Dosen Pengampu,
Ahmad Afandi, M.Pd.I
Oleh,
Gading Kencana Aura Bhakti ( 222303101002 )
Maulana Daffa Ega Permana ( 222303101008 )
Dina Kamila ( 222303101018 )
Dwi Ageng Ocha Amelinda ( 222303101019 )
Azzahra Mestika ( 222303101031 )
Sri Wahyuni Ramadhani ( 222303101038 )
Amanda Novita ( 222303101091 )
Tingkat 1A
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa Saya panjatkan kepada Tuhan YME atas ridha dan
rahmat-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang
berjudul ARTIKEL PENELITIAN HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
SERTA PERAN KELOMPOK PENGAJIAN “ MUSLIMAT “ DI PASIRIAN –
LUMAJANG sesuai waktu yang diharapkan.
Tidak lupa, Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Afandi,
M.Pd.I selaku Dosen Pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah
membimbing dan membantu Saya dalam proses pembuatan laporan penelitian ini.
Laporan penelitian ini akan menjelaskan tentang Hak Azasi Manusia dan juga
demokrasi Islam yang berkaitan dengan konsep budaya Jumat Berkah di Desa
Pasirian – Lumajang.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat Saya harapkan
demi penyempurnaan laporan penelitian ini lebih lanjut.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………. 1
1.2 Fokus Permasalahan ………………………………………... 1
1.3. Rumusan Masalah .…………………………………………. 2
1.4. Tujuan Penelitian .………………………………………….. 2
1.5. Waktu Penelitian……………………………………………. 2
1.6. Manfaat Penelitian .………………………………………… 2
1.7. Metode Penelitian ………….……………………………… 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep HAM ……………………………… ……………. 4
2.2. Konsep Demokrasi Islam ……….. …………………….… 11
2.2.1. Pengertian Demokrasi ……………………………... 11
2.2.2. Prinsip Demokrasi Dalam Islam …………………... 12
2.2.3. Demokrasi Dalam Al-Qur’an ……………………... 15
2.2.4. Realitas Demokrasi Di Negara Muslim……………. 19
BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil …………………………………………………….. 26
3.2 Pembahasan …………………………………………….. 28
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan……………………………………………… 31
4.2. Saran…………………………………………………… 31
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
iii
Abstrak: Hubungan antara demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) memiliki
ikatan yang signifikan pada pertanyaan bagaimana kompatibilitas antara Islam dan
hak asasi manusia. Paper ini menjelaskan mengenai keterkaitan antara demokrasi
dan Hak Asasi Manusia menurut pandangan Islam dalam beberapa tahun terakhir.
Paper ini memberi penjelasan yang konseptual mengenai beberapa macam bentuk
dari Hak Asasi Manusia dalam pandangan Islam yang memberikan pengaruh
tersendiri dalam jalannya suatu pemerintahan yang demokratis. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Demokrasi adalah
bentuk konseptual universal yang berlaku untuk seluruh zaman dan zaman,
bersifat fleksibel daripada statis, selalu membutuhkan perspektif, interpretasi, dan
revisi baru Pelajari tentang suatu negara sesuai dengan tingkat perkembangan
budaya dan ekonomi, politik, dan pendidikannya. Perbedaan mendasar antara hak
asasi manusia Islam dan hak asasi manusia internasional antara lain disebabkan
oleh adanya perbedaan titik tolak ideologi, sehingga menghasilkan pandangan
dunia yang berbeda.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
9. Hak Wanita
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 ini, terdapat hak wanita.
beberapa contoh dari hak wanita, seperti wanita berhak untuk memperoleh
perlindungan khusus dalam melaksanakan pekerjaannya, wanita berhak untuk
memilih pekerjaan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, wanita
berhak menentukan kewarganegaraannya (setelah menikah dengan pria
berkewarganegaraan asing.)
10. Hak Anak
Setiap anak yang lahir di dunia ini mempunyai hak atas perlindungan oleh
orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara. Contoh dari hak anak, seperti
setiap anak berhak untuk mendapatkan sebuah nama dan status
kewarganegaraan, setiap anak berhak beribadah, berpikir, dan berekspresi
dengan bimbingan orang tua atau wali, dan setiap anak berhak untuk
memperoleh suatu perlindungan hukum dari segala macam tindak kekerasan,
baik itu secara fisik atau mental.
Itulah 10 macam Hak Asasi Manusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang dapat kita ketahui. Dengan
mengetahui macam-macam HAM, maka kita akan mudah mengategorikan HAM.
Macam-Macam HAM Menurut Deklarasi Universal Ham (DUHAM)
Menurut Deklarasi Universal Ham (DUHAM), macam-macam Hak Asasi
Manusia terdiri dari lima jenis, yaitu:
1. Hak personal (yang berkaitan dengan kebutuhan individu)
2. Hak legal (yang berkaitan dengan perlindungan hukum)
3. Hak sipil dan politik (yang berkaitan dengan kebebasan menentukan pilihan
politik)
4. Hak subsistensi (yang berkaitan dengan sumber daya untuk menunjang
kehidupan)
5. Hak ekonomi, sosial dan budaya.
Pada dasarnya, Hak Asasi Manusia ini sudah ada sejak manusia itu sendiri lahir,
sehingga dapat dikatakan bahwa sejak kecil manusia sudah memiliki hak-hak
10
dasar untuk perkembangan hidupnya. Dengan Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi
Manusia (The Universal Declaration of Human Rights), maka masyarakat di
seluruh dunia sudah semestinya untuk saling menjaga dan menjunjung tinggi
HAM. Hal ini perlu dilakukan agar sesama manusia dapat menjalani kehidupan
yang lebih tenang, damai, dan layak.
Di Indonesia, Hak Asasi Manusia (HAM) sudah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 yang di mana di dalam UU tersebut banyak sekali pasal-
pasal yang berhubungan dengan HAM dan lembaga perlindungan HAM. Maka
dari itu, sebagai warga negara Indonesia yang baik kita perlu menjunjung tinggi
HAM.
15
1. as-Syura
Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara
eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura:
38: “Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara mereka”.
Dalam surat Ali Imran:159 dinyatakan:“Dan bermusayawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu”. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling
dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman
khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas
memilih kepala negara atau khalifah. Jelaslah bahwa musyawarah sangat
diperlukan sebagai bahan pertimbanagan dan tanggung jawab bersama di dalam
setiap mengeluarkan sebuah keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan
yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi tanggung jawab bersama. Sikap
musyawarah juga merupakan bentuk dari pemberian penghargaan terhadap orang
lain karena pendapat-pendapat yang disampaikan menjadi pertimbangan bersama.
Begitu pentingnya arti musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
maupun bernegara, sehingga Nabi sendiri juga menyerahkan musyawarah kepada
umatnya.
2. al-‘Adalah
al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen
dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana.
Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah
pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara
lain dalam surat an-Nahl: 90: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan”. (Lihat pula, QS. as-Syura:15; al-
Maidah:8; An-Nisa’:58 dst.). Ajaran tentang keharusan mutlak melaksanakan
hukum dengan adil tanpa pandang bulu ini, banyak ditegaskan dalam al-Qur’an,
bahkan disebutkan sekali pun harus menimpa kedua orang tua sendiri dan karib
kerabat. Nabi juga menegaskan, , bahwa kehancuran bangsa-bangsa terdahulu
ialah karena jika “orang kecil” melanggar pasti dihukum, sementara bila yang
16
melanggar itu “orang besar” maka dibiarkan berlalu9. Betapa prinsip keadilan
dalam sebuah negara sangat diperlukan, sehingga ada ungkapan yang “ekstrem”
berbunyi: “Negara yang berkeadilan akan lestari kendati ia negara kafir,
sebaliknya negara yang zalim akan hancur meski ia negara (yang
mengatasnamakan) Islam”
3. al-Musawah
al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak yang merasa
lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa
tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan
eksploitatif. Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari
dari hegemoni penguasa atas rakyat. Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah
orang atau institusi yang diberi wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui
pemilihan yang jujur dan adil untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan
undang-undang yang telah dibuat. Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung
jawab besar di hadapan rakyat demikian juga kepada Tuhan. Dengan begitu
pemerintah harus amanah, memiliki sikap dan perilaku yang dapat dipercaya,
jujur dan adil. Sebagian ulama’ memahami 11 al-musawah ini sebagai
konsekuensi logis dari prinsip al-syura dan al-‘adalah. Diantara dalil al-Qur’an
yang sering digunakan dalam hal ini adalah surat al-Hujurat:13, sementara dalil
Sunnah-nya cukup banyak antara lain tercakup dalam khutbah wada’ dan sabda
Nabi kepada keluarga Bani Hasyim. Dalam hal ini Nabi pernah berpesan kepada
keluarga Bani Hasyim sebagaimana sabdanya: “Wahai Bani Hasyim, jangan
sampai orang lain datang kepadaku membawa prestasi amal, sementara kalian
datang hanya membawa pertalian nasab. Kemuliaan kamu di sisi Allah adalah
ditentukan oleh kualitas takwanya”.
4. al-Amanah
al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang
kepada orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga
dengan baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang
diberikan kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan
17
tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab. Persoalan amanah ini terkait dengan
sikap adil. Sehingga Allah SWT. menegaskan dalam surat an-Nisa’: 58:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyampaikan amanah kepada
yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”. Karena jabatan
pemerintahan adalah amanah, maka jabatan tersebut tidak bisa diminta, dan orang
yang menerima jabatan seharusnya merasa prihatin bukan malah bersyukur atas
jabatan tersebut. Inilah etika Islam.
5. al-Masuliyyah
al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui, bahwa
kekuasaan dan jabatan itu adalah amanah yang harus diwaspadai, bukan nikmat
yang harus disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau
penguasa harus dipenuhi. Dan kekuasaan sebagai amanah ini memiliki dua
pengertian, yaitu amanah yang harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan
juga amanah yang harus dipertenggungjawabkan di depan Tuhan. Sebagaimana
Sabda Nabi: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin dimintai
pertanggung jawabannya. Seperti yang dikatakan oleh Ibn Taimiyyah, bahwa
penguasa merupakan wakil Tuhan dalam mengurus umat manusia dan sekaligus
wakil umat manusia dalam mengatur dirinya. Dengan dihayatinya prinsip
pertanggungjawaban (al-masuliyyah) ini diharapkan masing-masing orang
berusaha untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi masyarakat luas. Dengan
demikian, pemimpin/ penguasa tidak ditempatkan pada posisi sebagai sayyid al-
ummah (penguasa umat), melainkan sebagai khadim al-ummah (pelayan umat).
Dus dengan demikian, kemaslahatan umat wajib senantiasa menjadi pertimbangan
dalam setiap pengambilan keputusan oleh para penguasa, bukan sebaliknya rakyat
atau umat ditinggalkan.
6. al-Hurriyyah
al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga
masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya.
Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak dan memperhatikan al-akhlaq
18
al-karimah dan dalam rangka al-amr bi-‘l-ma’ruf wa an-nahy ‘an al-‘munkar,
maka tidak ada alasan bagi penguasa untuk mencegahnya. Bahkan yang harus
diwaspadai adalah adanya kemungkinan tidak adanya lagi pihak yang berani
melakukan kritik dan kontrol sosial bagi tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada
lagi kontrol dalam suatu masyarakat, maka kezaliman akan semakin merajalela.
Patut disimak sabda Nabi yang berbunyi: “Barang siapa yang melihat
kemunkaran, maka hendaklah diluruskan dengan tindakan, jika tidak mampu,
maka dengan lisan dan jika tidak mampu maka dengan hati, meski yang terakhir
ini termasuk selemah-lemah iman”. Jika suatu negara konsisten dengan penegakan
prinsip-prinsip atau elemen-elemen demokrasi di atas, maka pemerintahan akan
mendapat legitimasi dari rakyat. Dus dengan demikian maka roda pemerintahan
akan berjalan dengan stabil.
24
oleh Nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam berbagai hadits
dengan komunitas mereka Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai
berikut :
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan
keputusan politik,baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi rakyat (warga negara).
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen
sebagai alat penegakan hukum
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi
dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk
di lembaga perwakilan rakyat.
8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan
(memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga
perwakilan rakyat.
9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama,
golongan, dan sebagainya).
25
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil.
Setelah penulis mengadakan penelitian terhadap budaya Jumat Berkah di
lingkungan kelompok pengajian “ Muslimat “ di RT.2 / RW.1 Dusun Ledok Desa
Pasirian Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang maka didapatkan hasil sebagai
berikut, bahwa masing-masing anggota kelompok pengajian yang didominasi para
wanita itu baik remaja dan Ibu - ibu, setelah mengadakan beberapa kali pertemuan
rutin setiap malam Jumat pada acara pengajian yang dipimpin oleh Ibu Hj.
Niswatul Chasanah dan dihadiri pula oleh para tokoh Agama dan Alim Ulama
yang berpengalaman dibidangnya, maka tumbuh kesepakatan bersama untuk
mewujudkan gerakan sosial yang bermanfaat bagi umat sehingga tercetuslah
resolusi yang berisi tujuh poin yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh seluruh
anggota kelompok pengajian yang bersangkutan maupun bagi partisipan yang
peduli terhadap gerakan sosial tersebut. Dan ternyata poin – poin tersebut bagi
penulis cukup mempunyai relefansi dengan unsur – unsur yang terkandung dalam
HAM pada perspektif Islam yang penulis pelajari. Poin – poin resolusi tersebut
dapat disampaikan sebagai berikut :
- Pertama, umat Islam diharapkan melengkapi diri dengan ilmu dan
keterampilan yang tepat melalui sumber terpercaya untuk menghadapi
berbagai doktrin dan tantangan baru. Hal itu demi memastikan hak-hak
yang diperjuangkan sesuai prinsip dan bebas dari unsur yang bertentangan
dengan Islam.
- Kedua, perlunya memberdayakan komitmen kehidupan beragama sebagai
satu cara hidup, demi memastikan setiap individu muslim mampu
menyikapi realitas kehidupan saat ini yang berporos kepada prinsip dan
panduan ajaran Islam.
- Ketiga, mencari titik persamaan atas nilai-nilai kemanusiaan seperti
martabat dan kehormatan, kemerdekaan dan kebebasan, kesetaraan dan
kesamaan, serta persaudaraan sebagai dasar kesempatan untuk
26
bekerjasama menangani isu-isu hak asasi manusia yang sejalan dengan
Islam.
- Keempat, menyebarluaskan pemahaman tentang Islam sebagai satu sistem
nilai dan etika, yang berkontribusi kepada kebaikan bersama.
- Kelima, Memperkuat perjuangan hak asasi manusia yang sejalan dengan
tuntutan Islam, berdasarkan strategi menekankan prinsip-prinsip Islam
sebagai sistem etika tentang HAM, meningkatkan pemahaman masyarakat
terkait prinsip HAM sesuai etika Islam, serta meningkatkan efektivitas
jaringan kerjasama antarotoritas agama di setiap wilayah, organisasi dan
individu, demi memperkuat perjuangan isu-isu hak asasi dari perspektif
Islam.
Untuk dapat menghasilkan poin – poin resolusi yang bermanfaat tersebut tidaklah
semudah membalikkan tangan, banyak timbul pro dan kontra dalam menyusun
serta merumuskannya agar mudah untuk dipahami dan dilaksanakan. Sikap saling
mengahargai selalu diutamakan, hal tersebut kiranya sudah sangat relefan dengan
landasan Hak Asasi Manusia dan Demokrasi yang tidak dapat dipisahkan.
Demokrasi yang memperjuangkan hak atas kebebasan menyatakan pendapat,
berserikat dan berpartisipasi aktif dalam menentukan pembangunan manusia
seutuhnya sesuai dengan perspektif Islam.
Berhubungan dengan resolusi yang telah disepakati bersama tersebut diatas,
diprakarsai oleh para remaja putri dan Ibu-ibu maka sejak dua tahun yang lalu
dicanangkanlah sebuah gerakan berupa gerakan sosial yang lebih dikenal dengan
nama “ Jumat Berkah “.Program Jumat Berkah adalah program sedekah berupa
pembagian makanan yang diberikan kepada masyarakat sekitar dengan tujuan di
antaranya yaitu sedekah dan menyambung silaturahmi bersama masyarakat
setempat karena kegiatan dilakukan secara bersama-sama. Selain itu juga
membantu perekonomian warga yang notabene-nya warga menengah ke bawah
yang secara ekonomi tergolong kurang mampu. Program ini mendapat respon
positif dan mendapat sambutan yang sangat antusiasisme dari masyarakat hingga
sekarang.
27
3.2. Pembahasan.
Menyikapi seluruh hasil yang diperoleh dari penelitian ini, kiranya dapat
diberikan ulasan secara khusus dan jelas tentang unsur-unsur yang terangkum
dalam kegiatan Jumat Berkah tersebut. Menilik dari sejak awal terbentuknya
program Jumat Berkah, yang dilalui mulai proses permusyawarahan hingga
terjadinya kesepakatan dari seluruh anggota kelompok pengajian Muslimat
bersama para tokoh agama dan Alim Ulama, sudah sangat jelas bahwa langkah-
langkah yang senafas dengan hak asasi manusia dan demokrasi sudah
dilaksanakan sepenuhnya terbukti poin resolusi telah dihasilkan dan disepakati
bersama. Disisi lain program Jumat Berkah ternyata juga memenuhi syarat
berkenaan dengan Prinsip Demokrasi Dalam Islam: yaitu musyawarah, adil,
amanah, dan tanggung jawab .Setiap anggota dalam program Jumat Berkah,
menurut hasil pengamatan telah menunjukkan perilaku yang selaras dengan
prinsip-prinsip yang termaktub dalam Demokrasi Islam, sebagaimana disebutkan
berikut :
1.: Musyawarah atau as-syura.
Prinsip ini menjelaskan cara pengambilan keputusan berdasarkan kesepakatan
bersama, dengan mengutamakan kepentingan umum daripada pribadi atau
golongan. As-syura dijelaskan dalam ayat:
a. QS Ali Imran ayat 159
wa syāwir-hum fil-amr
Artinya: "Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu."
b. QS Asy-Syura ayat 38
Wallażīnastajābụ lirabbihim wa aqāmuṣ-ṣalāta wa amruhum syụrā
bainahum wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn
Artinya: "Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka."
28
2. Adil atau al-'adalah
Artinya adalah penegakan hukum di berbagai 34ector kehidupan sehingga
berjalan adil dan bijaksana bagi semua orang. Ayat Al Quran yang menjelaskan
prinsip ini adalah:
a. QS Al-Maidah ayat 8
i'dilụ, huwa aqrabu lit-taqwā wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā
ta'malụn
Artinya: "Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan."
b. QS Asy-Syura ayat 15
wa qul āmantu bimā anzalallāhu ming kitāb, wa umirtu li`a'dila
bainakum, allāhu rabbunā wa rabbukum, lanā a'mālunā wa lakum
a'mālukum, lā ḥujjata bainanā wa bainakum, allāhu yajma'u bainanā, wa
ilaihil-maṣīr
Artinya: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan
aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan
kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu
amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah
mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)."
3. Memenuhi kepercayaan atau al-amanah
Setiap orang yang terlibat dalam demokrasi wajib menjaga amanah, yang
dititipkan saat musyawarah. Prinsip amanah terdapat dalam QS An-Nisa' ayat
58 : Innallāha ya`murukum an tu`addul-amānāti ilā ahlihā wa iżā ḥakamtum
bainan-nāsi an taḥkumụ bil-'adl
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil."
4. Tanggung jawab atau al-masuliyyah
Setiap muslim wajib menyadari, jabatan dan kekuasaan adalah amanah yang
29
harus dilaksanakan. Mereka yang dititipi amanah wajib bertanggung jawab di
depan Allah SWT dan yang mempercayakannya. Nabi SAW telah
mengingatkan prinsip tanggung jawab dalam haditsnya,
Artinya: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawabannya." (HR Bukhari).
5. Kebebasan atau al-hurriyyah
Bagi seorang muslim, kebebasan wajib diterapkan selaras dengan tanggung
jawab. Jangan sampai kebebasan dilakukan tanpa kendali hingga merugikan
lingkungan sekitar. Berikut ayat yang mengingatkan seputar kebebasan dalam
demokrasi,
a. QS Ali Imran ayat 104
Ayat ini menjelaskan kebebasan memberi kritik dan saran
Waltakum mingkum ummatuy yad'ụna ilal-khairi wa ya`murụna bil-ma'rụfi
wa yan-hauna 'anil-mungkar, wa ulā`ika humul-mufliḥụn
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."
b. QS An Nisa ayat 59
Firman Allah SWT dalam ayat ini mengingatkan kebebasan berpendapat
Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī'ullāha wa aṭī'ur-rasụla wa ulil-amri mingkum,
fa in tanāza'tum fī syai`in fa ruddụhu ilallāhi war-rasụl.
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya)."
Dengan penjelasan ini, sesungguhnya Islam dan demokrasi bisa berjalan
beriringan meski beda secara empiri. Islam adalah wahyu Allah SWT sedangkan
demokrasi adalah hasil pemikiran manusia.
Prinsip demokrasi dalam Islam menjamin hak dan kewajiban semua yang terlibat
bisa diterapkan tanpa kecuali.
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan.
Program Jumat Berkah merupakan kegiatan sosial yang dalam hal ini
dilaksanakan oleh kelompok pengajian Muslimat di RT.2 / RW.1 Dusun Ledok
Desa Pasirian Kecamatan Pasirian – Lumajang, ternyata sesuai hasil penelitian
menunjukkan adanya proses sejak awal perencanaan hingga dilaksanakan
permusywarahan kemudian membuahkan kesepakatan kemudian berlanjut pada
pengimplemintasian dan pengamalan di lapangan, sudah menunjukkan
keselarasan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan demokrasi dalam Islam
yaitu musyawarah, adil, amanah, dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya.
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum
dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu
yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya
darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan
Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
Sedangkan demokrasi menurut islam yaitu meminta pendapat dan mencari
kebenaran.
4.2. Saran.
Adapun saran yang dapat diberikan, yaitu bahwa program / budaya Jumat
Berkah tersebut dapat terus berlanjut dan terus bisa dikembangkan lebih luas lagi
cakupannya, bukan saja hanya level RT namun lebih dari itu. Kemudian untuk
semua masyarakat Islam agar selalu berpegang teguh terhadap syari’at islam dan
al-qur’an. Karena dengan kita selalu berpegang teguh terhadap syari’at Islam dan
al-qur’an, Insyaallah jalan hidup kita akan jauh lebih baik.
31
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada ibu Hj. Niswatun Chasanah dan para tokoh agama dan
para ahli ulama dan saya ucapkan juga kepada sekelompok pengajian
muslimat di Desa. Pasirian, Kecamatan Pasirian, Kabupaten. Lumajang atas
diberikannya kesempatan untuk melakukan penelitian HAM dan Demokrasi
Islam Serta Peran Kelompok Pengajian Muslimat di Pasirian untuk
memenuhi tugas Penelitian Agama Islam
Dan saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Afandi, M.Pd.I selaku
Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membimbing dan
membantu saya dalam proses pembuatan Artikel Penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA