Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

LEMBAR JAWABAN
UJIAN TENGAH SEMESTER
SEMESTER GASAL TAHUN 2022/2023
Nama : Rohmat Setiawan
NPM : 2006605123
Kelas/Prodi : Ilmu Administrasi Negara (Negara A)
Mata Kuliah : Inovasi dan Kewirausahaan (Inor A)
Tipe Soal : Case Study
Dosen : Prof.Dr. Amy YS Rahayu, MSi

Soal Studi Kasus: Kebijakan Prioritas Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui Inovasi
Kendaraan Bermotor Listrik
Sesuai Sap 5 : Inovasi dan Daya Saing
a.) Apa yang menjadi penyebab sulitnya mengubah kebiasaan masyarakat untuk
memakai kendaraan listrik dibandingkan kendaraan BBM.(Bobot 10 %)
Dalam mendukung program kebijakan prioritas Energi Baru Terbarukan dan
Kebijakan Low Carbon Emissions Program (LCEP) pemerintah mengeluarkan Perpres
Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis
Baterai.
Hadirnya Peraturan Presiden tersebut telah mendorong sejumlah perusahaan otomotif
di Indonesia untuk mempercepat produksi kendaraan bermotor listrik. Selain itu, kenaikan
harga BBM subsidi yang hingga kini masih bergejolak di masa pandemi yang belum
sepenuhnya berakhir juga turut menjadi pemicu bagi pemerintah dalam mempercepat
transformasi penggunaan kendaraan berenergi fosil (BBM) menuju kendaraan bermotor
berbasis energi listrik. Kenaikan BBM menjadi momen yang tepat bagi pemerintah
menggenjot percepatan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai atau Battery Electric
Vehicle kepada masyarakat.
Namun demikian, hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah. Terdapat beberapa
tantangan yang menyebabkan sulitnya mengubah kebiasaan masyarakat dari yang
sebelumnya memakai kendaraan BBM menjadi kendaraan listrik .
Untuk mengurai mengenai penyebab-penyebab tersebut akan saya kaitkan
dengan 3 dari 12 Pilar Daya Saing yang dikemukakan World Economic Forum pada
Global Competitiveness Report.
1. Technological Readiness and Infrastructure
Penyebab pertama sulitnya merubah kebiasaan masyarakat dalam menggunakan
kendaraan berenergi listrik tak lain adalah kesiapan teknologi dan infrastruktur. Untuk
merubah kebiasaan masyarakat agar mau menggunakan kendaraan listrik harus
diiringi peningkatan kemampuan dalam penggunaan teknologi. Namun jika dilihat di
Indonesia dalam komersialisasi kendaraan berteknologi listrik memiliki sejumlah
kendala yang berkaitan dengan teknologinya antara lain biaya perawatan,
infrastruktur penunjang, waktu pengisian, tipe mobil dan jarak tempuh. Untuk ukuran
sepeda motor listrik dengan kapasitas baterai 2 kWh hanya dapat menempuh jarak
sampai dengan 60 km. Jarak ini dihitung dari saat baterai penuh hingga kosong, dan
butuh waktu pengisian yang lama sekitar lima sampai dengan tujuh jam. Belum ada
teknologi yang mampu mendukung pengisian cepat (fast charging) di Indonesia.
Selain itu ditambah juga keterbatasan dalam menemukan Stasiun Penyedia Listrik
Umum. Ini berbeda dengan negara lain dimana realisasi kebijakan mengurangi emisi
karbon melalui peningkatan penggunaan mobil listrik didukung infrastruktur dan
teknologi yang memadai dan merata sehingga memicu ekosistem kendaraan listrik
berkembang lebih pesat.
2. Macroeconomic Environment
Merujuk pada sebuah studi yang berjudul Estimating The Total Cost of Ownership
(TCO) of Electrified Vehicle in Indonesia terdapat beberapa persoalan yang
menghambat dalam komersialisasi kendaraan berenergi listrik di Indonesia antara lain
berkenaan faktor macroeconomic environment yaitu terkait pajak, harga kendaraan,
biaya operasional dll. Harga rata-rata di pasaran Indonesia, mobil listrik berada di atas
600 juta, hal ini melampaui daya beli masyarakat. Bila berkaca pada data yang
diambil dari survei Gaikindo menyebutkan bahwa ternyata rata-rata masyarakat
Indonesia lebih memilih jenis kendaraan dengan harga di bawah 300 juta. Dan jika
dilihat di pasaran kendaraan berbahan bakar minyak bumi masih menawarkan harga
yang lebih ekonomis. Hal ini tentu membuat pemerintah kesulitan untuk mengubah
kebiasaan masyarakat untuk memakai kendaraan listrik dibandingkan kendaraan
BBM. Pemerintah perlu melakukan riset mendalam pada perbandingan biaya
kepemilikan antara kendaraan listrik dan kendaraan berbahan bakar BBM. Selain itu,
juga perlu adanya market research untuk melakukan komersialisasi kendaraan listrik
secara tepat sasaran. Dan yang terakhir yang sangat perlu dilakukan adalah pemberian
insentif, karena tanpa adanya insentif harga kendaraan listrik jauh lebih mahal
dibandingkan kendaraan konvensional.
3. Business Sophistication, and Education
Kecanggihan dan keterbaruan inovasi tidak selalu diiringi dengan acceptability
masyarakat, termasuk terkait inovasi kendaraan energi listrik. Masyarakat Indonesia
di satu sisi memiliki ketertarikan, namun disisi lain masih terlihat skeptis terhadap
kapabilitas produk kendaraan listrik, ketersediaan infrastruktur dan harga jualnya
(Andrew Gustaviano, 2018). Rasa skeptis ini disebabkan oleh kurangnya wawasan
dan edukasi mengenai kendaraan listrik. Kurangnya edukasi ini tak ayal juga
memunculkan rasa ragu-ragu seperti adanya kekhawatiran korsleting apabila
kendaraan listrik terkena air atau banjir. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan
upaya yang dapat mengakselerasi pemasaran dan peningkatan minat masyarakat
terhadap kendaraan listrik ini.

b.) Keunggulan Kompetitif (Daya Saing) -Diamond Framework Porter. Setelah Anda
menganalisis daya saing penggunaan kendaraan listrik maka kemukakan pendapat
Anda tentang keterbatasan keunggulan kompetitif pengunaan listrik ini jika
diterapkan dalam skala nasional (Bobot 45 %)

Kendaraan listrik nasional cukup menarik atensi masyarakat. Namun, untuk dapat
mewujudkan elektrifikasi pada bidang otomotif (kendaraan) perlu langkah nyata agar dapat
mendorong penggunaan kendaraan listrik bagi semua kalangan masyarakat di Indonesia.
Keberhasilan dapat terwujud apabila sektor industri bersama pemerintah mampu memetakan
daya saing kendaraan listrik secara tepat. Adapun untuk menganalisis daya saing kendaraan
listrik dalam skala nasional dipergunakan Porter’s diamond model framework.
Porter’s diamond model framework atau yang juga dikenal sebagai Teori
Keunggulan Kompetitif Nasional Industri merupakan kerangka berlian yang berfokus untuk
menjelaskan mengapa industri tertentu pada suatu negara kompetitif secara
internasional, sementara yang lain mungkin tidak. Serta mengapa suatu perusahaan
tertentu di suatu negara mampu melakukan inovasi secara konsisten, sedangkan yang
lain tidak. Michael Porter berpendapat bahwa kemampuan bersaing dalam arena
internasional bergantung pada serangkaian keunggulan lokasi yang sangat terkait yang
dimiliki oleh industri tertentu di negara berbeda, antara lain yaitu firm strategy, structure
and rivalry; factor condition; demand condition; dan related and supporting.
Terdapat empat determinan terkait daya saing penggunaan kendaraan listrik di
Indonesia antara lain:
1. firm strategy, structure and rivalry
Determinan pertama adalah strategy, structure and rivalry. Strategi memegang
peranan kunci dalam mendorong penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.
Diperlukan strategi dalam menentukan market area kendaraan listrik agar tepat
sasaran. Adapun jika melihat kondisi riil di Indonesia Gaikindo menilai pangsa pasar
kendaraan listrik masih bertumbuh secara bertahap. Industri kendaraan listrik global,
termasuk di Indonesia sedang berada dalam fase menuju kendaraan dengan bahan
bakar terbarukan atau renewable fuel. Ini semua mengarah pada upaya untuk
mendukung program kebijakan prioritas Energi Baru Terbarukan dan Kebijakan Low
Carbon Emissions Program (LCEP). Namun, memang untuk mencapai tujuan
tersebut tidaklah mudah, mayoritas di Indonesia masih didominasi kendaraan
berbahan bakar fosil (BBM). Produsen kendaraan listrik masih harus menghadapi
rivalitas dengan kendaraan konvensional. Mengatasi hal tersebut di Indonesia strategi
yang dilakukan yaitu melalui regulasi, terlihat dari dikeluarkannya Perpres No 55
Tahun 2019 untuk mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik di tanah air.
Selain aspek regulasi, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga terus
melakukan kampanye penggunaan kendaraan listrik kepada masyarakat. Dan terakhir
yang tak kalah penting yaitu perbaikan infrastruktur seperti penyediaan charging
station dan juga pemberian insentif yang hingga saat ini masih jadi problem.
2. Factor Condition
Determinan kedua yakni faktor kondisi. Peluang pengembangan industri kendaraan
listrik di tanah air cukup baik hal ini karena adanya dukungan sumber daya manusia
yang terdidik dan terlatih. Di Indonesia kendaraan listrik sebenarnya sudah mulai
dikembangkan oleh seorang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ir.
Masrah, beliau berhasil membuat prototipe kendaraan listrik yang kemudian olehnya
disebut Marlip atau Marmut Listrik LIPI. Dari sini selanjutnya beragam tipe Marlip
diproduksi seperti mobil patroli polisi, mobil golf, city car, dan mobil wisata namun
hanya pada kalangan terbatas saja. Akan tetapi kemudian setelahnya produksi Marlip
tiba-tiba terhenti karena permasalahan di badan usahanya. Selain faktor SDM, di
Indonesia juga didukung oleh sumber daya alamnya, 60% komponen kendaraan listrik
yang kuncinya terletak pada baterai sangat disupport di Indonesia. Indonesia memiliki
cadangan untuk membuat komponen utama kendaraan listrik yaitu baterai yang cukup
melimpah.
3. Factor Demand
Determinan yang ketiga yaitu faktor permintaan. Faktor permintaan cukup menjadi
kendala karena sebenarnya belum ada peluang pasar yang cukup besar bagi kendaraan
listrik di Indonesia. Permintaan terhadap kendaraan listrik tergolong rendah,
berdasarkan hasil survei Charta Politika, diperoleh hanya 28% masyarakat Indonesia
yang mau menggunakan kendaraan listrik. Sementara sisanya sebesar 62% responden
lainnya enggan untuk beralih menggunakan kendaraan listrik tersebut. Terdapat
sejumlah faktor yang melatarbelakangi rendahnya permintaan terhadap kendaraan
listrik ini, diantaranya harga kendaraan listrik dinilai masih terlalu mahal, tingkat
keyakinan masyarakat yang masih rendah dengan teknologi dan cara pemakaian
kendaraan listrik, sulitnya mendapatkan mobil listrik di daerah, dan yang paling
krusial adalah mayoritas masyarakat masih nyaman dengan kendaraan berbahan bakar
fosil (BBM).
4. Related and supporting
Determinan keempat atau yang terakhir adalah industri terkait dan pendukungnya.
Lahirnya industri kendaraan bermotor listrik nasional tak lepas dari industri
pendukungnya, oleh karena itu dibutuhkan jaringan industri untuk merealisasikan
program kendaraan listrik ini. Di Indonesia untuk mewujudkan penggunaan mobil
listrik sekaligus merealisasikan program kebijakan prioritas Energi Baru Terbarukan
dan Kebijakan Low Carbon Emissions Program (LCEP) perlu adanya dukungan dari
pemerintah, masyarakat, akademisi, dan tentunya masyarakat itu sendiri. Dukungan
pemerintah terlihat dari dikeluarkannya Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang
Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, insentif fiskal
berupa Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) 0 % untuk kendaraan
listrik dll. Dukungan akademisi terlihat dari adanya pengembangan oleh beberapa
instansi di Indonesia seperti lembaga penelitian universitas misalnya Universitas
Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung dan beberapa
universitas lainnya. Kemudian juga oleh Badan Riset Inovasi Nasional dan Badan
Usaha Milik Negara seperti PT Pindad dan PT DI. Sementara dukungan dari
masyarakat masih kurang, tingkat permintaan dan minat masyarakat terhadap mobil
listrik masih cukup rendah hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti yang
sudah disebutkan pada determinan sebelumnya.
Kendati nampak menawarkan sejumlah peluang positif seperti daya dukung sumber
daya manusia yang terdidik dan terlatih, tersedianya cadangan untuk membuat komponen
utama kendaraan listrik yaitu baterai yang cukup melimpah, dan dukungan pemerintah
melalui dikeluarkannya Perpres Nomor 55 Tahun 2019, insentif fiskal berupa Pajak
Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) 0 % untuk kendaraan listrik dll. Penggunaan
listrik ini jika diterapkan dalam skala nasional masih memiliki sejumlah keterbatasan
keunggulan kompetitif, diantaranya:
1. Harga kendaraan listrik, terutama mobil, sangat mahal
Hal ini menjadi keterbatasan utama dalam program percepatan penggunaan
kendaraan listrik dalam skala nasional. Sebab diperlukan insentif fiskal yang jauh
lebih besar agar harga kendaraan listrik terjangkau. Berdasarkan hitungan oleh
pengamat otomotif Bebin Djuana kendaraan listrik yaitu mobil saat ini ada di
sekitaran 500 juta sampai dengan 1 miliar (Kontan, 2022). Mahalnya kendaraan
listrik terutama mobil disebabkan komponen baterai yang sangat mahal, bahkan lebih
mahal ketimbang kendaraannya itu sendiri. Di Indonesia cadangan untuk membuat
komponen utama kendaraan listrik yaitu baterai memang cukup melimpah, dan jika
komponen ini diproduksi dalam negeri harga kendaraan listrik mungkin saja akan
menjadi lebih murah. Namun yang perlu digarisbawahi adalah hal ini tidak cukup
untuk melakukan percepatan pengembangan battery electric vehicle (BEV) di
Indonesia. Masih butuh waktu dan persiapan. Biaya produksi dan komponen untuk
kendaraan listrik saat ini masih menjadi persoalan yang cukup krusial.
2. Dampak pada lingkungan
Fakta bahwa kendaraan berenergi listrik tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil
(BBM) membuat pemerintah melihatnya sebagai solusi dari pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Akan tetapi apakah benar demikian? Dalam hal ini kita tidak
bisa melihatnya dari satu sisi. Sebab ketika kendaraan listrik menjadi mudah untuk
dijangkau, maka akan terjadi peningkatan demand energi listrik. Pengisian baterai
dan produksi baterai itu sendiri memerlukan energi yang besar. Ditambah dengan
peningkatan penduduk, ini akan memicu ketergantungan terhadap energi listrik.
Padahal di Indonesia masih sangat mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
sebagai sumber energi listrik yang sebenarnya tidak rendah emisi. Akhirnya
peningkatan demand dari kendaraan listrik pada pembangkit listrik yang tidak ramah
lingkungan ini akan menghilangkan aspek “Low Emission” dari kendaraan tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa untuk mendorong penggunaan kendaraan energi listrik


dalam skala nasional di Indonesia masih memiliki sejumlah keterbatasan, dengan
keunggulan kompetitif yang dimiliki Indonesia masih belum cukup mampu untuk
mendorong elektrifikasi. Akan ada dampak-dampak diluar perkiraan yang belum
sepenuhnya mampu diantisipasi, seperti peningkatan demand energi listrik yang tidak dapat
dibendung.

c.) Uraikan peran masing-masing aktor dalam ekosistem inovasi kendaraan listrik dapat
mempercepat implementasi dari Perpres Nomor 55 tahun 2019 (Bobot 45%)

Untuk mendukung ekosistem inovasi kendaraan listrik pemerintah mengeluarkan


Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik
Berbasis Baterai dalam rangka membantu perkembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Adapun untuk merealisasikan Perpres tersebut diperlukan sinergitas para aktor-aktor yang
berkepentingan dalam ekosistem inovasi kendaraan listrik.
Berikutnya untuk menganalisis dan mengurai peran aktor-aktor yang terlibat saya
pergunakan Model of Policy Process in Public Service dari Michael Hill (1997)
➔ Aktor Sisi Input
Tahapan input menyangkut proses pengidentifikasian masalah atau isu-isu apa saja yang
berhubungan dengan permintaan masyarakat seperti barang jasa publik, demand,
resources, dan support. Dalam hubungannya dengan ekosistem inovasi kendaraan listrik
terdapat beberapa aktor diantaranya:
Masyarakat
Masyarakat merupakan sasaran dari inovasi kendaraan listrik. Dalam hal ini peran
masyarakat adalah berkaitan dengan perumusan atas kebijakan yang sifatnya
situasional. Masyarakat berperan memberi dukungan atas inovasi kendaraan listrik
dengan mengusulkan ide-ide atau gagasan. Atau dapat turut membeli kendaraan
listrik. Namun tentunya hal ini harus didukung dengan peningkatan infrastruktur dan
pemberian insentif oleh pemerintah. Pemberian insentif guna mendorong minat
masyarakat luas.
Swasta
Untuk mewujudkan ekosistem inovasi kendaraan listrik pemerintah tidak mungkin
mampu untuk berdiri sendiri. Pemerintah perlu berkolaborasi dengan swasta untuk
membangun ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle) di Indonesia. Dalam hal ini
swasta berperan dalam penyediaan dan pembelian electric vehicle, sekaligus
menyiapkan infrastruktur pendukung (menyediakan demand sumber daya
pendukung). Keterlibatan swasta dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik di
Indonesia bisa dilihat melalui kolaborasi PT PLN dan PT Nissan Motor Distributor
Indonesia dalam penyediaan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum
(SPKLU). Upaya ini akan mengakselerasi ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Adapun jika dikaitkan dengan proses input, aktor swasta berperan sebagai penyedia
resources yang tidak dapat dipenuhi sendiri oleh sektor publik seperti SPKLU tadi.
BUMN
Dalam konteks inovasi kendaraan listrik pada proses input, BUMN memiliki peran
sebagai penyedia resources. Perusahaan pelat merah ini berperan dalam
mengalokasikan anggaran dalam mendukung percepatan pelaksanaan program
kendaraan listrik. Adapun selain berupa anggaran BUMN melalui PLN juga turut
menyiapkan resources berupa infrastruktur SPKLU khususnya pada sektor-sektor
yang dikelola BUMN seperti tol, pelabuhan, SPBU dll.
➔ Aktor Sisi Mediating Variable
Pada konteks inovasi kendaraan listrik aktor sisi ini berperan dalam merealisasikan ide
atau gagasan yang masuk dari aktor input. Adapun aktor yang berperan adalah:
Perguruan Tinggi
Peran perguruan tinggi tidak boleh dilupakan, sebab perguruan tinggi memiliki
peranan penting dalam mengembangkan dan menemukan desain thinking dari
kendaraan listrik. Baik dosen maupun mahasiswa terutama dalam bidang teknik
paling tidak mempunyai peran dalam pengembangan desain thinking yang memadai
sehingga dapat mendukung kebutuhan desain, dan nantinya Indonesia bisa memiliki
paten sendiri produksi kendaraan listrik pada masa mendatang. Dalam kaitannya
dengan Mediating Variable, peran perguruan tinggi adalah mengakomodir atas isu
atau saran yang masuk dari masyarakat mengenai seperti apa kendaraan yang mereka
(masyarakat) inginkan kepada pemerintah.
➔ Aktor Sisi Political Process
Pemerintah
Ekosistem inovasi kendaraan listrik tidak akan terwujud tanpa adanya peran serta
pemerintah. Pemerintah sebagai aktor utama memiliki peranan yang sangat krusial.
Pemerintah berperan dalam bentuk kebijakan, regulasi, payung hukum dan sekaligus
melakukan langkah nyata guna mendukung dan mendorong iklim inovasi kendaraan
listrik. Selain dalam bentuk regulasi pemerintah juga memiliki peran dalam
mempelopori pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur pendukung seperti
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang dapat menunjang
berkembangnya penggunaan mobil listrik oleh kalangan masyarakat luas. Kemudian
pemerintah juga memiliki peran dalam pemberian insentif kendaraan listrik mulai dari
retribusi jasa parkir sampai dengan subsidi pembelian kendaraan listrik.
Dan yang berikutnya pemerintah berperan dalam mendorong para ahli, akademisi, dan
para ilmuan dalam negeri untuk terus mengembangkan teknologi kendaraan listrik
yang ramah lingkungan, namun tetap dapat menjangkau daya beli masyarakat.
Adapun dalam hal ini sebenarnya pemerintah dapat masuk dalam aktor sisi political
process sekaligus aktor sisi input. Sisi input sebab pemerintahlah yang tahu apa saja
yang menjadi kebutuhan masyarakat, sisi political process sebab pemerintah yang
membuat regulasi dan segala kebijakan menyangkut kendaraan listrik.
➔ Aktor Sisi Output
Pemerintah
Selain pada sisi Political Process pemerintah juga sebagai aktor sisi output. Output
yang dihasilkan berupa regulasi yakni Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang
Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
SWASTA , BUMN
Swasta dan BUMN selain sebagai aktor sisi input yang menyediakan resources
kendaraan listrik baik berupa komponen utama, suku cadang, SPKLU dll. Juga
berperan sebagai aktor sisi output. Output yang dihasilkan Swasta atau BUMN yaitu
berupa kendaraan listrik itu sendiri. Adapun di Indonesia PT Hyundai Motor
Manufacturing Indonesia merupakan pabrik mobil listrik pertama yang akan memulai
produksinya di Indonesia (CNBC Indonesia, 2021).
➔ Aktor Sisi Outcome
Masyarakat
Aktor pada sisi outcome yaitu aktor yang menjadi penerima dampak dari kebijakan
Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor
Listrik Berbasis Baterai yaitu masyarakat itu sendiri. Masyarakat dalam hal ini
berperan secara aktif dalam memberikan evaluasi atau masukannya atas inovasi
kendaraan listrik.
Referensi
Buku
Subekti, R. A., Sudibyo, H., Susanti, V., Saputra, H. M., & Hartanto, A. (2014). Peluang dan
Tantangan Pengembangan Mobil Listrik Nasional. LIPI Press.

Jurnal
Aziz, M., Marcellino, Y., Rizki, I. A., Ikhwanuddin, S. A., & Simatupang, J. W. (2020, Maret).
Studi Analisis Perkembangan Teknologi dan Dukungan Pemerintah Indonesia terkait
Mobil Listrik. Tesla, 22, 46.
Rahman, M. A. (2013, Agustus). Pembuatan Mobil Listrik untuk Solusi Transportasi Ramah
Lingkungan (Mobil Biskara). Jurnal Riset Daerah, 12, 1820-1822.
Sidabutar, V. T. (2020, Juni). Kajian Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia: Prospek
dan Hambatannya. Jurnal Paradigma Ekonomika, 15, 23.
Yulanto, D. M., & Iskandar, H. (2021, April). Studi Analisis Perkembangan Teknologi
Kendaraan Listrik Hibrida. Jurnal Automotive Technology Vocational Education, 2, 32.

Website
CNN Indonesia. (2018, Juli 12). Survei: Alasan Orang Indonesia Enggan Beli Kendaraan
Listrik. cnnindonesia.com.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180712093702-384-313488/survei-alasan-
orang-indonesia-enggan-beli-kendaraan-listrik
gaikindo. (2021, Desember). GAIKINDO: Pasar Mobil Listrik Tumbuhnya Bertahap.
gaikindo.or.id.
https://www.gaikindo.or.id/gaikindo-pasar-mobil-listrik-tumbuhnya-bertahap/
ITS. (2022, Maret 11). Euforia Kendaraan Listrik, Apakah Sehijau yang Kita Pikirkan?
its.ac.id.
https://www.its.ac.id/news/2022/03/11/euforia-kendaraan-listrik-apakah-sehijau-yang-k
ita-pikirkan/
Khadafi, M. (2017, September 4). Indonesia Belum Siap Hadapi Era Mobil Listrik.
m.bisnis.com.
https://m.bisnis.com/amp/read/20170904/275/686599/indonesia-belum-siap-hadapi-era
-mobil-listrik
Peluang dan Tantangan Pengembangan Kendaraan Listrik Cerdas di Indonesia, Kemana
Fokusnya? (2021, September 10). kompas.com.
https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/10/193000623/peluang-dan-tantangan-pe
ngembangan-kendaraan-listrik-cerdas-di-indonesia?page=all
Pratama, R. (2018, Oktober 5). Kendaraan Listrik di Mata Masyarakat Indonesia.
oto.detik.com.
https://oto.detik.com/mobil/d-4243167/kendaraan-listrik-di-mata-masyarakat-indonesia
Sadewo, J. (2022, Oktober 13). Dampak Kenaikan BBM, Bagaimana Beralih ke Kendaraan
Listrik? Republika. Retrieved Oktober 14, 2022, from
https://www.republika.co.id/berita/rjhtbw318/dampak-kenaikan-bbm-bagaimana-berali
h-ke-kendaraan-listrik
Sadya, S. (2022, September 23). Banyak Masyarakat Belum Minat Pakai Mobil Listrik, Ini
Alasannya. dataindonesia.id.
https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/banyak-masyarakat-belum-minat-pakai-mobil-
listrik-ini-alasannya
Siswanto, D. (2022, September 19). Insentif PPnBM Mobil Listrik Belum Cukup Menekan
Harga Jual. kontan.co.id.
https://amp.kontan.co.id/news/insentif-ppnbm-mobil-listrik-belum-cukup-menekan-har
ga-jual
Subekti, R. A., Sudibyo, H., & Susanti, V. (2016, April 14). Model Diamond Porter dalam
Analisis Tekno Ekonomi Industri Mobil Listrik Nasional. lipi.go.id.
http://lipi.go.id/publikasi/model-diamond-porter-dalam-analisis-tekno-ekonomi-industri
-mobil-listrik-nasional/24360
Sandi, F. (2021, Oktober 26). Toyota-Honda Lewat, Pabrik Ini Pertama Bikin Mobil Listrik RI.
CNBC Indonesia. Retrieved Oktober 15, 2022, from
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211026120601-4-286587/toyota-honda-lewat-
pabrik-ini-pertama-bikin-mobil-listrik-ri
Theodora, A. (2022, April 21). Masyarakat Belum Siap, Pengembangan Industri Mobil Listrik
Butuh Waktu. kompas.id.
https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/04/21/masyarakat-belum-siap-pengembang
an-industri-mobil-listrik-butuh-waktu?status=sukses_login&status_login=login
Rohmat
Setiawan_2006605123_Inor
A_UTS.docx (2)-1-8.pdf
by Cekricek Pro

Submission date: 15-Oct-2022 03:49AM (UTC-0400)


Submission ID: 1868081959
File name: Rohmat_Setiawan_2006605123_Inor_A_UTS.docx_2_-1-8.pdf (153.3K)
Word count: 2743
Character count: 18492
3

13

17
7

9
1

16
6

14
8
6

5
2

12

18
11

15

10

4
2
Rohmat Setiawan_2006605123_Inor A_UTS.docx (2)-1-8.pdf
ORIGINALITY REPORT

11 %
SIMILARITY INDEX
8%
INTERNET SOURCES
3%
PUBLICATIONS
6%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
Submitted to Universitas Pelita Harapan
Student Paper 3%
2
katadata.co.id
Internet Source 2%
3
Submitted to St. Ursula Academy High School
Student Paper 1%
4
id.berita.yahoo.com
Internet Source 1%
5
nasional.kontan.co.id
Internet Source 1%
6
repository.unugha.ac.id
Internet Source 1%
7
citec.repec.org
Internet Source <1 %
8
www.tentorprivat.com
Internet Source <1 %
9
bpsdm.pu.go.id
Internet Source <1 %
10
ksp.go.id
Internet Source <1 %
11
tirto.id
Internet Source <1 %
12
www.gatra.com
Internet Source <1 %
13
www.inews.id
Internet Source <1 %
14
www.myperpus.com
Internet Source <1 %
15
idr.uin-antasari.ac.id
Internet Source <1 %
16
www.jogloabang.com
Internet Source <1 %
17
www.oneyesoneno.com
Internet Source <1 %
18
realitaindonesia.com
Internet Source <1 %

Exclude quotes Off Exclude matches Off


Exclude bibliography Off
Rohmat Setiawan_2006605123_Inor A_UTS.docx (2)-1-8.pdf
PAGE 1

PAGE 2

PAGE 3

PAGE 4

PAGE 5

PAGE 6

PAGE 7

PAGE 8

Anda mungkin juga menyukai