penunjang
lainnya,” kata Dhani Armanto, pegiat Komunitas Peduli Slamet (Kompleet) Purwokerto. Dari data
Dinas Lingkungan Hidup & Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyumas, sebelum adanya
proyek PLTP di Gunung Slamet, dalam kurun waktu sepuluh tahun, dari 2001 sampai dengan 2011
ada 1.321 mata air yang hilang. Faktor penyebabnya alih fungsi lahan dan perambahan hutan
(deforestasi). Tanpa adanya proyek panas bumi di Gunung Slamet saja, ribuan mata air sudah hilang
akibat alih fungsi lahan dan deforestasi. Potensi hilangnya sumber mata air akan lebih besar lagi
terjadi dan ini menjadi ancaman serius bagi masyarakat,” ujar Dhani Armanto dalam keterangan pers
yang diterima Braling.com. Hutan lindung Gunung Slamet merupakan hutan hujan tropis dataran
tinggi yang terbentuk ribuan tahun secara alami dan saat ini menjadi jantung hutan alam di Pulau
Jawa dan menjadi penyangga ekosistem di Jawa. Pembabatan hutan dan alih fungsi hutan dalam
jumlah besar akan sangat berpengaruh pada kestabilan ekosistem di Jawa. Dari hasil penelitian Corey-
bradshaw pada tahun 2007, Setiap sepuluh persen hutan ditebang, potensi bencana tanah longsor,
banjir dan kekeringan meningkat lima sampai delapan persen. Sementara saat ini keberadaan hutan
alam di Jawa sudah kurang dari lima persen, potensi terjadinya bencana akan meningkat jika alih
fungsi lahan hutan terus dilakukan,” kata Dhani Armanto. 5

Disinilah kita bisa melihat telah terjadi ketidak singkronan secara hukum administrasi negara
dengan adanya pembabatan hutan lindung di Gunung Slamet yang dijadikan proyek PLTPB dengan
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan.

Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi kedua di pulau Jawa dengan ketinggan3.432 mdpl.
Luasan Gunung Slamet mencangkup 5 Kabupaten antara lain Kab. Banyumas, Brebes, Tegal,
Pemalang dan Purbalingga. Gunung Slamet mempunyai sisa hutan seluas 52.617 Ha dengan
sepertiganya (20.000 Ha) berupa hutan lindung. Tutupan vegetasi ini merupakan yang terluas di Jawa
Tengah.6 Kerapatan vegetasi hutan lindung gunung slamet selama ribuan tahun adalah kawasan
dengan kekayaan flora dan fauna yang khas. Gunung Slamet adalah tempat penampungan air raksasa
yang menghidupi jutaan manusia di sekitarnya. Menurut UU No. 41 tahun 1999 “Hutan lindung

5 http://braling.com/2017/05/kenapa-pltp-gunung-slamet-pantas-ditolak/ Diterbitkan oleh Bangkit Wisno.


Purbalingga
6 Surat Keputusan no. 359/Menhut-II/04
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut,
dan memelihara kesuburan tanah”. Menurut UU tersebut juga menyebutkan “Pada kawasan hutan
lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka” (Pasal 38 poin 4).
Pentingnya hutan lindung bagi kehidupan maka keberadaan hutan lindung di Gunung Slamet haruslah
dilindungi oleh semua pihak. Namun dengan sewenang-wenang oleh Negara, Gunung Slamet kini
dijadikan wilayah “penambangan” Panas Bumi oleh PT SAE. Selama ratusan tahun masyarakat lereng
gunung slamet-lah yang melindungi hutan lindung dari kepunahan. Pembangunan PLTP inilah yang
mengorbankan kawasan konservasi yang tujuan utamanya adalah sebagai kawasan konservasi baik
flora, fauna maupun sebagai sumber mata air bagi masyarakat di sekitar lereng gunung slamet 7.
Namun isu pembangunan PLTP ini tidakberlangsung lama hingga terjadi penolakan juga di daerah
Guci Kec. Bumijawa Kabupaten Tegal.8 Namun PT. SAE, tak berhenti disitu saja karena penolakan
dari rakyat. Tahun 2016, PT. SAE mendapatkan Izin Pinjam Pakai Untuk Kawasan Hutan (IPPKH)
seluas 488,28 ha untuk wilayah Kab. Brebes, Kab. Banyumas dan Kab. Tegal 9.

Setelah adanya pembabatan hutan seluas 24.660 Ha dan didalamnya termasuk hutan lindung
seluas 475 Ha untuk membuat tahap eksplorasi pembangunan Proyek PLTPB (Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi) di wilayah lereng Gunung Slamet sudah terjadi dampak yang merugikan
masyarakat seperti keruhnya Sungai Prukut yang bersumber dari curug cipendok juga dirasakan
warga desa-desa lainnya seperti Sambirata, Panembangan, Kalisari, Pernasidi, Cikidang dan
Karanglo. Ketujuh desa tersebut merupakan desa-desa yang berada di lereng selatan Gunung Slamet
yang menggantungkan kebutuhan air bersihnya pada sumber-sumber mata air yang mengalir melalui
Sungai Prukut. Akibat air Sungai Prukut keruh, ribuan warga praktis kehilangan sumber air bersih,
seperti dikatakan Kepala Desa Panembangan, Suparto. Ada setidaknya 1.900-an keluarga yang
mengalirkan air dari penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Karena masyarakat
menggantungkan air bersih dari sumber air di Curug Cipendok dan Sungai Prukut. 10 Bukan hanya itu,
proyek ini juga mengakibatkan adanya longsoran di hulu sungai, hingga menyebabkan aliran sungai
keruh. Padahal masyarakat sekitaran lereng banyak memanfaatkan air bersih dari sungai ini untuk
kebutuhan air minum, industri tahu, dll. Akibat air keruh, banyak industri tahu dan pembudidaya ikan
merugi. Lalu belum lama ini, terjadi bencana alam banjir bandang di Banyumas. Memang ini belum
7 Seperti kasus penolakan oleh Masyarakat Desa Melung terhadap pembangunan PLTP Baturaden pada tahun
2012. https://m.tempo.co/read/news/2012/10/09/092434750/rencana-pembangkit-listrik-di-baturaden-dikritisi
8 Kep. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal no. 21/1/IPPKH/PMA/2016 tentang IPPKH a/n PT
Sejahtera
Alam Energy seluas 488.28 hektar pada kawasan hutan lindung di Kab. Brebes dan Kab. Banyumas Prov. Jawa
Tengah
9 Kep. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal no. 21/1/IPPKH/PMA/2016 tentang IPPKH a/n PT
Sejahtera
Alam Energy seluas 488.28 hektar pada kawasan hutan lindung di Kab. Brebes dan Kab. Banyumas Prov. Jawa
Tengah
10 http://www.bbc.com/indonesia/majalah-41661762
dipastikan akibat proyek, tapi bencana yang lebih besar bisa saja datang jika deforestasi hutan lindung
akibat proyek terus berlangsung, mengingat lereng selatan Gn. Slamet merupakan zona merah yang
rawan longsor.11

Selain dampak Air keruh yang merugikan warga Dari segi lingkungan, proses pembangunan
PLTPB Baturraden ini bukan tanpa masalah. Karena adanya deforestasi hutan, banyak satwa yang
terdesak tempat tinggalnya hingga banyak babi hutan (celeng) yang turun ke pemukiman dan merusak
lahan pertanian warga. Intensitas turunnya celeng ini meningkat setelah adanya proyek PLTPB.
Bahkan ada satwa langka seperti Oa Jawa sempat terlihat pula di pemukiman. Hal ini mengakibatkan
banyak petani mengalami gagal panen karena serangan hama celeng. 12

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan nomor 21/1/IPPKH/PMA/2016 yang


di berikan PT SAE oleh Kementrian Kehutanan sesuai dengan Undang Undang
nomo 41 Tahun 1999 tentang kehutanan ?

2. Bagaimana solusi dan sanksi jika Izin Kawasan Hutan nomor


21/1/IPPKH/PMA/2016 bertentangan dengan undang-undang nomor 41 tahun
1999 tentang Kehutanan ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam konflik agraria yang terjadi di kawasan hutan Gunung Slamet maka perlu adanya Tujuan
untuk mencari benang merahnya diantaranya :

1. Untuk mengetahui bahwa Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan nomor


21/IPPKH/PMA/2016 yang dibuat oleh Kementrian Kehutan kepada PT
Sejahtera Alam Energi tidak sesuai atau bertentengan dengan Undang-undang
nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
2. Untuk mengetahui Solusi mengapuskan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan nomor
21/1/IPPKH/2016 dan sanksi pembuat izin dalam hal ini adalah Kementrian
Kehutanan

11 https://indoprogress.com/2017/11/kenapa-kami-menolak-panas-bumi-di-gunung-slamet/
12 https://indoprogress.com/2017/11/kenapa-kami-menolak-panas-bumi-di-gunung-slamet
D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Untuk kepentingan teoritis, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan


penelitian hukum serta diharapkan dapat digunakan sebagai bahan studi meteri kuliah
Hukum Administrasi Negara.
b. Menjadikan Pendidikan Perguruan Tinggi yang ilmiah,demokratis dan mengabdi
kepada rakyat sebagai tanggung jawab kampus sesuai Tri Dharma Peguruan Tinggi

2. Praktis
a. Dari hasil penelitian diharapkan dapat digunakan dasar atau referensi bagi pengambil
keputusan dalam penyelesaian sengketa atau konflik Agraria yang terjadi kawasan
lereng gunung Slame
b. Sebagai alat perjuangan rakyat untuk melestarikan hutan gunung slamet yang dimana
masih digunakan sebagai mata pencaharian warga disekitar gunung Slemet .
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah
dan rakyat Indonesia

E. Kajian Pustaka

1. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan


Pinjam pakai kawasan hutan adalah penggunaan atau sebagian kawasan hutan baik yang
telah ditunjuk maupun yang telah ditetapkan kepada pihak lain untuk pembangunan diluar
sektor kehutanan tanpa mengubah status, peruntukan dan fungsi kawasan hutan tersebut 13
Sedangkan menurut R. Soeroso (1979:20) yang diartikan dengan pinjam pakai kawasan
hutan, adalah:
“Suatu persetujuan dimana pihak yang berwenang atas kawasan hutan (c.q. Menteri
Kehutanan) atas dasar kebijaksanaan dan untuk kepentingan umum, memberikan izin kepada
pihak lain untuk mempergunakan sebagian dari kawasan guna kepentingan tertentu dan

13 Iskandar, 2015, Hukum Kehutanan, CV. Mandar Maju, Bandung, hlm 65


dalam jangka waktu tertentu serta syarat-syarat tertentu, serta dituangkan dalam suatu
perjanjian yang sebelumnya sudah disepakati bersama” 14
Ada 6 unsur yang dapat dikemukakan dari kedua definisi diatas, yaitu:
a. Adanya persetujuan Menteri Kehutanan.
b. Adanya pihak peminjam ( penerima izin).
c. Untuk kepentingan umum
d. Ditentukan jangka waktunya
e. Pemohon memenuhi syarat-syarat tertentu
f. Dituangkan dalam surat perjanjian yang dibuat antara pemohon dengan Menteri
kehutanan atau Pejabat yang diberi wewenang untuk itu. pemohon memenuhi syarat-
syarat tertentu;
g. Dituangkan dalam surat perjanjian yang dibuat antara pemohon dengan Menteri
kehutanan atau Pejabat yang diberi wewenang untuk itu. 15
Untuk mengatasi hal tersebut, dikeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.18/Menhut-II/2011 yang mengatur bahwa kewajiban menyediakan dan menyerahkan tanah
kompensasi tetap diberlakukan, tetapi jika dalam jangka waktu 2 (dua) tahun tidak dapat
menyerahkan lahan kompensasi, maka bagi pinjam pakai kawasan hutan (PPKH) yang
bersifat komersial, lahan kompensasi dapat diganti dengan dana yang dijadikan penerimaan
Didalam penyediaan dan penyerahan lahan, lahan kompensasi yang akan diterima
Kementerian Kehutanan, harus telah dibebani suatu title hak atas nama pemohon dan telah
dilakukan pelepasan haknya menjadi tanah Negara bebas yang diperuntukkan sebagai
kawasan hutan. Untuk keadaan yang bersifat genting dan mendesak, Menteri Kehutanan
memberikan dispensasi untuk memulai kegiatan pinjam pakai kawasan hutan di lapangan
sebelum dipenuhinya seluruh kewajiban. Keadaan tersebut meliputi penanganan bencana
alam, kepentingan pertahanan dan keamanan, serta proyek strategis yang jika ditunda
mengakibatkan kerugian Negara. Meskipun dalam ketentuan yang baru terkesan lebih muda
dalam memberikan kompensasi Negara bukan pajak (PNBP) kehutanan sebesar 1% dari nilai
harga per satuan produksi dari seluruh jumlah produksi. Selain itu, penggunaan kawasan
hutan untuk pembangunan jaringan telekomunikasi seperti repeater, tower dan lain-lain, juga
dikenakan kompensasi berupa dana yang dijadikan PNBP Kementerian Kehutanan yang
nilainya ditetapkan sesuai dengan nilai tanah disekitar lokasi pinjam pakai. pembebasan areal
hutan, tetapi Kementerian Kehutanan tetap memperketat pelaksanaan pinjam pakai kawasan
hutan.16

14 Soeroso. 1979. Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Majalah Hukum dan Keadilan
15 Salim. 2004.Dasar-Dasar hukum kehutanan.Jakarta: PT. SinarRafika.hlm 106
16 Ibid., 67
2. Dasar Hukum Pinjam Pakai Kawasan Hutan
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 38 ayat (1) , (3)
dan (4) yaitu:
- bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan
kawasan hutan lindung
- bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan
melalui pemberian izin pinjam pakai oleh menteri dengan mempertimbangkan
batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan
- Bahwa pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh
Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 17
b. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Jenis dan Tarif PNBP
penggunaan kawasan hutan Pasal 1 ayat (1) bahwa jenis penerimaan Negara bukan
pajak dalam peraturan pemerintah ini adalah penerimaan Negara bukan pajak yang
berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan yang luas kawasan hutannya di atas 30% ( tiga puluh persen) dari
luas daerah aliran sungai dan/atau pulau. dan Pasal 4 ayat (1) bahwa Terhadap
penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan yang bersifat nonkomersial dikenakan tarif sebesar Rp.0,00 (nol rupiah). 18
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang penggunaan Kawasan Hutan
sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah Nomor 61 Tahun 2012 Pasal
4 ayat (1) bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan
strategis yang tidak dapat dielakkan.19
d. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2008 tentang tata cara
penentuan luas Areal Terganggu dan Areal Reklamasi untuk PNBP penggunaan
Kawasan Hutan Pasal 2 bahwa PNBP penggunaan kawasan hutan dikenakan kepada
wajib bayar untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang telah
memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan20
e. Peraturan Menteri Kehutanan Kehutanan Nomor P.18/MenhutII/2011 Tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan Pasal 8 bahwa penggunaan kawasan hutan

17 Pasal 38 UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.


18 Pasal 1 dan 4 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2008 Tentang Jenis dan Tarif PNBP Penggunaan
Kawasan Hutan.
19 Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2012 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
20 Pasal 2 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.63/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Penanaman Bagi
Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
bertujuan untuk mengatur penggunaan sebagian kawasan hutan untuk kepentingan
pembangunan pembangunan di luar kegiatan kehutanan.21
f. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.63/Menhut-II/2011 tentang Pedoman
Penanaman Bagi Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dalam rangka
rehabilitasi DAS pada Pasal 3 ayat (1) bahwa a. pemegang persetujuan prinsip wajib
menyampaikan peta lokasi rencana penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah
aliran sungai; b. pemegang IPPKH wajib melaksanakan penanaman rehabilitasi DAS
sebelum masa IPPKHnya berakhir22.
g. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.15/VII-PKH/2012 tentang
petunjuk Teknis Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Kawasan Hutan
Pasal 2 ayat (1) bahwa monitoring penggunaan kawasan hutan bertujuan untuk
mengetahui pemenuhan kewajiban yang tercantum pada persetujuan prinsip
penggunaan kawasan hutan, dispensasi penggunaan kawasan hutan, perjanjian / izin
pinjam pakai kawasan hutan sehingga penggunaan kawasan hutan dilakukan secara
efektif untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan dengan dampak negatif
sekecil mungkin. 23

3. Perizinan
Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai perkenaan/izin dari
pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan
khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak
dikehendaki.24 Izin adalah suatu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan
tingkah laku warga. Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang
atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-
ketentuan perundang-undangan. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang
yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini
menyangkut perkenaan dari suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan
pengawasan khusus atasnya.25 Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur
dan persyaratan tertentu. 26
21 Pasal 8 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan.
22 Pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.63/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Penanaman Bagi
Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dalam Rangka Rehabilitasi DAS
23 Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.15/VII-PKH/2012 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Monitoring Dan Evaluasi Penggunaan Kawasan Hutan.
24 HR,Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.198
25 Philipus M. Hadjon. 1993. Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Cetakan Pertama, Surabaya, hlm 2
26 Ibid., hlm 201
4. Tata Cara dan Persyaratan Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
Menteri Nomor P.18/ Menhut-II/ 2011 diajukan oleh:
a. Menteri atau pejabat setingkat menteri
b. Gubernur
c. Bupati/ walikota
d. Pimpinan badan usaha; atau
e. Ketua yayasan. Permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan sebagaimana dimaksud
diajukan kepada Gubernur.27

Permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan harus dilengkapi persyaratan:


a. administrasi;
b. teknis.
Dokumen persyaratan administrasi dan teknis sebagaimana dimaksud berupa
dokumen asli atau salinan yang dilegalisasi oleh instansi penerbit atau notaris. 28 Persyaratan
administrasi dimaksud meliputi:
a. Surat permohonan
b. Izin usaha pertambangan Eksplorasi (IUP Eksplorasi) / Izin Usaha Pertambangan
Operasi produksi (IUP Operasi Produksi) atau perizinan / perjanjian lainnya yang
telah diterbitkan oleh pejabat sesuai kewenangannya, kecuali untuk kegiatan yang
tidak wajib memiliki perizinan / perjanjian
c. Rekomendasi:
o Gubernur untuk pinjam pakai kawasan hutan bagi perizinan di luar
bidang kehutanan yang diterbitakan oleh bupati / walikota dan
pemerintah atau
o Bupati / walikota untuk pinjam pakai kawasan hutan bagi perizinan di
luar bidang kehutanan yang diterbitkan oleh gubernur
o Bupati / walikota untuk pinjam pakai kawasan hutan yang tidak
memerlukan perizinan sesuai bidangnya
d. Pernyataan bermaterai cukup yang memuat:

27 Pasal 11 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman izin pinjam pakai
kawasan hutan.
28 Ibid., Pasal 12
o Kesanggupan untuk memenuhi semua kewajiban dan kesanggupan
menanggung seluruh biaya sehubungan dengan permohonan
o Semua dokumen yang dilampirkan dalam permohonan adalah sah dan
o Tidak melakukan kegiatan di lapangan sebelum ada izin.
Rekomendasi Gubernur atau Bupati/walikota memuat persetujuan atas
penggunaan kawasan hutan yang dimohon, berdasarkan pertimbangan teknis Kepala
Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Kehutanan dan
Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan setempat. Pertimbangan teknis sebagaimana
dimaksud memuat: a. Letak, luas dan Batas areal yang dimohon sesuai fungsi kawasan
hutan; b. Luas Kawasan Hutan yang dimohon dan dilukiskan dalam peta 29

5. Hukum Administrasi Negara


Hukum Administrasi Negara adalah Peraturan hukum mengenai administrasi dalam suatu
negara, dimana hubungan antar warga negara dan pemerintahannya dapat berjalan dengan
baik dan aman.Hukum Administrasi Negara adalah peraturan-peraturan mengenai segala hal
ihwal penyelenggaran negara yang dilakukan oleh aparatur negara guna mencapai tujuan
negara. Pengertian Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan hukum yang
mengatur dan mengikat tentang bagaimana cara bekerjanya lembaga-lembaga atau alat-alat
administrasi Negara dalam memenuhi tugas, fungsi, wewenang masing-masing, dan
hubungan dengan lembaga atau alat perlengkapan Negara lain serta hubungan dengan
masyarakat dalam melayani warga Negara.

Dalam arti luas Hukum Administrasi Negara terbagi menjadi hukum tata pemerintah,
hukum tata usahan Negara dan Hukum administrasi Negara dalam arti sempit. Hukum
administrasi Negara merupakan suatu bidang pengaturan hukum yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

Istilah Hukum Administrasi Negara (yang dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0198/LI/1972 tentang Pedoman Mengenai Kurikulum Minimal Fakultas
Hukum Negeri maupun Swasta di Indonesia, dalam pasal 5 disebut Hukum Tata
Pemerintahan) berasal dari bahasa Belanda Administratiefrecht, Administrative
Law (Inggris), Droit Administratief (Perancis), atau Verwaltungsrecht(Jerman). Dalam
Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud No. 30/DJ/Kep/1983 tentang Kurikulum Inti Program
Pendidikan Sarjana Bidang Hukum disebut dengan istilah Hukum Administrasi Negara

29 Pasal 13 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman izin pinjam pakai
kawasan hutan.
Indonesia, sedangkan dalam Keputusan Dirjen Dikti No. 02/DJ/Kep/1991, mata kuliah ini
dinamakan Asas-Asas Hukum Administrasi Negara. Dalam rapat dosen Fakultas Hukum
Negeri seluruh Indonesia pada bulan Maret 1973 di Cibulan, diputuskan bahwa sebaiknya
istilah yang dipakai adalah “Hukum Administrasi Negara”, dengan tidak menutup
kemungkinan penggunaan istilah lain seperti Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata
Pemerintahan atau lainnya. Alasan penggunaan istilah Hukum Administrasi Negara ini
adalah bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan istilah yang luas pengertiannya
sehingga membuka kemungkinan ke arah pengembangan yang sesuai dengan perkembangan
dan kemajuan negara Republik Indonesia ke depan. 30

6. Negara Hukum

Negara hukum, biasanya disandingkan dengan negara kekuasaan atau machtstaat.


A.V. Dicey ialah salah satu tokoh yang mengembangkan konsepsi negara hukum. Di Amerika,
Dicey bahkan menerbitkan jargon negara hukum sebagai, “the Rule of law, and not of Man”.
Artinya, bahwa negara dipimpin oleh hukum itu sendiri, bukan orang. Negara hukum dapat
diartikan sebagai negara yang mendasarkan atas hukum sebagai kekuasaan tertinggi 31.

Perkembangan pemikiran negara hukum itu sendiri dimulai sejak abad ke-19 dan
permulaan abad ke-20, di Eropa. Adapun sistem hukum di Eropa dibagi menjadi 2 sistem,
yakni Anglo Saxon untuk negeri-negeri Britania dan jajahannya serta Amerika Serikat, dan
Eropa kontinental/daratan untuk negeri-negeri bekas jajahan Perancis. Pada tradisi Eropa
kontinental, pemikiran negara hukum dikembangkan oleh Immanuel Kant, sampai dengan
Julius Stahl. Sedangkan pada tradisi Anglo Saxon, diwakili oleh A.V Dicey.

Stahl, dalam konsep negara hukumnya yang ia namai rechtstaat, menjabarkan 4 unsur
penting negara hukum32 :

a. Hak-hak manusia;
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu (di negara-negara
Eropa Kontinental biasanya disebut trias politica);
c. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid van bestuur); dan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

30 http://www.kuliahhukum.com/resume-hukum-administrasi-negara/
31 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
2010, hlm 125.
32 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm
58.
Sedangkan Dicey, menguraikan ada tiga ciri penting dalam setiap negara hukum, yang
disebutnya dengan istilah the Rule of Law33:

a. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law) ; tidak adanya kekuasaan


sewenang-wenang (absence of arbitrary power), dalam arti bahwa seseorang hanya
boleh dihukum kalau melanggar hukum.
b. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the law). Dalil ini
berlaku baik untuk orang biasa maupun untuk pejabat.
c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain oleh undang-
undang dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.
The International Commission of Jurists, suatu non government organization (NGO)
internasional juga turut menjabarkan ciri negara hukum, yakni 34 :

a. Negara harus tunduk pada hukum


b. Pemerintah menghormati hak-hak individu
c. Peradilan yang bebas dan tidak memihak

7. Hak Asasi Manusia


Ide hak asasi manusia (HAM) berkembang seiring dengan perkembangan
demokrasi. Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa perlindungan terhadap HAM,
dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang
demokratis. Adanya perlindungan dan penghormatan terhadap HAM merupakan pilar yang
sangat penting dalam setiap negara yang disebut sebagai negara hukum. Jika dalam suatu
negara, HAM terabaikan atau dilanggar dengan sengaja, dan penderitaan yang
ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, maka negara yang bersangkutan tidak dapat
disebut sebagai negara hukum dalam arti yang sesungguhnya 35.

Istilah hak asasi manusia merupakan terjemahan dari Droits de L’homme (Perancis),
Human Rights (Inggris), dan mensekelije rechten (Belanda). Di Indonesia, hak asasi lebih
dikenal dengan istilah hak-hakasasi atau juga dapat disebut sebagai hak fundamental 36.
Soetandyo Wignjosoebroto, menjelaskan bahwa HAM ialah hak-hak (yang seharusnya) diakui
secara universal sebagai hak-hak yang melekat pada manusia karena hakikat dan kodrat
kelahiran manusia itu sebagai manusia37.

33Loc. cit.
34 Jimly Asshiddiqie, Op.cit, hlm 126.
35Ibid, hlm 132.
36 Dewi Natalia, Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi Tenaga Kerja di Indonesia, Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2013, hlm 27.
37http://manunggalkusumawardaya.wordpress.com/category/perkuliahan-fh-unsoed/hukum-
hak-asasi-manusia/ , diakses pada 9 September 2014 pukul 16:38.
Pada tahun 1948, United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menerbitkan
Universal Declaration of Human Rights (UDHR). Deklarasi ini memuat 30 pasal tentang
HAM, yang menyerukan kepada setiap negara untuk mengakui dan menghormati HAM.
UDHR juga menyerukan agar isi dari deklarasi tersebut dipatuhi, dan dimuat dalam konstitusi
masing-masing negara.

Kemudian pada tahun 1966, demi lebih mengukuhkan kembali UDHR, PBB berhasil
melahirkan International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) dan International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR). Adapun ICCPR mengatur
HAM secara lebih terperinci, khususnya tentang hak sipil dan politik. Sedangkan ICESCR
mengatur tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya

Di Indonesia, HAM diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


1945 (UUD 1945), dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Jimly Asshiddiqie 38
mengelompokkan empat jenis HAM berdasarkan UUD 1945. Diantara keempat kelompok
HAM tersebut, terdapat HAM yang disebut non-derogable rights, atau tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun, yakni :

a. Hak untuk hidup;


b. Hak untuk tidak disiksa;
c. Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani;
d. Hak beragama;
e. Hak untuk tidak diperbudak;
f. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum; dan
g. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Kemudian keempat kelompok HAM terdiri atas kelompok pertama, kelompok
ketentuan yang menyangkut hak-hak sipil yang meliputi sebagai berikut :

a. Hak hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya;


b. Hak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang kejam,
tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan;
c. Hak untuk bebas dari segala perbudakan;
d. Hak kebebasan beragama dan beribadat menurut agamanya;
e. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum;
f. Hak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan;
g. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut;
h. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah;
i. Hak atas status kewarganegaraan;
j. Hak bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan, dan kembali ke
negaranya;
k. Hak memperoleh suaka politik;

38Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2011, hlm
361-365.
l. Hak untuk bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak mendapatkan
perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut.
Kedua, kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang meliputi :

a. Hak berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat secara damai dengan lisan dan
tulisan;
b. Hak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga perwakilan rakyat;
c. Hak untuk dapat diangkat menduduki jabatan publik;
d. Hak memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak bagi kemanusiaan;
e. Hak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan yang layak dalam
hubungan kerja yang berkeadilan;
f. Hak mempunyai hak milik pribadi;
g. Hak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak dan memungkinkan
pengembangan dirinya sebagai manusia yang bersahabat;
h. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi;
i. Hak memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran;
j. Hak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia;
k. Hak atas jaminan penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat lokal
selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa-bangsa;
l. Negara mengakui budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional;
m. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan
masing-masing, dan untuk beribadat menurut kepercayaannya itu.
Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan :

a. Hak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk mendapat kesempatan yang
sama, terhadap warga negara yang menyandang masalah sosial, masyarakat terasing,
dan yang hidup di lingkungan terpencil;
b. Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mencapai kesetaraan gender dalam
kehidupan nasional;
c. Hak khusus yang melekat pada diri perempuan;
d. Hak anak mendapat kasih sayang, perhatian, dan perlindungan orang tua, keluarga,
masyarakat, dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta perkembangan
pribadinya;
e. Hak untuk berperan serta dalam pengelolaan dan turut menikmati manfaat yang
diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam;
f. Hak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat;
g. Kebijakan, perlakuan, atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan yang sah dimaksudkan untuk menyetarakan
tingkat perkembangan kelompok tertentu yang pernah mengalami perlakuan
diskriminatif dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, dan perlakuan
khusus tersebut tidak termasuk dalam pengertian diskriminasi.
Keempat, kelompok yang mengatur mengenai tanggung jawab negara dan kewajiban
asasi manusia yang meliputi :
a. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada
pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk
memenuhi tuntutan keadilan sesuai dengan nilai-nilai agama, moralitas, dan kesusilaan,
keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis;
c. Negara bertanggung jawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan
HAM;
d. Untuk menjamin pelaksanaan HAM, dibentuk Komisi Nasional HAM yang bersifat
independen dan tidak memihak yang pembantukkan, susunan, dan kedudukannya diatur
dengan undang-undang.39
8. Pengertian Kehutanan menurut UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

a. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan
hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.

b. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

c. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
olehpemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

d. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah.

e. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.

f. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.

g. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan.

h. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

39 Dewi Natalia, Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi Tenaga Kerja di Indonesia, Skripsi Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2013, hlm 27.
i. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

j. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan.

k. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.

l. Taman buru adalah kawasan hutan yang di tetapkan sebagai tempat wisata berburu.

m. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang
berasal dari hutan.

Itulah pengertian terkait Kehutanan dan Hutan berdasarkan Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Semoga dapat memberikan
sedikit informasi tentang hal-hal yang berhunbungan dengan Khutanan. Seperti yang
dikatakan atas apabila teman-teman ingin mendapatkan penjelasan yang lebih banyak tentang
hal-hal yang terkait dengan kehutanan maka teman-teman bisa lihat pada UUD tersebut
secara lengkap dan itu bisa diperoleh lewat internet dengan cara mendownloadnya. Silahkan
teman-teman search dengan kata kunci Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Kehutanan maka langsung terlihat baik dalam bentuk file pdf maupun word. 40

9. Hutan Lindung
1. Definsi Hutan Lindung
Hutan lindung merupakan hutan yang dilindungi keberadaannya karena berperan penting
menjaga ekosistem. Kawasan hutan ditetapkan sebagai hutan lindung karena
berfungsi sebagai penyedia cadangan air bersih, penahan erosi, paru-paru kota atau
fungsi-fungsi lainnya. Namun keberadaan hutan tersebut tidak termasuk dalam kawasan
hutan konservasi yang dikelola oleh pemerintah. Agar terhindar dari kerusakan maka
keberadaan hutan tersebut harus dilindungi. Hutan lindung bisa berada di tengah-tengah

40 atobasahona.com/2015/10/pengertian-kehutanan-dan-hutan.
lokasi hutan produksi, hutan adat, hutan rakyat atau di daerah yang berbatasan dengan
permukiman dan perkotaan. Pengelolaannya bisa dilakukan pemerintah pusat, pemerintah
daerah atau komunitas, seperti masyarakat adat. Contoh hutan lindung yang dikelola
masyarakat adat biasanya berwujud sebagai hutan larangan atau hutan tutupan.

Sumber : Jurnal Bumi41


2. Fungsi Hutan Lindung
Hutan lindung secara harfiah merupakan suatu bentuk hutan yang sudah ada sebelumnya,
dan ditetapkan sebagai pemerintah sebagai lokasi yang dilindungi. Hutan lindung sendiri
sebenarnya merupakan suatu hutan, alias lahan besar yang terdiri dari kumpulan flora dan
fauna yang terbentuk baik secara alami ataupun tidak yang merupakan wilayah hutan
yang memiliki fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan,
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah ( UU Republik Indonesia No.41 / 1999 ). Hutan lindung
sendiri merupakan kawasan yang ditunjuk oleh pemerintah dan biasanya terletak pada
wilayah hulu sungai. Fungsi Hutan Lindung :

- Sebagai penyeimbang ekosistem

Fungsi dari hutan lindung yang pertama adalah sebagai penyeimbang ekosistem.
Sebagai salah satu lokasi tempat tinggal bagi para hewan dan juga tumbuhan, hutan
lindung berfungsi untuk melesatarikan kehidupan mereka. Hutan lindung

41 jurnalbumi.com/knol/hutan-lindung/
memberikan berbagai macam ekosistem yang tentu saja sangat berguna dan juga
bermanfaat bagi para flora dan juga fauna yang berada di lingkungan tempat tinggal
hutan lindung. Selain itu, hutan lindung juga berfungsi sebagai penyeimabng alam,
dimana segala sesuatu yang ada di dunia ini membutuhkan keseimbangan, jadi tentu
saja fungsi dari hutan lindung merupakan salah satu penyeimbang dari ekosistem dan
juga penyeimbang kehidupan di alam semesta ini.

- Sebagai tempat tinggal bermacam – macam fauna

Tidak hanya bagi manusia, hutan lindung pun memiliki fungsi yang sangat vital bagi
para hewan – hewan. Banyak hewan alias fauna menggantungkan hidupnya dari
keberadaan ulin ini. Di dalam hutan lindung, semua kehidupan bagi para hewan
tersedia, mulai dari tempat tinggal hingga kebutuhan makanan para hewan dan satwa
akan terpenuhi di dalam hutan lindung. Hal ini pun terbukti dengan adanya invasi dari
para hewan yang masuk ke rumah warga ketika hutan lindung tempat mereka tinggal
rusak. Dengan adanya kondisi ini, tentu saja sangat membuktikan bahwa keberadaan
hutan lindung memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan satwa dan juga
hewan – hewan liar.

- Tempat tinggal flora dan tumbuhan

Tidak hanya hewan dan juga para satwa liar, hutan lindung juga merupakan tempat
berlindungnya flora alias tumbuhan. Banyak sekal flora dan juga tumbuhan yang
tinggal di hutan lindung, bahkan kemungkinan masih banyak lagi spesies dari flora
yang belum sempat terjamah oleh manusia, sehingga dapat menjadi bahan penelitian
dari manusia untuk menemukan spesies tumbuhan baru.

- Lokasi resapan air

Salah satu fungsi utama dari adanya hutan lindung adalah sebagai lokasi resapan air.
Lokasi resapan air di hutan lindung ini didukung oleh kondsi dimana banyak terdapat
pepohonan dengan akar yangbesar, sehingga mampu untuk menyerap air. Dengan
kemampuan hutan lindung dalam meyerap air ini, maka hutan lindung sangat baik
untuk membantu meningkatkan resapan air pada daerah sekitarnya. Hal ini tentu saja
sangat menguntungkan bagi mereka yang tinggal di dekat hutan lindung. Mereka
akan menjadi lebih mudah dalam menemukan sumber air, sehingga mereka tidak
akan kekurangan air lagi, karena hutan lindung dapat menjadi sumber resapan air.

- Mencegah bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor


Fungsi hutan lindung berikutnya adalah sebagai pencegah terjadinya bencana alam,
seperti banjir dan juga tanah longsor. Dengan banyaknyajumlah pohon di dalam hutan
lindung, maka hal ini akan sangat baik untuk membantu menjaga kontur tanah agar
menjadi lebih kokoh dan juga kuat. Selain itu, fungsi akar dari tanaman tersebut juga
sangat baik untuk menyerap air, sehingga air hujan yang jatuh tidak langsung
mengalir begitu saja, melainkan akan masuk dan meresap di dalam tanah dan tentu
saja dapat mencegah terjadinya banjir.

- Sebagai sumber kehidupan bagi warga sekitarnya

Hutan selalu memberikan beragam kehidupan, tidak hanya bagi tumbuhan dan juga
hewan, namun manusia pun juga dapat memetik manfaat dari hutan lindung. Manusia
bisa memperoleh bahan makanan dan memperoleh kehidupan dari hutan lindung.
Meskipun tidak semua hewan dan juga tumbuhan bisa dan boleh untuk diambil dari
hutan lindung, namun demikian, manusia bisa memanfaatkannya, seperti mencari air
di sungai, potongan ranting untuk kayu bakar, dan beberapa hewan yang tidak
dilindungi pun boleh untuk diburu. Dengan demikian, semua kebutuhan hidup
manusia bisa terpenuhi dan cukup banyak tersedia di dalam sebuah hutan lindung

- Sebagai lokasi ekowisata

Lokasi ekowisata juga merupakan salah satu manfaat dan fungsi dari hutan lindung
berikutnya. Lokasi ekowisata menggabungkan konsep tempat pariwisata dan juga
pembelajaran. Dengan demikian, selain dapat memperoleh kesenangan dalam
melakukan wisata, para turis pun juga akan memperoleh manfaat lainnya, yaitu dapat
mempelajari keragaman flora fauna ang ada di dalam hutan lindung tersebut. Hal ini
akan membuat para wisatawan menjadi lebih menghargai kekayaan alam Indonesia
itu sendiri.

- Penyedia oksigen bagi lingungan sekitarnya

Hal ini juga merupakan fungsi penting dari sebuah hutan lindung. Ya, hutan lindung
mampu menyediakan pasokan oksigen bagi dunia. Paling tidak hampir lebih dari 70%
pasokan oksigen yang tersedia di dunia atau alam semesta ini disediakan oleh hutan
lindung. Jadi, dapat dibayangkan apabila hutan lindung mengalami kerusakan, berarti
kita akan mengalami kekurangan pasokan oksigen.

- Menyuplai udara bersih


Tidak hanya menyuplai oksigen, kebutuhan akan udara bersih juga sangat tinggi,
terutama bagi manusia. Selain oksigen, udarah yang bersih juga dapat membantu
memperbaiki sistem pernapasan manusia, sehingga dapat mengurangi kemunculan
dari berbagai gangguan kesehatan pernapasan. Saat ini, udara sudah semakin kotor,
dengan keberadaan polusi udara yang semakin tinggi. Namun demikian, untuk
membantu menyeimbangkan kondisi udara di lingkungan, fungsi hutan lindung
sangatlah vital. Hutan lindung mampu untuk menyediakan pasokan udara bersih dan
juga segar, sehingga dapat menyeimbangkan kondisi udara di lingkungan agar tidak
melulu memiliki kandungan yang buruk dan menyebabkan gangguan kesehatan.

- Sebagai lokasi untuk relaksasi dan melepas penat

Hutan lindung merupakan salah satu lokasi yang sepi dan juga sunyi. Kesunyian ini
seringkali dimanfaatkan oleh banyak orang untuk menjadi lokasi relaksasi ataupun
bersantai untuk sekedar melepas penat. Beberapa orang bisa saja menggunakan hutan
lindung sebagai media terapi, dimana mereka akan mengikuti terapi outdoor, yang
memungkinkan mereka mampu melepaskan stress dan juga beban pikiran ketika
berada pada lingkungan terbuka yang luas, seperti hutan lindung.

- Untuk mendekatkan diri kepada alam

Sama halnya dengan manfaat sungai, bagi anda yang ingin mendekatkan diri dengan
alam semesta, ada beberapa cara yang bisa anda lakukan, salah satunya adalah
dengan bermain ke dalam hutan lindung. Dengan bermain ke dalam hutan lindung,
maka anda akan semakin mengenal alam semesta dengan bertemu banyak ragam flora
dan juga fauna yang ada. Hal ini dapat membuat anda menjadi lebih banyak
bersyukur dan merasa lebih dekat dengan alam sesmeta, dan juga kepada Sang
Pencipta.

- Meningkatkan kualitas hidup dari warga yang tinggal di sekitarnya

Dengan fungsinya yang dapat mendukung kehidupan dari warga yang tinggal di
sekitarnya, maka secara otomatis hutan lindung juga memiliki fungsi yang penting
untuk membantu meningkatkan taraf hidup dari para warga yang tinggal di
sekitarnya. Warga yang tinggal di sekitar hutan lindung akan memiliki kualitas hidup
yang lebih baik, hidup sehat dan juga terbebas dari ancaman bencana alam, seperti
banjir dan juga tanah longsor.

- Mengurangi pemanasan global


Isu pemanasan global merupakan salah satu masalah yang sejak dulu menghinggapi
planet bumi. Salah satu usaha mengurangi pemanasan global adalah dengan
mengembangkan kawasan hutan lindung yang dapat membantu dalam menjaga
lapisan ozon pada atmosfer bumi.

- Mencegah terjadinya kepunahan

Biasanya hutan lindung juga dapat bermanfaat untuk mencegah terjadinya kepunahan
pada spesies tertentu, baik flora maupun faunanya. Dengan adanya fungsi ini, maka
keberadaan hewan yang dilindungi akan terjaga dan tidak akan mudah mengalami
kepunahan, mengingat sudah banyak sekali flora dan juga fauna yang mengalami
kepunahan karena kerusakan ekosistem.

- Melindungi Hewan Langka

Fungsi hutan lindung untuk melindungi hewan langka memang bersifat mutlak,
banyak hewan langka yang hidup di hutan lindung. Mengapa di hutan lindung ?
karena di hutan ini dilarang pemburuan hingga memasukinya tanpa izin untuk
kepentingan pribadi, jadi di pastikan tidak akan ada yang “berani” untuk berburu di
sini42.

10. Ilmu Perundang-Undangan

Ilmu Perundang-Undangan adalah ilmu yang berkembang di negara-negara yang


menganut sistem hukum civil law, terutama di Jerman sebagai negara yang pertama kali
mengembangkan. Secara konsepsional Ilmu Perundang-Undangan menurut Burkhardt
Krems adalah ilmu pengetahuan yang interdisipliner tentang pembentukan hukum negara (die
interdisziplinare wissenschaft vonder staatlichen rechtssetzung). Lebih lanjut Burkhardt
Krems membagi Ilmu Perundang-Undangan dalam tiga wilayah43 :

1. proses perundang-undangan.
2. metode perundang-undangan.
3. teknik perundang-undangan.

42 https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/fungsi-hutan-lindung
43 Maria Farida Indrati Soeprapto, “Ilmu Perundang-Undangan Dasar-dasar Dan Pembentukannya”,
Kanisius, Yogyakarta, 1998, hal. 3.
Burkhardt Krems mengatakan perundang-undangan mempunyai dua pengertian:44

1. teori perundang-undangan yang berorientasi pada mencari kejelasan dan kejernihan


makna atau pengertian-pengertian dan bersifat kognitif.
2. Ilmu perundang-undangan yang berorientasi melakukan perbuatan dalam hal
pembentukan peraturan perundang-undangan dan bersifat normatif.
Dalam hal ini Ilmu perundang-undangan memberikan pengertian sebagai berikut :45
A. norma hukum dan tata urutan atau hirarki.
B. lembaga-lembaga negara yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan.
C. lembaga-lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang di bidang peratura
perundang-undangan.
D. tata susunan norma-norma hukum negara.
E. jenis-Jenis perundang-undangan beserta dasar hukumnya.
F. asas-asas dan syarat-syarat serta landasan-landasannya.
G. pengundangan dan pengumumannya.
H. teknik perundang-undangan dan proses pembentukannya.
Menurut Hans Nawiasky memperinci urutan norma hukum yang terdiri dari :46
1. Grundnorm.
2. Aturan-aturan dasar negara.
3. aturan formal, undang-undang.
4. peraturan di bawah undang-undang.

11. Beschikking (Keputusan Atau Penetapan)

Beschikking adalah salah satu bentuk kegiatan pemerintah dalam menjalankan


peranannya yang tergolong dalam perbuatan hukum pemerintah (Rechtshandelingen).
Istilah beschikking berasal dari Belanda,acte administrative (Prancis), verwaltunngsakt
(Jerman). Pengertiannya adalah suatu perbuatan hukum public yang bersegi satu yang
dilakukan oleh alat alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa (Utrecht),
atau suatu tindakan hukum sepihak dalam lapangan pemerintahan yang dilakukan oleh
alat pemerintahan berdasarkan wewenang yang ada pada organ tersebut (WF. Prins), atau
didefiniskikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan alat alat pemerintahan,
pernyataan pernyataan kehendak alat alat pemerintahan itu dalam menyelenggarakan hal
hal istimewa dengan maksud mengadakan perubahan dalam lapangan perhubungan

44 Ibid. hal. 2
45 Amiroeddin Syarif, “Perundang-Undangan Dasar, Jenis, Dan Teknik Membuatnya”, PT Rineka Cipta,
Jakarta, 1997, hal. 1-2.
46 Lihat Tap MPR No. III Tahun 2000 Tentang Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan
perhubungan hukum (Van Der Pot). Dalam sumber lain beschiking diartikan sebagai
suatu keputusan yang diterbitkan oleh pejabat administrasi yang bersifat konkret dan
khusus (kamus hukum.com) ,atau keputusan dalam bidang administrasi negara dilakukan
oleh pejabat atau badan pemerintah yang Keputusan tata usaha negara (beschikking) oleh
Utrecht disebut sebagai ‘ketetapan’, sedangkan Prajudi Atmosudirdjo menyebutnya
dengan ’penetapan’ .Utrecht, PRINS, dan Van der Pot, juga menjelaskan bahwa
beschikking merupakan perbuatan hukum publik yang bersegi satu atau perbuatan
sepihak dari pemerintah dan bukan merupakan hasil persetujuan dua belah pihak .
Beschiking Menurut UU No.5 Tahun 1986 jo. UU No.9 Tahun 2004
Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan
bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha
Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata. Dari definisi menurut UU Nomor 5 Tahun 1986 tersebut dapat
dirumuskan unsur-unsur keputusan sebagai berikut, yaitu;

- enetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,

- berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara,

- berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

- bersifat Kongret, Individual dan Final

- serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata .

Dalam UU No. 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No.5 Tahun 1986
tentang peradilan tata usaha Negara, khususnya dalam pasal 2 menjelaskan secara tegas
bahwa terdapat tujuh hal yang tidak tergolong suatu keputusan Negara dalam Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 yaitu :

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata

b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;

c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;

d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang
e. Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau
peraturan

f. perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;

g. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan
peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

h. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;

i. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil
pemilihan umum47

F. Hipotesis

Bahwa Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Nomor 21/1/IPPKH/PMA/2016 tahap
eksplorasi yang diberikan kepada PT SAE (Sejahtera Alam Energi) telah bertentantangan atau
tidak sesuai dengan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

G. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis

normatif dengan pendekatan perundang-undangan (Statue Approach) dan pendekatan analitis

(Analitycal Approach). Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah regulasi Izin

Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Beschikking) yang bersangkut paut dengan perundang-undangan

yang berlaku.48 Pendekatan dilakukan dengan mecari makna istilah-istilah hukum dalam

perundang-undangan yang kemudian dilakukan analisis terhadap penetapan (Beschikking)

tersebut.

Dalam hal ini penulis akan mengkaji dan menganalisis bagaimana dasar pertimbangan dari
masing-masing Kementerian Kehutanan yang menetapkan izin kepada perusahan untuk
melakukan operasi dikawasan hutan lindung.

2. Spesifikasi Penelitian

47 https://anjarnawanyep.wordpress.com/beschikking-keputusan-atau-penetapan/
48 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2005. Hlm. 133
Spesifikasi penelitian dalam pelenilitian ini menggunakan spesifikasi penelitian
Preskriptif, yaitu menganalisisi persoalan hukum dengan aturan yang berlaku dan cara
menjalankan aturan tersebut dalam peristiwa hukum. Kaitannya dengan penelitian yang
penulis lakukan adalah dengan menganalisis persoalan hukum dalam Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan Nomor 21/1/IPPKH/PMA/2016 dengan aturan hukum yang berlaku yaitu
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di area Universitas Muhammadiyah Purwokerto di Perpustakaan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Purwokerto

4. Sumber Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif ini lebih menggunakan data sekunder. Data sekunder terdiri

dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan hukum

primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perundang-undangan dan putusan. Bahan

hukum sekunder dalam penelitian ini yaitu buku-buku teks, hasil penelitian dan hasil karya

dari kalangan hukum. Sedangkan bahan hukum tersier dalam penelitian ini yaitu kamus

hukum.

5. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan melakukan studi

kepustakaan serta adanya sedikit observasi akibat terjadinya dampak peristiwa hukum

tersebut. Studi kepustakaan yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan

penelusuran terhadap bahan pustaka yang dapat menjadi bahan dasar guna memepertajam

analisis dalam.

6. Metode Penyajian Data

Dalam penelitian normatif, data dapat disajikan dalam bentuk teks naratif dan matriks

kualitatif. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang

lainnya secara sistematis, sehingga merupakan satu kesatuan dengan masalah yang diteliti.
7. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis normatif

kualitatif, yaitu cara menginterpretasikan dan mendiskusikan bahan hasil penelitian

berdasarkan pada pengertian hukum, norma hukum, teori-teori hukum serta doktrin yang

berkaitan dengan pokok permasalahan, sehingga penelitian ini diharapkan akan dapat

menyatukan kesepahaman antara teori, asas, dan peraturan hukum dengan pokok

permasalahan.

Daftar Pustaka

a. Literatur

- Prof. Dr. H. Muladi, SH. (editor), Hak Asasi Manusia – hakekat, konsep &
implikasinya Dalam Perspektif Hukum & Masyarakat, PT Refika Aditama, Bandung,
2005
- rof. Dr. Satjipto Raharjo, S.H. Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006
- Adrian Sutedi, 2011. Hukum perizinan dalam sektor pelayanan publik, Jakarta.
- Philipus M. Hadjon. 1993. Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya, Yuridika, Cetakan
Pertama Soeroso. 1979. Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Majalah Hukum dan
Keadilan
- Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
2005
- Amiroeddin Syarif, “Perundang-Undangan Dasar, Jenis, Dan Teknik Membuatnya”,
PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997
b. Peraturn Perundang-undangan

- UUD 1945

- Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

- Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Nomor 21/1/IPPKH/PMA/2016

- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 Tentang Peraturan Perundang-undangan

- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011

c. Jurnal

- Maria Farida Indrati Soeprapto, “Ilmu Perundang-Undangan Dasar-dasar Dan

Pembentukannya”, Kanisius, Yogyakarta,

- jurnalbumi.com/knol/hutan-lindung/

- ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/fungsi-hutan-lindung

Anda mungkin juga menyukai