Anda di halaman 1dari 4

Pemanfaatan energi alternatif di Papua

Terang Papua dengan EBT, Setrum


Matahari, Air, hingga Angin

PLTA ASAHAN III


Tanah Papua dengan bentang alam dan kekayaan geografisnya, serta paparan
pegunungan dan hutan rimba, dan masih luasnya jangkauan antara wilayah satu
dengan lainnya, menjadi tantangan dalam mengalirkan listrik ke rumah-rumah
para penduduknya. Dengan lokasi desa yang berjauhan dan faktor alat
transportasi yang menantang, membuat PLN harus menyusun skenario alternatif
untuk melistriki “Bumi Cendrawasih.” Untuk itu, PLN meluncurkan program,
1.000 Renewable Energy for Papua, yang digelar di Kantor Pusat PLN, Jalan
Trunojoyo, nomor 135, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, hari ini, 18 Oktober
2019.

Empat Alternatif Pembangkit Listrik EBT

Adapun Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua PLN Ahmad Rofik
menerangkan, dengan tantangan geografis, kerapatan hunian yang sangat rendah,
dan infrastuktur yang terbatas, Program 1000 Renewable Energy for Papua
dipandang sebagai solusi paling efektif untuk percepatan elektrifikasi di Papua
dan Papua Barat melalui implementasi model Wireless Electricity. “Optimalisasi
energi lokal berbasis energi baru terbarukan (EBT) juga diharapkan akan
memperbaiki kinerja Bauran Energi sekaligus menurunkan Biaya Pokok
Penyediaan (BPP) listrik,” jelas Ahmad Rofik.

Dari hasil kajian dan survei PLN, ada empat alternatif pembangkit listrik EBT
yang ditawarkan dalam Program 1.000 Renewable Energy for Papua, yakni
Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro; Tabung Listrik (Talis); Pembangkit Listrik
Tenaga Biomassa (PLTBm); serta PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).
Untuk Pikohidro, lebih cocok apabila diaplikasikan pada daerah yang memiliki
perbedaan ketinggian.

Ahmad Rofik pun memaparkan rincian program pelistrikan di Papua dengan


menggunakan keempat pembangkit listrik EBT tersebut. “Rincian jumlahnya, 314
desa direncanakan untuk dilistriki menggunakan teknologi tabung listrik (Talis),
65 desa menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan
Pikohidro (PLTPH), 158 desa akan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga
Biomassa (PLTBm), 116 Desa dilistriki menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu (PLTB), 34 Desa dilistriki menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Arus
Laut, 184 desa akan diterangi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
sebanyak 151 set, serta selebihnya 252 desa rencananya akan disambungkan ke
sistem jaringan listrik (grid) PLN yang telah ada” urai Ahmad Rofik.

2
Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro merupakan pembangkit skala sangat kecil
yang memanfaatkan energi potensial air, untuk menghasilkan listrik berkapasitas
hingga 5.000 Watt. Energi potensial air menggerakkan turbin, sedangkan turbin
memutar generator, dan generator inilah yang dapat menghasilkan listrik.

Sedangkan Tabung Listrik merupakan alat penyimpanan energi (energy storage)


layaknya power bank, yang digunakan melistriki rumah. Cukup dengan plug-and-
play, masyarakat di pedalaman Papua sudah dapat memanfaatkan listrik dengan
Talis, untuk kebutuhan penerangan hingga menyalakan televisi. Talis dapat diisi
ulang di Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL).
Sementara PLTBm adalah pembangkit listrik skala kecil yang memanfaatkan
potensi energi biomassa, seperti bambu, kayu, serat kelapa sawit dan bahan
organik kering lainnya. Pembakaran biomassa menghasilkan uap air bertekanan
yang memutar turbin, kemudian menggerakkan generator untuk menghasilkan
listrik. PLTBm yang dikembangkan oleh PLN Regional Maluku dan Papua
berkapasitas 3 – 10 kW.
Seperti yang kita kenal selama ini Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),
menjadi alternatif melistriki daerah yang sulit dijangkau oleh transportasi darat.
Karena itu dengan mengandalkan sumber energi matahari, maka sangat cocok
untuk kawasan terpencil. Energi listrik disalurkan melalui jaringan tegangan
rendah atau digunakan sebagai SPEL untuk Talis / Energy Storage (cadangan
energi).
Adapun dalam rangkaian acara peluncuran ini, turut hadir perwakilan berbagai
pihak yang telah berkontribusi penting, menyukseskan survey Ekspedisi Papua
Terang, di antaranya, perwakilan para anggota TNI AD. Para mahasiswa dan
peneliti dari berbagai kampus pun turut hadir dalam acara peluncuran, untuk
menyampaikan presentasi mereka

Penelusuran dokumen pengurusan amdal untuk proyek PLTA Asahan III di Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Utara tak menemukan nama PT Bajradaya.

3
Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Amdal, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumut,
Rosdiana Simarmata ketika dikonfirmasi di Medan, Selasa (23/3), membenarkan bahwa selama
ini PT Bajradaya memang belum pernah mengurus dokumen amdal untuk proyek mereka di
PLTA Asahan III.

Menurut Rosdiana, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumut tak pernah mengurus dokumen
amdal PT Bajradaya untuk proyek PLTA Asahan III. Menurut dia, seharusnya
sebelum izin apa pun diberikan kepada perusahaan atau pelaku usaha, yang
bersangkutan harus terlebih dahulu dianggap layak lingkungan dengan
mengantongi dokumen amdal.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup memang diatur, semua izin usaha baru dapat
diterbitkan jika izin menyangkut kelayakan lingkungan telah dikantongi pelaku
usaha. ”Selama ini memang belum ada pengurusan dokumen amdal dari PT
Bajradaya,” katanya.

Namun, meski belum mengurus dokumen amdal, ternyata PT Bajradaya yang


justru dipilih Gubernur Sumut mendapatkan izin lokasi.

Dalam surat Pemerintah Provinsi Sumut ke pemerintah pusat soal pilihan izin
lokasi yang diberikan ke PT Bajradaya disebutkan bahwa perusahaan tersebut
dianggap mampu membangun PLTA Asahan III lebih cepat daripada pesaingnya,
PLN. Surat tersebut tak menyertakan sama sekali keterangan soal kelayakan
lingkungan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai