Disusun oleh :
1. Maulana Daffa Ega Permana (222303101008)
2. Khoiriyah Agustina (222303101015)
3. Mohammad Rico (222303101023)
4. Azzahra Mestika (222303101031)
5. Saidah Nafisah (222303101033)
6. Amanda Novita (222303101091)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Kemajuan
Teknologi Dalam Bidang Transportasi” dalam makalah ini. Dengan harapan
dari makalah ini dapat memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah yang
timbul akibat penggunaan kendaraan mobil berbahan bakar minyak bumi.
Tidak hanya itu dengan adanya teknologi baru ini dapat menjadi inovasi baru
dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
1.3. Tujuan
Adapun beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini
antara lain:
1. Mengetahui perkembangan transportasi mobil yang ada di Dunia
2. Mengetahui perkembangan transportasi mobil yang ada di Indonesia
3. Mengetahui efektivitas penggunaan transportasi mobil berbahan listrik
4. Mengetahui dampak negatif dari penggunaan transportasi mobil berbahan
listrik
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Metode
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Soendari,
2010). Dalam pendidikan, penelitian deskriptif lebih berfungsi untuk
pemecahan praktis dari pada pengembangan ilmu pengetahuan. Peneliti
berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya,
kemudian menggambarkan atau melukiskannya sebagaimana adanya,
sehingga pemanfaatan temuan penelitian ini berlaku pada saat itu pula yang
belum tentu relevan bila digunakan untuk waktu yang ditentukan.
2.2. Transportasi Mobil Berbahan Listrik di Dunia
Inovasi penggunaan mobil listrik pertama kali diperkenalkan pada tahun
1828 dan diproduksi pertama kali pada tahun 1884. Saat itu mobil listrik lebih
populer, namun mobil berbahan bakar minyak berpeluang menguasai pasar
karena rendahnya harga minyak dunia. Mobil listrik sempat dilupakan dan
ditinggalkan hingga tahun 1996 ketika General Motors meluncurkan konsep
EV1 yang sangat populer dan menjadi salah satu momen kebangkitan mobil
listrik. Kesuksesan General Motors mendorong produsen mobil besar lainnya
terjun ke ranah EV dengan keunggulannya, antara lain Ford, Toyota, dan
Honda. (Adriana et al., 2017)
Sumber energi utama mobil listrik adalah baterai. Namun saat ini,
menggunakan baterai dan bahan bakar minyak secara bersamaan untuk
menggerakkan mobil sudah lebih maju. Konsep ini lebih dikenal dengan
hybrid. Secara umum, kita mengenal dua jenis utama kendaraan listrik, yaitu
Battery Electric Vehicle (BEV) dan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV).
Mobil listrik BEV dapat menempuh jarak 100 hingga 250 kilometer
dengan sekali pengisian daya, hanya mengandalkan energi yang tersimpan di
baterainya. Pada kategori yang lebih tinggi, jaraknya bisa lebih jauh, hingga
300-500 km. Jarak tempuh ini juga dipengaruhi oleh kondisi dan gaya
berkendara pengemudi, kondisi jalan, iklim, dan jenis baterai. Karena mobil
listrik tipe BEV hanya bergantung pada energi yang disimpan dalam baterai,
5
maka tidak menghasilkan emisi apapun seperti karbondioksida (CO2) atau
polutan lainnya seperti logam berat yaitu timbal (Pb).
Baterai merupakan teknologi kunci untuk meningkatkan performa
kendaraan listrik, terutama dalam hal jarak tempuh. Dengan teknologi terkini,
data teknis baterai menentukan apakah kendaraan listrik dapat dikembangkan
agar tahan lama. Teknologi baterai saat ini sedang diteliti dan dikembangkan
untuk menghasilkan baterai yang mampu menyuplai kebutuhan energi
kendaraan sejauh 320 hingga 563 mil dalam sekali pengisian daya. (Kumara,
2008)
2.3. Transportasi Mobil Berbahan Listrik di Indonesia
Pemerintah sangat serius menggalakkan pengembangan industri
teknologi mobil listrik. Salah satunya dengan memberikan insentif kepada
industri untuk mempercepat program kendaraan listrik (KBL) atau kendaraan
berbasis baterai. Demikian Perpres No 55 Tahun 2019 tentang Percepatan
Program KBL Berbasis Baterai untuk Angkutan Jalan. Insentif bukan pajak
yang dapat diberikan antara lain pembebasan pembatasan penggunaan jalan
tertentu, pengalihan hak produksi teknologi terkait KBL berbasis listrik, dan
dukungan keandalan industri. Terakhir, ada insentif pajak dan bukan pajak
bagi industri KBL nasional. (Aziz et al., 2020)
Perpres No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Berbasis Baterai
untuk Angkutan Jalan, pemerintah berkomitmen untuk mengembangkan
sistem energi transportasi yang dituangkan dalam Kebijakan Kendaraan
Listrik (KBL). Janji pemerintah untuk beralih dari kendaraan konvensional ke
KBL adalah karena teknologi energi transportasi baru yang mengantisipasi
permintaan minyak pemanas yang diproyeksikan. Dampak terbesar dari
konversi massal lalu lintas jalan raya ke mobil listrik adalah kebutuhan energi
listrik yang meningkat tajam. Untuk mempercepat program KBL, diperlukan
dukungan semua pihak untuk mengurangi faktor penghambat yang menjadi
pertimbangan preferensi konsumen dalam memilih KBL.
Sebagai tindak lanjut khusus Perpres 55 Tahun 2019, Peraturan Gubernur
(Pergub) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Keringanan Pajak Biaya Transmisi
Otomotif (BBN-KB) Untuk Kendaraan Bermotor Listrik Baterai diharapkan
mampu memukau masyarakat otomotif di Tanah Air. modal . Karena dengan
6
peraturan ini, semua sepeda motor dan mobil listrik murni di wilayah DKI
Jakarta (contoh penerapan daerah) tidak akan dikenakan pajak BBN 12,5
persen. Ya, menurut Bab II Pasal 2, semua kendaraan listrik baterai tidak
dikenakan pajak bahan bakar nabati. Keuntungan lain yang istimewa bagi
pemilik mobil listrik adalah tidak ada kebijakan aneh di Jakarta.
2.4. Efektivitas Penggunaan Transportasi Mobil Berbahan Listrik
Efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan (kuantitas, kualitas dan
waktu) telah tercapai. Semakin tinggi persentase tujuan yang dicapai, semakin
tinggi efisiensinya (Hidayat, 1986). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
efektif berarti kemampuan memperoleh hasil; dan berhasil digunakan.
Efektivitas adalah keadaan yang membutuhkan efek yang diinginkan untuk
terjadi (The Liang Gie, 1997).
Berikut ini di sampaikan keunggulan mobil listrik adalah:
a. Seratus persen Bebas Emisi Mobil listrik memiliki emisi gas buang
karbondioksida yang jauh lebih rendah dibanding mobil berbahan bakar
konvensional lain.
b. Hemat Energi Mobil listrik jauh lebih murah dan hemat energi yaitu 48%
dibangdingkan mobil berbahan bakar konvensional yang mencapai
efisiensi sekitar 25% dan rata-rata mobil listrik memerlukan biaya isi ulang
1 sen per mil dibandingkan dengan mobil yang memakai bahan bakar yang
membutuhkan 6 sen per mil.
c. Keamanan Faktor jaminan keamanan mobil listrik baik karena tidak
melibatkan bahan bakar minyak yang dapat sewaktu-waktu terbakar atau
meledak jika menabrak sesuatu.
d. Perawatan Murah Mobil Listrik memiliki biaya pemeliharaan jauh lebih
murah karena tak mempunyai ratusan komponen dalam motornya seperti
mobil kenvensional. Selain itu, mobil listrik juga bisa dicuci “jangan
pernah berpikir mobil listrik sangat berbahaya jika terkena air”, mobil
tersebut dirancang sedemikian rupa agar bisa melibas air seperti ketika
dicuci, hujan, dan lainnya.
e. Nyaman Dikemudikan Mobil listrik sama sekali tidak menimbulkan suara
bising ketika dijalankan ketimbang mobil bensin. Mobil listrik juga
memiliki torsi yang cukup besar sehingga dari segi performa juga cukup
7
mumpuni. (Laporan BLST IPB, 2016; Syaiful dan Elvira Y, 2017; Syaiful,
2017).
Faktor muatan baterai penting untuk mobil listrik. Pengisian daya juga bisa
dilakukan dengan pengereman regeneratif. Daya pengereman regeneratif
dapat meningkat dari ratusan watt menjadi kilowatt pada kendaraan kecil.
Penting juga untuk menghormati batas keamanan untuk memastikan
pengoperasian baterai yang aman. Pengereman mekanis biasanya digunakan
dalam pengereman regeneratif mobil listrik sebagai tindakan pelengkap dan
aman. Pengereman regeneratif juga bertujuan untuk menghemat energi yang
hilang. (Tulus Pangapoi Sidabutar, 2020)
Menggunakan mobil listrik lebih murah. Harga satu liter bensin pearlite
adalah Rp 7500/liter yang dapat menghasilkan sekitar 3 kWh atau Rp.
1.500/kWh. Energi ini diubah menjadi energi mekanik sebagai gaya
penggerak. Sedangkan harga listrik PLN 6.100 VA adalah Rp 1.467,28/kWh,
tidak jauh berbeda dengan mesin bakar. Dari segi biaya, selisih yang kecil ini
tidak berdampak signifikan, namun dari segi ketersediaan jangka panjang,
listrik dari grid lebih aman karena dapat dihasilkan dari berbagai sumber
energi, termasuk energi nuklir. Konversi sistem transportasi menjadi
kendaraan listrik memiliki banyak dampak positif.
2.5. Dampak Negatif Penggunaan Transportasi Mobil Berbahan Listrik
Meski memiliki beberapa keunggulan, ternyata teknologi mobil listrik juga
memiliki banyak kelemahan atau kekurangan. Kelemahan-kelemahan ini bisa
dikelompokkan dalam 3 kategori utama, yakni : biaya operasional,
kelengkapan infrastruktur, performansi atau daya tempuh.
Dalam kategori biaya operasional, mobil listrik bisa mahal karena tiga
alasan yaitu; baterai (Waktu pengisian baterai masih lama, butuh 4-6 jam
untuk mengisi penuh dalam perjalanan 160 km, meskipun ada juga mobil
listrik dengan kapasitas baterai 38,3 kWh dan dapat diisi ulang hingga 80%
hanya dalam waktu 57 menit, disebut fast-charging atau pengisian cepat (50
kW) dengan jangkauan 373 km, daya listrik rumah tangga dan pajak jalan
untuk mobil listrik. (Liun, 2018)
Dengan kelengkapan infrastruktur yaitu kurangnya SPBU umum untuk
mobil listrik, dan karena kebutuhan listrik yang cukup tinggi, hanya dapat
8
digunakan dari tempat-tempat tertentu, terutama di kota-kota besar yang
jaringan listriknya lebih stabil. Sementara itu, dalam hal performa dan
efisiensi berkendaran bersifat trade-off. Di sisi lain, dimensinya yang kecil
membuat mobil listrik lebih dinamis, namun hanya cukup untuk dua
penumpang (tidak cocok untuk mobil keluarga). Sebaliknya, jika itu adalah
kendaraan penumpang (misalnya SUV yang berjalan dengan tenaga listrik
murni), dapat menempuh jarak hingga 405 km dengan baterai penuh, namun
harganya masih belum terjangkau untuk masyarakat umum.
9
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Penggunaan kendaraan mobil yang berbahan bakar minyak bumi dapat
menimbulkan beberapa masalah antara lain meningkatkan polusi udara berupa
racun dalam bentuk radikal bebas, menyebabkan hujan asam, menyebabkan
pencemaran lingkungan tanah dan air, berefek pada pemanasan global, dan
mempengaruhi perubahan iklim yang ekstrem. Beberapa permasalahan yang
menimbulkan penurunan kualitas udara adalah peningkatan penggunaan
kendaraan berbahan bakar minyak bumi dan konsumsi energi di kota-kota, jika
tidak dikendalikan akan memperparah pencemaran udara, kemacetan, dan dampak
perubahan iklim yang menimbulkan kerugian kesehatan, produktivitas, dan
ekonomi bagi negara.
Oleh karena itu dengan adanya inovasi Program Kendaraan Listrik (KBL)
ini diharapkan mampu mengurangi permasalahan yang timbul. Pemerintah sangat
serius menggalakkan pengembangan industri teknologi mobil listrik. Sebagaimana
tercantum pada Perpres No 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program KBL
Berbasis Baterai untuk Angkutan Jalan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, M., B.P, A. A., & Masrianor, M. (2017). Rancang Bangun Rangka
(Chasis) Mobil Listrik Roda Tiga Kapasitas Satu Orang. Jurnal Elemen,
4(2), 129. https://doi.org/10.34128/je.v4i2.64
Aziz, M., Marcellino, Y., Rizki, I. A., Ikhwanuddin, S. A., & Simatupang, J. W.
(2020). Studi Analisis Perkembangan Teknologi Dan Dukungan Pemerintah
Indonesia Terkait Mobil Listrik. TESLA: Jurnal Teknik Elektro, 22(1), 45.
https://doi.org/10.24912/tesla.v22i1.7898
11