Hal
ini tentu bisa dipahami, karena energi listrik memiliki peran yang sangat
fital dan strategis.
Hampir semua sendi-sendi kehidupan umat manusia, membutuhkan
ketersediaan energi listrik. Oleh karenanya tak berlebihan jika energi
listrik telah menjadi salah satu kebutuhan pokok/utama bagi umat
manusia.
Betapa sangat vital dan strategisnya energi listrik, penyediaan dan
pemanfaatannya harus diwujudkan secara andal, aman dan ramah
(akrab) lingkungan (UU 30/2009, BAB XI, Pasal 44, ayat 2).
Buku kecil ini mencoba menyampaikan berbagai informasi tentang
ketenagalistrikan di Indonesia kepada para praktisi, akademisi (dunia
pendidikan), profesionalis dan siapapun yang ada di komunitas bidang
ketenagalistrikan.
1
K Suhu Udara / Suhu Alat Listrik (Panas/ Dingin)
O
N Mekanik (gerak, getar, putar)
V
Cahaya/ Sinar/ Lampu
E
R Suara/ Bunyi
S
I Kombinasi/ Gabungan dari keempat tersebut di atas.
K
E
U Mudah disalurkan dari dan pada jarak yang berjauhan.
N
G Mudah didistribusikan untuk area yang luas.
G
Mudah diubah ke dalam bentuk energi lain.
U
L Bersih (ramah) lingkungan.
A
N
2
INDUSTRI
BISNIS
PLTA
PLTD RUMAH
PLTP
PLTG TRAFO
PLTU STEP DOWN SOSIAL/
PLTGU PUBLIK
Lain-lain GARDU GARDU
STEP-UP STEP DOWN
3
BAB II
PEMBANGKITAN
TENAGA LISTRIK
Pengertian dan fungsi pembangkit tenaga listrik :
Suatu sub sistem dari sistem tenaga listrik yang terdiri dari instalasi
elektrikal, mekanikal, bangunan-bangunan (civil work), bangunan
dan fasilitas pelengkap, serta bangunan dan komponen bantu
lainnya.
Berfungsi untuk membangkitkan energi listrik, yang merupakan
konversi energi primer menjadi energi listrik (mengubah potensi
/energi mekanik menjadi energi listrik). 12
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
13
Pembangkit Tenaga Listrik Makro dan dimanfaatkan secara massal :
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU).
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Pembangkit Tenaga Listrik Mikro/Kecil yang dimanfaatkan secara massal :
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Pembangkit Tenaga Listrik dalam tahap penelitian dan pengembangan :
Pembangkit tenaga listrik yang menggunakan sumber energi baru
terbarukan, antara lain : biodiesel, biometanol, biomassa, surya, bayu,
samudera (air laut).
Pembangkit tenaga listrik yang menggunakan sumber energi primer
Uranium (PLTN).
14
Sumber energi primer tak terbarukan (fosil) :
Batubara.
Gas.
BBM/HSD/MFO/Solar.
Sumber energi primer terbarukan (non fosil) :
Air.
Panas bumi.
Surya (matahari).
Bayu (Angin).
Samudera (air laut).
Sumber energi baru terbarukan (non fosil) :
Biodiesel, yaitu minyak nabati yang berasal dari berbagai jenis
tumbuhan (tanaman jarak, randu, kelapa sawit, dan lain-lain).
Biometanol, yaitu cairan biokimia yang berasal dari sumber
karbohidrat (singkong, ubi, sagu, tebu).
Biomassa, yaitu energi yang dikembangkan dari berbagai jenis massa
biologis (jerami, kayu, ranting-ranting pohon, limbah kelapa sawit,
limbah pertanian/jerami, sampah).
15
Saat ini dibangun PLTU batubara 10.000 MW Tahap I dan untuk 10.000
MW Tahap II akan dibangun PLTU batubara (40%), PLTP (60%),
disamping pembangkit listrik kecil lainnya di berbagai daerah.
Pertimbangan pembangunan PLTU) :
Pertumbuhan beban yang cepat, sehingga sesegera mungkin harus
diatasi.
Membangun PLTU relatif lebih mudah dan lebih cepat jika dibanding
membangun PLTA.
Biaya pembangunan PLTU lebih murah jika dibanding PLTA.
Kapasitas daya yang dihasilkan dapat di desain sesuai yang
diinginkan.
Bisa dibangun diberbagai tempat sesuai pilihan kita.
Bisa dibangun di dekat pusat-pusat beban, sehingga biaya transmisi
(penyaluran) lebih murah dan lebih efisien.
Kelemahan PLTU :
Menggunakan sumber energi primer tak terbarukan.
Sumber energi primer tersebut, saat ini over explored.
Ketidakpastian penyediaan sumber energi primer.
16
Biaya operasional mahal.
Masalah polusi dan dampak lingkungan.
Mengapa tidak dibangun/dikembangkan PLTA ?
PLTA sangat tergantung kondisi alam.
Tidak bisa dibangun di sembarang tempat dan pada umumnya
dibangun di daerah ketinggian/pegunungan.
Biaya pembangunan besar/mahal.
Proses dan pelaksanaan pembangunan memakan waktu yang lama.
Lokasi berjauhan dengan pusat beban, sehingga biaya transmisi
mahal.
Pembangunan infra struktur pendukung, mahal.
Tidak bisa mengatasi pertumbuhan beban yang cepat.
Ketersediaan air sulit diprediksi, karena iklim yang tidak menentu dan
kerusakan alam yang cukup parah.
Dan berbagai permasalahan lainnya.
17
Mengapa tidak dibangun/dikembangkan PLTP ?
Pada dasarnya PLTP memiliki karakteristik yang sama dengan PLTA.
PLTP menggunakan panas bumi, juga membutuhkan air sebagai
bahan baku untuk diuapkan.
Keberadaan panas bumi pada umumnya di hutan lindung.
Jika Pemerintah (PLN) merencanakan membangun pembangkit listrik
10.000 MW Tahap II, dimana 60%-nya merupakan PLTP, harus
dicermati kondisi alamnya.
Jadi pertimbangan-pertimbangan sebagaimana membangun PLTA,
harus benar-benar dicermati.
Bagaimana dengan pembangunan/pengembangan pembangkit tenaga
listrik yang menggunakan sumber energi terbarukan/baru terbarukan ?
Energi baru terbarukan adalah energi yang pada umumnya berupa
sumber daya non fosil yang dapat diperbaharui, sehingga tidak akan
pernah habis.
18
Beberapa contoh potensi sumber energi terbarukan/baru terbarukan
di Indonesia yang dapat menghasilkan listrik :
Panas bumi : 27.000 MW.
Air : 75.000 MW.
Biomassa/biogas : 50.000 MW.
Samudera (air laut) : 240.000 MW.
Dan lain sebagainya.
Untuk pembangkit tenaga listrik yang menggunakan sumber energi
baru terbarukan surya, bayu, air laut, biomassa/biogas, fuel sell, baru
pada tahap penelitian/pengembangan, belum diproduksi secara
massal dan besar-besaran.
Pada umumnya hanya dapat menghasilkan listrik dalam skala kecil.
Tidak mampu mengimbangi pertumbuhan beban yang cepat dan
besar.
Bagaimana dengan pembangunan/pengembangan PLTN ?
PLTN adalah salah satu solusi terbaik, karena PLTN-lah yang paling
efisien.
19
Dari sisi ketersediaan sumber energi primer untuk PLTN, di
Indonesia cukup tersedia.
Masalah yang muncul adalah reaksi dari masyarakat (kelompok
masyarakat tertentu), yang menolak dibangunnya PLTN dan
sangat rendahnya disiplin bangsa Indonesia.
Perlu adanya sosialisasi dan pencerahan kepada masyarakat
secara lebih intens, sehingga pembangunan PLTN di Indonesia
bisa diterima dan diwujudkan.
Jika kita tidak sesegera mungkin melakukan antisipasi (termasuk
membangun PLTN), maka:
Supply energi listrik akan terus tertinggal dengan pertumbuhan
beban.
Semakin lama ketertinggalan supply energi listrik akan semakin
jauh terhadap pertumbuhan beban.
Pergerakan ratio elektrifikasi menjadi lambat.
Pertumbuhan beban tidak bisa dipenuhi oleh supply energi listrik.
20
Terhambatnya berbagai aktifitas umat manusia, utamanya di
kalangan Dunia Usaha/Dunia Industri.
Kita tidak bisa berharap Investor mau berinvestasi di Indonesia,
karena listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi DU/DI.
Implikasi terhadap pertumbuhan investasi, ekonomi dan berbagai
sektor kehidupan lainnya.
21
BAB III
PENYALURAN (TRANSMISI)
TENAGA LISTRIK
Pengertian penyaluran energi listrik :
Proses dan cara menyalurkan energi listrik pada jarak yang berjauhan
dari satu tempat ke tempat lainnya (dari pembangkit listrik ke gardu
induk dan dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya), yang terdiri
dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower), melalui
isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi/ekstra tinggi.
Ruang lingkupnya dimulai dari Gardu Induk di Pembangkitan sampai
dengan Gardu Induk (sisi primer) yang ada pusat-pusat beban.
22
Besaran tegangan : 66 KV, 70 KV, 132 KV, 150 KV, 245 KV, 275 KV, 350
KV, 500 KV, 1.100 KV, 1300 KV, 1.500 KV, dan lain-lain
24
Tingkat pengembangan sistem (menuju ke interkoneksi) :
Sistem penyaluran dari parsial menuju ke interkoneksi.
Terpasang di Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.
Tingkat perintisan :
Pada umumnya di daerah-daerah yang ratio elektrifikasinya rendah
(NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan lain-lain).
Penyediaan listrik bersifat parsial.
26
Secara teknis, pembangunan dan pengembangan sistem penyaluran
tenaga listrik, tidak ada masalah dan tidak ada kesulitan.
Masalah-masalah yang sering timbul dalam pembangunan sistem
penyaluran (transmisi) adalah masalah non teknis, antara lain :
Kesulitan mendapatkan lahan untuk tapak tower.
Harga tanah yang sangat (terlalu) mahal.
Proses perijinan yang sulit dan berbelit.
Reaksi dari masyarakat yang tidak mau dilalui jalur transmisi.
Beberapa waktu terakhir ini, muncul fenomena baru, masyarakat
minta kompensasi (ganti rugi) di sepanjang ROW jalur transmisi.
Biaya ganti rugi kerusakan bangunan, tanaman dan lain-lain yang
mahal, bahkan terkadang jauh melampaui harga standar.
Koordinasi dengan berbagai pihak / instansi terkait, yang merupakan
kesulitan tersendiri dan tak jarang membutuhkan biaya besar.
Isue lingkungan hidup.
Dan berbagai hambatan/kendala lainnya.
27
Berbagai permasalahan tersebut mengakibatkan proses pembangunan
dan pengembangan sistem penyaluran menjadi terhambat, bahkan ada
pembangunan transmisi yang terhenti/tertunda bertahun-tahun.
Mengingat dari waktu ke waktu beban akan terus berkembang
(mengalami pertumbuhan), sedangkan di sisi lain untuk membangun
transmisi dan gardu induk banyak menghadapi masalah, perlu dipikirkan
dan dicarikan solusi dalam pengembangan sistem penyaluran di
Indonesia.
Harus dicermati bahwa penambahan pembangkit tanpa diimbangi
penambahan sistem transmisi akan timbul masalah tersendiri.
28
Up-rating berarti menaikkan rate/menaikkan kemampuan/menaikkan
kapasitas.
Up-rating sistem penyaluran, berarti menaikkan rate/menaikkan
kemampuan/menaikkan kapasitas penyaluran, antara lain :
Dari SUTT 70 KV menjadi 150 KV.
SUTT 150 KV yang ditingkatkan kemampuannya dalam menyalurkan
energi listrik.
SUTT single circuit ditingkatkan menjadi double circuit.
Gardu induk yang berkapasitas 10 MVA dinaikkan menjadi 30 MVA, dari
1 trafo menjadi 2 trafo, dari 30 MVA menjadi 60 MVA atau 100 MVA.
Dan lain sebagainya.
Up-rating bisa dilakukan dengan cara :
Membangun SUTT baru, membangun (memperluas) Gardu Induk
Eksisting.
Mengganti konduktor (re-conductoring) SUTT eksisting, mengganti trafo
pada Gardu Induk Eksisting, dari kapasitas kecil diganti dengan
kapasitas yang lebih besar.
Menambah jumlah sirkit SUTT eksisting, menambah jumlah trafo dan
peralatan pada Gardu Induk eksisting.
29
BAB IV
DISTRIBUSI
TENAGA LISTRIK
Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik :
Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik
dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan
(pelanggan).
Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Ruang lingkupnya dimulai dari sisi sekunder trafo tenaga di Gardu
Induk sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP). 30
Jaring distribusi tegangan rendah, untuk melayani :
Pelanggan rumah tangga (instalasi domestik).
Pelanggan bisnis, sosial dan publik (instalasi bangunan/non
domestik) dengan daya sampai dengan 197 KVA.
Jaring distribusi tegangan tegangan tinggi (70 KV, 150 KV), untuk
melayani :
Pelanggan industri (instalasi industri), dengan daya di atas 30
MVA.
31
Sistem jaringan :
Radial.
Loop.
Spindle.
Mesh/Grid
Gardu distribusi :
Gardu trafo tiang type portal.
Gardu trafo tiang type cantol.
Gardu beton
Gardu kiosk (Metal Clad).
32
Ruang lingkup :
Saluran udara tegangan menengah (SUTM) 20 KV.
Saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM) 20 KV.
Saluran kabel bawah air sungai/laut 20 KV.
Saluran udara tegangan rendah (SUTR) 220 Volt.
Saluran kabel tanah tegangan rendah (SKTR) 220 Volt.
Gardu Distribusi.
Saluran luar pelayanan/Saluran masuk pelayanan
Sambungan rumah (SLP/SMP/SR).
Alat pembatas dan pengukur (APP).
Unit pengatur distribusi.
33
Pada umumnya dalam pembangunan dan mengembangkan jaring
distribusi, tidak banyak menghadapi masalah/kendala, karena jaring
distribusi langsung melayani pelanggan (dibutuhkan pelanggan
secara langsung).
INSTALASI PEMANFAATAN
TENAGA LISTRIK
Yang dimaksud pelanggan PLN adalah : pihak yang membeli,
berlangganan atau menggunakan energi listrik PLN/ pihak yang
memanfaatkan energi listrik dari pemasok.
Ruang lingkupnya dimulai dari Instalasi Sirkit Utama (setelah APP)
sampai dengan sirkit akhir (beban). 35
Rumah untuk tempat tinggal, rumah kontrakan, rumah susun milik
RUMAH TANGGA perseorangan, rumah susun milik Perumnas, asrama milik swasta,
(R) asrama mahasiswa, dan lain-lain.
36
Tumbuh kembangnya instalasi pemanfaatan sangat
tergantung dengan pertumbuhan beban. Beban yang terus
bertambah, otomatis jumlah instalasi pemanfaatan juga
bertambah, yang berarti jumlah pelanggan juga bertambah.
Dari waktu ke waktu beban listrik terus mengalami
pertumbuhan.
Saat ini jumlah pelanggan PLN ± 40.000.000 (empat puluh
juta) pelanggan atau ratio elektrifikasi mencapai ± 67%.
Mengingat betapa pentingnya energi listrik, dapat dipastikan
jumlah pelanggan listrik akan terus bertambah, sehingga
instalasi pemanfaatan juga akan bertambah.
Sampai saat ini permintaan sambungan baru, lebih cepat
(lebih tinggi) jika dibanding dengan jumlah pasokan
(penyediaan) listrik PLN.
37
Pertumbuhan beban yang tidak bisa diimbangi pertambahan
supply.
KESIMPULAN
Slogan atau jargon yang mengatakan jika ingin
menguasai dunia, kuasailah energi (termasuk
energi listrik), adalah mendekati kebenaran.
40