Anda di halaman 1dari 38

ARTIKEL PENELITIAN

HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM


SERTA PERAN KELOMPOK PENGAJIAN “ MUSLIMAT “
DI PASIRIAN – LUMAJANG

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Pendidikan Agama Islam


Pada Program Studi D III Keperawatan

Dosen Pengampu,
Ahmad Afandi, M.Pd.I

Oleh,
Gading Kencana Aura Bhakti ( 222303101002 )
Maulana Daffa Ega Permana ( 222303101008 )
Dina Kamila ( 222303101018 )
Dwi Ageng Ocha Amelinda ( 222303101019 )
Azzahra Mestika ( 222303101031 )
Sri Wahyuni Ramadhani ( 222303101038 )
Amanda Novita ( 222303101091 )
Tingkat 1A

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET


DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG
NOPEMBER 2022
ARTIKEL PENELITIAN
HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
SERTA PERAN KELOMPOK PENGAJIAN “ MUSLIMAT “
DI PASIRIAN – LUMAJANG

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa Saya panjatkan kepada Tuhan YME atas ridha dan
rahmat-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang
berjudul ARTIKEL PENELITIAN HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
SERTA PERAN KELOMPOK PENGAJIAN “ MUSLIMAT “ DI PASIRIAN –
LUMAJANG sesuai waktu yang diharapkan.
Tidak lupa, Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Afandi,
M.Pd.I selaku Dosen Pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah
membimbing dan membantu Saya dalam proses pembuatan laporan penelitian ini.
Laporan penelitian ini akan menjelaskan tentang Hak Azasi Manusia dan juga
demokrasi Islam yang berkaitan dengan konsep budaya Jumat Berkah di Desa
Pasirian – Lumajang.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat Saya harapkan
demi penyempurnaan laporan penelitian ini lebih lanjut.

Lumajang, 11 Nopember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………. 1
1.2 Fokus Permasalahan ………………………………………... 1
1.3. Rumusan Masalah .…………………………………………. 2
1.4. Tujuan Penelitian .………………………………………….. 2
1.5. Waktu Penelitian……………………………………………. 2
1.6. Manfaat Penelitian .………………………………………… 2
1.7. Metode Penelitian ………….……………………………… 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep HAM ……………………………… ……………. 4
2.2. Konsep Demokrasi Islam ……….. …………………….… 11
2.2.1. Pengertian Demokrasi ……………………………... 11
2.2.2. Prinsip Demokrasi Dalam Islam …………………... 12
2.2.3. Demokrasi Dalam Al-Qur’an ……………………... 15
2.2.4. Realitas Demokrasi Di Negara Muslim……………. 19
BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil …………………………………………………….. 26
3.2 Pembahasan …………………………………………….. 28
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan……………………………………………… 31
4.2. Saran…………………………………………………… 31
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
iii

Abstrak: Hubungan antara demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) memiliki
ikatan yang signifikan pada pertanyaan bagaimana kompatibilitas antara Islam dan
hak asasi manusia. Paper ini menjelaskan mengenai keterkaitan antara demokrasi
dan Hak Asasi Manusia menurut pandangan Islam dalam beberapa tahun terakhir.
Paper ini memberi penjelasan yang konseptual mengenai beberapa macam bentuk
dari Hak Asasi Manusia dalam pandangan Islam yang memberikan pengaruh
tersendiri dalam jalannya suatu pemerintahan yang demokratis. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Demokrasi adalah
bentuk konseptual universal yang berlaku untuk seluruh zaman dan zaman,
bersifat fleksibel daripada statis, selalu membutuhkan perspektif, interpretasi, dan
revisi baru Pelajari tentang suatu negara sesuai dengan tingkat perkembangan
budaya dan ekonomi, politik, dan pendidikannya. Perbedaan mendasar antara hak
asasi manusia Islam dan hak asasi manusia internasional antara lain disebabkan
oleh adanya perbedaan titik tolak ideologi, sehingga menghasilkan pandangan
dunia yang berbeda.

Kata Kunci: Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Hubungan, Rakyat, Islam


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena
ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh
masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata mata berdasarkan
martabatnya sebagai manusia. Hak-hak tersebut bersifat universal dan juga tidak
dapat dicabut (inalieable). Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami
oleh seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan seseorang, ia tidak akan
berhenti menjadi manusia dan karena itu tetap memenuhi hak-hak tersebut. Hak
itu melekat pada dirinya sebagai makhluk insani. Maka dari itu negarapun akan
menahan diri untuk tidak mencederai hak-hak asasi ini, namun malah seharusnya
berkewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. Berbagai model
pengamalan yang berkenaan dengan hak – hak asasi ini, saat ini sedang marak
dilakukan oleh umat Islam yaitu salah satunya disosialisasikannya program Jumat
Berkah. Mengingat dalam laju perkembangan zaman, ragam masyarakat
berbanding lurus dengan munculnya variasi kebudayaaan yang diciptakan dan
salah satunya adalah budaya Jumat Berkah ini.. Kesamaan latar komunikasi, ciri
fisik, pola pikir serta beragam aspek lainnya menjadi harmonisasi kesatuan pada
terciptanya budaya dalam kelompok yang sama. Beragamnya variasi budaya yang
ada mendorong setiap kelompok untuk saling melestarikan dengan caranya
masing-masing agar tidak punah lekang di makan waktu. Pada hal ini, preservasi
atau pelestarian pengetahuan berbasis kearifan lokal memilih jalur komunikasi
kultural sebagai bentuk tindakan pelestarian budaya masyarakat.
Budaya Jumat Berkah, telah menjadi salah satu wadah perealisasian unsur – unsur
yang terkandung dalam HAM dan Demokrasi Islam yang berprinsip pada
musyawarah atau as-syura, adil atau al-'adalah, memenuhi kepercayaan atau al-
amanah, tanggung jawab atau al-masuliyyah, dan kebebasan atau al-hurriyyah.
Berikut ini, saya sajikan tulisan menarik tentang pelaksanaan budaya “ Jumat
Berkah “ .yang dilakukan oleh kelompok pengajian Muslimat di Dusun Ledok
1
RT.1 / RW.2 Desa Pasirian Kecamatan Pasirian – Lumajang, sebagai
implementasi pelaksanaan HAM dan demokrasi dalam perspektif Islam. Untuk
itu, saya akan membahas mengenai bagaimana sebenarnya budaya “ Jumat Berkah
“ tersebut dilaksanakan.

1.2 Fokus Permasalahan


Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai pelaksanaan
terhadap unsur HAM dan Demokrasi dalam Islam yang terkandung dalam budaya
“ Jumat Berkah “ di daerah yang bersangkutan..

1.3. Rumusan Masalah


Sejauh manakah HAM dan Demokrasi dalam Islam pada budaya Jumat
Berkah tersebut dilaksanakan ?

1.4. Tujuan Penelitian


Untuk memahami dan mendeskripsikan pelaksanaan HAM dan Demokrasi
dalam Islam pada budaya Jumat Berkah.

1.5. Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada,
- Hari & Tanggal : Jumat dan Sabtu, 11-12 Nopember 2022
- Pukul : 06.00 WIB – selesai
- Tempat : Lingkungan RT.02 / RW.01 Dsn. Ledok, Ds. Pasirian, Kec.
Pasirian, Kab. Lumajang.
- Populasi : Kelompok pengajian “ Muslimat “.

1.6. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah untuk menggali nilai-nilai Islami dalam
hubungannya dengan HAM dan Demokrasi Islam yang terdapat pada budaya
Jumat Berkah di daerah yang bersangkutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
2
bermanfaat bagi:
- Peneliti, sebagai sarana untuk meningkatkan apresiasi terhadap budaya
Jumat Berkah di daerah yang bersangkutan mengenai pelaksanaan HAM
dan Demokrasi Islam yang terkandung di dalamnya dan meningkatkan
pengetahuan tentang budaya Jumat Berkah tersebut.
- Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan sebagai sarana untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang budaya Jumat Berkah
tersebut..

1.7. Metode Penelitian.


Penelitian ini menggunakan analisis data yang bersifat kualitatif. Analisis ini
mendeskripsikan mengenai pelaksanaan HAM dan Demokrasi Islam dalam
budaya Jumat Berkah di daerah penelitian..Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan metode analisis induktif. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah: inventarisasi atau pengumpulan data yang diperoleh
melalui observasi berpartisipasi dan wawancara secara mendalam. Langkah yang
kedua adalah identifikasi dari sejumlah data yang diambil sesuai dengan topik
penelitian.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep HAM


HAM adalah hak-hak dasar manusia yang dimiliki sejak berada dalam
kandungan dan setelah lahir ke dunia (kodrat) yang berlaku secara universal dan
diakui oleh semua orang. HAM adalah singkatan dari Hak Asasi Manusia,
dimana masing-masing kata tersebut memiliki makna. Kata “Hak” dalam hal ini
berarti sebagai kepunyaan atau kekuasaan atas sesuatu, sedangkan “Asasi” adalah
sesuatu hal yang utama dan mendasar. Jadi, pengertian HAM secara singkat
adalah suatu hal yang mendasar dan utama yang dimiliki oleh manusia. Pada
praktiknya, ada banyak sekali pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi
diberbagai penjuru dunia. Pelanggaran HAM tersebut dilakukan semata-
mata untuk kekuasaan dan kepemilikan sumber daya yang ada di suatu tempat.
Ciri-ciri pokok hakikat HAM :
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian
dari manusia secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM (Mansyur Fakih,2003).
Secara luas pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Manusia yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ini mempunyai tugas
untuk memelihara dan menjaga kedamaian serta kesejahteraan bagi sesama
manusia. Hal ini perlu dilakukan agar keharmonisan lingkungan dapat terjaga,
sehingga kehidupan manusia menjadi lebih sejahtera dan lebih layak. Maka dari
itu, sudah sejak lahir jika setiap manusia memiliki hak-hak dasar yang sudah
4
melekat di dalam dirinya. Hak-hak dasar itu harus dihormati, dihargai,
dipertahankan, dan tidak boleh dirampas atau direbut paksa oleh orang lain agar
hubungan sesama manusia bisa menjadi lebih harmonis.
Hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia itu lebih dikenal sebagai Hak Asasi
Manusia (HAM). Meskipun setiap manusia sudah memiliki HAM, tetapi antara
manusia yang satu dengan manusia lainnya harus menjaga kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hak-hak dasar manusia yang sudah dilindungi secara hukum dan secara universal
ini bisa membuat sesama manusia harus saling menghormati dan menghargai.
Senada dengan pengertian HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi “Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”
Hak Asasi Manusia bukan hanya berlaku bagi masyarakat yang ada di beberapa
negara saja, tetapi juga berlaku pada masyarakat di seluruh dunia karena HAM
sudah diakui dan dilindungi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Senada
dengan pengertian Hak Asasi Manusia berdasarkan KBBI yaitu hak yang
dilindungi secara internasional (yaitu deklarasi PBB Declaration of Human
Rights), seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk memiliki, hak
untuk mengeluarkan pendapat.
Maka dari itu, HAM ini bisa melindungi manusia dari berbagai macam
penyiksaan yang dilakukan dengan sengaja. Namun, HAM tidak akan berjalan
dengan baik atau tidak bisa ditegakkan, jika manusia tidak menjalankan
kewajibannya yaitu menjaga dan melindungi sesama manusia dengan semestinya.
Beberapa ahli juga menyatakan pengertian tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Pengertian HAM menurut beberapa ahli sebagai berikut::
1. Peter R. Baehr
Dalam buku dengan judul Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Politik Luar Negeri,
5
Peter R. Baehr mengungkapkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak-hak
dasar yang sudah ada di dalam diri setiap manusia yang digunakan untuk
perkembangan dirinya, hak-hak dasar itu memiliki sifat mutlak dan tidak bisa
diganggu gugat.
2. John Locke
Berbicara tentang Hak Asasi Manusia (HAM) tidak bisa dilepaskan dari
seorang ahli yang bernama John Locke. Dikutip dari buku The Second Treatise
of Civil Government and a Letter Concerning Toleration, John Locke
menyatakan bahwa hak asasi merupakan suatu hak-hal yang diberikan Tuhan
untuk manusia yang terdiri dari hak persamaan dan kebebasan serta hak untuk
mempertahankan hidup dan untuk melindungi harta benda yang dimilikinya.
3. A.J.M. Milne
Menurut A. J. M. Milne, Hak Asasi Manusia adalah suatu hak yang sudah
dimiliki oleh setiap manusia yang ada di seluruh dunia tanpa melihat latar
belakang manusia itu sendiri, seperti agama, kebangsaan, jenis kelamin etnis,
sosial dan budaya, serta status sosial.
4. G.J Wolhoff
Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Republik Indonesia, G.J
Wolhoff menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang sudah
ada di dalam diri manusia dan sudah melekat pada manusia sejak lahir. Hak-
hak tersebut harus selalu ada pada manusia serta tidak boleh dirampas karena
bisa menyebabkan manusia kehilangan derajatnya.
5. Austin Ranney
Menurut Austin Ranney, Hak Asasi Manusia adalah sebuah ruang kebebasan
yang dimiliki individu yang sudah diatur atau dirumuskan di dalam konstitusi
hukum serta pelaksanaannya sudah dijamin oleh pemerintah atau negara.
Setelah membahas pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) berdasarkan konstitusi
dan menurut para ahli, kini kita akan membahas ciri-ciri dari Hak Asasi Manusia
(HAM) yaitu :
1. HAM Bersifat Hakiki
6
Ciri pertama dari HAM adalah bersifat hakiki yang berarti Hak Asasi Manusia
adalah hak yang diberikan kepada semua manusia sejak lahir. Oleh sebab itu,
setiap manusia harus menjunjung tinggi hak-hak dasar yang sudah dimiliki
oleh manusia lainnya. Apabila sesama manusia bisa saling menghormati dan
menjunjung tinggi satu sama lain, maka kemungkinan besar keharmonisan
antar manusia dapat terjalin dengan baik.
2. HAM Bersifat Universal
Ciri kedua dari HAM adalah bersifat universal yang berarti Hak Asasi Manusia
berlaku untuk setiap manusia yang ada di seluruh dunia tanpa melihat latar
belakang dari manusia itu sendiri. Dalam hal ini, latar belakang yang dimaksud
adalah jenis kelamin, agama, status sosial, ras, suku bangsa, dan sebagainya.
Dengan kata lain, adanya HAM bisa mengurangi terjadinya konflik yang
terjadi karena adanya perbedaan.
3. HAM Bersifat Tidak Bisa Dicabut
Ciri ketiga dari HAM adalah bersifat tidak bisa dicabut. Ciri Hak Asasi
Manusia yang satu ini dapat diartikan bahwa hak-hak dasar yang sudah ada di
dalam diri manusia sejak lahir tidak bisa diserahkan kepada orang lain atau
tidak bisa dirampas oleh orang lain. Apabila hak-hak dasar manusia dirampas
oleh orang lain, maka sesama manusia sangat mudah terjadi konflik yang bisa
membahayakan individu itu sendiri dan lingkungannya.
4. HAM Bersifat Tidak Bisa Dibagi
Ciri keempat dari HAM adalah bersifat tidak bisa dibagi yang berarti setiap
manusia berhak untuk memperoleh semua hak yang sama, seperti hak sipil dan
hak politik, hak ekonomi, serta hak sosial dan budaya. Jika, HAM dibagi-bagi,
maka akan ada manusia yang merasa dirinya diperlakukan tidak adil karena
tidak mendapatkan hak yang sama dengan individu-individu lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia,
Hak Asasi Manusia terdiri dari beberapa macam di antaranya:
1. Hak Asasi untuk Hidup
Contoh dari hak asasi untuk hidup, seperti setiap manusia berhak untuk hidup,
7
setiap manusia berhak untuk mempertahankan hidupnya, dan setiap manusia
berhak meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Contoh lainnya dari hak asasi
untuk hidup, yaitu setiap manusia berhak untuk mendapatkan lingkungan yang
sehat dan bersih dan berhak memperoleh rasa aman, damai, tenteram, serta
sejahtera lahir batin.
2. Hak Asasi Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan
Terdapat beberapa contoh dari hak asasi berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, yaitu setiap manusia atau individu berhak untuk membangun sebuah
keluarga tanpa harus ada tekanan serta berhak untuk memiliki keturunan lewat
suatu perkawinan yang sah. Dalam hal ini, perkawinan dinyatakan sah, jika
calon suami dan calon istri sudah memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku, baik itu hukum agama atau hukum negara.
3. Hak Mengembangkan Diri
Setiap manusia berhak untuk mengembangkan dirinya secara layak. Oleh sebab
itu, muncullah hak asasi untuk mengembangkan diri. Adapun contoh dari hak
ini yaitu setiap manusia berhak untuk berkomunikasi serta mendapatkan
informasi sesuai kebutuhannya, setiap manusia berhak untuk merasakan
manfaat dari pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Contoh terakhir dari
hak mengembangkan diri adalah setiap manusia berhak memperjuangkan
dirinya agar bisa terus berkembang, baik itu secara individu atau kelompok.
4. Hak Memperoleh Keadilan
Setiap manusia berhak untuk mendapatkan keadilan yang sama di mata hukum,
sehingga tidak ada diskriminasi terhadap individu atau kelompok tertentu. Hak
memperoleh keadilan memiliki beberapa contoh, seperti adanya asas praduga
tidak bersalah atau seseorang berhak untuk tidak dinyatakan bersalah, jika
belum ada keputusan hukum yang sah dari sidang pengadilan. Selain itu, setiap
manusia berhak memiliki bantuan hukum saat dimulainya suatu penyidikan
hingga putusan pengadilan.
5. Hak Atas Kebebasan Pribadi
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia berhak untuk menentukan
8
kebebasan yang akan dipilihnya. Kebebasan itu masih akan diperbolehkan
selama tidak merugikan atau membahayakan orang lain. Contoh dari hak atas
kebebasan pribadi, yaitu setiap orang bebas menentukan agama yang akan
dianutnya, setiap orang bebas untuk menentukan pilihan politiknya, setiap
orang bebas mengeluarkan pendapat, setiap orang bebas untuk menentukan
kewarganegaraannya, dan sebagainya.
6. Hak Atas Rasa Aman
Setiap orang berhak untuk mendapatkan rasa aman, sehingga dalam menjalani
kehidupan akan lebih tenang. Hak atas rasa aman mempunyai beberapa contoh,
yaitu setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan diri dan keluarga,
setiap orang berhak bebas dari perbuatan buruk (penyiksaan, kekerasan, dan
lain-lain), dan setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, dipaksa, dan
dibuang dengan sewenang-wenang.
7. Hak Kesejahteraan
Adanya hak asasi manusia ini memberikan manusia untuk mendapatkan hak
kesejahteraan. Manusia yang dapat hidup sejahtera, maka kehidupannya bisa
berjalan dengan baik. Dengan adanya hak kesejahteraan ini, maka setiap orang
tidak boleh mengambil secara paksa atau merampas hak-hak dasar orang lain.
Contoh dari hak kesejahteraan, yaitu setiap orang (laki-laki atau wanita) berhak
untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan martabat kemanusiaan,
setiap orang berhak untuk memilih pekerjaan sesuai bidang yang disukainya.
8.Hak Kebebasan Perpendapat.
Indonesia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi ini memberikan
kebebasan berpendapat untuk masyarakatnya dan memberikan kebebasan
dalam memilih pilihan politiknya. Oleh sebab itu, hadirlah hak untuk ikut serta
dalam pemerintahan yang di mana contoh-contohnya, seperti setiap orang
berhak untuk diangkat menjadi pejabat atau memiliki jabatan di pemerintahan,
setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapatnya terhadap sistem
pemerintahan, dan setiap warga negara berhak untuk ikut Pemilu.

9
9. Hak Wanita
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 ini, terdapat hak wanita.
beberapa contoh dari hak wanita, seperti wanita berhak untuk memperoleh
perlindungan khusus dalam melaksanakan pekerjaannya, wanita berhak untuk
memilih pekerjaan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, wanita
berhak menentukan kewarganegaraannya (setelah menikah dengan pria
berkewarganegaraan asing.)
10. Hak Anak
Setiap anak yang lahir di dunia ini mempunyai hak atas perlindungan oleh
orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara. Contoh dari hak anak, seperti
setiap anak berhak untuk mendapatkan sebuah nama dan status
kewarganegaraan, setiap anak berhak beribadah, berpikir, dan berekspresi
dengan bimbingan orang tua atau wali, dan setiap anak berhak untuk
memperoleh suatu perlindungan hukum dari segala macam tindak kekerasan,
baik itu secara fisik atau mental.
Itulah 10 macam Hak Asasi Manusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang dapat kita ketahui. Dengan
mengetahui macam-macam HAM, maka kita akan mudah mengategorikan HAM.
Macam-Macam HAM Menurut Deklarasi Universal Ham (DUHAM)
Menurut Deklarasi Universal Ham (DUHAM), macam-macam Hak Asasi
Manusia terdiri dari lima jenis, yaitu:
1. Hak personal (yang berkaitan dengan kebutuhan individu)
2. Hak legal (yang berkaitan dengan perlindungan hukum)
3. Hak sipil dan politik (yang berkaitan dengan kebebasan menentukan pilihan
politik)
4. Hak subsistensi (yang berkaitan dengan sumber daya untuk menunjang
kehidupan)
5. Hak ekonomi, sosial dan budaya.
Pada dasarnya, Hak Asasi Manusia ini sudah ada sejak manusia itu sendiri lahir,
sehingga dapat dikatakan bahwa sejak kecil manusia sudah memiliki hak-hak
10
dasar untuk perkembangan hidupnya. Dengan Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi
Manusia (The Universal Declaration of Human Rights), maka masyarakat di
seluruh dunia sudah semestinya untuk saling menjaga dan menjunjung tinggi
HAM. Hal ini perlu dilakukan agar sesama manusia dapat menjalani kehidupan
yang lebih tenang, damai, dan layak.
Di Indonesia, Hak Asasi Manusia (HAM) sudah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 yang di mana di dalam UU tersebut banyak sekali pasal-
pasal yang berhubungan dengan HAM dan lembaga perlindungan HAM. Maka
dari itu, sebagai warga negara Indonesia yang baik kita perlu menjunjung tinggi
HAM.

2.2. Konsep Demokrasi Islam.


2.2.1. Pengertian Demokrasi.
Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang
demokrasi, di antaranya seperti yang dikutip Hamidah :
1 Menurut Joseph A. Schumpeter, demokrasi adalah suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-
individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan
kompetitif atas suatu rakyat. Sidney Hook dalam Encyclopaedia
Americana mendefinisikan demokrasi sebagai suatu bentuk
pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa
2. Menurut Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl, demokrasi
adalah suatu system pemerintahan dimana pemerintah dimintai
pertanggungjawaban atas tindakan-tindakan mereka pada wilayah
publik oleh warga negara yang bertindak secara tidak langsung
melalui kompetisi dan kerja sama dengan wakil mereka yang terpilih
3. Dari definisi tersebut di atas jelaslah bagi kita bahwa demokrasi
11
mengandung nilai-nilai, yaitu adanya unsur keperacayaan yang
diberikan oleh pemerintah kepada rakyat, adanya
pertanggungjawaban bagi seorang pemimpin. Sementara menurut
Abdurrahman Wahid, demokrasi mengandung dua nilai, yaitu nilai
yang bersifat pokok dan yang bersifat derivasi. Menurut
Abdurrahman Wahid, nilai pokok demokrasi adalah kebebasan,
persamaan, musayawarah dan keadilan. Kebebasan artinya
kebebasan individu di hadapan kekuasaan negara dan adanya
keseimbangan antara hak-hak individu warga negara dan hak
kolektif dari masyarakat.
4 Nurcholish Majid, seperti yang dikutip Nasaruddin5 mengatakan,
bahwa suatu negara disebut demokratis sejauhmana negara tersebut
menjamin hak asasi manusia (HAM), antara lain: kebebasan
menyatakan pendapat, hak berserikat dan berkumpul. Karena
demokrasi menolak6 dektatorianisme, feodalisme dan
otoritarianisme. Dalam negara demokrasi, hubungan antara penguasa
dan rakyat bukanlah hubungan kekuasaan melainkan berdasarkan
hukum yang menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).
2.2.2. Prinsip Demokrasi Dalam Islam: Musyawarah, Adil, Amanah,
Tanggung Jawab :
1. Musyawarah atau as-syura
Prinsip ini menjelaskan cara pengambilan keputusan berdasarkan
kesepakatan bersama, dengan mengutamakan kepentingan umum
daripada pribadi atau golongan. As-syura dijelaskan dalam ayat:
a. QS Ali Imran ayat 159
wa syāwir-hum fil-amr
Artinya: "Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu."
b. QS Asy-Syura ayat 38
Wallażīnastajābụ lirabbihim wa aqāmuṣ-ṣalāta wa amruhum syụrā
bainahum wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn
12
Artinya: "Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka."
2. Adil atau al-'adalah
Artinya adalah penegakan hukum di berbagai sektor kehidupan
sehingga berjalan adil dan bijaksana bagi semua orang. Ayat Al
Quran yang menjelaskan prinsip ini adalah:
a. QS Al-Maidah ayat 8
i'dilụ, huwa aqrabu lit-taqwā wattaqullāh, innallāha khabīrum
bimā ta'malụn
Artinya: "Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
b. QS Asy-Syura ayat 15
wa qul āmantu bimā anzalallāhu ming kitāb, wa umirtu li`a'dila
bainakum, allāhu rabbunā wa rabbukum, lanā a'mālunā wa lakum
a'mālukum, lā ḥujjata bainanā wa bainakum, allāhu yajma'u
bainanā, wa ilaihil-maṣīr
Artinya: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan
Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu.
Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal
kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran
antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan
kepada-Nya-lah kembali (kita)."
3. Memenuhi kepercayaan atau al-amanah
Setiap orang yang terlibat dalam demokrasi wajib menjaga amanah,
yang dititipkan saat musyawarah. Prinsip amanah terdapat dalam QS
An-Nisa' ayat 58,
13
Innallāha ya`murukum an tu`addul-amānāti ilā ahlihā wa iżā
ḥakamtum bainan-nāsi an taḥkumụ bil-'adl
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil."
4. Tanggung jawab atau al-masuliyyah
Setiap muslim wajib menyadari, jabatan dan kekuasaan adalah amanah
yang harus dilaksanakan. Mereka yang dititipi amanah wajib
bertanggung jawab di depan Allah SWT dan yang mempercayakannya.
Nabi SAW telah mengingatkan prinsip tanggung jawab dalam
haditsnya,
Artinya: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan
dimintai pertanggungjawabannya." (HR Bukhari).
5. Kebebasan atau al-hurriyyah
Bagi seorang muslim, kebebasan wajib diterapkan selaras dengan
tanggung jawab. Jangan sampai kebebasan dilakukan tanpa kendali
hingga merugikan lingkungan sekitar. Berikut ayat yang mengingatkan
seputar kebebasan dalam demokrasi,
a. QS Ali Imran ayat 104
Ayat ini menjelaskan kebebasan memberi kritik dan saran
Waltakum mingkum ummatuy yad'ụna ilal-khairi wa ya`murụna bil-
ma'rụfi wa yan-hauna 'anil-mungkar, wa ulā`ika humul-mufliḥụn
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung."
b. QS An Nisa ayat 59
Firman Allah SWT dalam ayat ini mengingatkan kebebasan
berpendapat
14
Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī'ullāha wa aṭī'ur-rasụla wa ulil-amri
mingkum, fa in tanāza'tum fī syai`in fa ruddụhu ilallāhi war-rasụl.
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya)."
Dengan penjelasan ini, sesungguhnya Islam dan demokrasi bisa berjalan
beriringan meski beda secara empiri. Islam adalah wahyu Allah SWT sedangkan
demokrasi adalah hasil pemikiran manusia.
Prinsip demokrasi dalam Islam menjamin hak dan kewajiban semua yang terlibat
bisa diterapkan tanpa kecuali.

2.2.3. Demokrasi Dalam Al-Qur’an


Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan
prinsip-prinsip utama demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan
al-Syura: 38 (yang berbicara tentang musyawarah); al-Maidah: 8; al-
Syura: 15 (tentang keadilan); al-Hujurat: 13 (tentang persamaan); al-
Nisa’: 58 (tentang amanah); Ali Imran: 104 (tentang kebebasan
mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang kebebasan
berpendapat) dst. 6 Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab
Mahasin7, agama dan demokrasi memang berbeda. Agama berasal
dari wahyu sementara demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran
manusia. Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya sendiri.
Namun begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi agama
untuk berdampingan dengan demokrasi. Sebagaimana dijelaskan di
depan, bahwa elemen-elemen pokok demokrasi dalam perspektif
Islam meliputi: as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-
masuliyyah dan al-hurriyyah. Kemudian apakah makna masing-
masing dari elemen tersebut?

15
1. as-Syura
Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara
eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura:
38: “Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara mereka”.
Dalam surat Ali Imran:159 dinyatakan:“Dan bermusayawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu”. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling
dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman
khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas
memilih kepala negara atau khalifah. Jelaslah bahwa musyawarah sangat
diperlukan sebagai bahan pertimbanagan dan tanggung jawab bersama di dalam
setiap mengeluarkan sebuah keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan
yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi tanggung jawab bersama. Sikap
musyawarah juga merupakan bentuk dari pemberian penghargaan terhadap orang
lain karena pendapat-pendapat yang disampaikan menjadi pertimbangan bersama.
Begitu pentingnya arti musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
maupun bernegara, sehingga Nabi sendiri juga menyerahkan musyawarah kepada
umatnya.
2. al-‘Adalah
al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen
dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana.
Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah
pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara
lain dalam surat an-Nahl: 90: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan”. (Lihat pula, QS. as-Syura:15; al-
Maidah:8; An-Nisa’:58 dst.). Ajaran tentang keharusan mutlak melaksanakan
hukum dengan adil tanpa pandang bulu ini, banyak ditegaskan dalam al-Qur’an,
bahkan disebutkan sekali pun harus menimpa kedua orang tua sendiri dan karib
kerabat. Nabi juga menegaskan, , bahwa kehancuran bangsa-bangsa terdahulu
ialah karena jika “orang kecil” melanggar pasti dihukum, sementara bila yang
16
melanggar itu “orang besar” maka dibiarkan berlalu9. Betapa prinsip keadilan
dalam sebuah negara sangat diperlukan, sehingga ada ungkapan yang “ekstrem”
berbunyi: “Negara yang berkeadilan akan lestari kendati ia negara kafir,
sebaliknya negara yang zalim akan hancur meski ia negara (yang
mengatasnamakan) Islam”
3. al-Musawah
al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak yang merasa
lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa
tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan
eksploitatif. Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari
dari hegemoni penguasa atas rakyat. Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah
orang atau institusi yang diberi wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui
pemilihan yang jujur dan adil untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan
undang-undang yang telah dibuat. Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung
jawab besar di hadapan rakyat demikian juga kepada Tuhan. Dengan begitu
pemerintah harus amanah, memiliki sikap dan perilaku yang dapat dipercaya,
jujur dan adil. Sebagian ulama’ memahami 11 al-musawah ini sebagai
konsekuensi logis dari prinsip al-syura dan al-‘adalah. Diantara dalil al-Qur’an
yang sering digunakan dalam hal ini adalah surat al-Hujurat:13, sementara dalil
Sunnah-nya cukup banyak antara lain tercakup dalam khutbah wada’ dan sabda
Nabi kepada keluarga Bani Hasyim. Dalam hal ini Nabi pernah berpesan kepada
keluarga Bani Hasyim sebagaimana sabdanya: “Wahai Bani Hasyim, jangan
sampai orang lain datang kepadaku membawa prestasi amal, sementara kalian
datang hanya membawa pertalian nasab. Kemuliaan kamu di sisi Allah adalah
ditentukan oleh kualitas takwanya”.
4. al-Amanah
al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang
kepada orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga
dengan baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang
diberikan kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan
17
tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab. Persoalan amanah ini terkait dengan
sikap adil. Sehingga Allah SWT. menegaskan dalam surat an-Nisa’: 58:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyampaikan amanah kepada
yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”. Karena jabatan
pemerintahan adalah amanah, maka jabatan tersebut tidak bisa diminta, dan orang
yang menerima jabatan seharusnya merasa prihatin bukan malah bersyukur atas
jabatan tersebut. Inilah etika Islam.
5. al-Masuliyyah
al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui, bahwa
kekuasaan dan jabatan itu adalah amanah yang harus diwaspadai, bukan nikmat
yang harus disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau
penguasa harus dipenuhi. Dan kekuasaan sebagai amanah ini memiliki dua
pengertian, yaitu amanah yang harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan
juga amanah yang harus dipertenggungjawabkan di depan Tuhan. Sebagaimana
Sabda Nabi: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin dimintai
pertanggung jawabannya. Seperti yang dikatakan oleh Ibn Taimiyyah, bahwa
penguasa merupakan wakil Tuhan dalam mengurus umat manusia dan sekaligus
wakil umat manusia dalam mengatur dirinya. Dengan dihayatinya prinsip
pertanggungjawaban (al-masuliyyah) ini diharapkan masing-masing orang
berusaha untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi masyarakat luas. Dengan
demikian, pemimpin/ penguasa tidak ditempatkan pada posisi sebagai sayyid al-
ummah (penguasa umat), melainkan sebagai khadim al-ummah (pelayan umat).
Dus dengan demikian, kemaslahatan umat wajib senantiasa menjadi pertimbangan
dalam setiap pengambilan keputusan oleh para penguasa, bukan sebaliknya rakyat
atau umat ditinggalkan.
6. al-Hurriyyah
al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga
masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya.
Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak dan memperhatikan al-akhlaq
18
al-karimah dan dalam rangka al-amr bi-‘l-ma’ruf wa an-nahy ‘an al-‘munkar,
maka tidak ada alasan bagi penguasa untuk mencegahnya. Bahkan yang harus
diwaspadai adalah adanya kemungkinan tidak adanya lagi pihak yang berani
melakukan kritik dan kontrol sosial bagi tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada
lagi kontrol dalam suatu masyarakat, maka kezaliman akan semakin merajalela.
Patut disimak sabda Nabi yang berbunyi: “Barang siapa yang melihat
kemunkaran, maka hendaklah diluruskan dengan tindakan, jika tidak mampu,
maka dengan lisan dan jika tidak mampu maka dengan hati, meski yang terakhir
ini termasuk selemah-lemah iman”. Jika suatu negara konsisten dengan penegakan
prinsip-prinsip atau elemen-elemen demokrasi di atas, maka pemerintahan akan
mendapat legitimasi dari rakyat. Dus dengan demikian maka roda pemerintahan
akan berjalan dengan stabil.

2.2.4. Realitas Demokrasi Di Negara Muslim.


Watak ajaran Islam sebagaimana banyak dipahami orang adalah inklusif dan
demokratis. Oleh sebab itu doktrin ajaran ini memerlukan aktualisasi dalam
kehidupan kongkret di masyarakat. Pertanyaannya kemudian, bagaimana realitas
demokrasi di dunia Islam dalam sejarahnya? Dalam realitas sejarah Islam
memang ada pemerintahan otoriter yang dibungkus dengan baju Islam seperti
pada praktik-praktik yang dilakukan oleh sebagian penguasa Bani ‘Abbasiyyah
dan Umayyah. Tetapi itu bukan alasan untuk melegitimasi bahwa Islam agama
yang tidak demokratis. Karena sebelum itu juga ada eksperimen demokratisasi
dalam sejarah Islam, yaitu pada masa Nabi dan khulafaurrasyidin Adalah
merupakan dalil sosial, bahwa dalam setiap masyarakat terdapat pemimpin dan
yang dipimpin, penguasa dan rakyat, serta muncul stratifikasi sosial yang berbeda.
Demikian pula pada zaman pra-Islam (Jahiliyyah) muncul kelas sosial yang
timpang, yaitu kelas elit-penguasa dan kelas bawah yang tertindas. Kelas bawah
ini seringkali menjadi ajang penindasan dari kelompok elit. Pada masa jahiliyah
kekuasaan dan konsep kebenaran milik penguasa. Konsentrasi kekuasaan dan
kebenaran di tangan penguasa tersebut mengakibatkan terjadinya manipulasi nilai
19
untuk memperkuat dan memperkokoh posisi mereka sekaligus menindas yang
lemah. Proses seperti ini berlangsung cukup lama tanpa ada perubahan yang
berarti. Dalam kondisi seperti itu, terdapat dua stratifikasi sosial yang berbeda,
yaitu maysarakat kelas atas (elit) yang hegemonik, baik sosial maupun ekonomi
bahkan kekerasan fisik sekalipun, dan kelas bawah (subordinate) yang tak
berdaya. Demikianlah setting sosial-politik yang terjadi pada masyarakat Arab
(Makkah-Madinah) pra-Islam. Dan seperti kata Guillaume , komunitas Yahudilah
yang telah mendominasi kekuasaan politik dan ekonomi saat itu, hingga kemudian
nabi Muhammad datang merombak struktur masyarakat yang korup tersebut. Nabi
hadir membawa sistem kepercayaan alternatif yang egaliter dan membebaskan.
Karena ajaran yang disampaikan nabi membawa pesan bahwa segala ketundukan
dan kepatuhan hanya diberikan kepada Allah, bukan kepada manusia. Karena
kebenaran datang dari Allah, maka kekuasaan yang sebenarnya juga berada pada
kekuasaan-Nya, bukan kepada raja. Secara empirik kemudian Nabi melakukan
gerakan reformasi dengan mengembalikan kekuasaan dari tangan raja (kelompok
elit) kepada kekuasaan Allah melalui sistem musyawarah. Kehadiran Nabi
tersebut membawa angin segar bagi “masyarakat baru” yang mendambakan
sebuah kondisi sosial masyarakat yang adil dan beradab. Karena apa yang dibawa
Nabi sebetulnya sistem ajaran yang menegakkan nilai-nilai sosial: persamaan hak,
persamaan derajat di antara sesama manusia, kejujuran dan keadilan (akhlaq
hasanah). Selain itu, sesuai posisinya sebagai pembawa rahmat, Nabi terus
berjuang merombak masyarakat pagan-jahiliyah menuju masyarakat yang
beradab, atau dalam bahasa al-Qur’an disebut min-’l-Dhulumat ila-’l-Nur (lihat
QS. Al-Baqarah:257, al-Maidah:15, al-Hadid: 9, al-Thalaq:10-11 dan al-
Ahzab:41-43). Masyarakat Arab sebelum Islam (Jahiliyah) terdiri dari kabilah-
kabilah, setiap kabilah mengembangkan fanatisme (‘ashabiyyat) kabilahnya,
sehingga diantara mereka terjerumus dalam pertentangan, kekecauan politik dan
sosial. Diantara mereka tidak mengenal persamaan, tetapi bersaing dan saling
mengunggulkan keleompoknya dan terjadi diskriminasi. Kondsisi seperti ini
kemudian menggugah Nabi Muhammad untuk merubahnya dan mengarahkan
20
kepada persamaan dan kesetaraan antar mereka. Sebab persamaan tersebut
sejalan dengan kemaslahatan umum yang menjamin hak-hak istemewa diantara
mereka, sebab prinsip persamaan dalam Islam adalah pengakuan hak-hak yang
sama antara kaum muslimin dan bukan muslim Selama kurang lebih 10 tahun (di
Madinah) Nabi telah melakukan reformasi secara gradual untuk menegakkan
Islam, sebagai sebuah agama yang memiliki perhatian besar terhadap tatanan
masyarakat yang ideal. Dan masyarakat yang dibangun Nabi saat itu adalah
masyarakat pluralistik yang terdiri dari berbagai suku, agama dan kepercayaan.
Masyarakat seperti yang dikehendaki dalam rumusan piagam Madinah adalah
masyarakat yang memiliki kesatuan kolektif dan ingin menciptakan masyarakat
muslim yang berperadaban tinggi, baik dalam konteks relasi antar manusia
maupun dengan Tuhan. Sebagai seorang pemimpin, Nabi memiliki kekuatan
moral yang tinggi. Kasih sayang terhadap golongan yang lemah seperti kaum
feminis, para janda dan anak-anak yatim menunjukkan komitmen moralnya
sebagai seoarang pemimpin umat yang plural. Dalam kesempatan pidato
terakhirnya di padang Arafah misalnya, beliau berpesan kepada para pengikutnya
supaya memperlakukan kaum wanita dengan baik dan bersikap ramah terhadap
mereka. “Surga di bawah telapak kaki ibu”, jawab nabi ketika salah seorang
sahabat bertanya tentang jalan pintas masuk surga. Kalimat tersebut diulang
sampai tiga kali. Salah satu sifat pemaaf dan toleransi nabi yang luar biasa adalah
tampak pada kasus Hindun, salah seorang musuh Islam yang dengan dendam
kusumatnya tega memakan hati Hamzah, seoarng paman nabi sendiri dan
pahlawan perang yang terhormat. Kala itu orang hampir dapat memastikan bahwa
nabi tidak akan pernah memaafkan seorang Hindun yang keras kepala itu.
Ternyata tak diduga-duga ketika kota Makkah berhasil dikuasai oleh orang Islam
dan Hindun yang menjadi tawanan perang itu pada akhirnya dimaafkan. Melihat
sikap nabi yang begitu mulia tersebut dengan serta merta Hindun sadar dan
menyatakan masuk Islam seraya menyatakan, bahwa Muhammad memang
seorang rasul, bukan manusia biasa. Tidak hanya itu saja, sikap politik nabi yang
sangat sulit untuk ditiru oleh seorang pemimpin modern adalah, pemberian
21
amnesti kepada semua orang yang telah berbuat kesalahan besar dan berlaku kasar
kepadanya. Tetapi dengan sikap nabi yang legowo dan lemah lembut itu justru
membuat mereka tertarik dengan Islam, sebagai agama rahmatan lil-’alamin.
Seperti yang dicatat oleh Akbar S. Ahmed seorang penulis sejarah Islam
kenamaan dari Pakistan, bahwa penaklukan Makkah oleh nabi yang hanya
menelan korban kurang dari 30 jiwa manusia itu merupakan kemenangan perang
yang paling sedikit menelan korban jiwa di dunia dibanding dengan kemenangan
beberapa revolusi besar lainnya seperti Perancis, Rusia, Cina dan seterusnya. Hal
ini bisa dipahami karena perang dalam perspektif Islam bukan identik dengan
penindasan, pembunuhan dan penjarahan, seperti yang dituduhkan sebagian kaum
orientalis selama ini, melainkan lebih bersifat mempertahankan diri. Oleh sebab
itu secara tegas nabi pernah menyatakan: “Harta rampasan perang tidak lebih baik
dari pada daging bangkai”. Demikian juga larangannya untuk tidak membunuh
kaum perempuan, anak-anak dan merekayang menyerah kalah. Nilai-nilai islami
yang tercermin dalam figur nabi yang melampauibatas ikatan primordialisme dan
sektarianisme memberikan rasa aman dan terlindung bagi masyarakat yang
pluralistik. Perkawinan nabi dengan seorang istri dari luar rumpun keluarga,
kecintaannya terhadap Bilal, seorang budak kulit hitam yang menjadi muazzin
pertama Islam dan pidatonya pada kesempatan haji wada’ di Arafah yang
menentang pertikaian suku dan kasta telah membuktikan sikap arif dan bijak
kepemimpinannya. Pengalaman demokrasi telah dipraktikkan Nabi dalam
memimpin masyarakat Madinah. Dalam hal keteguhan berpegang kepada aturan
hukum misalnya, masyarakat Madinah yang dipimpin Nabi telah memberi teladan
yang sebaik-baiknya. Sejalan dengan perintah Allah kepada siapa pun agar
menunaikan amanah yang diterima dan menjalankan hukum dan tata aturan
manusia dengan tingkat kepastian yang sangat tinggi. Dimana dengan kepastian
hukum tersebut melahirkan rasa aman pada masyarakat, sehingga masing-masing
warga dapat menjalankan tugasnya dengan tenang dan mantap. Karena seperti
ungkap Nurcholis Majid kepastian hukum itu pangkal dari paham yang amat
teguh, bahwa semua orang adalah sama (sawasiyyat) dalam kewajiban dan hak
22
dalam mahkamah, dan keadilan tegak karena hukum dilaksanakan tanpa
membedakan siapa terhukum itu, satu dari yang lain. Kebijakan-kebijakan Nabi
dalam memimpin umat di Madinah tertuang dalam Piagam Madinah, yang
mengatur kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Piagam Madinah menjadi
dasar kehidupan bermasyarakat yang mengatur berbagai persoalan umat, meliputi:
persatuan dan persaudaraan, hubungan antar umat beragama, perdamaian,
persamaan, toleransi, kebebasan dst. Prinsip-prinsip tersbut telah diterapkan Nabi
dan berhasil dengan baik, sehingga tercipta suasana kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan berbegara dengan aman dan penuh kedamaian dalam masyarakat
yang majmuk, baik ditinjaua dari aspek, agama, etnis maupun budaya. Sampai
pada masa khulafaurrasyidin, praktik demokrasi itu masih berlangsung dengan
baik, meski ada beberapa kekurangan. Kenyataan ini menunjukkan, bahkwa
demokratisasi pernah terwujud dalam pemerintahan Islam. Memang harus diakui,
pasca Nabi dan khulafaurrasyidin --karena kepentingan dan untuk melanggengkan
status quo raja-raja Islam-- demokrasi sering dijadikan tumbal. Seperti
pengamatan Mahasin, bahwa di beberapa bagian negara Arab misalnya, Islam
seolah-olah mengesankan pemerintahan raja-raja yang korup dan otoriter. Tetapi
realitas seperti itu ternyata juga dialami oleh pemeluk agama lain. Gereja Katolik
misalnya, bersikap acuh-takacuh ketika terjadi revolusi Perancis. Karena sikap
tersebut, kemudian agama Katolik disebut sebagai tidak demokratis. Hal yang
sama ternyata juga dialami oleh agama Kristen Protestan, dimana pada awal
munculnya, dengan reformasi Martin Luther, Kristen memihak elit ekonomi,
sehingga merugikan posisi kaum tani dan buruh. Tak mengherankan kalau Kristen
pun disebut tidak demokratis. Melihat kenyataan sejarah yang dialami oleh elit
agama-agama di atas, maka tesis Huntington dan Fukuyama yang mengatakan,
“bahwa realitas empirik masyarakat Islam tidak kompatibel dengan demokrasi”
adalah tidak sepenuhnya benar. Bahkan Huntington mengidentikkan demokrasi
dengan The Western Christian Connection. Mengikuti perspektif Akbar S.
Ahmed, dengan menggunakan paradigama tipologi, maka dalam sejarah Islam
terdapat dua tipe: ideal dan non-ideal. Tipe ideal bersumber dari kitab suci dan
23
kehidupan Nabi (sirah Nabawiyah, sunnah). Tipe ideal adalah tipe yang paling
abadi dan taat azaz (konsisten). Sejarah Islam (sosial umat Islam) mengandung
banyak bukti yang menunjukkan adanya hubungan dinamis antara masyarakat
dengan upaya para ulama’ dan para intelektual Muslim untuk mencapai model
ideal. Wawasan dan tipe ideal tersebut membuka peluang timbulnya dinamika
dalam masyarakat Muslim. Ketika dalam proses pergumulan sejarahnya inilah
umat Islam menghadapi tantangan yang berat dan kerapkali jauh dari wilayah
yang ideal tadi. Itulah maka ada term Islam ideal dan Islam historis. Dengan
demikian, betapa sulitnya menegakkan demokrasi, yang di dalamnya menyangkut
soal: persamaan hak, pemberian kebebasan bersuara, penegakan musyawarah,
keadilan, amanah dan tanggung jawab. Sulitnya menegakkan praktik
demokratisasi dalam suatu negara oleh penguasa di atas, seiring dengan
kompleksitas problem dan tantangan yang dihadapinya, dan lebih dari itu adalah
menyangkut komitmen dan moralitas sang penguasa itu sendiri. Dengan
demikian, memperhatikan relasi antara agama dan demokrasi dalam sebuah
komunitas sosial menyangkut banyak variabel, termasuk variabel independen
non-agama. Sementara itu Bahtiar Effendy menegaskan, bahwa kurangnya
pengalaman demokrasi di sebagian besar negara Islam tidak ada hubungannya
dengan dimensi “interior” ajaran Islam. Secara teologis menurut Effendy, bahwa
kegagalan banyak negara Islam untuk mengembangkan mekanisme politik yang
demokratis antara lain karena adanya pandangan yang legalistik dan formalistik
dalam melihat hubungan antara Islam dan politik. Oleh karenanya menurut
Effendy perlu pendekatan substansialistik terhadap ajaran Islam agar dapat
mendorong terciptanya sebuah sintesa yang memungkinkan antara Islam dan
demokrasi. Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha
menerapkan prinsip-prinsip Islam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka
demokrasi. Teori politik Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam:
pemimpin harus dipilih oleh rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk
mempraktekkan "syura", sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan

24
oleh Nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam berbagai hadits
dengan komunitas mereka Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai
berikut :
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan
keputusan politik,baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi rakyat (warga negara).
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen
sebagai alat penegakan hukum
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi
dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk
di lembaga perwakilan rakyat.
8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan
(memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga
perwakilan rakyat.
9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama,
golongan, dan sebagainya).

25
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil.
Setelah penulis mengadakan penelitian terhadap budaya Jumat Berkah di
lingkungan kelompok pengajian “ Muslimat “ di RT.2 / RW.1 Dusun Ledok Desa
Pasirian Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang maka didapatkan hasil sebagai
berikut, bahwa masing-masing anggota kelompok pengajian yang didominasi para
wanita itu baik remaja dan Ibu - ibu, setelah mengadakan beberapa kali pertemuan
rutin setiap malam Jumat pada acara pengajian yang dipimpin oleh Ibu Hj.
Niswatul Chasanah dan dihadiri pula oleh para tokoh Agama dan Alim Ulama
yang berpengalaman dibidangnya, maka tumbuh kesepakatan bersama untuk
mewujudkan gerakan sosial yang bermanfaat bagi umat sehingga tercetuslah
resolusi yang berisi tujuh poin yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh seluruh
anggota kelompok pengajian yang bersangkutan maupun bagi partisipan yang
peduli terhadap gerakan sosial tersebut. Dan ternyata poin – poin tersebut bagi
penulis cukup mempunyai relefansi dengan unsur – unsur yang terkandung dalam
HAM pada perspektif Islam yang penulis pelajari. Poin – poin resolusi tersebut
dapat disampaikan sebagai berikut :
- Pertama, umat Islam diharapkan melengkapi diri dengan ilmu dan
keterampilan yang tepat melalui sumber terpercaya untuk menghadapi
berbagai doktrin dan tantangan baru. Hal itu demi memastikan hak-hak
yang diperjuangkan sesuai prinsip dan bebas dari unsur yang bertentangan
dengan Islam.
- Kedua, perlunya memberdayakan komitmen kehidupan beragama sebagai
satu cara hidup, demi memastikan setiap individu muslim mampu
menyikapi realitas kehidupan saat ini yang berporos kepada prinsip dan
panduan ajaran Islam.
- Ketiga, mencari titik persamaan atas nilai-nilai kemanusiaan seperti
martabat dan kehormatan, kemerdekaan dan kebebasan, kesetaraan dan
kesamaan, serta persaudaraan sebagai dasar kesempatan untuk
26
bekerjasama menangani isu-isu hak asasi manusia yang sejalan dengan
Islam.
- Keempat, menyebarluaskan pemahaman tentang Islam sebagai satu sistem
nilai dan etika, yang berkontribusi kepada kebaikan bersama.
- Kelima, Memperkuat perjuangan hak asasi manusia yang sejalan dengan
tuntutan Islam, berdasarkan strategi menekankan prinsip-prinsip Islam
sebagai sistem etika tentang HAM, meningkatkan pemahaman masyarakat
terkait prinsip HAM sesuai etika Islam, serta meningkatkan efektivitas
jaringan kerjasama antarotoritas agama di setiap wilayah, organisasi dan
individu, demi memperkuat perjuangan isu-isu hak asasi dari perspektif
Islam.
Untuk dapat menghasilkan poin – poin resolusi yang bermanfaat tersebut tidaklah
semudah membalikkan tangan, banyak timbul pro dan kontra dalam menyusun
serta merumuskannya agar mudah untuk dipahami dan dilaksanakan. Sikap saling
mengahargai selalu diutamakan, hal tersebut kiranya sudah sangat relefan dengan
landasan Hak Asasi Manusia dan Demokrasi yang tidak dapat dipisahkan.
Demokrasi yang memperjuangkan hak atas kebebasan menyatakan pendapat,
berserikat dan berpartisipasi aktif dalam menentukan pembangunan manusia
seutuhnya sesuai dengan perspektif Islam.
Berhubungan dengan resolusi yang telah disepakati bersama tersebut diatas,
diprakarsai oleh para remaja putri dan Ibu-ibu maka sejak dua tahun yang lalu
dicanangkanlah sebuah gerakan berupa gerakan sosial yang lebih dikenal dengan
nama “ Jumat Berkah “.Program Jumat Berkah adalah program sedekah berupa
pembagian makanan yang diberikan kepada masyarakat sekitar dengan tujuan di
antaranya yaitu sedekah dan menyambung silaturahmi bersama masyarakat
setempat karena kegiatan dilakukan secara bersama-sama. Selain itu juga
membantu perekonomian warga yang notabene-nya warga menengah ke bawah
yang secara ekonomi tergolong kurang mampu. Program ini mendapat respon
positif dan mendapat sambutan yang sangat antusiasisme dari masyarakat hingga
sekarang.
27
3.2. Pembahasan.
Menyikapi seluruh hasil yang diperoleh dari penelitian ini, kiranya dapat
diberikan ulasan secara khusus dan jelas tentang unsur-unsur yang terangkum
dalam kegiatan Jumat Berkah tersebut. Menilik dari sejak awal terbentuknya
program Jumat Berkah, yang dilalui mulai proses permusyawarahan hingga
terjadinya kesepakatan dari seluruh anggota kelompok pengajian Muslimat
bersama para tokoh agama dan Alim Ulama, sudah sangat jelas bahwa langkah-
langkah yang senafas dengan hak asasi manusia dan demokrasi sudah
dilaksanakan sepenuhnya terbukti poin resolusi telah dihasilkan dan disepakati
bersama. Disisi lain program Jumat Berkah ternyata juga memenuhi syarat
berkenaan dengan Prinsip Demokrasi Dalam Islam: yaitu musyawarah, adil,
amanah, dan tanggung jawab .Setiap anggota dalam program Jumat Berkah,
menurut hasil pengamatan telah menunjukkan perilaku yang selaras dengan
prinsip-prinsip yang termaktub dalam Demokrasi Islam, sebagaimana disebutkan
berikut :
1.: Musyawarah atau as-syura.
Prinsip ini menjelaskan cara pengambilan keputusan berdasarkan kesepakatan
bersama, dengan mengutamakan kepentingan umum daripada pribadi atau
golongan. As-syura dijelaskan dalam ayat:
a. QS Ali Imran ayat 159
wa syāwir-hum fil-amr
Artinya: "Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu."
b. QS Asy-Syura ayat 38
Wallażīnastajābụ lirabbihim wa aqāmuṣ-ṣalāta wa amruhum syụrā
bainahum wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn
Artinya: "Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka."

28
2. Adil atau al-'adalah
Artinya adalah penegakan hukum di berbagai 34ector kehidupan sehingga
berjalan adil dan bijaksana bagi semua orang. Ayat Al Quran yang menjelaskan
prinsip ini adalah:
a. QS Al-Maidah ayat 8
i'dilụ, huwa aqrabu lit-taqwā wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā
ta'malụn
Artinya: "Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan."
b. QS Asy-Syura ayat 15
wa qul āmantu bimā anzalallāhu ming kitāb, wa umirtu li`a'dila
bainakum, allāhu rabbunā wa rabbukum, lanā a'mālunā wa lakum
a'mālukum, lā ḥujjata bainanā wa bainakum, allāhu yajma'u bainanā, wa
ilaihil-maṣīr
Artinya: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan
aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan
kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu
amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah
mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)."
3. Memenuhi kepercayaan atau al-amanah
Setiap orang yang terlibat dalam demokrasi wajib menjaga amanah, yang
dititipkan saat musyawarah. Prinsip amanah terdapat dalam QS An-Nisa' ayat
58 : Innallāha ya`murukum an tu`addul-amānāti ilā ahlihā wa iżā ḥakamtum
bainan-nāsi an taḥkumụ bil-'adl
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil."
4. Tanggung jawab atau al-masuliyyah
Setiap muslim wajib menyadari, jabatan dan kekuasaan adalah amanah yang
29
harus dilaksanakan. Mereka yang dititipi amanah wajib bertanggung jawab di
depan Allah SWT dan yang mempercayakannya. Nabi SAW telah
mengingatkan prinsip tanggung jawab dalam haditsnya,
Artinya: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawabannya." (HR Bukhari).
5. Kebebasan atau al-hurriyyah
Bagi seorang muslim, kebebasan wajib diterapkan selaras dengan tanggung
jawab. Jangan sampai kebebasan dilakukan tanpa kendali hingga merugikan
lingkungan sekitar. Berikut ayat yang mengingatkan seputar kebebasan dalam
demokrasi,
a. QS Ali Imran ayat 104
Ayat ini menjelaskan kebebasan memberi kritik dan saran
Waltakum mingkum ummatuy yad'ụna ilal-khairi wa ya`murụna bil-ma'rụfi
wa yan-hauna 'anil-mungkar, wa ulā`ika humul-mufliḥụn
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."
b. QS An Nisa ayat 59
Firman Allah SWT dalam ayat ini mengingatkan kebebasan berpendapat
Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī'ullāha wa aṭī'ur-rasụla wa ulil-amri mingkum,
fa in tanāza'tum fī syai`in fa ruddụhu ilallāhi war-rasụl.
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya)."
Dengan penjelasan ini, sesungguhnya Islam dan demokrasi bisa berjalan
beriringan meski beda secara empiri. Islam adalah wahyu Allah SWT sedangkan
demokrasi adalah hasil pemikiran manusia.
Prinsip demokrasi dalam Islam menjamin hak dan kewajiban semua yang terlibat
bisa diterapkan tanpa kecuali.
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan.
Program Jumat Berkah merupakan kegiatan sosial yang dalam hal ini
dilaksanakan oleh kelompok pengajian Muslimat di RT.2 / RW.1 Dusun Ledok
Desa Pasirian Kecamatan Pasirian – Lumajang, ternyata sesuai hasil penelitian
menunjukkan adanya proses sejak awal perencanaan hingga dilaksanakan
permusywarahan kemudian membuahkan kesepakatan kemudian berlanjut pada
pengimplemintasian dan pengamalan di lapangan, sudah menunjukkan
keselarasan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan demokrasi dalam Islam
yaitu musyawarah, adil, amanah, dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya.
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum
dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu
yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya
darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan
Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
Sedangkan demokrasi menurut islam yaitu meminta pendapat dan mencari
kebenaran.
4.2. Saran.
Adapun saran yang dapat diberikan, yaitu bahwa program / budaya Jumat
Berkah tersebut dapat terus berlanjut dan terus bisa dikembangkan lebih luas lagi
cakupannya, bukan saja hanya level RT namun lebih dari itu. Kemudian untuk
semua masyarakat Islam agar selalu berpegang teguh terhadap syari’at islam dan
al-qur’an. Karena dengan kita selalu berpegang teguh terhadap syari’at Islam dan
al-qur’an, Insyaallah jalan hidup kita akan jauh lebih baik.

31
UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada ibu Hj. Niswatun Chasanah dan para tokoh agama dan
para ahli ulama dan saya ucapkan juga kepada sekelompok pengajian
muslimat di Desa. Pasirian, Kecamatan Pasirian, Kabupaten. Lumajang atas
diberikannya kesempatan untuk melakukan penelitian HAM dan Demokrasi
Islam Serta Peran Kelompok Pengajian Muslimat di Pasirian untuk
memenuhi tugas Penelitian Agama Islam
Dan saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Afandi, M.Pd.I selaku
Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membimbing dan
membantu saya dalam proses pembuatan Artikel Penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Baqi, Muhammad Fuad, al-Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an al-


Karim, Libanon, Dar al-Ihya’ al-Turats. Ahmad, Akbar S. Citra
Muslim,1992, Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, terjemahan Nunding Ram
dan Ali Yaqub, Jakarta, Erlangga, 11 Nopember 2022.
Lilis Setyawaty, 2013, Makalah Hukum HAM dan Demokrasi Menurut Islam,
Universitas Negeri Gorontalo, 11 Nopember 2022
Imam Aziz, et.al., (ed), 1999, Agama, Demokrasi dan Keadilan, Jakarta,
Gramedia., 11 Nopember 2022 .
Pulungan, Suyuti., 1994, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah.
Jakarta, Rajawali Press, 11 Nopember 2022.
Tamara, M. Nasir dan Elza Peldi Taher (eds.),1996, Agama dan Dialog Antar
Peradaban, Jakarta, Mizan, 11 Nopember 2022.
Zainuddin, M, “Islam Tak Kompatibel Dengan Demokrasi?” dalam Jaringan
Islam Liberal, 11 Nopember 2022
Chyntia Sami Bhayangkara, 2022, Jumat Mubarok Artinya Apa? Ketahui
Pengertian dan Keutamaannya, Suara.com, Jakarta, 11 Nopember 2022

Anda mungkin juga menyukai