Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PEMBANGUNAN JALAN TOL KLBM JAWA TIMUR

( URL : https://m.youtube.com/watch?v=CBm4jTmbyc0 )

Dosen Pengampu
Eni Rustianingsih, ST. MT. Dr
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Sendy Putri S. 192020100016
2. Inge Putri Bella 192020100035
3. Kiki Hariyanti 192020100038
4. Eva Ilifiyah Ikhtiarini 192020100041
5. Salsa Rahma 192020100063
6. Eric Kartika Sari 192020100071
7. Alvina Dea Ervinda 192020100076
8. Nailul Isnaini A. 192020100094
9. Muhammad Azzam T. 192020100099
10. Amallia Khaula Yukiza 192020100100
11. Septyan Aditya Hermanto 192020100105

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS BISNIS, HUKUM, DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2022
1

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Atas rahmat dan
karunainya kami dapat menyelesaikan tugas Analisis Pembangunan mata kuliah
Perencanaan Pembangunan dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan sebagai penyelesaian tugas kelompok dari
mata kuliah Perencanaan Pembangunan dengan judul Analisis Pembangunan
Jalan Tol KLBM. Dalam makalah ini kami menganalisis pembangunan jalan tol
KLBM menggunakan empat perspektif Balanced Scorecard.
Kami juga berterimakasih kepada para orangtua, sahabat, teman, dan
narasumber yang sudah mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan
tugas ini.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami
membutuhkan saran dan kritik konstruksif demi perbaikan makalah ini di masa
mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memenuhi
harapan berbagai pihak khususnya harapan dosen pengampu Ibu Eni
Rustianingsih, ST. MT. Dr.

Sidoarjo, 09 Januari 2021

Tim Penyusun
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1. Latar Belakang........................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................5

1.3. Tujuan......................................................................................................5

1.4. Manfaat....................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7

2.1.Balanced Scorecard (BSC)..........................................................................7

2.1.1.Sejarah.............................................................................................................7

2.1.2.Definisi.............................................................................................................8

2.2.Tujuan Balanced Scorecard (BSC).............................................................8

2.3.Kerangka Kerja Balanced Scorecard (BSC)..............................................9

BAB III..................................................................................................................10

PEMBAHASAN...................................................................................................10

3.1. Pengukuran Terhadap Empat Perspektif...........................................10

3.1.1.Perspektif Finansial/Keuangan....................................................................10

3.1.2.Perspektif Pelanggan.....................................................................................11

3.1.3.Perspektif Proses Bisnis Internal.................................................................14

3.1.4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan...............................................16

BAB IV..................................................................................................................17

PENUTUP.............................................................................................................17
3

4.1. Kesimpulan............................................................................................17

4.2. Saran.......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini kita dihadapkan pada perkembangan dunia yang bergerak
cepat. Perkembangan dibidang teknologi, terutama dalam hal informasi dan
komunikasi mengharuskan segala hal dapat dilakukan secara cepat dan tepat,
terutama dalam hal perekonomian, segala sesuatunya harus mengikuti
perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut harus diantipasi untuk menghadapi
persaingan, di mana terjadinya suatu perdagangan bebas, tidak ada lagi batas
perdagangan antar negara dan juga keberhasilan sutau perdagangan tergantung
oleh kekuatan pasar. Oleh karena itu, banyak perusahaan di dunia ini sedang
melakukan adaptasi dalam struktur serta sistem organisasi sesuai dengan
perubahan-perubahan yang terjadi. Selain itu, perubahan lingkungan usaha
seperti adanya deregulasi dan pencabutan proteksi oleh pemerintah,
menyebabkan perusahaan dalam industry yang terkait harus benar-benar
bersaing dalam hal efisiensi, inovatif, penetapan harga, pengembangan usaha
dan sebagainya (http://www.seputarindonesia.com/forum/manajemen).
Dalam era informasi dan komunikasi ini, perusahaan harus
mengorientasikan misi perusahaan ke arah kepuasan pelanggan yang semakin
well informed, penyerahan tepat waktu, pelayanan purna jual yang sempurna
serta melontarkan produk baru, mendorong banyak perusahaan untuk berusaha
meningkatkan keuanggulan daya saing mereka (http://www.kompas.com/3).
Balanced Scorecard (BSC) merupakan sebuah strategi analisis yang saat
ini sering digunakan dalam mengukur kinerja sebagai upaya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Dalam pembangunan, metode analisis
menggunakan BSC dilakukan untuk mengidentifikasi, mengkomunikasikan,
serta mengimplementasikan rencana dan kebijakan pembangunan. Pada studi
kasus kali ini, kami memilih topik analisis Jalan Tol Krian–Legundi–Bunder–
Manyar (disingkat Jalan Tol KLBM). Proyek yang baru saja diresmikan
November 2020 ini menarik untuk dianalisis karena merupakan jalan
penghubung Sidoarjo-Gresik-Surabaya yang merupakan tiga wilayah dengan
5

peluang bisnis yang besar di Propinsi Jawa Timur. Jalan Tol KLBM
adalah jalan tol yang membentang sepanjang 38,39 kilometer yang
menghubungkan daerah Krian, Kabupaten
Sidoarjo dengan Manyar, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Jalan tol
ini terhubung dengan rencana Jalan Tol Tuban-Gresik di sebelah utara
serta Jalan Tol Surabaya-Mojokerto dan kawasan industri Krian di selatan.
Jalan tol ini melintasi wilayah Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.
Jalan Tol KLBM merupakan jalan tol yang menghubungkan antar kawasan
industri utama di wilayah penyangga utama Kota Surabaya, yaitu Sidoarjo dan
Gresik.

1.2. Rumusan Masalah


Dengan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan secara garis
besar yang selanjutnya menajdi acuan analisis ini sehingga rumusan masalah yang
ada yaitu:
1. Bagaimanakah pembangunan jalan tol KLBM jika dianalisis
menggunakan empat perspektif Balance Scorecard?

1.3. Tujuan
Merujuk pada permasalahan di atas didapat beberapa tujuan yang akan
diwujudkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas dalam pembangunan jalan
tol KLBM dengan menggunakan empat perspektif Balance Scorecard.

1.4. Manfaat
1. Secara Teoritis
Dari segi keilmuan pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dampak positif dan nilai tambah secara akademik.
2. Secara Praktis
a. Akademisi
6

Sebagai bentuk penerapan atau aplikasi dari ilmu pengetahuan yang


telah diperoleh selama proses pembelajaran serta berbagai bahan
referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
b. Masyarakat
Dapat digunakan sebagai referensi tentang perencanaan pembangunan
dalam studi kasus pada pembangunan jalan tol KLBM.
c. Pemerintah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dinas-dinas
pendapatan daerah terutama di daerah sepanjang jalan tol KLBM.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Balanced Scorecard (BSC)


2.1.1.Sejarah
Sistem pengukuran kinerja sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh
mana perusahaan telah berhasil mencapai tujuannya melalui strategi yang telah
ditetapkan. Menurut Kaplan dan Norton (2000, P19) system pengukuran ini
sangat penting sehingga mereka mengasumsikan “Jika anda tidak dapat
mengukurnya, anda akan menemui kesulitan untuk mengelolanya. “Jadi untuk
mengetahui berhasil atau tidaknya strategi perusahaan, maka diperlukan suatu
system pengukuran kinerja yang tepat sebagai alat bagi manajemen dalam
mengevaluasi kinerjanya.
Balanced Scorecard (BSC) merupakan konsep manajemen yang
diperkenalkan Robert Kaplan pada tahun 1992, sebagai perkembangan dari
konsep pengukuran kinerja (Perfomance Measurement) yang mengukur kinerja
perusahaan. Kaplan mempertajam konsep pengukuran kinerja dengan menentukan
suatu pendekatan efektif yang “seimbang (balanced)” dalam mengukur kinerja
perusahaan. Pendekatan tersebut berdasarkan empat perspektif, yaitu : Finansial
pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Awal mula konsep BSC mulai membumi adalah peranan teknologi dalam
menganalisis kemajuan konsep. BSC menjabarkan visi dan strategi perusahaan
kedalam suatu kumpulan yang koheren dan melekat dari tolak ukur kinerja.
Dalam perkembangannya, BSC kemudian dikembangkan untuk menghubungkan
tolok ukur bisnis dengan strategi perusahaan. Pada pertengahan 1993, perusahaan
konsultan yang dipimpin David. P. Norton, Renaissance Nasution, Inc,
menerapkan BSC untuk menejermahkan dan mengimplementasikan strategi
diberbagai perusahaan kliennya. Keberhasilan pemanfaatan BSC sangat pesat
8

sehingga BSC tidak hanya digunakan untuk system pengukuran kinerja tetapi juga
dapat dipakai sebagai system manajemen strategis.
2.1.2.Definisi
Berdasarkan Mulyadi (2001, P 1-2), Balanced Scorecard terdiri dari dua
kata : kartu skor (Scorecard) dan berimbang (Balanced). Kartu Skor adalah kartu
yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu Skor juga
dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personil
di masa depan. Kata berimbang dimaksudkan bahwa kinerja personil diukur
secara berimbang dari dua aspek, yaitu : Keuangan dan Non Keuangan, jangka
pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
Balanced Scorecard terdiri atas tolok ukur keuangan yang menunjukkan
hasil dari tindakan yan diambil sebagaimana ditunjukkan pada tiga perspektif
tolok ukur operasional lainnya yaitu : kepuasan pelanggan, proses internal dan
kemampuan berorganisasi untuk belajar dan melakukan perbaikan.
Membuat suatu Balanced Scorecard harus dimulai dari penerjemahan
strategi dan misi perusahaan ke dalam sasaran dan tolok ukur yang spesifik.
Dalam perkembangannya, Balanced Scorecard kemudian dikembangkan untuk
menghubungkan tolok ukur bisnis dengan strategi perusahaan. Menurut Kaplan
dan Norton (2000, p22), Balanced Scorecard merupakan suatu kerangka
manajemen yang menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan
ukuran, yang tersusun ke dalam empat perspektif yang terdiri dari finansial,
pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Balanced Scorecard tidak saja digunakan sebagai kinerja namun
berkembang lebih lanjut sebagai system manajemen strategi (Yuwono et
el ,2002 ,p3-p4).
2.2.Tujuan Balanced Scorecard (BSC)
Tujuan utama BSC sendiri adalah untuk mengidentifikasi,
mengkomunikasikan, serta mengimplementasikan strategi perusahaan diseluruh
lapisan perusahaan (Kaplan & Norton, 1992, 1996).
9

2.3.Kerangka Kerja Balanced Scorecard (BSC)

FINANSIAL

Untuk berhasil secara


finansial, apa yang harus
kita perlihatkan kepada

PELANGGAN PROSES BISNIS


INTERNAL
VISI DAN
Untuk mewujudkan visi, STRATEGI Untuk menyenangkan
apa yang harus kita para pemenang saham
perlihatkan kepada para dan pelanggan kita,
pelanggan kita. proses bisnis apa yang

PEMBELAJARAN
DAN
PERTUMBUHAN

Untuk mewujudkan visi


kita, bagaimana kita
memelihara kemampuan

Gambar 2.3 Model Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton)


10

BAB III
PEMBAHASAN

1.
2.
3.
d.
e.
3.1. Pengukuran Terhadap Empat Perspektif
3.1.1.Perspektif Finansial/Keuangan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki peran yang cukup signifikan
dalam menentukan kemampuan daerah untuk melakukan aktivitas pemerintahan
dan program-program pembangunan. Dana untuk pembiayaan pembangunan
daerah terutama digali dari sumber kemampuan sendiri dengan prinsip
peningkatan kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan kata lain,
pemerintah daerah dipacu untuk meningkatkan kemampuan seoptimal mungkin
didalam membelanjai urusan rumah tangga sendiri, dengan cara menggali segala
sumber dana potensial yang ada di derah.
Sumber penerimaan (PAD) yang dimaksud adalah pajak daerah, retribusi
daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dari dinas-dinas dan penerimaan lain-
lain, juga penerimaan dari bagi hasil bukan pajak, sumbangan dan bantuan baik
pemerintah pusat maupun dari pemerintah Provinsi sebagai atasannya serta
penerimaan pembangunan berupa pinjaman yang nantinya akan dikaitkan dengan
kemampuannya untuk melaksanakan otonomi daerah.
Pembangunan jalan tol KLBM sepanjang 38,9 kilometer untuk
mendukung peningkatan dan pemerataan perekonomian nasional serta
memudahkan aksesibilitas atau mobilisasi kendaraan logistik ke kawasan industri
Java Integrated Industrial and Ports Estate  yang terlihat cukup baik untuk
meningkatkan kontribusi penerimaan PAD dan sekaligus memperbesar
kontribusinya terhadap pembangunan jalan Tol Krian - Legundi - Bunder -
Manyar (KLBM).
11

Jalan Tol Krian - Legundi - Bunder - Manyar (KLBM) memiliki total


panjang yaitu 38,40 Km. Kehadiran salah satu pendukung konektivitas di Jawa
Timur ini nantinya akan memberikan dukungan kelancaran aktivitas berkendara
masyarakat di wilayah Kabupaten Sidoarjo hingga Kabupaten Gresik. Jalan tol ini
menjadi akses pendukung peningkatan perekonomian bagi kelancaran logistik,
barang dan jasa di wilayah Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik, serta
kawasan industri Krian di selatan.
Jalan Tol Krian - Legundi - Bunder - Manyar dikelola oleh Badan Usaha
Jalan Tol (BUJT) PT Waskita Bumi Wira nantinya memberikan dukungan ke
daerah pariwisata di wilayah Jawa Timur sehingga dapat memberi kemudahan
akses kendaraan bagi para wisatawan yang datang untuk menikmati setiap
pariwisata yang ada. Selain mengurai kepadatan lalu lintas di daerah Legundi -
Gresik, tol ini juga memberikan dukungan terhadap kawasan perindustrian utama
di wilayah penyangga utama Kota Surabaya.

3.1.2.Perspektif Pelanggan
Perspektif Pelanggan adalah perspektif kedua yang digunakan pada
balanced scorecard dan berkaitan erat dengan cara perusahaan melayani
pelanggan. Dalam hal ini, setiap pelanggan harus diperlakukan dengan layak
sehingga pelanggan mendapatkan rasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan. Adanya pelayanan yang baik akan membantu meningkatkan loyalitas
konsumen kepada perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan memberikan
pelayanan yang buruk, pasti konsumen mencari perusahan lain yang memiliki
sistem atau pelayanan yang lebih baik. Perspektif Pelanggan juga berkaitan erat
dengan cara perusahaan melayani pelanggan. Dalam hal ini, setiap pelanggan
harus diperlakukan secara layak. Dengan begitu, mereka merasa puas atas
pelayanan yang diberikan. Perspektif pelanggan juga difokuskan pada bagaimana
organisasi tersebut memerhatikan dan memberikan pelayanan kepada
pelanggannya agar berhasil dalam mencapai target perusahaan. Mengetahui
pelanggan dan harapannya saja tidaklah cukup. Suatu organisasi juga harus
memberi insentif kepada manajer dan karyawan agar mereka lebih bersemangat
untuk melayani serta memenuhi harapan pelanggan. Selain berkeinginan untuk
12

memuaskan pelanggan pada perspektif pelanggan, para manajer bisnis tersebut


juga harus mewujudkan pernyataan misi dan strategi ke dalam tujuan yang
disesuaikan dengan pasar dan pelanggan yang dituju. Adanya pelayanan yang
bagus tentu akan meningkatkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan.
Sebaliknya, apabila pelayanannya buruk, konsumen pasti mencari perusahaan lain
yang memiliki sistem yang lebih bagus.
Pada indikator perspektif pelanggan kami menganalisis dari segi
pelayanan yang diberikan dengan menggunakan indikator sebagai berikut :
1. Mutu dan kualitas
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2005 tentang jalan tol pada pasal 6 disebutkan bahwa spesifikasi dari
jalan tol sebagai berikut :
a. Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau
dengan prasarana transportasi lainya
b. Jumlah jalan masuk dan keluar ke dan dari jalan keluar harus
terkendali secara penuh 9
c. Jarak antar simpang susun, paling rendah 5 km untuk jalan tol luar
perkotaan dan paling rendah 2 km untuk jalan tol dalam perkotaan
d. Jumlah lajur sekurang-kurangnya dua lajur per arah
e. Menggunakan pemisah atau median
f. Lebar bahu jalan sebelah harus dapat dipergunakan sebagai lalu-
lintas sementara dalam keadaan darurat.
2. Kemudahan Prosedur Transaksi dan Pembayaran
Gerbang tol memiliki berbagai macam sistem pengumpulan atau
pembayaran tol. Ada 2 sistem pembayaran yang hingga saat ini
diterapakan di gerbang-gerbang tol Indonesia, seperti Gardu Tol
Otomatis (GTO) dan On Board Unit (OBU).
3. Hubungan dan Komunikasi dengan Pelanggan
Membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan pelanggan
merupakan satu hal yang penting dalam menjalankan sebuah usaha.
Sebagai pemilik usaha, tentunya harus mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh konsumen/pelanggan. Hubungan yang baik terhadap
13

pelanggan dapat membantu untuk mengetahui keluhan, kepuasan dan


kebutuhan mereka. Tentunya menjaga hubungan dengan konsumen
saat ini memberikan keuntungan lebih besar daripada mencari
pelanggan baru. Jadi pentingnya komunikasi yang efektif dengan
pelanggan itu penting dan kemampuan komunikasi yang baik
merupakan dasar utama untuk menumbuhkan bisnis.

4. Kualitas Pelayanan dan Fasilitas


Karakteristik fasilitas pelayanan dapat dilihat dari tiga hal, yaitu tata
letak (lay out) secara fisik dari sistem antrian, disiplin antrian, waktu
pelayanan.
5. Pandangan Pelanggan terhadap Pembangunan Tol
Jalan Tol Krian - Legundi - Bunder - Manyar (KLBM) memiliki total
panjang yaitu 38,40 Km. Kehadiran salah satu pendukung konektivitas
di Jawa Timur ini nantinya akan memberikan dukungan kelancaran
aktivitas berkendara masyarakat di wilayah Kabupaten Sidoarjo hingga
Kabupaten Gresik. Jalan Tol Krian - Legundi - Bunder - Manyar
memiliki 4 seksi, yaitu Seksi 1 Krian—Kademean Mengganti
sepanjang (9,77 km) dengan progres konstruksi telah mencapai
99,89%, Seksi 2 Kademean Mengganti—Boboh (8,83 km) progres
konstruksi telah mencapai 100%. Kemudian Seksi 3 Boboh—Bunder
(10,40 km) progres konstruksi telah mencapai 100%, dan Seksi 4 ruas
Bunder—Manyar (9,40 km) menyusul untuk segera dilakukan
konstruksinya. Jalan tol ini merupakan bagian dari Jalan Tol Non
Trans Jawa dan nantinya akan terhubung dengan Jalan Tol Surabaya-
Mojokerto. Jalan tol ini menjadi akses pendukung peningkatan
perekonomian bagi kelancaran logistik, barang dan jasa di wilayah
Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik, serta kawasan industri
Krian di selatan. Jalan Tol Krian - Legundi - Bunder - Manyar dikelola
oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Waskita Bumi Wira nantinya
memberikan dukungan ke daerah pariwisata di wilayah Jawa Timur.
14

Menurut pandangan masyarakat sendiri terhadap pembangunan jalan


Tol KLBM ini memberikan kemudahan akses untuk kendaraan bagi
para wisatawan yang datang untuk menikmati setiap pariwisata yang
ada. Selain mengurai kepadatan lalu lintas di daerah Legundi - Gresik,
tol ini juga memberikan dukungan terhadap kawasan perindustrian
utama di wilayah penyangga utama Kota Surabaya.

6. Sistem Antrian Gerbang Tol


Antrian kendaraan merupakan hal yang sering ditemui pada setiap
pintu masuk dan pintu keluar gerbang tol. Antrian terjadi disebabkan
oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan kapasitas
pelayanan atau fasilitas layanan, sehingga pengguna fasilitas tidak bisa
segera mendapat layanan disebabkan kesibukan layanan. Analisis
mengenai performansi gerbang tol ditujukan untuk mengetahui berapa
banyak pintu layanan tol yang dibutuhkan agar panjang antrian yang
ditimbulkan terutama di jam-jam sibuk pada pagi dan sore hari serta
pada saat weekend tidak melampaui batas antrian sehingga tidak
terjadi antrian yang panjang pada pintu tol.

3.1.3.Perspektif Proses Bisnis Internal


Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua
aktivitas yang dilakukan oleh organisasi baik tingkatan manajer maupun karyawan
untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi
customer dan juga para pemegang saham. Dalam hal ini perusahaan berfokus pada
tiga proses bisnis utama yaitu: proses inovasi, proses operasi, dan proses pasca
proses pendidikan.
a. Proses Inovasi
Data volume lalu lintas jalan tol Krian-Legundi-BunderManyar pada bab
merupakan jumlah kendaraan yang keluar dan masuk jalan tol, sehingga harus
dilakukan penentuan proporsi kendaraan tiap golongan agar dapat diketahui
berapa kendaraan tiap golongan yang keluar dan masuk tol Krian-Legundi
15

Bunder-Manyar.Setelah didapatkan matriks arus jam puncak, selanjutnya


dilakukan analisis distribusi kendaraan ke gerbang tol untuk mendapatkan
jumlah kendaraan yang masuk dan keluar gerbang tol Krian – Manyar.
Distribusi kendaraan ini dilakukan dengan cara memasukkan jumlah
kendaraan yang didapat dari matriks arus jam puncak pada perhitungan
sebelumnya. Jumlah kendaraan masuk dan keluar gerbang tol didapat dengan
cara melakukan penjumlah dari distribusi kendaraan yang masuk dan keluar
dari tiap gerbang tol Setelah menganalisis tingkat kedatangan dan tingkat
pelayanan pada setiap gerbang tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar,
selanjutnya dilakukan analisis perbandingan tingkat pelayanan dan tingkat
kedatangan untuk mengetahui intensitas setiap gardu tol yaitu gardu tol
otomatis dan gardu tol On Board Unit. Untuk menganalisis perbandingan
tingkat pelayanan dan tingkat kedatangan gardu tol otomatis dan On Board
Unit digunakan waktu pelayanan yang didapat dari hasil survey yang telah
dilakukan. Gerbang tol Krian-Legundi-Bunder-Manyardirencanakan
menggunakan sistem gerbang tol tertutup. Perbandingan Tingkat Pelayananan
dan Tingkat Kedatangan Gerbang Tol Perencanaan gerbang tol Krian-
Legundi-Bunder-Manyar menggunakan gardu tol otomatis dan gardu tol On
Board Unit. Dalam perencanaan ini kendaraan golongan menggunakan
proporsi 50% masuk ke gardu tol otomatis khusus golongan I, 25% masuk ke
gardu tol otomatis dan 25% masuk ke gardu tol On Board Unit. Sedangkan
kendaraan golongan II – golongan V hanya masuk ke gardu tol otomatis.

b. Proses Operasi
Sistem antrian yang digunakan pada gerbang tol adalah Single Channel-
Single Server. Menurut Kakiay, 2004, Single channel berarti hanya ada satu
jalur yang memasuki sistem pelayanan atau satu fasilitas pelayanan. Single
server berarti hanya ada satu pelayanan sitem. Antrian dengan saluran tunggal
merupakan model antrian yang paling sederhana dan banyak dijumpai Waktu
Pelayanan. Dalam perencanaan gerbang tol diperlukan data waktu pelayan.
Data waktu pelayanan untuk perencanaan gerbang tol Krian-Legundi-Bunder-
Manyar didapatkan dari survey waktu pelayan gerbang tol Cengkareng dan
16

Cililitan, dengan data survey gardu tol otomatis dan gardu tol On Board Unit
(OBU).

c. Proses Pasca
Dalam hal ini evaluasi dalam pengoperasian tol KLBM masih terus dilakukan
secara kontinu. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
dan kepuasan pelanggan.

3.1.4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Pembangunan jalan tol pada STA 12+434 s/d STA 12+684 terdapat oprit
jembatan yang awalnya direncanakan menggunakan timbunan tanah, namun
terjadi kendala yakni kedalaman tanah lunak pada lokasi timbunan yang
cenderung dalam. Kedalaman tanah lunak dengan nilai NSPT 10 terdapat pada
kedalaman 14 meter di bawah permukaan tanah dengan konfigurasi tanah berupa
tanah lanau kelempungan sampai dengan kedalaman 50 meter, kondisi muka air
tanah pada saat bulan april terdapat pada kedalaman -7 meter dibawah permukaan
tanah. kondisi tanah tersebut menyebabkan permasalahan jika digunakan oprit
bermaterial timbunan tanah. Masalah-masalah yang muncul akibat kedalaman
tanah lunak yang relatif dalam adalah waktu konsolidasi yang sangat lama dan
daya dukung tanah lunak yang rendah. Waktu konsolidasi tanah yang lama ini
akan menyebabkan tanah tidak termampatkan secara maksimal dalam waktu
rencana proyek, hal ini dikarenakan pemampatan yang terjadi pada tanah lunak
berlempung bisa terjadi selama bertahun-tahun. Daya dukung pada tanah lunak
tidak terlalu baik untuk menahan beban timbunan tanah yang ada diatasnya,
dengan daya dukung yang rendah, timbunan rawan terhadap kelongsoran dan
akibat pemampatan yang besar menyebabkan penurunan tidak seragam
(differential settlement).
Berdasarkan permasalahan yang ada, kontraktor pelaksana mengajukan
revisi desain dengan menggunakan pile slab. Penggunaan Pile Slab tersebut
direncanakan pada STA 12+143 sampai dengan STA 12+328 kemudian
dilanjutkan STA 12+434 sampai dengan STA 12+684 dengan ketinggian Pile Slab
tertinggi adalah 8,7 m. Penggunaan Pile Slab tersebut bertujuan untuk mengurangi
17

resiko pemampatan yang besar dan kelongsoran akibat daya dukung tanah yang
rendah. Dalam hal ini pihak kontraktor pelaksana merasa penggunaan Pile Slab
dirasa tepat menggantikan timbunan tanah untuk mempersingkat waktu
penyelesaian permasalahan yang akan timbul.
Mengingat penggunaan pile slab akan membutuhkan biaya konstruksi
yang sangat mahal, maka perlu direncanakan kembali alternatif oprit tersebut
menggunakan material yang lebih murah, namun tetap aman terhadap
kemungkinan kelongsoran dan differential settlement. Oleh sebab itu, dalam studi
ini akan direncanakan timbunan menggunakan material tanah dan EPS geofoam
sebagai alternatif perencanaan oprit pada STA 12+434 s/d STA 12+684.

BAB IV
PENUTUP

1.
2.
3.
4.
4.
4.1. Kesimpulan

4.2. Saran
18

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, Robert S. dan Norton, David P. 2000. Balanced Scorecard:


Menerjemahkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga

Kaplan, Robert S. dan David P. Norton, 1992. The Balanced scorecard-Measures


That Drive Performance, Harvard Business Review: 71-79.

Kaplan, Robert S. dan David P. Norton, 1993. Putting The Balanced scorecard To
Work, Harvard Business Review

Kaplan, Robert S. dan David P. Norton, 1996. The Balanced scorecard :


Translating Strategy Into Action, Harvard Business School Press: 150-161

Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Alat Manajemen Kontenporer untuk


Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat.
19

Yuwono Sony, EdiSukamo, dan Muhammad Ichsan. 2002. Petunjuk Praktis


Penyusunan Balanced Scorecard, cetakan pertama. Jakarta :PT.Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai