Anda di halaman 1dari 6

NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO

NIM: 202210552
TUGAS III – KONVERSI ENERGI

Net Zero Emission (NZE) Indonesia di 2060 dalam Sudut Pandang


Sistem Konversi Energi

I. Pendahuluan
Istilah Net Zero Emission mengacu pada keseimbangan antara jumlah Gas Rumah Kaca
(GRK) yang dilepas ke atmosfer dengan jumlah GRK yang diserap dari atmosfer. Ketika
sebuah negara mempunyai komitmen untuk mencapai Net Zero Emission, berarti negara
tersebut harus bisa mengimbangi jumlah emisi yang dikeluarkan dalam setahun, dengan
jumlah emisi yang dia serap melalui misalnya hutan, atau mekanisme penangkapan karbon
lainnya. Net Zero Emission bukan berarti sebuah emisi sebuah negara akan menjadi nol atau
tidak mengeluarkan emisi sama sekali, yang notabene juga tidak realistis. Inti dari net zero
adalah mengimbangi jumlah emisi yang dikeluarkan dengan jumlah emisi yang diserap dari
atmosfer. Untuk mencapai Net Zero Emission Indonesia pada 2060. Di tahun 2015, Indonesia
beserta 190 negara lain telah mengadopsi Perjanjian Paris untuk menjaga kenaikan suhu
global di bawah 1,5oC. Adapun komitmen iklim nasional Indonesia antara lain untuk
mengurangi emisi GRK sebanyak 29% di bawah business-as-usual di tahun 2030, atau
pengurangan sebesar 41% dengan bantuan internasional. Menjelang COP26 di tahun 2021,
Indonesia menyerahkan dokumen rencana jangka panjangnya kepada UNFCCC yang
bernama Indonesia Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR).
Dokumen ini menjelaskan target dan rencana penanggulangan perubahan iklim Indonesia
sampai dengan 2050, salah satunya dengan mencapai emisi GRK puncak di tahun 2030 dan
mencapai Net Zero Emission di tahun 2060 atau lebih awal. Indonesia menargetkan sektor
kehutanan dan penggunaan lahan serta sektor energi sebagai dua sektor yang berkontribusi
paling besar dalam target pengurangan emisi, yaitu masing-masing sebesar 24.5% dan
15.5%. Pada situs resmi PLN [1] Direktur Utama PT PLN (persero) Darmawan Prasojo
merinci, untuk bisa mempercepat target NZE:
1. PLN akan mempensiunkan PLTU secara bertahap. Langkah ini dinilai paling efektif untuk
bisa mengurangi emisi karbon di sektor kelistrikan sekaligus mengurangi penggunaan
batubara sebagai energi fosil.
2. PLN secara paralel juga mengimplementasikan teknologi co-firing biomassa di
pembangkit berbasis fosil yang masih beroperasi guna mengurangi penggunaan energi
fosil serta emisi yang dihasilkan. Gerakan ekonomi energi kerakyatan melalui co-firing
yang sudah dilakukan badan usaha serta pemerintah daerah akan mendongkrak
perekonomian masyarakat,” ujar Darmawan.
NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO
NIM: 202210552
TUGAS III – KONVERSI ENERGI

3. PLN juga akan mengakselerasi penambahan pembangkit listrik berbasis energi bersih.
Hingga 2025 mendatang PLN akan menambah 3 GW pembangkit berbasis EBT dengan
total tambahan kapasitas terpasang 20.9 GW dari 2021 hingga 2030 mendatang.
4. PLN memberikan layanan Renewable Energy Certificated (REC) sebagai salah satu
fasilitas yang bisa digunakan baik oleh stakeholder BUMN, pemerintahan, retail, bisnis,
maupun industri untuk bisa bersama-sama menggunakan energi listrik berbasis EBT,”
tambah Darmawan.
5. PLN juga mendukung ekosistem kendaraan listrik dengan gencar menciptakan skema
kerja sama bersama mitra melalui franchise pembangunan SPKLU dan SPBKLU bersama
perbankan, mall-mall, kantor-kantor, swasta, operator jasa transportasi, dealer motor dan
lain-lain sehingga akan ada ribuan SPKLU dan SPBKLU yang difasilitasi PLN.
6. PLN juga mengembangkan Carbon Capture and Storage (CCS) sehingga bisa menjadi
teknologi penyerap emisi karbon dalam jumlah besar di PLTU dan PLTG.
7. PLN juga mengembangkan teknologi hidrogen untuk menurunkan emisi dari pembangkit
berbahan bakar fosil melalui implementasi co-firing hidrogen dan amonia.
8. PLN mengembangkan teknologi Smart Grid & Control System. Penerapan ini bakal
meningkatkan efisiensi sistem sekaligus mengurangi emisi melalui digitalisasi pada tiap
lini proses bisnis.

II. Pembahasan
Selama 20 tahun, sektor energi menjadi penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia
yakni sebesar 32 persen. Dari jumlah tersebut, sektor pembangkit listrik terutama pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) batu bara merupakan kontributor terbesar dari sektor energi. [2]
Trend Asia mengungkap, ada risiko besar yang harus ditanggung masyarakat, lingkungan
dan iklim dari program co-firing biomassa di 52 lokasi PLTU di Indonesia.

Pemerintah membutuhkan lahan seluas 2,33 juta hektare atau 35 kali luas daratan DKI
Jakarta untuk membangun Hutan Tanaman Energi (HTE). Sedangkan rantai pasok biomassa
ini akan menambah emisi gas rumah kaca Indonesia hingga 26,48 juta ton setara karbon
dioksida (CO2e) per tahun.

Sebelumnya, pemerintah dan PT PLN mengatakan, penggunaan bahan baku campuran


biomassa dalam program co-firing di PLTU, rendah emisi dan mengurangi ketergantungan
terhadap batubara.
NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO
NIM: 202210552
TUGAS III – KONVERSI ENERGI

Sementara, hasil riset ini menelaah secara kritis pilihan PLN menerapkan praktik co-firing
biomassa di Indonesia, dengan memetakan berbagai dokumen resmi pemerintah dan badan
usaha.

Ambisi pemerintah untuk mendorong transisi energi dan menekan emisi karbon dicerminkan
melalui regulasi dan berbagai inisiasi. Salah satunya rencana mempensiunkan PLTU batu
bara dalam waktu dekat. Langkah tersebut dinilai bisa efektif menekan emisi karbon dan
menggalakan pemakaian pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Meski
demikian pertimbangan menghentikan PLTU batu bara bukan hanya dari sisi lingkungan,
melainkan juga aspek sosial dan ekonomi. Pasalnya, kekayaan Indonesia akan batu bara pun
telah menjadi andalan berbagai daerah penghasil emas hitam ini. Batu bara turut mendorong
perekonomian daerah, ekspor, hingga penyerapan tenaga kerja.

Kebijakan tersebut resmi tertuang dalam Peraturan Presiden No.112 tahun 2022 tentang
Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Listrik. Dalam Booklet batu
bara 2020 Kementerian ESDM industri batu bara telah menyerap tenaga kerja di Indonesia
hingga 150 ribu pada 2019. Jumlah tenaga kerja tersebut belum termasuk penyerapan tenaga
kerja di bidang operasional PLTU. Jika ditambah pekerja di PLTU maka jumlah lapangan kerja
yang hilang pun semakin besar.

Anggota Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan


dampak yang akan muncul pada rencana pensiun dini PLTU harus diantisipasi. Pasalnya,
ada ratusan ribu tenaga kerja yang bergantung pada sektor ini. Menurut beliau, dalam
rencana pensiun dini PLTU, persoalan tidak hanya berhenti sebatas pada pemberian
kompensasi kepada PLN saja. Namun, para pekerja terutama di sektor-sektor yang
mengalami penyesuaian seperti di sektor batu bara juga perlu diperhatikan.

"Kalau beralih ke energi bersih menciptakan lapangan kerja. Orang yang bekerja di fosil
beralih kecakapannya untuk meng-handle energi bersih, jadi sebenarnya selain merupakan
tantangan tetapi juga ada peluang," ujar beliau dalam Sustainable Energy Week, Kamis (6/10/
Artinya transisi energi harus berjalan beriringan dengan penciptaan lapangan kerja baru.
Dalam kesempatan berbeda, sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan
Pengelolaan Minerba Irwandi Arief mengatakan dunia tengah mengalami gelombang tak
terduga yang membuat emas hitam ini masih terus dibutuhkan. Menurutnya pensiun dini
NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO
NIM: 202210552
TUGAS III – KONVERSI ENERGI
PLTU batu bara harus dilakukan secara bertahap dan diimbangi oleh investasi energi baru
terbarukan, sehingga lapangan kerja bisa terbentuk.

"Istilah kami dalam pelarangan PLTU batu bara ini, bukan pada phase out melainkan phase
down, secara bertahap dan diimbangi energi baru terbarukan sehingga investasi di EBT
terbentuk dan juga lapangan kerjanya," ujar Irwandi dalan Mining Zone CNBC Indonesia
belum lama ini.

Beliau mengatakan Kementerian ESDM mencatat tenaga kerja di sektor pertambangan


mencapai 1,6 juta orang dan batu bara ada 245 ribu orang. Sementara tenaga kerja di
pembangkit listrik 310 ribu orang, yang setengahnya diperkirakan pada PLTU batu bara.
"Kalau ada transformasi tenaga kerja dalam energi baru terbarukan dengan strategi
pemerintah dan dananya, baik dari internasional maupun anggaran, ini tidak akan terlalu
berpengaruh pada kesempatan tenaga kerja bidang kelistrikan," ujarnya.

Analisis dari lembaga kajian TrcansitionZero menyebutkan dibutuhkan dana sekitar US$ 37
miliar atau sekitar Rp 569 triliun (kurs rupiah Rp 15.396 per dolar AS) untuk menghentikan
118 pembangkit listrik batu bara lebih awal. Sementara Kementerian ESDM memperkirakan
dibutuhkan dana hingga US$ 1 triliun atau Rp 15.387 triliun (kurs rupiah Rp 15.387 per dolar
AS).

Angka dari ESDM tersebut termasuk untuk investasi di sektor Energi Baru dan Terbarukan
(EBT) untuk mencapai net zero emission (NZE) pada sampai 2060. Kebutuhan pembiayaan
transisi energi akan semakin meningkat seiring dengan diterapkannya pensiun dini
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

Pembiayaan transisi energi akan semakin meningkat, karena dana pensiun PLTU batu bara
mewajibkan membayar kembali pinjaman dan bunga kepada pengembang. Pemerintah juga
harus menyiapkan langkah-langkah perlindungan sosial dalam rangka transisi industri dari
penghentian pembangkit listrik tenaga batubara ke EBT, salah satunya dengan memberikan
pelatihan untuk pekerja terimbas agar dapat mempersiapkan peralihan dari industri
pertambangan ke energi pembaruan. [3]
NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO
NIM: 202210552
TUGAS III – KONVERSI ENERGI

III. Kesimpulan & Saran


1. Sektor energi menjadi penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia yakni sebesar 32
persen
2. Masalah Biaya Jadi Tantangan untuk Mempensiunkan PLTU Batubara Kementerian
ESDM memperkirakan dibutuhkan dana hingga US$ 1 triliun atau Rp 15.387 triliun (kurs
rupiah Rp 15.387 per dolar AS).
3. Catatan Kementerian ESDM, tenaga kerja di sektor pertambangan mencapai 1,6 juta
orang dan batu bara ada 245 ribu orang. Sementara tenaga kerja di pembangkit listrik 310
ribu , yang setengahnya diperkirakan pada PLTU batu bara. Perlu disiapkan kesiapan
SDM saat transisi energi dilaksanakan.
NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO
NIM: 202210552
TUGAS III – KONVERSI ENERGI

Referensi

[1] Pln.co.id. "8 Upaya PLN Kurangi Emisi Karbon Bakal Dipamerkan dalam SOE
International Conference". https:// https://web.pln.co.id/media/siaran-pers/2022/10/8-
upaya-pln-kurangi-emisi-karbon-bakal-dipamerkan-dalam-soe-international-
conference. (Diakses Desember 19, 2022).
[2] Kompas.com. “Sumbang Emisi Terbesar, PLTU Batu Bara Harus Dipensiunkan Lebih
Cepat”. https://www.kompas.com/global/read/2021/09/23/084833370/sumbang-
emisi-terbesar-pltu-batu-bara-harus-dipensiunkan-lebih-cepat?page=all (Diakses
Desember 19, 2022).
[3] Cnbcindonesia. “Jika PLTU Pensiun, Apa Dampaknya Bagi Ekonomi RI?i”.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20221018181339-4-380716/jika-pltu-pensiun-
apa-dampaknya-bagi-ekonomi-ri. (Diakses Desember 19, 2022).

Anda mungkin juga menyukai