Anda di halaman 1dari 8

Langsung ke konten utama

LinkedIn

Bergabung sekarang

Login

7 Fakta Dampak Negatif Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Di Indonesia

7 Fakta Dampak Negatif Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Di Indonesia

M. Rakhmat SetiawanM. Rakhmat Setiawan

M. Rakhmat Setiawan

Helping Company for International Expansion |…

Diterbitkan 19 Agu 2017

+ Ikuti

Sebelum kalian membaca lebih jauh, tolong dukung saya dengan cara Like foto instagram saya dengan
klik link ini, dan juga berikan feedback kalian berupa komentar didalam weblog saya ini ya guys.
Terimakasih banyak atas dukungannya.

Yuk sekarang silakan baca ulasan lebih lengkapnya...

Sebelumnya kita sudah sedikit membahas tentang potensi energi terbarukan yang ada di Indonesia.
Secara harfiah Energi merupakan kebutuhan dasar manusia, yang terus meningkat sejalan dengan
tingkat kehidupannya. Sama halnya dengan teori Kebutuhan Dasar manusia menurut Abraham Maslow
berikut ini:

Sumber: http://chalouiss.blogspot.co.id

Menurut Abraham Maslow Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia. Yang
termasuk dari kebutuhan fisiologis diantaranya adalah sandang, pangan, papan, energy, pemenuhan
kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan
tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, kepada kebutuhan seksual. ehem..

Bahan bakar minyak atau energi fosil merupakan salah satu sumber energi yang bersifat tak terbarukan
(non-renewable energy sources) yang selama ini menjadi penopang pemenuhan kebutuhan energi di
seluruh sektor aktivitas manusia.

Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki kekayaan sumber daya energi yang begitu melimpah,
mulai dari tenaga air (Hydropower), panas bumi (Geothermal), gas bumi, batubara, gambut, biomassa,
biogas, angin, energi laut, matahari dan sebagainya. Ke semua energi tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai energi alternatif, dan kemudian dapat menggantikan ketergantungan terhadap bahan bakar
minyak yang semakin terbatas baik dari jumlah dan cadangannya.

Saat ini bahan bakar minyak memegang posisi yang sangat dominan dalam pemenuhan kebutuhan
energi di dalam negeri, terutama pada sektor transportasi (sumber). Harus disadari saat ini Indonesia
telah mengimpor minyak mentah maupun bahan bakar minyak untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Krisis energi yang melanda dunia berdampak melebar, dimana tingginya harga minyak mentah dunia
berpengaruh langsung terhadap kegiatan perekonomian.

Kekayaan sumber daya energi, khususnya sumber energi baru dan terbarukan yang kita miliki saat ini
perlu sedini mungkin dipikirkan metode pemanfaatan sebagai energi alternatif. Ini semua semata demi
menggantikan dan mengurangi peran bahan bakar minyak dalam menyumbang konsumsi terbesar
energi nasional saat ini.

Sumber: http://www.conserve-energy-future.com/disadvantages_geothermalenergy.php

Untuk menemukan energi terbarukan, saat ini Indonesia memiliki mega proyek untuk energi panas
bumi. Proyek yang dimaksudkan adalah Mega Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB)
Sarulla. Proyek PLTPB Sarulla ini berlokasi di Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Proyek ini akan dilakukan
dalam tiga tahap, dimana fokus dari proyek ini adalah memanfaatkan uap dan air garam yang telah
diekstraksi yang berada dilapangan (panas bumi) untuk meningkatkan efisiensi pembangkit listrik.
Sebenarnya eksplorasi sumber daya panas bumi ini telah dimulai pada tahun 1993 di Indonesia, namun
sayangnya harus berhenti pada tahun 1998 karena krisis keuangan yang melanda Asia dan negara kita.
Sehingga pada saat krisis keuangan tersebut akhirnya para developer menjual semua asset pembangkit
listrik tenaga panas bumi ini kepada PT. PLN Persero.

Tahap pertama, Unit I yaitu proyek Silangkitang (SIL) telah dijadwalkan eksplorasi pada tahun 2016 yang
lalu dengan target pencapaian kapasitas sebesar 110 MW, lalu direncanakan akan bangun Unit II dan
Unit III yang diberi nama Proyek Namora – I – Langit (NIL) berkapasitas 2x110 MW berikutnya dapat
dicapai 18 bulan kemudian. Jadi, total kapasitas PLTP Sarulla ini sebesar 3x110 MW, yang akan menjadi
salah satu PLTPB terbesar di dunia nantinya.

Menurut Menteri ESDM, Pak Ignasius Jonan mengatakan bahwa PLTPB Sarulla ini sangat dibutuhkan
untuk mengurangi defisit listrik di Provinsi Sumatera Utara. “Kita harapkan dengan beroperasinya PLTPB
Sarulla ini dapat membantu daerah ini yang masih mengalami defisit listrik” Ujarnya.

Komitmen untuk membangun PLTPB ini ditempuh untuk melaksanakan komitmen Pemerintah dalam
mencapai target bauran energi berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025.
Maka dengan adanya PLTPB Sarulla sebagai salah satu PLTP terbesar di dunia ini telah mendorong
adanya eksplorasi panas bumi yang telah menyesuaikan potensi energi di wilayah Sumatera Utara.

Saat ini PLTP Sarulla menjadi proyek pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) yang paling efisien di
Indonesia dengan pemilihan teknologi yang tepat. Pak Jonan mengatakan bahwa “PLTP Sarulla ini
menggunakan system combine cycle. Jadi menggunakan binary technology sehingga sisa buangan
uapnya itu diolah lagi untuk menjadi tambahan kapasitas listrik. Kalo di teknologi lama, itu belum ada”.

Sebaiknya kita patut berbangga sekaligus juga was-was dengan adanya PLTPB Sarulla ini. Selain memiliki
dampak positif yang begitu banyak, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi juga ternyata memiliki
beberapa resiko ketika di eksplorasi.

Dilansir dari laman ini, Energi Panas Bumi memiliki 7 dampak negatif yaitu:

1. Biaya Awal yang Dibutuhkan Sangat Tinggi


Biaya pengeboran sumur ke waduk atau lokasi panas bumi biayanya sangatlah mahal. Selain itu juga kita
masih harus mengeluarkan biaya untuk heating dan sistem pendingin, sehingga untuk bisa balik modal
negara harus menanggung beban biaya yang besar pula dan memakan waktu yang lama agar
pemerintah mendapatkan Return on Invesment (ROI), belum lagi biaya maintenancenya yang juga
mahal.

2. Dapat Mengeluarkan Gas Berbahaya

Di bawah permukaan bumi, ada banyak sekali gas rumah kaca (greenhouse gasses). Dengan
memanfaatkan panas bumi ini, nantinya ditakutkan dapat memicu terjadinya migrasi gas-gas rumah
kaca ke permukaan bumi dan akhirnya mencemari udara sekitar kita. Emisi jenis ini sangat berbahaya
karena PLTP akan terkait dengan emisi silika dan sulfur dioksida. Selain itu, pada penampung (reservoir)
panas bumi juga mungkin akan mengandung logam berat beracun seperti arsenic, boron dan merkuri.

3. Pompa Panas Bumi Harus Dapat Beroperasi Dengan Bantuan Listrik

Meskipun energi panas bumi adalah energi alternatif yang murah untuk digunakan pada pemanas dan
pendingin rumah, pompa panas bumi membutuhkan listrik agar dapat beroperasi. Jika kita memasang
pompa panas bumi secara tidak efisien, mungkin kita sebagai customer akan mendapatkan tagihan
listrik yang mahal juga nantinya.

4. Daerah Sektiar Eksplorasi Panas Bumi Dimungkinkan Mengalami Kekeringan

Panas bumi yang berasal dari reservoir bumi dapat keluar ke permukaan bumi dan meyebabkan
kekeringan. Masa-masa kekeringan dapat berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya, itulah mengapa
kita harus memanfaatkan energi panas dengan hati-hati dan tidak menyalahgunakan atau
menggunakannya secara berlebihan.

5. Dapat Menyebabkan Permukaan Bumi Menjadi Tidak Stabil (Pemicu Gempa Bumi)
Konstruksi dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas ini memiliki potensi menjadi pemicu permukaan bumi
menjadi tidak stabil dan gempa bumi. Karena konstruksi PLTPB kovensional melibatkan pengeboran batu
yang mengandung air dan uap yang terperangkap didalam pori-pori bumi dan pematahan secara alami.
Patahan yang diakibatkan oleh pengeboran ini mengakibatkan uap keluar dari hasil pengeboran.
Sebetulnya proses pengeboran ini tidak akan memicu gempa, tetapi pecahnya uap dan kembalinya air
yang digunakan untuk pengeboran ke dalam reservoir air panas bumi, hal tersebut dapat menyebabkan
gempa bumi. Maka siklus seperti ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan sepanjang garis patahan
akibat gempa bumi tersebut.

6. Membutuhkan Temperatur Suhu Yang Sangat Tinggi

Usaha PLTP bukanlah sesuatu yang mudah dikerjakan, pengeboran pada batu-batu merupakan aktivitas
yang berbahaya. Suhu yang dibutuhkan untuk setiap proses pengumpulan energi panas bumi paling
tidak sebesar 350 derajat Fahrenheit. Temperatur dibawah itu, maka tidak akan menghasilkan panas
bumi.

7. Dampak Pada Distribusi Biaya Yang Ikutan Mahal

Dalam beberapa kondisi, lokasi PLTP terletak jauh dari populasi manusia. Oleh karena itu, hal ini
membutuhkan sistem jaringan distribusi yang sangat luas dan menyeluruh. Hal tersebut akan
menambah biaya operasional hanya sekedar untuk menyiapkan instalasi sistem eksplorasi panas bumi.

Meskipun ada beberapa kerugian yang diakibatkan oleh panas bumi, sebenarnya manfaat dari energi ini
juga sangat banyak loh. Contohnya, banyak sekali rumah-rumah di negara maju sana memanfaatkan
energi panas bumi untuk instalasi sistem pendingin dan pemanas ruangan. Tentunya dengan pemakaian
energi yang efisien, biayanya juga akan menjadi lebih murah.

Jadi sekarang tinggal bagaimana kita sebagai masyarakat yang nantinya akan merasakan dampak dari
energi panas bumi ini apakah dapat memanfaatkan energi ini dengan sebaik-baiknya dan digunakan
dengan tepat guna atau tidak. Jika perlu, kita juga sebaiknya kritis dalam mengkaji dokumen AMDAL
para developer yang mengelola proyek ini agar warga yang tinggal disekitar wilayah eksplorasi tidak
terkena dampak negatif dari panas bumi di masa yang akan datang.
Lalu, menurut pendapat kalian apakah Mega Proyek PLTPB Sarulla ini akan berdampak negatif atau
justru banyak memberikan banyak dampak positif bagi Indonesia?

#15HariCeritaEnergi supported by Kementerian ESDM Republik Indonesia

Untuk melihat atau add a comment, login

Artikel lain dari penulis ini

Penutup 15 Hari Cerita Energi: Inilah Cara Memperkuat Sektor Energi Indonesia

Penutup 15 Hari Cerita Energi: Inilah Cara Memperkuat Sektor Energi Indonesia

31 Agu 2017

Harga BBM Naik: Inilah Alasan Kenapa Subsidi BBM Harus Dikurangi

Harga BBM Naik: Inilah Alasan Kenapa Subsidi BBM Harus Dikurangi

30 Agu 2017

LNG Sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Solar Atau Diesel

LNG Sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Solar Atau Diesel


29 Agu 2017

Kontroversi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Di Indonesia

Kontroversi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Di Indonesia

28 Agu 2017

Apakah Saat Ini Indonesia Siap Menjadi Pemain Utama Pada Industri Mobil Listrik Nasional?

Apakah Saat Ini Indonesia Siap Menjadi Pemain Utama Pada Industri Mobil Listrik Nasional?

26 Agu 2017

Apakah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Efektif Jika Diterapkan Di Indonesia?

Apakah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Efektif Jika Diterapkan Di Indonesia?

25 Agu 2017

KRISIS ENERGI! Inilah 20 Upaya Nyata & Mudah Kita Lakukan Untuk Menghemat Energi

KRISIS ENERGI! Inilah 20 Upaya Nyata & Mudah Kita Lakukan Untuk Menghemat Energi

25 Agu 2017

Hal-Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Program Listrik 35000 MW Era Pak Jokowi

Hal-Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Program Listrik 35000 MW Era Pak Jokowi

23 Agu 2017

Fakta Mengagumkan Tentang Energi Biomassa!

Fakta Mengagumkan Tentang Energi Biomassa!

23 Agu 2017

6 Energi Tak Terbarukan Yang Seharusnya Dijaga

6 Energi Tak Terbarukan Yang Seharusnya Dijaga

22 Agu 2017

Lihat semua

Orang lain juga melihat


Cara Menghitung Populasi Tanaman Kelapa Sawit

Prima Akbar Mashudi 6 thn

LinkedIn

© 2023

Tentang

Aksesibilitas

Perjanjian Pengguna

Kebijakan Privasi

Kebijakan Cookie

Kebijakan Hak Cipta

Kebijakan Merek

Pengaturan Tamu

Panduan Komunitas

Anda mungkin juga menyukai