Anda di halaman 1dari 5

NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO

NIM: 202210552
ESSAY – I SISTEM KONVERSI ENERGI

Potensi Konversi Sumber Energi Kendaraan BBM dan Kompor LPG ke listrik di
Indonesia dalam 10 tahun ke depan

Pakar otomotif sekaligus dosen Institut Teknologi Bandung Yannes Martinus Pasaribu
memproyeksi era kendaraan listrik tidak akan lama lagi masuk di Indonesia. Apalagi saat ini
dunia sedang gandrung dengan bisnis Tesla milik Elon Musk. Yannes menyebut dari sisi
captive market, Indonesia sudah akan masuk pada bonus demografi pada 2030 di mana
milenial dan Gen Z akan menjadi pusat pasar dengan karakternya yang lebih terbuka pada
produk canggih. "Contohnya HP saja, anak sekarang ganti bukan karena rusak tetapi ingin
yang lebih dari satu produk baru yang ditawarkan. Belum lagi dukungan dari pemerintah dan
posisi kita sebagai produsen baterai kedua di dunia," katanya kepada Bisnis, Rabu
(28/4/2021). Yannes mengemukakan dari sisi keterjangkauan, harga mobil listrik yang saat
ini mahal juga akan memasuki skala keekonomian tinggi ke depan. [1]
Pasalnya, sebagai gambaran pada 2010 harga baterai per kWh US$1.100 dan periode
2019—2020 ini menjadi US$156 atau 10 persennya hanya dalam waktu 10 tahun. Sementara
pada 2023 harganya diproyeksi kembali turun menjadi US$60 seiring dengan produksi baterai
yang meningkat ke depan. Artinya, mobil listrik yang saat ini berlabel masih mahal secara
bertahap akan lebih murah. "Belum lagi dari pemerintah yang tengah merancang insentif
pajak untuk pembelian mobil listrik secara luar biasa dan peningkatan pada pajak karbon,"
ujar Yannes. Meski demikian, rencana menjadikan jalanan lebih hijau ini juga tak luput dari
tantangan, bahkan level pengembangan industri ini sudah sampai di level politis antarnegara.
Pasalnya, sebagian industri otomotif raksasa multinasional tidak suka dengan langkah cepat
yang dibuat oleh Indonesia tersebut. Yannes menyebut mereka masih ingin lebih lama lagi
menikmati hasil investasi besar mereka dalam membuat pabrik komponen motor bakar untuk
mobil-mobilnya yang saat ini dipasarkan di Indonesia. "Mereka tentunya berupaya menekan
pemerintah Indonesia agar memperlambat laju persiapan pembangunan ekosistem
kendaraan listiknya." Percepatan tumbuhnya industri kendaraan listrik khususnya baterai
kendaraan listrik dipastikan berpotensi untuk membuat model bisnis semua industri
kendaraan bermotor bakar saat ini di pasar Indonesia akan rontok, terutama saat masyarakat
atau pasar sudah aware terhadap benefit dari membeli kendaraan listrik.
Sedangkan kondisi saat ini memang kendaraan listrik masih jarang ditemui di jalan
dibandingkan kendaraan yang menggunakan BBM. Menurut hasil survei yang didapat ada
beberapa alasan masyarakat masih enggan menggunakan kendaraan listrik.
NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO
NIM: 202210552
ESSAY – I SISTEM KONVERSI ENERGI

Gambar 1. Survei Katadata Insight Center (KIC) Alasan Kenapa Belum Memakai Kendaraan Listrik
(April 2022) [1]
Survei Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan harga menjadi alasan penggunaan
kendaraan listrik masih rendah di dalam negeri. Mayoritas atau 73,8% responden
menganggap harga motor atau mobil listrik terlalu tinggi. Selanjutnya, 59,4% publik
menganggap daya yang cepat habis jadi alasan mereka belum menggunakan kendaraan
listrik. Ada pula 59,3% responden yang merasa fasilitas pendukung seperti tempat pengisian
baterai belum memadai. Kemudian, sebanyak 31,9% masyarakat menganggap kualitas
produk tidak tahan lama dan 28,3% menganggap kendaraan listrik tidak praktis. Terakhir,
21,4% menganggap kendaraan listrik tidak aman.
Mengutip data Gaikindo, penjualan mobil listrik masih rendah dalam tiga tahun terakhir.
Cakupan penjualan bahkan tidak sampai 1% dari total penjualan tiap tahunnya. Di Indonesia,
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menunjukkan harga mobil listrik
berbasis baterai masih lebih mahal jika dibandingkan dengan harga mobil berbahan bakar
minyak yang sekelas. Misalnya, mobil asal produsen Korea masih dihargai sekitar Rp600 juta.
Harga ini lebih tinggi dari harga mobil asal produsen Jepang berbasis bahan bakar minyak
yang dibandrol sekitar Rp500 juta.
PLN terus menggencarkan program konversi kendaraan BBM menjadi kendaraan listrik.
Konversi ini dinilai bisa mengurangi beban negara akibat impor minyak sekaligus mengurangi
emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo
juga mengatakan bahwa dengan beralih menggunakan kendaraan listrik, masyarakat bisa
memangkas pengeluaran untuk bahan bakar secara signifikan. "Satu liter bensin setara
dengan 1,2 kwh listrik dengan jarak tempuh yang sama. Satu liter bensin harganya Rp 12.000-
15.000, sedangkan 1,2 kwh listrik hanya Rp 1.800. Ini pengurangan biaya yang luar biasa.
Jakarta sampai Bali kalau pakai BBM bisa Rp 1,5 juta untuk mobil. Kalau mobil listrik hanya
Rp 300.000," ujarnya dalam webinar bertajuk PLN Innovation and Competition in Electricity
pada Rabu (10/8). [3]
NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO
NIM: 202210552
ESSAY – I SISTEM KONVERSI ENERGI
Selain itu, konversi kendaraan listrik juga bisa menurunkan emisi karbondioksida (CO2)
kendaraan BBM. Darmawan menyebut 1 liter BBM menghasilkan emisi setara 2,4 kg CO2,
sedangkan 1,2 kwh listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik batu bara, gas dan energi
baru terbarukan diklaim hanya mengeluarkan 1.200 gram CO2. Konversi juga mengurangi
emsi gas rumah kaca apabila kita bergeser dari energi BBM ke energi listrik," sambungnya.
Lebih lanjut, konversi dinilai bisa memperkuat ketahanan energi nasional. Dengan konsumsi
BBM 1,5 juta barel per hari di tengah produksi yang masih berada di angka 630.000 barel per
hari, pemerintah masih harus impor agar dapat menutup kekurangan konsunsi di dalam
negeri. Dengan harga minyak US$ 100 per barel, maka impor minyak baik itu minyak mentah
maupun BBM sekita US$ 25 miliar tahun. Itu dampaknya luar biasa bagi devisa dan
berdampak pada pengurangan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), total volume impor minyak nasional meningkat 14,07% menjadi 42,13 juta ton
pada 2021. Sementara nilainya melonjak 79,07% menjadi US$ 25,53 miliar.
Rinciannya, volume impor minyak mentah meningkat 31,08% menjadi 13,78 juta ton dan
impor minyak olahan (hasil minyak) naik 5,47% menjadi 21,93 juta ton pada tahun lalu.
Sementara, nilai impor minyak mentah melonjak 107,78% menjadi US$ 7,05 miliar dan impor
minyak olahan meningkat 73,71% menjadi US$ 14,39 miliar. Impor minyak mentah Indonesia
terbesar berasal dari Arab Saudi dengan volume mencapai 4,42 juta ton dan dari Nigeria
seberat 3,91 juta ton. Sedangkan, impor minyak olahan terbesar berasal dari Singapura
dengan volume 10,25 juta ton dan dari Malaysia seberat 5,17 juta ton.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana
mengatakan pemerintah bakal menargetkan 6 juta motor listrik mengaspal pada 2025. Dia
menyebut, implementasi program dirasa mampu menghemat konsumsi BBM sekitar 13 juta
barel per tahun atau setara Rp 16 triliun. "Dan lebih penting lagi terjadi penurunan emisi CO2
sebesar 4 juta ton per tahun dan peningkatan konsumsi listrik sebesar 2,4 terra watt per
tahunnya. Program konversi ini juga diharapkan bisa memberikan peluang tenaga kerja baru
dengan hadirnya bengkel konversi dan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) melalui pemanfaatkan energi listrik untuk perikanan, peternakan dan pertanian untuk
masyarakat luas. Pemerintah terus mendorong program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis
Baterai untuk mewujudkan penggunaan energi yang lebih bersih.
Selain kendaraan listrik ada satu program lagi dari pemerinrtah yaitu konversi kompor listrik
yang saat ini disasar ke masyarakat yang masih menggunakan LPG 3 kg. Pertamina Patra
Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) angkat suara terkait
keinginan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan program konversi kompor gas 3
kilogram (kg) ke kompor listrik. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting
menyampaikan, program konversi kompor listrik bersifat alternatif bagi masyarakat. Sehingga,
masyarakat dapat menentukan penggunaan kompor gas atau listrik yang dinilai sesuai
NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO
NIM: 202210552
ESSAY – I SISTEM KONVERSI ENERGI
dengan kebutuhan untuk memasak. "(Program konversi kompor listrik) ini akan menjadikan
pilihan alternatif bagi masyarakat, mau memilih LPG atau listrik, nanti biar masyarakat sendiri
yang menentukan," kata Irto kepada Merdeka.com di Jakarta, Rabu (21/9/2022). Meski
begitu, Irto belum memberikan informasi lebih detail terkait strategi untuk memperkuat
keuangan Pertamina jika penjualan gas elpiji mengalami penurunan pasca meningkatnya
penggunaan kompor listrik yang diyakini lebih hemat. Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri
Logam, Mesin, Alat Transportasi, Dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian,
Taufiek Bawazier berharap masyarakat tidak menggunakan dua jenis kompor saat konversi
kompor gas dilakukan. [4] Namun pada prakteknya PT PLN (Persero) membatalkan rencana
program konversi kompor gas elpiji ke kompor listrik. Direktur Utama PLN, Darmawan
Prasodjo menyebutkan bahwa pembatalan program tersebut dilakukan demi menjaga
kenyamanan masyarakat dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. "PLN
memutuskan program pengalihan ke kompor listrik dibatalkan. PLN hadir untuk memberikan
kenyamanan di tengah masyarakat melalui penyediaan listrik yang andal," ujarnya, dilansir
dari laman PLN. Sebelumnya, program konversi kompor listrik ini sempat digencarkan oleh
pemerintah untuk mengkonversikan kompor gas. Bahkan, di beberapa wilayah, program ini
sudah dilakukan uji coba untuk selanjutnya ditetapkan kebijakan resminya. Tak hanya
memutuskan untuk membatalkan program kompor listrik, PLN juga memastikan tidak ada
kenaikan tarif listrik hingga penghapusan golongan pelanggan dengan daya 450 Volt Ampere
(VA). [5]
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi tidak terkoneksi dengan baik.
Menurut Bhima, hal ini terjadi antara perusahaan BUMN Energi seperti PGN, Pertamina dan
PLN. Dia menilai, tidak adanya integrasi pada tiga perusahaan BUMN Energi tersebut terjadi
karena kepentingan yang berbeda-beda antara PGN, Pertamina, dan PLN. kepenting PGN
adalah melakukan transisi jaringan gas atau jargas. Sementara itu, Pertamina
kepentingannya adalah mengurangi beban impor elpiji. Sementara itu, PLN punya
kepentingan membuang oversupply listrik melalui program kompor listrik (yang dibatalkan/
tunda). [6]. Sinergitas antar ketiga perusahan BUMN ini memang masih belum terlihat, Semua
masih fokus untuk mengamankan sektor usaha masing – masing. Sebagai antisipasi 10
(sepuluh) tahun ke depan harus dilakukan mulai dari saat ini. Dalam 10 (sepuluh) tahun
kedepan PLN bisa berfokus kepada Penyediaan Sarana Prasarana Kendaraan Listrik,
Pertamina & PGN sebagai supporting Penyediaan Listrik di Hulu. Kembali lagi Program
Konversi Motor BBM ke motor listrik ini dilakukan dalam upaya bersama mencapai target net
zero emission dan Konversi Kompor LPG ke Kompor induksi adalah untuk mengurangi Impor
LPG.
NAMA: FEBRIANTO WAHYU UTOMO
NIM: 202210552
ESSAY – I SISTEM KONVERSI ENERGI

Referensi

[1] Bisnis.com. "Siap-Siap! Pakar : Era Kendaraan Listrik Tak Sampai 10 Tahun Lagi".
https://otomotif.bisnis.com/read/20210428/46/1387740/siap-siap-pakar-era-
kendaraan-listrik-tak-sampai-10-tahun-lagi (Diakses Oktober 30, 2022).
[2] Databoks. “Survei KIC: Harga Tinggi Jadi Alasan Publik Belum Menggunakan
Kendaraan Listrik”. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/22/survei-
kic-harga-tinggi-jadi-alasan-publik-belum-menggunakan-kendaraan-listrik (Diakses
Oktober 30, 2022).
[3] Katadata.co.id. “Konversi Kendaraan Listrik Disebut Bisa Menghemat Biaya BBM
hingga 90%”. https://katadata.co.id/happyfajrian/ekonomi-
hijau/62f36c5de5123/konversi-kendaraan-listrik-disebut-bisa-menghemat-biaya-bbm-
hingga-90 (Diakses Oktober 30, 2022).
[4] Liputan 6 “Respons Pertamina Soal Program Konversi Kompor Listrik: Biar
Masyarakat Tentukan Sendiri”.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/5076702/respons-pertamina-soal-program-
konversi-kompor-listrik-biar-masyarakat-tentukan-sendiri (Diakses Oktober 30, 2022).
[5] Kompas “Perjalanan Konversi Kompor Gas ke Kompor Listrik hingga Dibatalkan PLN”.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/28/180000065/perjalanan-konversi-
kompor-gas-ke-kompor-listrik-hingga-dibatalkan-pln?page=all (Diakses Oktober 30,
2022).
[6] Kompas "Polemik Kompor Listrik, Jargas, dan MyPertamina, Pengamat: BUMN Energi
Tidak Terkoneksi dengan Baik”.
https://money.kompas.com/read/2022/10/04/153000526/polemik-kompor-listrik-
jargas-dan-mypertamina-pengamat--bumn-energi-tidak (Diakses Oktober 30, 2022).

Anda mungkin juga menyukai