Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP MOBIL LISTRIK

SERTA PENGARUHNYA BAGI EKONOMI DAN LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH:

YAN PASMAWI SAHBAN

I0423137

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Penulisan makalah berjudul “Kebijakan Pemerintah Terhadap Mobil Listrik Serta
Pengaruhnya Bagi Ekonomi Dan Lingkungan”. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Eng.


Syamsul Hadi S.T., M.T. selaku dosen pengajar mata kuliah Termodinamika Dasar. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Surakarta, 6 Maret 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kendaraan listrik baterai mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kendaraan
berbasis Internal Combustion Engine (ICE) dalam mengurangi polusi udara dan emisi GRK.
Kendaraan listrik menghasilkan polusi udara yang jauh lebih sedikit dan dapat dikatakan
mendekati nol bila dibandingkan dengan kendaraan berbasis Internal Combustion Engine
(ICE).
Kendaraan listrik cocok untuk mengatasi masalah polusi udara, terutama di daerah
perkotaan. Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) adalah suatu
langkah percepatan yang dilakukan guna mewujudkan implementasi kendaraan listrik di
Indonesia sesuai dengan target yang sudah direncanakan. Dengan adanya KBLBB maka
memberikan solusi dan dapat membantu pemerintah dalam melakukan penghematan biaya
energi dan ketergantungan import BBM, sebagai alat transportasi yang bebas polusi dan
ramah lingkungan, serta solusi alternatif dalam mendukung pengurangan emisi di Indonesia.

2. Rumusan Masalah
1) Kebijakan pemerintah terkait mobil listrik
2) Pengaruhnya terhadap perekonomian negara
3) Pengaruhnya terhadap lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kebijakan dan Upaya Pemerintah dalam Menurunkan Emisi Karbon


Pemerintah sangat serius dalam mendorong berkembangnya industri teknologi mobil
listrik. Salah satu caranya, dengan memberikan insentif kepada industri dalam rangka
percepatan program kendaraan berbasis listrik (KBL) atau berbasis baterai. Hal ini tertuang
dalam Perpres No. 55/2019 tentang Percepatan Program KBL Berbasis Baterai untuk
Transportasi Jalan.
Insentif yang dimaksud antara lain insentif bea masuk atas impor KBL berbasis
baterai yang disebut dengan completely knock down (CKD) atau incompletely knock down
(IKD) atau komponen utama untuk jumlah dan jangka waktu tertentu. Insentif lain juga
dapat berupa insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yakni pembebasan atau
pengurangan pajak pusat dan daerah; bea masuk importasi mesin, barang, dan bahan dalam
rangka penanaman modal; penangguhan bea masuk dalam rangka ekspor; dan insentif bea
masuk ditanggung pemerintah atas impor bahan baku dan bahan penolong untuk proses
produksi. Lebih lanjut, terdapat pula insentif untuk pembuatan peralatan satuan pengisian
kendaraan listrik umum (SPKLU), insentif pembiayaan ekspor, insentif fiskal untuk riset
dan pengembangan, tarif parkir, keringanan biaya pengisian listrik di SPKLU, dukungan
pembiayaan pembangunan SPKLU, sertifikasi kompetensi bagi SDM KBL berbasis baterai,
dan sertifikasi produk serta standar teknis bagi perusahaan industri KBL berbasis baterai
(Sudjoko, 2021).
Sebagai tindak lanjut khusus dari Perpres 55/2019, Peraturan Gubernur (Pergub)
Nomor 3 tahun 2020 tentang insentif pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-
KB) atas Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai diharapkan memacu populasi
kendaraan setrum di ibu kota. Karena dengan adanya aturan tersebut, kini semua motor
maupun mobil listrik murni di wilayah DKI Jakarta (contoh penerapan wilayah), tidak akan
dikenakan pajak BBN 12,5 persen. Ya, seperti tertuang salam Bab II Pasal ayat 2, seluruh
kendaraan listrik berbasis baterai tidak akan dikenakan pajak BBN. Benefit lain Studi
Analisis Perkembangan Teknologi dan Dukungan Pemerintah Indonesia Terkait Mobil
Listrik 54 khusus bagi yang memiliki mobil listrik juga dipastikan akan terbebas dari
kebijakan ganjil genap di Jakarta.
Per tanggal 6 Maret 2023, Pemerintah merancang penetapan insentif KBLBB berupa
bantuan pembelian KBLBB sebesar Rp 7 juta per unit untuk 200.000 unit sepeda motor
listrik baru dan Rp 7 juta per unit untuk konversi menjadi motor listrik untuk 50.000 unit
sepeda motor BBM. Sementara itu, besaran insentif untuk mobil listrik belum diumumkan
secara resmi namun pemerintah merencanakan untuk memberikan bantuan kepada
pembelian 35.900 unit mobil listrik dan 138 bus listrik.
Pemerintah Indonesia secara resmi menerbitkan bantuan subsidi pada pembelian
kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) pada April 2023. Implementasi
kebijakan KBLBB ini diharapkan dapat menekan emisi gas rumah kaca (GRK) dan
mengurangi ketergantungan atas penggunaan bahan bakar fosil. Berdasarkan dari sumber
data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik
pada tahun 2022 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1.407%. Angka ini naik
dari 658 unit pada tahun 2021 menjadi 10.327 unit pada tahun 2022 (Prasetyono, 2024).

2. Pengaruh Kebijakan Insentif Mobil Listrik Bagi Ekonomi


Kebijakan peralihan penggunaan bahan bakar minyak menjadi kendaraan motor
listrik, tentunya membawa dampak positif bagi Indonesia yang memiliki cadangan bahan
baku nikel terbesar di dunia, yang kita harapkan nantinya dapat menguasai pasar bahan baku
baterai secara global. Tidak hanya itu, hal ini juga selaras dengan akselerasi Indonesia
menuju transportasi rendah emisi, mengurangi impor minyak bumi, menyehatkan APBN,
dan juga mendukung kebijakan pembangunan berkelanjutan pemerintah lainnya.
Kendaraan bermotor listrik berbasis baterai memiliki potensi besar dalam
mendorong transformasi ekonomi dan penciptaan nilai tambah yang tinggi di berbagai
aspek. Penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai akan memberikan dorongan terhadap
produksi nikel dalam negeri dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan industri otomotif
yang tengah berkembang pesat. Hal tersebut akan berperan sebagai sumber devisa dengan
memberikan nilai tambah yang besar bagi ekonomi indonesia, terutama melalui sektor nikel.
Pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai juga membuka peluang untuk
munculnya industri-industri baru, seperti manufaktur baterai, komponen elektronik, sistem
pengisian daya, dan teknologi terkait lainnya. Kondisi ini berpotensi menciptakan lapangan
kerja baru dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor terkait.
Dalam hal pertumbuhan kendaraan listrik, akan muncul inovasi-inovasi dalam bidang
teknologi baterai, manajemen energi, kendali otomatis, serta perangkat lunak terintegrasi.
Hal ini dinilai akan membantu meningkatkan kemampuan teknologi di Indonesia, baik
dalam kurikulum pendidikan vokasi seperti SMK otomotif maupun dalam riset tingkat lanjut
di perguruan tinggi. Migrasi dari kendaraan bermotor berbahan bakar fosil ke kendaraan
listrik dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara serta
berpotensi mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil(Rochman, 2023).

3. Pengaruh Kebijakan Insentif Mobil Listrik terhadap Lingkungan


Penggunaan mobil listrik dianggap sebagai solusi untuk mengatasi isu lingkungan
saat ini karena menerapkan teknologi dan sumber daya yang ramah lingkungan. Selain itu,
adopsi kendaraan listrik dapat membantu mengantisipasi dampak dari potensi krisis energi
dan mengurangi tingkat polusi udara. Dengan demikian, pemanfaatan mobil listrik dapat
menjadi alternatif berkelanjutan dalam sektor transportasi, sekaligus mendukung upaya
pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia.
Kendaraan listrik dapat membantu untuk mengatasi masalah polusi udara di
perkotaan. Pengembangan mobil listrik dan sepeda motor listrik memiliki potensi
menurunkan emisi polutan (CO, NOx, HC, SO2, dan PM) yang cukup signifikan. Skenario
KBL dapat mengurangi emisi polutan berkisar antara 10,3% sampai 16,4% pada tahun 2030
dan meningkat menjadi sekitar 40,4% sampai 60,5% pada tahun 2050 terhadap skenario
BASE.
Pengurangan emisi polutan dalam penggunaan kendaraan listrik ternyata tidak
dibarengi dengan pengurangan emisi GRK. Skenario KBL berpotensi meningkatan emisi
GRK karena pembangkit listrik di jaringan interkoneksi Jawa-Bali masih didominasi
penggunaan bahan bakar fosil. Penggunaan kendaraan listrik akan meningkatkan emisi GRK
sebesar 7,0% pada tahun 2030 dan menjadi 27,1% pada tahun 2050 (Lihat Gambar 3).
Program pengembangan kendaraan listrik harus diikuti dengan pengembangan pembangkit
listrik yang berbasis energi terbarukan supaya dapat sejalan dengan pembangunan yang
berkelanjutan.
Pengembangan kendaraan listrik belum berperan dalam mengurangi emisi GRK di
masa depan. Penggunaan mobil listrik dan sepeda motor listrik akan meningkatkan emisi
GRK sebesar 7,0% pada tahun 2030 dan meningkat menjadi 27,1% pada tahun 2050. Emisi
GRK dari kendaraan listrik tergantung dari pembangkit listrik yang digunakan. Bila
pembangkit listrik menggunakan energi terbarukan maka kendaraan listrik dapat secara
signifikan mengurangi emisi GRK (Fitriana et al., 2020).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pemanasan global adalah peristiwa proses meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan
atmosfer dan permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah
kaca yang diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Pengurangan emisi gas rumah kaca
yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global hingga kurang dari 20℃ kemungkinan
tidak dapat tercapai tanpa kontribusi besar dari sektor transportasi. International Energy
Agency menunjukkan bahwa sektor transportasi global harus memberikan kontribusi sekitar
seperlima dari keseluruhan pengurangan emisi gas rumah kaca dari penggunaan energi pada
tahun 2050.
Mobil listrik diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat dalam mengurangi emisi
gas rumah kaca di bidang transportasi. Mobil listrik ini dipandang sebagai penyumbang
utama tujuan pengurangan emisi gas rumah kaca karena meningkatkan efisiensi energi dan
mengurangi intensitas CO2. Perkembangan mobil listrik di dunia pun berkembang
signifikan. Disamping keunggulan, saat ini mobil listrik masih memiliki sejumlah
kelemahan. Namun dengan berkembangnya teknologi, dan partisipasi sejumlah negara-
negara maju diyakini bisa mengatasi kelemahan yang ada.
2. Saran
Pengembangan kendaraan listrik harus disertai dengan peningkatan pembangkit
berbasis energi terbarukan sesuai dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam
menurunkan target emisi GRK di masa depan. Hal ini dapat diterapkan dengan memasang
modul surya sebagai sumber d listrik pada SPKLU, sehingga akan mengurangan faktor emisi
yang disebabkan jaringan pembangkit. Pengembangan ini diharapkan disertai dengan
tumbuhnya industri dalam negeri yang dapat mengolah sumber daya alam menjadi
komponen kendaraan listrik produksi dalam negeri. Indonesia diharapkan berperan aktif
dalam rantai pasokan kendaraan listrik yang berdampak positif terhadap perekonomian
nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, I., Sugiyono, A., & Akhmad, K. (2020). Pengembangan Kendaraan Listrik
Baterai di Indonesia: Peran dalam Mengurangi Emisi. Seminar Nasional Teknologi
Bahan Dan Barang Teknik, (11), 140–145.

Prasetyono, A. (2024). Subsidi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai: Seberapa


Besar Dampak Terhadap Masyarakat Indonesia?, 08(01).

Rochman, F. (2023). Pengembangan kendaraan listrik dorong percepatan transformasi


ekonomi - ANTARA News. Diambil 7 Maret 2024, dari
https://www.antaranews.com/berita/3685701/pengembangan-kendaraan-listrik-
dorong-percepatan-transformasi-ekonomi

Sudjoko, C. (2021). Strategi Pemanfaatan Kendaraan Listrik Berkelanjutan Sebagai Solusi


Untuk Mengurangi Emisi Karbon. Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner
Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, 2(2), 54–68.

Anda mungkin juga menyukai