Di susun oleh :
Kelompok 7
1. 5301422009 Evy Nur Octaviani
2. 5301422009 Abdullah Ni'am
3. 5301422027 Dedi Yusuf
4. 5301422034 Muhamad Arif Fadhil
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah guna melaksanakan tugas dan
memperdalam wawasan perihal materi Pembangkit Tenaga Nuklir pada Mata Kuliah
Pembangkit Tenaga Nuklir yang diampu oleh dosen Drs. Yohanes Primadiyono, M.T. dan
Dr. Agus Suryanto, M.T.
Kami dari kelompok 1 mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penulisan makalah ini. Namun, tentu saja makalah ini masih jauh dari
sempurna, Untuk itu kami sangat mengharapkan saran positif yang bersifat membangun
guna memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan juga bagi
penulis. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangkit listrik tenaga sampah adalah salah satu solusi inovatif untuk mengatasi
dua masalah utama yang dihadapi oleh perkotaan modern, yaitu pengelolaan sampah yang
efisien dan kebutuhan akan energi yang terus meningkat. Dalam beberapa dekade terakhir,
volume sampah di perkotaan terus bertambah karena pertumbuhan populasi dan konsumsi
yang meningkat.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah sampah di Indonesia
pada tahun 2020 mencapai sekitar 67,8 juta ton per tahun, dengan tingkat pertumbuhan
sekitar 3-5% per tahun. Masalah ini tidak hanya menyebabkan pencemaran lingkungan, tetapi
juga menimbulkan masalah kesehatan masyarakat dan menghabiskan lahan yang berharga.
Pembangkit listrik tenaga sampah merupakan alternatif yang menjanjikan karena mengubah
sampah menjadi sumber energi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik.
Selain itu, pembangkit listrik tenaga sampah juga dapat membantu mengurangi volume
sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir, sehingga mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan.
Di Indonesia, terdapat beberapa pembangkit listrik tenaga sampah yang telah beroperasi atau
sedang dalam tahap pengembangan. Salah satu contohnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa) Benowo di Surabaya, Jawa Timur. PLTSa Benowo merupakan salah satu
PLTSa terbesar di Indonesia dengan kapasitas 8 MW. Selain itu, terdapat juga PLTSa
Cilincing di Jakarta Utara, yang memiliki kapasitas 2,4 MW dan telah beroperasi sejak tahun
2017. PLTSa Cilincing menggunakan teknologi Gasifikasi Terintegrasi dengan Proses
Pirolisis (GTP) untuk mengubah sampah menjadi energi listrik.
Pembangkit listrik tenaga sampah lainnya yang sedang dalam tahap pengembangan adalah
PLTSa Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat, yang direncanakan memiliki kapasitas 6 MW.
PLTSa Bantargebang diharapkan dapat mengolah sebagian besar sampah yang masuk ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang dan menghasilkan energi listrik yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan sekitar 13.000 rumah tangga.
Dengan memanfaatkan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah, diharapkan dapat
mengurangi beban sampah di perkotaan sambil menyediakan sumber energi yang bersih dan
berkelanjutan. Namun, untuk mewujudkan hal ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak,
termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat, dalam hal pengelolaan sampah yang
terintegrasi dan pengembangan teknologi yang ramah lingkungan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan prinsip kerja pembangkit listrik tenaga sampah?
2. Apa saja jenis sampah yang digunakan pada PLTSa?
3. Berapa besar potensi daya yang dapat dihasilkan dari PLTSa?
4. Apa dampak positif dan negatif dengan adanya PLTS?
5. Bagaimana upaya pengelolaan limbah dan pengelolaan sampah yang terintegrasi
dapat mendukung keberhasilan pembangkit listrik tenaga sampah?
A. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan prinsip kerja dari PLTSa
2. Mengetahui jenis sampah yang digunakan pada PLTSa
3. Mengetahui potensi daya yang dapat dihasilkan dari PLTSa
4. Mengetahui dampak yang terjadi denga adanya PLTSa
5. Mengetahui cara pengelolaan limbah dan sampah yang terintegrasi
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan prinsip PLTSa
PLTSa bekerja dengan mengolah sampah untuk menghasilkan gas metana. Panas
yang dihasilkan dari pembakaran gas metana ini kemudian digunakan untuk
memanaskan udara dalam boiler menjadi uap. Uap ini kemudian memutar turbin pada
Pada tahun 2008, Indonesia memulai proyek percontohan PLTSa pertama di TPA
Bantargebang, Bekasi, dengan kapasitas 2 MW. Ini menjadi tonggak sejarah penting
dalam pengembangan teknologi PLTSA di Indonesia. Empat tahun kemudian, PLTSa
skala kecil (500 kW) diresmikan di TPA Sunter, Jakarta Utara, menunjukkan kemajuan
dalam penerapan teknologi PLTSA. Empat tahun kemudian, di tahun 2012, PLTSa skala
kecil (500 kW) diresmikan di TPA Sunter, Jakarta Utara. Peresmian ini menunjukkan
kemajuan dalam penerapan teknologi PLTSA di Indonesia, meskipun masih dalam skala
kecil.
Pada tahun 2018, Kementerian ESDM meluncurkan program "PLTSa 12 Kota 12".
Program ini bertujuan untuk membangun 12 PLTSa di 12 kota di Indonesia dengan total
kapasitas 100 MW.
Tahun 2019, PLTSa Benowo di Surabaya, dengan kapasitas 12 MW, menjadi PLTSa
terbesar di Indonesia yang beroperasi secara komersial. Pembangkit listrik ini diharapkan
mampu menjadi solusi permasalahan sampah di Kota Surabaya.
Pada tahun 2020, PLTSa Merah Putih di Jakarta Selatan, dengan kapasitas 30 MW,
mulai beroperasi. Bottom ash dan fly ash dari PLTSa ini dimanfaatkan untuk pembuatan
Conblock.
Pada tahun 2022, pembangunan PLTSa di beberapa kota lain terus berlangsung,
seperti Bandung, Semarang (TPA terbesar di Jawa Tengah), Solo, dan Makassar.