Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

i
1

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan data dari Direktorat Ketenagalistrikan kementerian
ESDM, bahwa konsumsi tenaga listrik dari tahun 2011-2015 mengalami
peningkatan sebesar 13,17% dan konsumsi tenaga listrik per kapita
terjadi kenaikan sebesar 0,17. Konsumsi energi akhir perkapita
didefinisikan sebagai pembagian antara jumlah total konsumsi energi
akhir dengan jumlah penduduk di Indonesia. Artinya bahwa peningkatan
jumlah penduduk menyebabkan peningkatan pada konsumsi tenaga
listrik. Pertumbuhan ekonomipun sangat bergantung pada kebutuhan
energi, oleh karena itu pasokan energi harus ditambah (Mohammad
Fachrurrozy, Abdullah Nur Aziz, dkk, 2019)
Kebutuhan energi yang bertambah tersebut mengakibatkan krisis
energi yang akan menghantui peradaban modern umat manusia jika tidak
segera ditangani. Salah satu jalan alternatif yang dapat membantu krisis
tersebut adalah dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan. Energi
tersebut bersumber dari energi matahari, yang dikonversikan menjadi
energi listrik dengan bantuan suatu alat yaitu Panel Surya. Alternatif ini
memberikan dampak yang sangat positif bagi energi listrik masa depan,
diantaranya energi yang dihasilkan sangat ramah lingkungan, lebih
praktis, dan ekonomis.
Penggunaan sumber energi matahari sebagai pembangkit listrik
masih sangat minim. Berikut ini adalah tabel produksi listrik tahun 2016-
2018 menurut jenis pembangkit listrik di Indonesia.
Tabel 1. 1 Produksi Listrik Menurut Jenis Pembangkit Tahun 2016-2018

Produksi Listrik Menurut Jenis Pembangkit Tahun 2016-2018

Gigawatt hour (GWh)


No Jenis Pembangkit 2016 2017 2018
1 PLTA (Air) 23.670 20.102 19.193
2 PLTU (Uap) 139.741 161.798 172.438
3 PLTG (Gas) 8.448r 6.325 r
7.288
4 PLTGU (Gas dan Uap) 47.177 42.363 47.358
5 PLTP (Panas Bumi) 7.744 10.768 12.804
6 PLTD (Diesel) 18.285 18.802 16.114
7 PLTMG (Mesin Gas) 2.642r 787 r
690
8 PLTS (Matahari) 5 6 7
9 PLTMH (Mikrohidro) 541 532 581
10 PLT Lainnya 399 1.173 408
Total 254.741 262.656 276.881
2

r
= Angka Revisi
x
= Angka Sementaa
Sumber: Neraca Energi Indonesia 2016-2018
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) sangat mendominasi produksi listrik di Indonesia,
sedangkan yang paling sedikit adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS). Kedua pembangkit tersebut berasal dari sumber bahan baku
yang berbeda.
Seperti yang kita ketahui dalam memproduksi listrik PLTU sangat
bergantung pada bahan baku seperti fosil dan batu bara. Bahan baku
tersebut diproses melalui pembakaran yang menghasilkan uap, kemudian
uap tersebut dikonversi menjadi energi listrik. Jika dilihat dari segi
lingkungan hasil akhir setelah listrik adalah limbah. Limbah hasil
pembakaran tersebut jika tidak ditangani dengan baik maka akan
berdampak negatif bagi lingkungan sekitar. Sebagai contoh limbah yang
dihasilkan PLTU dibuang ke laut atau sungai akan mengakibatkan
kerusakan pada ekosistem laut maupun sungai, karena limbah yang
dihasilkan tersebut bersifat zat beracun.
Penggunaan energi listrik yang bersumber dari bahan bakar fosil
sangat perlu untuk dikurangi secara bertahap. Alasannya pengurangan
bahan bakar fosil akan 1
Salah satu sumber energi pembangkit listik yang potensial adalah
energi matahari. Sumber energi ini merupakan alternatif yang dapat
digunakan guna menjamin keberlangsungan energi listrik masa depan.
Panel surya merupakan jawaban atas produksi energi listrik tanpa limbah
dan berpotensi menjadi tren penggunaan energi di masa mendatang.
Upaya meminimalisir 2
Perjanjian paris 3

Disrupsi energi terbarukan ini secara tidak langsung akan dapat


menggantikan PLTU sebagai sumber produksi listrik terbesar di
Indonesia.
Kondisi ini serupa dengan sejarah disrupsi pabrik es. Sebelum abad
ke 19, es merupakan sesuatu yang sangat segar dinikmati ketika musim
3

panas. Akan tetapi saat itu dalam mendapatkan es tidaklah mudah seperti
membuka freezer dikulkas. Hanya daerah kutub yang dapat
menghasilkan es. Bisnis pun dimulai ketika orang-orang mulai bekerja
sebagai jasa pemotong es, mengangkutnya kedalam kapal dan dibawa
kedaratan tempat mereka tinggal. Jasa tersebut terbilang bisnis yang
cukup aneh untuk saat ini. Es saat itu memiliki harga yang sangat
fantastis sehingga orang yang bekerja mengambil es dikutub menjadi
kaya raya.
Revolusi industri 1.0 (generasi pertama) datang dengan
ditemukannya mesin. Mesin dapat menggantikan pekerjaan manusia
sehingga pekerjaan dapat menjadi lebih cepat dan mudah bahkan kapal
yang mereka gunakan untuk mengangkut es sudah menggunakan mesin
(kapal uap). Para buruh semakin berbondong-bondong masuk dalam
usaha tersebut. Sehingga melahirkan banyak pengusaha es kutub yang
sukses kala itu. Tak lama berselang waktu revolusi industri 2.0 hadir
dengan ditemukannya listrik. Hal ini merupakan awal dari disrupsi.
Dimana es tadinya didapatkan hanya di kutub yang dibawa kedaratan.
Berkat adanya listrik hal itu tidak perlu dilakukan lagi karena listrik dapat
mengubah benda cair menjadi padat (es). Jasa pengangkut es yang pada
masa lalunya berjaya terpaksa ditinggal oleh zaman. Kondisi ini menjadi
peluang dan tantangan bagi para buruh es kutub tadi, dimana ia harus
mengikuti perkembangan zaman atau tergerus oleh zaman. Pada saat
yang bersamaan muncul lah yang dinamakan pabrik es. Dengan adanya
pabrik es maka tercipta pula pekerjaan yang baru. Kemudian seiring
berjalannya waktu generasi revin 3.0 hadir dengan munculnya
perusahan-perusahaan teknologi, seperti panasonic, samsung, sharp,
LG. Perusahaan ini adalah cikal bakal adanya kulkas yang dapat
membuat es dalam skala kecil bagi rumah tangga dalam membutuhkan
es. Lagi-lagi pabrik es mengalami penurunan yang mengakibatkan para
buruh kehilangan pekerjaannya. Tapi itu bukan berarti akhir dari
segalanya tapi awal dari kemajuan. Siapa yang ingin maju maka ia harus
siap berfikir kedepan dan siapa yang bermalas-malas terpaksa harus
ditinggal. Hingga pada generasi saat ini (revolusi industri 4.0) hadirnya
Internet. Kulkas yang kita gunakan dapat kita atur suhu nya dan
persediaan dalam kulkas hanya dengan menggunakan ponsel.
Dari sejarah pabrik es diatas, disrupsi bukanlah hal yang perlu kita
takuti dan hindari. Justru disrupsi ini memberikan dampak yang luar
biasa. Banyak peluang pekerjaan dan produk yang dihasilkan pun
beragam. Sama halnya dengan disrupsi energi terbarukan ini. Tidak
hanya menciptakan pembangkit listrik ramah lingkungan. Panel surya
4

juga dapat membuka peluang usaha baru bagi SDM dengan keahlian dan
keterampilan yang beragam.
1.2. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan ini penulis ingin memberikan solusi untuk energi listrik
masa depan dengan mempertimbangkan beberapa aspek

1.3. Manfaat
5

2. GAGASAN
2.1 Persoalan Pencetus Gagasan
Saat ini energi listrik yang kita gunakan berasal dari pembangkit listrik
yang terhubung melalui kabel listrik.

2.2 Solusi Yang Menjadi Konten Artikel Ilmiah

2.3 Pihak-Pihak Terlibat Yang Dapat Membantu Dalam Mengimplementasikan


Gagasan
Didalam gagasan ini terdapat beberapa yang pihak-pihak yang
memiliki peran dan kontribusi dalam membantu mengimplementasikan
gagasan tulisan ini. Diantanya adalah:
1. PLN (BUMN)
2. PEMERINTAH
3. MASYARAKAT
4. SWASTA

2.4 Langkah-Langkah Strategis Yang Dilakukan Dalam


Merealisasikan Gagasan
1. SDM
2. REGULASI
3. EDUKASI
4. PERSIAPAN LAINNY
6

3. KESIMPULAN

3.1 Gagasan yang diajukan

3.2 Realisasi Gagasan

3.3 Dampak Gagasan terhadap masyaakat


7

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai