Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN KONVERSI ENERGI BERUPA MOBIL

KONVENSIONAL (BBM) KE MOBIL LISTRIK SEBAGAI


STRATEGI INDONESIA DALAM PEMENUHAN TUNTUTAN
DUNIA MENUJU ENERGI YANG LEBIH BERSIH

Oleh:
Darul Rafik
A1C019002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Project Konversi Energi
Terkini yang berjudul “Penerapan Konversi Energi Berupa Mobil Konvensional
(BBM) ke Mobil Listrik sebagai Strategi Indonesia dalam Pemenuhan Tuntutan
Dunia Menuju Energi yang Lebih Bersih” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan project ini yaitu untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Teknik Konversi Energi dan Konservasi Energi yang diampu
oleh Bapak Ropiudin, S.TP., M.Si. Selain itu, project ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca tentang salah satu penerapan
konversi energi yang sedang marak pada saat ini.
Terima kasih kepada Bapak Ropiudin, S.TP., M.Si. selaku pengampu mata
kuliah Teknik Konversi dan Konservasi Energi yang telah membimbing dan
memberikan materi serta panduan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah mendukung kami dalam penulisan project ini sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa project yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, tata bahasa, maupun penulisannya. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca supaya dijadikan acuan bagi kami agar lebih baik lagi di masa
yang akan datang.

Purwokerto, 2 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
COVER DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
Tujuan............................................................................................................. 3
II. PEMBAHASAN............................................................................................ 4
III. PENUTUP...................................................................................................... 12
Kesimpulan..................................................................................................... 12
REFERENSI......................................................................................................... 13
COVER BELAKANG......................................................................................... 14
I. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pencemaran udara oleh berbagai alat teknologi seperti mobil bermotor,


pabrik-pabrik, perumahan, dan pertanian telah merusak sistem lapisan ozon yang
pada akhirnya menimbulkan pemanasan global. Pemanasan global adalah
peristiwa proses meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan atmosfer dan
permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Gas–gas rumah kaca yang
dimaksud adalah seperti gas karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrooksida
(N2O), chloro fluoro carbon (CFCs), hidro fluoro carbon (HFCs), dan sulfur
heksafluorida (SF6). Gas–gas tersebut disebut gas rumah kaca karena berfungsi
seperti kaca yang berada di dalam rumah kaca. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan oleh matahari ke bumi
sehingga mengakibatkan panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal
ini terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat
setiap tahunnya. Peningkatan suhu yang terjadi rata–rata adalah 0,6°C dalam satu
abad terakhir ini.
Pemanasan global ini dapat memunculkan berbagai macam dampak atau
akibat. Hampir semua dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh pemanasan
global merupakan akibat yang bersifat negatif. Ada banyak sekali dampak
pemanasan global bersifat negatif yang dapat dirasakan oleh bumi, manusia, dan
bahkan makhluk hidup lainnya di dunia ini akibat adanya pemanasan global.
Dampak ini bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang disadari oleh
manusia maupun yang tidak disadari oleh manusia.
Salah satu penyebab pemanasan global adalah emisi karbon dioksida yang
sangat tinggi. Emisi ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Menurut
struktur kimianya, bahan bakar yang juga disebut hidrokarbon terdiri dari rantai
ataom karbon dan hidrogen. Jika hidrokarbon ini dibakar dengan oksigen, maka
akan menghasilkan karbondioksida dan uap air. Tetapi jika pembakarannya tidak
sempurna maka akan dihasilkan juga karbonmonoksida yang sangat beracun.
Sumber utama penghasil emisi karbondioksida secara global ada 2 macam.
Pertama, pembangkit listrik bertenaga batubara. Pembangkit listrik ini membuang
energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Energi yang digunakan 100 unit,
sementara energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65
unit. Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga
batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbondioksida per tahun. Kedua,
pembakaran mobil bermotor. Mobil yang mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8
liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, setiap tahunnya akan
mengemisikan 3 ton karbondioksida ke udara.
Dalam upaya mengurangi emisi, perlu ditempuh cara dengan menggunakan
teknologi transportasi yang lebih ramah lingkungan. Pada awalnya telah
dikeluarkan peraturan yang mewajibkan penggunaan katalis untuk mobil bensin,
yang mana bertujuan untuk memperkecil kadar bahan pencemar yang dihasilkan
mobil bermotor. Persyaratan yang sama juga diberlakukan untuk mobil diesel dan
mobil komersial berukuran kecil dan besar. Standar emisi mobil bermotor ini juga
diadopsi oleh beberapa negara di dunia. Penerapan standar emisi tersebut diikuti
dengan peningkatan kualitas BBM.
Peralihan mobil konvensional ke mobil listrik akan menurunkan tingkat
emisi dan juga ketergantungan sektor transportasi terhadap bahan bakar minyak
yang demikian tinggi. Oleh karena itu, keberhasilan percepatan program mobil
listrik harus didukung dengan pasokan energi listrik yang memadai.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana peran mobil listrik dalam upaya penurunan emisi?


2. Mengapa penjualan mobil konvensional (BBM) dilakukan pelarangan?
3. Bagaimana dukungan pemerintah Indonesia terhadap mobil listrik?
4. Bagaimana kebijakan-kebijakan pengembangan mobil listrik?
5. Apa saja kelemahan mobil listrik dibandingkan dengan mobil konvensional
(BBM)?
TUJUAN

1. Mengetahui peran mobil listrik dalam upaya penurunan emisi.


2. Mengetahui alasan dilakukannya pelarangan terhadap penjualan mobil
konvensional (BBM).
3. Mengetahui dukungan pemerintah Indonesia terhadap mobil listrik.
4. Mengetahui kebijakan-kebijakan pengembangan mobil listrik.
5. Mengetahui kelemahan mobil listrik bila dibandingkan dengan mobil
konvensional (BBM).
II. PEMBAHASAN

A. Peran Mobil Listrik dalam Upaya Penurunan Emisi

Saat ini, sudah banyak pabrikan yang mulai memproduksi mobil listrik
sebagai upaya mengurangi dampak pemanasan global. Sektor transportasi
menyumbang emisi gas yang cukup besar yaitu sebesar 23% dari total emisi
gas rumah kaca (Ies, 2015). Pengurangan emisi gas rumah kaca yang
dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global kemungkinan tidak dapat
tercapai tanpa kontribusi besar dari sektor transportasi.
Bagaimana kontribusi dari sektor transportasi global?
International Energi Agency menunjukkan bahwa sektor transportasi global
harus memberikan kontribusi sekitar seperlima dari keseluruhan pengurangan
emisi gas rumah kaca dari penggunaan energi pada tahun 2050.
Hal yang diharapkan dari mobil listrik
Mobil listrik diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat dalam mengurangi
emisi gas rumah kaca di bidang transportasi. Mobil listrik dipandang sebagai
penyumbang utama tujuan pengurangan emisi gas rumah kaca karena
meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi intensitas CO2.
Kondisi mobil listrik di dunia
Perkembangan mobil listrik di dunia sangat signifikan. Pada tahun 2015,
jumlah mobil listrik mencapai 1,2 juta yang mana angka tersebut terjadi
kenaikkan 50% dari tahun sebelumnya. Sejauh ini mobil listrik hanya
berkembang di negara yang bergabung pada EVI (The Electric Vrhicles
Initiative), sebuah forum kebijakan multi pemerintah yang didirikan pada
tahun 2009 di bawah Clean Energy Ministerial (CEM) yang didedikasikan
untuk mempercepat penyebaran mobil listrik di seluruh dunia dengan tujuan
penyebaran global 20 juta mobil listrik pada tahun 2020. Terdapat 16 negara
yang tergabung dalam EVI diantaranya yaitu Kanada, China, Prancis, Jerman,
India, Italia, Jepang, Korea, Belanda, Norwegia, Portugal, Afrika Selatan,
Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat. Di Indonesia, pemerintah
mencanangkan bahwa mobil listrik akan mulai beredar pada 3 hingga 5 tahun
mendatang.

B. Pelarangan Penjualan Mobil Konvensional (BBM)

Beberapa negara lain telah merencanakan pelarangan penjualan mobil


konvensional mulai 2030. Demi menyongsong era tersebut dan merangsang
konsumen, sejumlah negara telah membuat regulasi menarik terkait
percepatan penggunaan mobil listrik.
Bagaimana strategi penggunaan mobil listrik di dunia?
Pemerintah Norwegia memberikan insentif bagi pembangunan stasiun
pengisian listrik umum (SPLU) dan menyediakan sumber listrik dan parkir
gratis di 400 stasiun. Pemerintah Jerman membebaskan mobil listrik dari
pajak tahunan dan membebaskan pajak mobil listrik selama 5 tahun untuk
lisensi di bawah tahun 2020. Inggris juga membebaskan pajak jalan tahunan
untuk mobil listrik dan memberikan subsidi hingga 8.000 dolar AS bagi
sembilan model mobil listrik. Hal serupa juga diterapkan oleh Amerika
Serikat dan India. Kedua negara itu memberikan keringanan pajak terhadap
mobil listrik. Dari pengalaman yang sudah dilakukan negara lain, faktor
campur tangan pemerintah terutama soal insentif memang tak bisa dihindari.
Bagaimana strategi pelarangan penjualan mobil konvensional di dunia?
Inggris baru saja mengumumkan akan melarang penjualan mobil berbahan
bakar bensin dan diesel mulai pada 2040. Langkah itu diambil oleh
pemerintah Inggris guna mengurangi emisi dengan target pengurangan hingga
80 persen di tahun 2050. Upaya inggris ini bukan tanpa alasan. Menurut
laporan dari Vehicle Certification Agency Inggris, setiap tahunnya ada 29 ribu
kematian karena polusi partikel halus yang disebabkan oleh particulate
matter (PM) dari mobil bermotor terutama yang berbahan bakar minyak. PM
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan permasalahan pada pernafasan
dan kardiovaskular. Selain PM ada juga CO atau karbon monoksida yang
dapat memengaruhi aliran oksigen dalam darah sehingga dapat mengurangi
ketersediaan oksigen dalam tubuh. Selain itu, gas berbahaya dari mobil
bermotor juga ada hidrokarbon yang menyerang sistem pernapasan manusia.
Bahaya dari gas-gas ini menjadi salah satu faktor pendorong pemerintah
Inggris untuk segera mengurangi jumlah mobil bermotor berbahan bakar
minyak. Di sisi lain, pemerintah Inggris juga mendapat desakan dari para
pegiat lingkungan untuk segera mencari solusi soal polusi dari mobil
bermotor. Mobil di jalan raya Inggris adalah penyumbang 20 persen total
emisi CO2 yang disebut sebagai penyebab utama dari perubahan iklim.
Larangan penjualan mobil konvensional (berbahan bakar minyak) juga
dilakukan oleh Norwegia. Negara Skandinavia ini hanya akan menjual mobil-
mobil listrik, hidrogen atau plug-in hybrid pada tahun 2025. Sejak 1990an,
Norwegia sudah fokus dalam menanggulangi soal polusi, kemacetan, dan
kebisingan dari mobil bermotor. Perancis juga melakukan hal yang sama.
Pemerintah Perancis mengumumkan akan mengakhiri penjualan mobil
bermotor yang berbahan bakar bensin dan solar di tahun 2040. Sementara
Belanda berencana menetapkan larangan penjualan mobil berbahan bakar
bensin dan diesel pada 2025. Di Asia, ada India yang hanya akan
memperbolehkan penjualan mobil listrik di tahun 2030. Ini adalah salah satu
langkah India untuk mengurangi polusi udara. Polusi udara di India telah
menyebabkan setidaknya 1,2 juta orang meninggal setiap tahun. Langkah
pencegahan pun diambil salah satunya dengan mulai beralih ke mobil listrik.
Kondisi penjualan mobil listrik secara global
Secara global penjualan mobil listrik terus menunjukkan peningkatan. Dari 10
ribu unit di tahun 2010 menjadi lebih dari 550 unit pada 2015. Jumlah mobil
listrik yang melaju di ruas jalan raya pada tahun 2016 menginjak angka 2 juta
mobil dan naik 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan
pesat terjadi hingga tahun 2015, terdapat 1,26 juta mobil listrik baru yang
beredar di seluruh dunia. Meskipun jumlah 2 juta mobil listrik itu baru
mencapai 0,2 persen dari mobil yang ada di dunia, akan tetapi, adanya isu
lingkungan dapat mengubah jumlah tersebut di masa depan. Apalagi Cina dan
India, yang menjadi pasar terbesar mobil berbahan bakar minyak kini mulai
beralih ke mobil listrik serta keputusan beberapa negara untuk mulai beralih
ke mobil listrik. Pemerintah India memiliki ambisi untuk menjual mobil
listrik dan hybrid sebanyak 6 juta hingga 7 juta unit pada tahun 2020.
Sedangkan berambisi untuk mengaspalkan 5 juta mobil listrik di tahun 2020.
Sejauh ini Cina merupakan pasar mobil listrik terbesar, dengan 40 persen
mobil listrik yang terjual di dunia dan lebih dari dua kali liat jumlah yang
terjual di Amerika Serikat. Tidak dapat dipungkiri bahwa serapan pasar mobil
listrik saat ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan terkait lingkungan.
Produsen mobil listrik dunia
Dari sisi produsen, melihat adanya perubahan minat konsumen dari mobil
diesel ke mobil listrik serta penjualan mobil diesel yang menurun, produsen
mobil terbesar di dunia Volkswagen berencana meluncurkan empat jenis
mobil listrik dalam beberapa tahun ke depan. Mercedes-Benz juga akan
memperkenalkan 10 jenis mobil listrik terbaru untuk bersaing di pasar mobil
listrik. Sedangkan Tesla berusaha merebut hati konsumen dengan mulai
memproduksi Tesla Model 3 dan menjualnya dengan harga murah. Sehingga
tak menutup kemungkinan, di masa yang akan datang terjadi konversi mobil
listrik akan memimpin dan mobil diesel dan berbahan minyak akan mulai
dilupakan.

C. Dukungan Pemerintah Indonesia terhadap Mobil Listrik

Pemerintah sangat serius dalam mendorong berkembangnya industri


teknologi mobil listrik. Salah satu caranya yaitu dengan memberikan insentif
kepada industri dalam rangka percepatan program Kendaraan Berbasis Listrik
(KBL). Insentif yang dimaksud antara lain insentif bea masuk atas impor
KBL berbasis baterai yang disebut dengan completely knock down (CKD)
atau incompletely knock down (IKD) atau komponen utama untuk jumlah dan
jangka waktu tertentu. Insentif lain juga dapat berupa insentif Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah (PPABM) yakni pembebasan atau pengurangan pajak
pusat dan daerah, bea masuk importasi mesin, barang, dan bahan dalam
rangka penanaman modal, penangguhan bea masuk dalam rangka ekspor, dan
insentif bea masuk ditanggung pemerintah atas impor bahan baku dan bahan
penolong untuk proses produksi. Lebih lanjut, terdapat pula insentif untuk
pembuatan peralatan satuan pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU),
insentif pembiayaan ekspor, insentif fiskal untuk riset dan pengembangan,
tarif parkir, keringanan biaya pengisian listrik di SPKLU, dukungan
pembiayaan pembangunan SPKLU, sertifikasi kompetensi bagi SDM KBL
berbasis baterai, dan sertifikasi produk serta standar teknis bagi perusahaan
industri KBL berbasis baterai. Adapun insentif non-fiskal yang dapat
diberikan antara lain pengecualian dari pembatasan penggunaan jalan
tertentu, pelimpahan hak produksi atas teknologi terkait KBL berbasis listrik,
dan pembinaan keamanan operasional sektor industri. Terakhir, terdapat
insentif fiskal dan non-fiskal tambahan bagi industri KBL bermerek nasional.
Komitmen pemerintah dalam pengembangan mobil listrik
Dengan terbitnya Perpres No. 55/2019 tentang Percepatan Program Berbasis
Baterai untuk Transportasi Jalan tersebut, pemerintah berkomitmen dalam
pengembangan sistem energi transportasi yang mengarah pada kebijakan
kendaraan berbasis listrik (KBL). Yang mendasari komitmen pemerintah
untuk peralihan kendaraan konvensional ke listrik disebabkan oleh teknologi
baru atas energi transportasi untuk mengantisipasi proyeksi permintaan bahan
bakar minyak yang semakin besar. Dampak utama dari peralihan massal
transportasi jalan raya ke mobil listrik adalah terjadinya peningkatan
kebutuhan energi listrik dalam skala besar.
Strategi dukungan dari banyak pihak
Sebagai percepatan program KBL, diperlukan dukungan semua pihak agar
dapat mengurangi faktor penghambat yang menjadi pertimbangan preferensi
konsumen dalam memilih KBL, yaitu harga, perawatan, dan daya tahan
kendaraan serta kesiapan infrastruktur. Melalui fungsi pengawasan, DPR
dapat berperan untuk memastikan percepatan konversi kendaraan
konvensional ke KBL berjalan dengan baik yang didukung oleh kesiapan
infrastruktur pendukungnya. Selain itu DPR juga berperan memastikan
kinerja pemerintah dalam pemberian insentif bagi industri dan masyarakat
pengguna KBL secara tepat sasaran.
Pemacu penggunaan mobil listrik di Indonesia
Sebagai tindak lanjut khusus dari Perpres 55/2019, Peraturan Gubernur
(Pergub) Nomor 3 tahun 2020 tentang insentif pajak Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBN-KB) atas Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis
Baterai diharapkan memacu populasi kendaraan listrik di ibu kota. Karena
dengan adanya aturan tersebut, kini semua motor maupun mobil listrik murni
di wilayah DKI Jakarta tidak akan dikenakan pajak BBN 12,5 persen. Seperti
tertuang dalam Bab II Pasal ayat 2, seluruh kendaraan listrik berbasis baterai
tidak akan dikenakan pajak BBN. Manfaat lain khusus bagi yang memiliki
mobil listrik juga dipastikan akan terbebas dari kebijakan ganjil genap di
Jakarta.

D. Kebijakan-Kebijakan Pengembangan Mobil Listrik

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang dan Industri
(Kadin), beberapa faktor yang menjadi preferensi konsumen untuk beralih
dari kendaraan konvensional ke listrik antara lain adalah harga, perawatan,
daya tahan kendaraan dan kesiapan infrastruktur pendukung. Selisih harga
antara kendaraan konvensional dan listrik relatif sama. Apabila harga
keduanya relatif sama, maka pertimbangan ramah lingkungan dan irit bahan
bakar tidak menjadi faktor pertimbangan bagi konsumen dalam memiliki
mobil listrik.
Pemberian insentif untuk percepatan konversi mobil konvensional ke
listrik di Indonesia
Dalam percepatan konversi kendaraan konvensional ke KBL, perlu dukungan
dari pemerintah berupa pemberian insentif kepada masyarakat dan industri
KBL lokal. Kesiapan PLN dalam mendukung KBL dilakukan dengan
penyiapan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum
(SPKLU). Pemerintah melalui PLN memberikan insentif kepada masyarakat
berupa diskon tambah daya listrik sebesar 75% bagi pemilik motor listrik dan
diskon 100% atau gratis bagi pemilik mobil listrik, agar pemilik kendaraan
listrik bisa menggunakan station charging di rumahnya masing-masing tanpa
kendala daya listrik. Sebagai upaya sosialisasi KBL, Kementerian
Perhubungan berencana menyewa sekitar 100 unit yang akan dipergunakan
pada internal kementerian, yang akan diikuti oleh kementerian lain.
Pemberian insentif untuk percepatan konversi mobil konvensional ke
listrik di negara lain
Sebagai komparasi kebijakan KBL di negara lain, Pemerintah China telah
memberikan insentif berupa subsidi harga atas kendaraan-kendaraan tanpa
emisi. Besarnya subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah sebesar Rp133 juta
per unit. Selain insentif harga, Pemerintah China membebaskan PPN dan
registrasi. Di Belanda, kebijakan larangan penggunaan semua kendaraan
berbahan bakar bensin dan diesel diterapkan paling lambat tahun 2030.
Kebijakan tersebut diberlakukan secara bertahap sejak tahun 2020, yang
dimulai dengan kebijakan pelarangan penggunaan kendaraan diesel di
Amsterdam. Kemudian, pada tahun 2022, bus dan kereta diizinkan melalui
dalam kota jika memiliki mesin bertenaga listrik atau hidrogen.
Keberhasilan mobil listrik di banyak negara
Keberhasilan KBL di sejumlah negara telah dibuktikan dengan peningkatan
volume KBL dari tahun ke tahun. Pasokan mobil listrik untuk beberapa
negara di Eropa pada tahun 2015 mencapai 1,26 juta. Angka ini melebihi 100
kali dari perkiraan tahun 2010, yang menembus batas 1 juta mobil listrik di
jalan raya. Di sebagian besar wilayah Amerika Serikat, pada tahun 2015,
peningkatan volume KBL mencapai 34%. Sedangkan di Eropa, volume KBL
mencapai hampir sepertiga volume mobil di Eropa, di mana Belanda
merupakan penyumbang KBL terbesar di Eropa, yaitu sebesar 23% dari total
KBL di Eropa. Asia menyumbang 36%, yang mana pada tahun 2015 satu dari
empat mobil listrik berada di China, dan satu dari sepuluh berada di Jepang.
Pada tahun 2014-2015, kenaikan permintaan KBL tertinggi terjadi di China,
Korea, Inggris, Swedia, Norwegia, Belanda, dan Jerman.
E. Kelemahan Mobil Listrik Dibandingkan dengan Mobil Konvensional

(BBM)

Meskipun mobil listrik memliki banyak kelebihan, tetapi ia tidak hadir tanpa
kekurangan. Adapun untuk kelemahan yang pertama mengenai tempat
pengisian bahan bakar. Dalam hal ini mobil listrik dilengkapi baterai untuk
menyimpan daya dimana untuk saat ini stasiun tempat pengisian bahan bakar
masih minim. Kemudian faktor listrik yang tidak gratis. Tidak membeli BBM
bukan berarti pemilik mobil langsung terbebas dari berbagai tagihan. Sebab,
jika sudah memiliki mobil listrik maka harus berinvestasi untuk memperbesar
daya listrik rumah. Mengenai jarak dan kecepatan, mobil listrik saat ini masih
dibatasi oleh jarak tempuh dan kecepatannya. Sebagian besar mobil listrik
yang saat ini ada jangkauannya masih sekitar 160 km. Alhasil, mobil listrik
saat ini masih kurang pas digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Faktor
lainnya adalah waktu pengisian baterai yang lama. Jika mobil konvensional
hanya perlu mengisi BBM beberapa menit, namun hal itu tidak dengan mobil
listrik. Pengisian daya baterai bisa memakan waktu antara 4-6 jam hingga
penuh. Selain itu, mobil listrik tidak menimbulkan suara. Meski dianggap
mengurangi polusi suara, namun sebagaian orang saat ini masih menyukai
mobilnya mengeluarkan suara baik itu dari mesin atau knalpot. Namun karena
tak ada suara maka kasus yang banyak terjadi adalah kecelakaan. Kemudian
kebanyakan mobil listrik yang saat ini tersedia dimensinya masih kecil. Oleh
karena itu, mobil listrik dianggap belum pas jika digunakan untuk keluarga.
Mobil listrik ini juga hanya bisa dimiliki di daerah tertentu. Tentu saja, mobil
listrik saat ini bisa dinikmati di wilayah kota-kota besar karena sistem
kelistrikannya stabil. Sebab saat ini masih ada wilayah yang kondisi listriknya
masih kurang stabil. Dan yang terakhir, mobil listrik ini tergolong mahal.
Meski ramah lingkungan, namun pada kenyataanya masih ada sejumlah
pemerintah di berbagai negara belum memberikan insentif untuk menurunkan
pajak mobil lsitrik. Alhasil mobil listrik saat ini masih dianggap mahal.
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan essay yang telah kami tulis, dapat kami simpulkan beberapa hal
penting yaitu:
1. Mobil listrik sebagai upaya dalam pengurangan emisi gas rumah kaca yang
dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global.
2. Pelarangan penjualan mobil konvensional bertujuan untuk percepatan
konversi mobil konvensional ke mobil listrik.
3. Dukungan pemerintah Indonesia terhadap penggunaan mobil listrik salah satu
caranya yaitu dengan memberikan insentif kepada industri dalam rangka
percepatan program Kendaraan Berbasis Listrik (KBL).
4. Kebijakan-kebijakan pengembangan mobil listrik dapat dilakukan dengan
cara pemberian intensif. Insentif yang dimaksud antara lain insentif bea
masuk atas impor KBL, insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPABM), insentif mengenai segala satuan pengisian kendaraan listrik umum
(SPKLU), insentif pembiayaan ekspor, insentif fiskal untuk riset dan
pengembangan, sertifikasi kompetensi, sertifikasi produk serta standar teknis
bagi perusahaan industri KBL.
5. Mobil listrik tidak hadir tanpa kekurangan. Adapun kekurangan dari mobil
listrik diantaranya adalah minimnya tempat pengisian bahan bakar, listrik
tidak gratis, jarak dan kecepatan terbatas, waktu pengisian baterai lama, tidak
adanya suara yang sering menimbulkan terjadinya kecelakaan, dimensi mobil
kecil, dan hanya bisa dimiliki di daerah tertentu, serta harganya yang relatif
mahal.
REFERENSI

Aziz, M., dkk. 2020. Studi Analisis Perkembangan Teknologi dan Dukungan
Pemerintah Indonesia Terkait Mobil Listrik. Jurnal Teknik Elektro, 22(1):
45-55.
Parinduri, L., Yusmartato, & P. Taufik. 2018. Kontribusi Konversi Mobil
Konvensional ke Mobil Listrik dalam Penanggulangan Pemanasan Global.
Journal of Electrical Technology, 3(2): 116-120.
Wirabrata, A. 2019. Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik di
Indonesia. Jurnal Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, 9(14): 19-24.
COVER BELAKANG

Anda mungkin juga menyukai