Anda di halaman 1dari 11

Berlangganan

Daftar

Masukkan kata kunci pencarian...

logo Kompas.id

Humaniora›Evaluasi Dampak Pengembangan...

Iklan

ENERGI BARU TERBARUKAN

Evaluasi Dampak Pengembangan Panas Bumi

Pengembangan dan eksplorasi untuk proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia
dikhawatirkan mengancam lingkungan dan kesehatan warga. Butuh kajian dalam pengembangan energi
tersebut.

Audio Berita

6 menit

Oleh

PRADIPTA PANDU

9 November 2022 21:27 WIB

·
4 menit baca

Petani menuju ladang melewati jaringan pipa pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang
dioperasikan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat,
Sabtu (21/3/2015). Potensi energi panas bumi di Indonesia diketahui mencapai 28.000 megawatt atau
sekitar 40 persen dari total cadangan energi panas bumi dunia.

KOMPAS/ AGUS SUSANTO

Petani menuju ladang melewati jaringan pipa pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang
dioperasikan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat,
Sabtu (21/3/2015). Potensi energi panas bumi di Indonesia diketahui mencapai 28.000 megawatt atau
sekitar 40 persen dari total cadangan energi panas bumi dunia.

JAKARTA, KOMPAS — Dampak pengembangan dan eksplorasi untuk proyek pembangkit listrik tenaga
panas bumi di sejumlah wilayah di Indonesia terhadap lingkungan dan kesehatan dinilai perlu dievaluasi
secara mendalam. Hal ini bertujuan untuk menjamin keselamatan masyarakat, khususnya yang berada
di sekitar lokasi pengembangan energi baru terbarukan itu.

Hal tersebut terangkum dalam laporan tapak tambang panas bumi yang disusun oleh Jaringan Advokasi
Tambang (Jatam) dan diluncurkan dalam diskusi publik secara daring, di Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Laporan ini menyoroti tentang aktivitas pengembangan panas bumi atau geothermal yang dinilai
merusak lingkungan sekaligus mengancam kesehatan masyarakat di sekitar lokasi.

Kepala Divisi Simpul Jatam Ki Bagus Hadikusuma mengemukakan, segala hal yang dipromosikan
pemerintah dalam energi hijau, khususnya panas bumi merupakan agenda bisnis. Tidak jarang agenda
ini berhadapan langsung dengan keselamatan warga sekitar lokasi. ”Saat ini, wilayah kerja panas bumi di
seluruh Indonesia mencapai 3,9 juta hektar. Sebagian besar wilayah kerja panas bumi yang dioperasikan
berada di kawasan yang jadi tulang punggung ruang hidup warga,” ujarnya.

Saat ini, wilayah kerja panas bumi di seluruh Indonesia mencapai 3,9 juta hektar. Sebagian besar wilayah
kerja panas bumi yang dioperasikan berada di kawasan yang jadi tulang punggung ruang hidup warga.

Salah satu contoh nyata ancaman ini ditunjukkan dari aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP) Sorik Merapi di Mandailing Natal, Sumatera Utara. Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat di
sekitar lokasi kerap mengalami gejala sesak napas dan keracunan karena diduga menghirup kebocoran
gas hidrogen sulfida dari aktivitas PLTP.

Warga dibawa ke rumah sakit setelah menghirup gas beracun yang bocor dari Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi Sorik Marapi, di Mandailing Natal, Sumatera Utara, Senin (5/1/2021). Lima warga tewas
akibat kebocoran gas beracun itu.

DOKUMENTASI BPBD MANDAILING NATAL

Warga dibawa ke rumah sakit setelah menghirup gas beracun yang bocor dari Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi Sorik Marapi, di Mandailing Natal, Sumatera Utara, Senin (5/1/2021). Lima warga tewas
akibat kebocoran gas beracun itu.

Kebocoran gas ini tercatat sudah terjadi sebanyak empat kali selama hampir 2 tahun terakhir. Peristiwa
pertama terjadi pada 25 Januari 2021 dengan jumlah korban meninggal sebanyak lima orang. Tahun ini,
keracunan gas sudah terjadi sebanyak tiga kali dengan kejadian terakhir pada September hingga
membuat puluhan warga dilarikan ke rumah sakit.

Bagus menyayangkan kondisi ini tidak dianggap serius oleh pemerintah. Sebaliknya, pemerintah masih
terus mempromosikan PLTP sebagai salah satu energi bersih di berbagai agenda global termasuk
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara G20 di Bali.

Baca juga : Semburan Gas Berulang yang Membawa Korban di Sorik Marapi

Selain itu, pemerintah terus memberi kemudahan untuk mengeksplorasi panas bumi dengan berbagai
regulasi yang dikeluarkan. Regulasi tersebut meliputi antara lain Undang Undang Nomor (UU) Nomor 21
Tahun 2014 tentang Panas Bumi, UU 11/2022 tentang Cipta Kerja, dan Rancangan Umum Energi
Nasional (RUEN) 2016-2050.

Salah satu ketentuan dalam UU 21/2014 menyatakan industri panas bumi bukan lagi masuk kategori
pertambangan dan bisa masuk atau beroperasi di kawasan lindung serta konservasi. Sementara dalam
RUEN, pemerintah memberikan insentif mulai dari kemudahan perizinan hingga pengurangan pajak
untuk kegiatan industri panas Bumi.
Banyak aspek

Bagus menegaskan, pemenuhan energi bersih dan rendah karbon seharusnya tidak dilihat dari satu
aspek yakni terkait sumber energinya. Namun, energi bersih juga harus dilihat dari berbagai aspek mulai
dari cara ekstraksinya, pengolahan, penggunaan lahan, keterlibatan warga atau demokratis, risiko
bencana, hingga kecelakaan.

Uap panas yang dikeluarkan dari cerobong intalasi pengolahan energi panas bumi di Kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (29/8/2020). Total potensi energi panas bumi di sekitar
pegunungan Dieng diperkirakan mencapai 400 megawatt.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Uap panas yang dikeluarkan dari cerobong intalasi pengolahan energi panas bumi di Kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (29/8/2020). Total potensi energi panas bumi di sekitar
pegunungan Dieng diperkirakan mencapai 400 megawatt.

“Sudah saatnya pemerintah dan pelaku bisnis industri panas bumi segera berhenti serta melakukan
evaluasi demi menjamin keselamatan rakyat di tapak maupun seluruh kepulauan di Indonesia,”
ucapnya.

Baca juga : Evaluasi Proyek Eksplorasi Panas Bumi

Peneliti dari Sekolah Ekonomi Demokrasi Hendro Sangkoyo menyatakan, panas bumi sebagai salah satu
sumber energi terbarukan memang memiliki emisi karbon yang rendah. Namun, sumber energi ini tetap
bermasalah bila aktivitas pertambangan dilakukan dengan cara membongkar wilayah esensial dan
merugikan masyarakat sekitar.

“Masyarakat kerap disalahkan karena menghambat kemajuan industri pertambangan panas Bumi.
Padahal, bila dari pandangan masyarakat kampung, industrilah yang mengganggu karena mereka tidak
pernah memberikan izin,” katanya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) hingga November 2021, total kapasitas pembangkit listrik nasional sebesar 73.736 megawatt
(MW). Berdasarkan jenisnya, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masih dominan dengan 36.976 MW
atau sebesar 50 persen.

Setelah itu, ada pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) dengan 12,4 persen, pembangkit listrik
tenaga gas (PLTG) 8,5 persen, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 8,4 persen, pembangkit listrik tenaga
diesel (PLTD) 5 persen, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 2,2 persen, PLT energi terbarukan
lainnya 2 persen, dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 0,2 persen.

Direktur Operasi PT PLN Gas dan Geothermal Yudistian Yunis mengemukakan, saat ini total ada tujuh
PLTP terpasang dan dimiliki serta dioperasikan PLN dan Indonesia Power, anak usaha PLN, dengan total
kapasitas 577,5 MW. PLN juga masih mengembangkan sejumlah wilayah kerja panas bumi lainnya yang
tersebar di Indonesia.

Menurut Yudistian, peran swasta juga dibutuhkan pemerintah dalam mengembangkan PLTP. Bagaimana
pun, ini juga padat modal dan biaya. Jadi biaya di depan sangat tinggi sehingga swasta punya andil besar.
Tinggal bagaimana pemerintah nanti memberi semacam stimulasi atau fasilitasi, sehingga daya tarik
proyek panas bumi ini tetap ada bagi mereka," katanya (Kompas.id, 28 Januari 2022).

Editor:

EVY RACHMAWATI

Bagikan

panas bumi

pltp

berita

news

aktual

pembangkit listrik tenaga panas bumi


kegiatan ekstraktif

dampak eskplorasi panas bumi

Komentar Pembaca

Kirimkan Komentar Anda

Jadilah yang pertama memberikan komentar. Silakan masuk atau daftar akun untuk menggunakan fitur
komentar.

Daftar Sekarang

Masuk

Belum ada komentar.

Baca di Aplikasi

Artikel Terkait

WNI Kendalikan Judi "Online" dari Kamboja

WNI Kendalikan Judi "Online" dari Kamboja

17 jam lalu

WNI di Kamboja: Tidak Semua dari Kami Pekerja "Judol"

WNI di Kamboja: Tidak Semua dari Kami Pekerja "Judol"

11 Desember 2023

Barang Muatan Kapal Tenggelam, Potensi Kekayaan Laut Indonesia

Barang Muatan Kapal Tenggelam, Potensi Kekayaan Laut Indonesia

24 Oktober 2023

Muhaimin: Kesejahteraan Guru Terwujud jika Negara Dipimpin Anies Baswedan

Muhaimin: Kesejahteraan Guru Terwujud jika Negara Dipimpin Anies Baswedan

8 Desember 2023
Perjalanan Mendebarkan ke Pusat Judi "Online" di Kamboja

Perjalanan Mendebarkan ke Pusat Judi "Online" di Kamboja

13 Desember 2023

Citizens as Campaign Subjects

Citizens as Campaign Subjects

9 jam lalu

Quality Election Campaign

Quality Election Campaign

7 jam lalu

Iklan

Terpopuler

WNI Kendalikan Judi "Online" dari Kamboja

2 jam lalu

Bebas Akses

Muhaimin: Kesejahteraan Guru Terwujud jika Negara Dipimpin Anies Baswedan

8 Desember 2023 · 18:59 WIB

Bebas Akses

Parpol Papan Tengah dan Bawah Dinamis

12 Desember 2023 · 02:30 WIB

Perjalanan Mendebarkan ke Pusat Judi "Online" di Kamboja

14 jam lalu

Bebas Akses

Perekonomian Turun, Bansos Diapresiasi

13 Desember 2023 · 02:30 WIB


Lainnya Dalam Humaniora

Transformasi Pendidikan Tinggi Mulai Membuahkan Hasil

Transformasi Pendidikan Tinggi Mulai Membuahkan Hasil

13 menit lalu

Insan Seni dan Budaya Usul Pembentukan Kementerian Kebudayaan

Insan Seni dan Budaya Usul Pembentukan Kementerian Kebudayaan

4 jam lalu

Komunike Kebijakan Pendidikan untuk Presiden Terpilih

Bebas Akses

Komunike Kebijakan Pendidikan untuk Presiden Terpilih

8 jam lalu

Sertifikasi ISO Tandai Komitmen Pemrosesan Nikel yang Berkelanjutan

Bebas Akses

Sertifikasi ISO Tandai Komitmen Pemrosesan Nikel yang Berkelanjutan

13 jam lalu

Menguji Debat Capres soal Polusi Udara dengan Fakta Sains dan Hukum

Analisis

Bebas Akses

Menguji Debat Capres soal Polusi Udara dengan Fakta Sains dan Hukum

15 jam lalu

Beban Biaya Kesehatan Masyarakat Berisiko Semakin Besar

Beban Biaya Kesehatan Masyarakat Berisiko Semakin Besar

15 jam lalu

Adaptasi Teknologi Tenaga Kesehatan Tentukan Percepatan Digitalisasi

Adaptasi Teknologi Tenaga Kesehatan Tentukan Percepatan Digitalisasi


17 jam lalu

Iklan

Terbaru

Bebas Akses

Kampanye Pemilu yang Berkualitas

13 menit lalu

Transformasi Pendidikan Tinggi Mulai Membuahkan Hasil

13 menit lalu

Seluruh Perayaan Natal di Tepi Barat Dibatalkan Berganti Kegiatan Solidaritas

13 menit lalu

Sukses Perantau di Balik Gunjingan tentang Kamboja

15 menit lalu

Siasat Menghindari Macet Saat Natal dan Tahun Baru

19 menit lalu

Logo Kompas

Logo ios

Logo android

Kantor Redaksi

Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.

+6221 5347 710

+6221 5347 720

+6221 5347 730

+6221 530 2200

Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.

+6221 8062 6699

Produk

ePaper

Kompas.id

Interaktif

Kompas Data

Kompaspedia

Bisnis

Advertorial

Gerai

Event

Klasika

Klasiloka

Iklan

Tentang

Profil Perusahaan

Sejarah

Organisasi

Lainnya

Bantuan

Layanan Pelanggan

Kompas Kring

+6221 2567 6000

Whatsapp
+62812 900 50 800

Email

hotline@kompas.id

Ikuti Harian Kompas di

@hariankompas

@hariankompas

@hariankompas

Harian Kompas

© 2023 PT Kompas Media Nusantara

Organisasi ·

Tanya Jawab ·

Hubungi Kami ·

Sidik Gangguan ·

Pedoman Media Siber ·

Syarat & Ketentuan ·

Karier ·

Iklan ·

Berlangganan ·

Anda mungkin juga menyukai