Anda di halaman 1dari 23

PENGGUNAAN ELECTRIC VEHICLE DAN STASIUN

PENGISIAN DAYA DALAM RANGKA MENUNJANG ENERGI


BERSIH DAN TERBARUKAN

Disusun Oleh :

Aditya Putranto | 2006531062

Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

i
Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................................................................ i


Bab 1. Pendahuluan .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2

Bab 2. Pembahasan ........................................................................................................... 3

2.1 Gambaran Umum Kendaraan Listrik (EV) ....................................................... 3


2.1.1 Dampak dari adanya EV ................................................................................ 5
2.1.2 Teknologi Pengisian Daya EV ....................................................................... 6
2.2 Gambaran Umum Infrastruktur Pengisian Daya............................................... 8
2.2.1 Tipe-Tipe Stasiun Pengisian Daya ................................................................. 10

2.2.2 Perkembangan charging station di Indonesia ................................................ 13

2.3 Integrasi EV pada Jaringan Listrik (EVGI) beserta Pengaruhnya .................... 15


2.3.1 Pengembangan dan Tren Masa Depan EVGI ................................................ 18

Bab 3. Penutup .................................................................................................................. 20

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 20


3.2 Saran ................................................................................................................. 20

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, beberapa pemimpin dunia mulai resah dengan adanya dampak dari pemanasan global.
Dengan adanya kampanye Sustainable Development Goals (SDGs) dalam rangka mencapai
penggunaan energi yang handal, berkelanjutan, terjangkau, dan bersih. Kampanye ini dimulai dari
pengentasan kemiskinan melalui kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan, pasokan air, dan
industrialisasi hingga mitigasi perubahan iklim. Saat ini sumber energi yang digunakan oleh kita,
sebagian besar bersumber dari sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, seperti batubara,
geothermal, dan lain sebagainya. Hal ini tentu tidak sinkron dengan pertumbuhan masyarakat yang
cenderung eksponensial, sehingga dikhawatirkan sumber energi tersebut bisa saja habis atau tidak
mampu mencukupi kebutuhan di masa depan nanti.
Dengan adanya masalah tersebut, terdapat beberapa solusi, salah satunya adalah penggunaan
EV. EV atau mobil listrik menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dan mampu mengurangi
penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, yaitu minyak dan gas. Disini saya yakin
bahwa perkembangan EV adalah salah satu cara dalam mencapai clean and affordable energy
asalkan regulasi, infrastruktur, serta implementasi dari EV itu diterapkan secara baik dengan
meninjau segala peluang serta risiko pada perkembangannya. Salah satu infrastruktur agar
mendukung kendaraan listrik, yaitu fasilitas pengisian daya. Indonesia terdapat 3 infrastruktur
pengisian daya baterai, yaitu SPLU , SPKLU, dan SPBKLU dimana SPLU khusus pengisian
kendaraan motor listrik, SPKLU khusus pengisian mobil listrik, dan SPBKLU untuk penukaran
baterai kendaraan listrik.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa itu EV?
2. Apa saja dampak dari penggunaan EV serta pembangunan charging infrastructure?
3. Bagaimana teknologi pengisian daya EV?
4. Bagaimana tinjauan umum dari infrastruktur pengisian daya EV?
5. Apa tipe-tipe stasiun pengisian daya baterai?

1
6. Bagaimana perkembangan infrastruktur pengisian daya baterai kendaraan listrik di
Indonesia?
7. Apa yang dimaksud EVGI dan bagaimana pengaruhnya?
8. Bagaimana EVGI dapat menunjang perkembangan EV di masa depan?

1.3 Tujuan Pembahasan


Makalah ini secara khusus menyajikan studi tentang kendaraan listrik beserta
perkembangan stasiun pengisian kendaraan listrik umum di Indonesia yang bertujuan untuk
mendapatkan kondisi terkini terkait perkembangan fasilitas public charging station di Indonesia,
dan hubungannya dengan sektor tenaga listrik untuk elektrifikasi skala besar menggunakan metode
grid integration demi memenuhi SDGs terutama dalam memastikan akses ke energi yang
terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua. Harapan saya makalah ini dapat
membantu masyarakat dalam penggunaan kendaraan listrik dan juga pengembangan bidang public
charging di Indonesia.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kendaraan Listrik (EV)


Kendaraan litsrik merupakan sebuah kendaraan yang berbahan bakar listrik,
dimana listrik yang digunakan bersumber dari sebuah baterai yang biasanya terletak di
bagian bawah kendaraan tersebut. Selain itu, EV atau kendaraan listrik menggunakan
sebuah motor listrik sebagai ganti dari mesin konvensional yang memanfaatkan internal
combustion (pembakaran internal). Baterai yang digunakan oleh EV, biasanya
menggunakan baterai lithium-ion yang dayanya dapat diisi melalui sebuah stopkontak di
kendaraan tersebut. Baterai lithium-ion ini memiliki keunggulan berupa usia pakai yang
lebih lama, kepadatan energi yang lebih tinggi, dan mampu menampung daya yang lebih
tinggi, sehingga dinilai lebih praktis.
Terdapat empat jenis EV, pertama ada Hybrid EV dan kedua ada Plug-in Hybrid
EV. Hal ini sedikit berbeda dengan kendaraan listrik yang kita kenal karena kedua tipe ini
masih menggunakan mesin konvensional sebagai penggerak utama dan baterai serta motor
listrik sebagai penggerak cadangan. Untuk hybrid EV, sistem pengisian baterai berasal dari
regenerative braking atau sistem pengereman mobil, dimana saat mobil melakukan
pengereman, energi panas yang terbuang dikonversi menjadi energi listrik dan disalurkan
ke baterai. Sedangkan, untuk plug-in Hybrid EV, baterai pada kendaraan tipe ini dapat diisi
melalui sebuah sumber listrik eksternal. Untuk dua tipe lainnya, yaitu Battery EV dan Fuel
cell EV merupakan sebuah kendaaran yang sepenuhnya menggunakan energi listrik. Untuk
Battery EV, sumber energi berasal dari baterai yang dapat diisi menggunakan sumber listrik
eksternal dan tidak mengandung bahan bakar cair. Sedangkan, untuk fuel cell EV,
kendaraan ini ditenagai oleh listrik yang berasal dari hidrogen bertekanan tinggi yang
tersimpan di dalam kendaraan.

3
Gambar 1. Tipe – Tipe Kendaraan Listrik

Terdapat beberapa keunggulan EV dibandingkan dengan kendaraan yang


menggunakan mesin konvensional, pertama ramah lingkungan. EV menghasilkan emisi
atau gas buang lebih sedikit jika dibandingkan kendaraan konvensional, sehingga polusi
udara yang dihasilkan lebih sedikit. Ditambah jika sumber energi yang digunakan untuk
mengisi EV merupakan sumber energi bersih dan terbarukan, maka stabilitas energi
menjadi lebih besar dan peluang terjadinya pemanasan global menjadi lebih kecil. Kedua
lebih efisien dan senyap. Diketahui, jika jumlah energi dari sumber bahan bakar yang
diubah menjadi energi aktual untuk menggerakkan roda kendaraan pada EV lebih efisien
daripada kendaraan konvensional, dimana baterai EV mengubah 59 hingga 62 persen
energi menjadi pergerakan kendaraan, sedangkan kendaraan konvensional hanya
mengubah antara 17 dan 21 persen. Sehingga lebih efisien, selain itu kendaraan EV lebih
senyap karena hanya mengeluarkan suara saat mundur atau melaju di bawah 19km/jam,
sehingga dapat meminimalisir polusi suara. Ketiga, biaya operasional EV lebih murah.
Biaya maintenance EV di bagian mesin hanya ditujukan di bagian motor listrik dan baterai,
tidak seperti mobil konvensional yang terdiri dari beberapa bagian mesin untuk
menggerakan kendaraan tersebut, sehingga perlu dicek dan dirawat secara berjangka dan
bahkan perlu diganti. Selain itu biaya pengisian EV lebih rendah dibandingkan bahan bakar
fosil.
Saat ini, jumlah EV di dunia meningkat melewati batas lima juta pada tahun 2019,
karena harga turun dan produsen meluncurkan model baru. China, AS, dan Eropa

4
menyumbang lebih dari 90% penjualan EV pada tahun 2016. Bahkan program kendaraan
listrik ini juga didukung oleh pemerintah Indonesia, mulai dari pembebasan aturan ganjil-
genap bagi pengguna kendaraan listrik, biaya pajak pertahun yang lebih rendah, serta
pembangunan EV Charging Station di beberapa tempat peristirahatan di jalan toll.

2.1.1 Dampak dari Adanya EV

Dengan meningkatnya penetrasi kendaraan listrik di sektor transportasi dan diperkirakan akan
meningkat sebesar 30% dalam waktu dekat (Global EV Outlook, 2020), hal ini diperkirakan akan
menciptakan permintaan energi yang besar dari jaringan listrik. Oleh karena itu, sistem kelistrikan
tradisional membutuhkan peningkatan yang mendesak. Peningkatan mobil listrik ini juga
menimbulkan banyak dampak buruk bagi jaringan distribusi dan lingkungan. Namun, dengan
bantuan teknologi pintar, efek berbahaya ini bisa diminimalkan. Meskipun mobil listrik
mengurangi emisi gas rumah kaca, namun juga dapat meningkatkan penggunaan sumber energi
terbarukan (AH Fathima, 2015). Diklasifikasikan, mobil listrik memiliki tiga efek utama, yaitu:

a. Dampak Ekonomi
Mobil listrik dapat ditelaah dalam dua subkatogeri, yaitu berdasarkan pemilik mobil listrik
dan program bantuan online berbasis . Dari sudut pandang pemilik mobil listrik, bahan
bakar dan biaya pengoperasian jauh lebih rendah dibandingkan dengan mesin pembakaran
dalam. Efisiensi mesin pembakaran dalam sekitar 15-18%, sedangkan efisiensi mobil
listrik meningkat menjadi 60-70% (T. Fujita, 2017). Namun, kemacetan lalu lintas
tercermin dari biaya perolehan mobil listrik yang jauh lebih tinggi daripada mesin bakar
saat ini. Namun, dengan teknologi V2G (Vehicle-to-Grid), rintangan keuangan dapat
diminimalkan dengan memasukkan energi yang disimpan dalam baterai mobil listrik ke
jaringan untuk pembangkitan modal. Dari perspektif layanan jaringan, proliferasi
kendaraan listrik meningkatkan beban pada sistem yang ada.
b. Dampak Lingkungan
Gas CO2 adalah metrik yang umum digunakan untuk mengukur dampak lingkungan dari
proilferasi mobil listrik. Mobil listrik ditemukan memiliki emisi CO2 yang lebih rendah
dan emisi roda-ke-roda yang lebih rendah dibandingkan dengan mesin pembakaran internal
(E. Akhavan-Rezai, M.F. Shaaban, E.F. El-Saadany, A. Zidan, 2012). Namun, ini tidak

5
dapat dibenarkan dalam semua keadaan. Ternyata jika EV diisi dengan pembangkit
berbahan bakar batu bara selama periode puncak, hal itu menyebabkan lebih banyak
kerugian dan dengan demikian lebih banyak batu bara dibutuhkan untuk produksi
tambahan, yang menghasilkan lebih banyak karbon dioksida. Namun, jika diisi di luar
waktu puncak, ini membantu mengurangi emisi CO2. Selain itu, produksi energi
terbarukan dapat lebih menguranginya. (H.Ma, F. Balthasar, N Tait, X Riera-Palou, A
Harrison, 2012). Proliferasi mobil listrik yang menggunakan batu bara dan sumber
konvensional lainnya sebagai satu-satunya sumber produksi energi dapat menyebabkan
emisi CO2 yang berlebihan. Mengintegrasikan transportasi ke dalam sistem tenaga
membantu mengurangi emisi CO2 sebesar 10% dibandingkan dengan mesin pembakaran
internal saat menggunakan teknik pengisian daya malam hari alih-alih sumber energi
tradisional (S.W. Hadley, 2006).
c. Dampak pada jaringan listrik
Proliferasi kendaraan listrik membawa serta pembatasan pada jaringan listik. Pengisian EV
menyebabkan ketidakstabilan voltase, fluktuasi frekuensi, dan peningkatan kerugian
transmisi. Meskipun ini merupakan komplikasi tambahan yang terkait dengan penggunaan
mobil listrik, sebagian besar dapat dibatasi oleh penggunaan teknologi pengisian daya
pintar. Diperlukan pengalihan 93% beban EV ke periode puncak untuk menjaga stabilitas
jaringan dan menghindari kemacetan jaringan (D. McCarthy, P. Serigala, 2010).

2.1.2 Teknologi Pengisian Daya EV

Teknologi pengisian EV dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode pengisian daya dan
berdasarkan pola transfer biaya. Deskripsinya adalah sebagai berikut:a)

a. Berdasarkan mode pengisian daya :

• Pengisian Level-1

Pengisi daya ini menggunakan stopkontak 120V dengan arus maksimum 16 A.


Tergantung kapasitas, pengisi daya ini memerlukan waktu 8-16 jam untuk mengisi
penuh baterai. Konektor SAE J1772 standar digunakan sebagai konektor pengisian

6
daya antara kendaraan listrik dan stasiun pengisian daya. Jenis unduhan ini adalah
yang termurah tetapi juga yang paling lambat dari semua jenis unduhan.

• Pengisian Level-2
Pengisi daya ini paling sering dan menonjol digunakan di fasilitas pengisian daya
rumah dan stasiun pengisian umum. Proses pengisian ini dilakukan dengan soket
230 V dengan arus maksimum 40 A. Tergantung kapasitasnya, proses pengisian
membutuhkan waktu 4-8 jam untuk mengisi penuh baterai.
• PengisianLevel-3
Pengisian ini disebut juga pengisian cepat, pada soket 600V dengan arus maksimal
180 A. Tergantung kapasitasnya, pengisian ini memerlukan waktu 15-20 menit
untuk mengisi penuh baterai.

Gambar 2. Perbedaan level pengisian daya

b. Berdasarkan pola transfer muatan

• Konduktif, yakni metode pengisian daya antara charging port dan EV menggunakan
kabel.
• Induktif, yakni metode pengisian daya dengan memanfaatkan medan elektromagnetik
(wireless).
• Ganti Baterai, yakni metode mengganti baterai EV dengan baterai yang baru.

7
2.2 Gambaran Umum Infrastruktur Pengisian Daya

Ketika jumlah mobil listrik meningkat di suatu daerah, kebutuhan listrik juga meningkat.
Oleh karena itu, manajemen beban sangat penting untuk menangani puncak permintaan.
Salah satu kendala terbesar yang saat ini menghambat adopsi EV adalah ketersediaan opsi
pengisian daya. Ini adalah pertanyaan tentang jumlah dan kualitas titik beban. Sekalipun
ada titik pengisian di sepanjang rute yang telah direncanakan sebelumnya, proses pengisian
harus cukup cepat. Secara umum, seluruh infrastruktur pengisian daya mobil listrik terdiri
dari infrastruktur kelistrikan dan infrastruktur kontrol dan komunikasi. Infrastruktur
kelistrikan menyediakan sirkuit atau sistem untuk aliran listrik antara mobil listrik dan
jaringan listrik.

Gambar 3. Infrastruktur Daya untuk EV

Dari infrastruktur daya tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa aspek yang dapat
diklasifikasikan, yakni:

• Jenis daya yang digunakan, dapat berupa suplai AC atau DC.


• Akomodasi sirkuit, dapat berupa off board, on board, atau wireless.
• Kontak pengisian daya, dapat berupa konduktif atau induktif.
• Power flow, dapat berupa unidirectional atau bidirectional.

Untuk infrastrtuktur control dan komunikasi dari pengisian daya, dapat dilihat sebagai berikut

8
Gambar 4. Infrastruktur Kontrol dan Komunikasi untuk EV

Sistem kontrol dan komunikasi adalah elemen mendasar dalam pemantauan dan kontrol pengisian
mobil listrik secara real-time. Meskipun pengisian daya EV merupakan permintaan beban
tambahan dalam sistem tenaga, hal ini dapat direncanakan untuk mengurangi permintaan puncak
dan biaya pengisian daya melalui manajemen yang tepat dan koordinasi stasiun pengisian daya
EV yang terhubung ke jaringan berdasarkan arsitektur kontrol pengisian daya EV dan infrastruktur
komunikasi. (M Uddin, 2018). Dari infrastruktur kontrol dan komunikasi dapat diketahui beberapa
aspek yang dapat diklasifikasikan, yaitu:

• Berdasarkan mobilitas,
Statis, atau kendaraan dianggap diparkir selama pengisian, dan dinamis, di mana pengisian
memperhitungkan pergerakan yang berbeda dari waktu ke waktu, tetapi ini lebih kompleks
dan memerlukan infrastruktur kontrol tingkat tinggi.
• Berdasarkan koordinasi,
Uncoordinated or charging, artinya baterai EV mulai mengisi daya segera setelah
terhubung ke jaringan listrik, dan terkoordinasi (smart charging), mengoptimalkan
kebutuhan waktu dan energi serta mengurangi biaya listrik harian (S. Hajforoosh et al.,
2012 ) .

9
Struktur kontrol terpusat merupakan konsep utama pengisian menggunakan struktur terpusat untuk
mengumpulkan dan memproses informasi dari kendaraan listrik untuk mendapatkan solusi optimal
global, dengan mempertimbangkan semua kendala jaringan dan pengguna. Dalam sistem ini,
mesin kontrol utama menentukan harga dan rencana pengisian daya untuk mobil listrik. Selain itu,
terdapat kontrol terdesentralisasi di mana pengguna mobil listrik menentukan sendiri rencana
pengisian dayanya. Dengan jenis kontrol ini, harga listrik dan kemudahan penggunaan menjadi
faktor terpenting dalam keputusan pengisian. Sistem ini tidak menjamin solusi menyeluruh yang
optimal. Namun, dengan menerapkan mekanisme tarif listrik dan perilaku bertanggung jawab dari
pengguna EV, muatan EV dapat disesuaikan dengan tuntutan jaringan.

Gambar 5. Kontrol terpusat dan terdistribusi dari system pengisian EV

2.2.1 Tipe Tempat Pengisian Daya (Baterai)

Stasiun pengisian daya menyediakan berbagai macam konektor khusus untuk menyediakan
berbagai macam konektor khusus untuk pengisian kendaraan listrik sesuai dengan standar yang
digunakan. Terdapat berbagai variasi kebutuhan, seperti lokasi pengisian dan waktu pengisian,.
Oleh karena itu, stasiun pengisian daya dikelompokkan berdasarkan lokasi pengisian, tipe
konektor, dan waktu pengisian. Berdasarkan lokasi pengisian, dibagi yaitu private (rumah) dan
tempat umum (cafe, mall, dll).

10
Berdasarkan sistem tegangan terdapat 2 jenis, yaitu AC atau DC, sedangkan berdasarkan
waktu pengisian dibagi menjadi pengisian lambat, pengisian medium dan pengisian cepat. Kalau
dilihat kriteria diatas, stasiun pengisian daya dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

• Stasiun Pengisian Rumah

Sistem nya dilakukan dirumah, dimana pengisian daya dilakukan pribadi oleh pemilik
kendaraan listrik yang memiliki kelebihan, yaitu lebih efisien, nyaman dan murah. Dalam sistem
pengisian rumah terdapat komponen pendukung, yaitu:

a. Grid yang sebagai sumber listrik dari PLN

b. EVSE adalah perlengkapan pengisian kendaraan yang berguna untuk mengirim suplai daya

c. OBC AC atau DC (on-board converter) komponen pengubah arus AC menjadi DC

d. BMS (battery management system) untuk mengontrol daya masuk dan keluar baterai

e. Battery Pack yang merupakan komponen penyuplai energi listrik.

f. Plot wire adalah kabel yang digunakan untuk memeriksa kondisi sebelum melakukan pengisian

g. HVDC (high voltage direct current) adalah arus DC bertegangan tinggi yang menyuplai baterai
mobil listrik.

• Stasiun Pengisian Umum

SPKLU atau sarana pengisian kendaraan listrik umum yang melakukan pengisian
kendaraan listrik saat parkir atau menggunakan sarana publik charging station merupakan opsi lain
untuk masyarakat yang punya kesibukan waktu. Dalam pengisiannya bisa slow charging ataupun
fast charging dan biasanya digunakan untuk mengisi daya baterai kendaraan sementara selama
pengguna melakukan aktivitas di sekitar station.

• Stasiun Pengisian Cepat Umum

Stasiun ini mengisi kendaraan listrik dengan waktu cepat yaitu hanya 20 sampai 30 menit
yang pengisiannya disesuaikan dengan sistem kendaraannya. Pada sistem pengisian cepat umum
ini terdapat beberapa komponen yang hampir sama dengan pengisian rumah, Namun

11
perbedaannya terdapat pada EVSE dan OBC AC/DC dan pada kendaraan hanya memiliki board
control yang berfungsi mengatur dan mengawasi HVDC yang masuk ke mobil pada saat pengisian
baterai. Terdapat dua jenis stasiun pengisian cepat umum, yaitu pertama ada SPKLU merupakan
stasiun pengisian kendaraan listrik di Indonesia yang nantinya akan berada pada rest area tertentu
yang dapat digunakan untuk segala jenis kendaraan listrik apapun dengan waktu yang singkat
ataupun lama. Dan kedua, ada SPBKLU atau stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum,
dimana proses penukaran baterai hanya 3 sampai 5 menit. SPBKLU ini pertama kali terdapat pada
3 lokasi, yaitu kantor PLN UP3 Cikokol Tanggerang oleh Grab Indonesia dan Kymmco, Alfamart
Gandaria 3 Kebayoran baru oleh Oyika, dan Kantor Direktorat Jendral Ketenagalistrikan Jaksel
oleh Ezyfazt dan Oyika.

Gambar 6. SPKLU

Gambar 7. SPBKLU

12
2.2.1 Perkembangan Charging Station di Indonesia

SPLU telah dibangun oleh PLN sejak tahun 2015, dimana kalo dilihat dari hasil survey
yang telah dilakukan distribusi dan penyebaran SPLU yang ada di Indonesia masih relatif terbatas
dan paling banyak di pulau Jawa dan Bali. SPLU dibangun oleh PLN terbagi menjadi 2, yaitu
SPLU standing dan tipe hook meter. Jika dilihat pada spesifikasi nya dari SPLU standing dapat
dilihat, sebagai berikut:

Untuk tipe standing banyak dibangun pada taman kota, pasar, dan tempat umum yang
banyak aktivitas masyarakat. Tipe ini memliki 2 buah kWh dengan setiap kWh memiliki 1 saklar
utama dan 4 kontak.

• SPLU tipe Standing


Untuk tipe SPLU hook banyak dibangun di pinggir jalan, tipe ini memiliki bentuk yang
menggantung pada tiang listrik PLN. Tipe hook mempunyai 2 buah kWh meter dengan
setiap kWh meter memiliki 2 kontak tipe C.

Gambar 8. SPLU Standing


• SPLU tipe Hook

Gambar 9. SPLU Hook

13
Untuk perkembangan SPKLU di Indonesia meningkat cukup signifikan tiap tahunnya, terdapat
total 96 SPKLU dimana 32 SPKLU milik PLN dan 65 SPKLU non PLN. Dapat dilihat pada tabel
lokasi SPKLU milik PLN. SPKLU di Indonesia juga dibangun oleh pihak lain non PLN yang telah
dibangun pada tahun kemarin, dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 10. Tabel SPKLU Milik PLN

Gambar 11. Tabel SPKLU Milik Non-PLN

14
Pengisian kendaraan bermotor listrik berbasis baterai juga dikategorikan menjadi beberapa
level, level tersebut yang akan digunakan sebagai acuan KBL dalam mengetahui spesifikasi stasiun
pengisian kendaraan listrik umum.

SPKLU ini ditetapkan oleh Kementerian ESDM dengan menggunakan 3 buah konektor
pengisian daya, yaitu Mennekes tipe 2, CHAdeMO untuk pengisian DC, dan CCS konektor dengan
kombinasi AC dan DC. Sementara itu, untuk perkembangan SPBKLU atau stasiun penukaran
baterai kendaraan listrik umum, dimana hanyak memerlukan 3-5 menit untuk melakukan
penukaran baterai. SPBKLU dibuat dengan upaya untuk memperepat peningkatan kendaraan
listrik. Standar baterai swap terdapat beberapa aspek teknis, yaitu wadah baterai, tegangan nominal
(48 V, 60 V, 72 V), kapasitas baterai (14 Ah, 20 Ah, 23 Ah), konektor baterai dan protokol
komunikasi. Pada tahun 2021 SPBKLU hanya terdapat sebanyak 9 lokasi, antara lain 6 unit di
Jakarta, 1 unit di Tanggerang, dan 2 unit di Tanggerang Selatan. Tetapi, untuk saat ini ditargetkan
sebanyak 3000 unit yang tersebar di beberapa lokasi.

2.3 Integrasi EV pada Jaringan Listrik (EVGI) beserta Pengaruhnya

Sejauh ini, hubungan antara sektor transportasi dan ketenagalistrikan masih minim. Elektrifikasi
transportasi skala besar telah secara signifikan mengganggu model bisnis tradisional utilitas listrik.
Secara keseluruhan, kendaraan listrik telah membawa tantangan dan manfaat yang signifikan ke
jaringan listrik. Dari kelebihan dan tantangan tersebut, lahirlah Electric Vehicle Grid Integration
(EVGI).

EVGI mengacu pada teknologi, kebijakan, dan strategi pengisian kendaraan listrik (EV) yang
mengubah waktu, tingkat energi, atau lokasi pengisian (atau pengosongan) dengan cara yang
menguntungkan jaringan sekaligus memenuhi kebutuhan mobilitas pengemudi. Adopsi EVGI

15
tentunya akan berdampak besar pada industri jaringan listrik. Pengaruh terbagi menjadi 2 pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Berikut adalah gambaran efektivitas penerapan EVGI:

a. Pengaruh Negative EVGI

EVGI Disadvantages Deskripsi


Meningkatnya Pengisian EV yang tidak terkontrol meningkatkan beban selama puncak jam
permintaan beban yang bisa menjadi masalah besar untuk utilitas

Komponen sistem tenaga tidak dirancang untuk menangani beban ekstra,


Komponen kelebihan yang dapat menyebabkan komponen kelebihan beban dan mempengaruhi
beban umur ran sformator

Kehilangan
Pertumbuhan kehilangan daya bisa mencapai 40% di jam di luar jam sibuk,
daya
mengingat 60% kendaraan EV terhubung ke sistem distribusi (Fernandez, 2011)

Beban EV bersifat nonlinier dan menarik daya dalam jumlah besar dan durasi
Stabilitas pendek, yang menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem tenaga

b. Pengaruh Positive EV

EVGI Advantages Deskripsi


Dengan beban terprogram, manajemen dayadapat direalisasikan. Ketika
Manajemen daya permintaan bebanpuncak dapat dipenuhi dengan penjadwalandrainase selama
jam sibuk.
Peningkatan Konflik voltase, kedipan voltase, danketidakseimbangan voltase dapat diatasi
kualitas daya denganmendistribusikan daya lintas fase untukmeningkatkan kualitas daya.

16
Regulasi dapat diatur untuk mengatur frekuensi,mengatur tegangan suplai,
Sektor regulasi
menyeimbangkanarus dan meningkatkan stabilitas jaringan listrik.
Ketidakpastian energi terbarukan dapat dikurangi dengan menggunakan
Bentuk dukungan kendaraan listrik sebagaipenyimpan energi dan menggunakan
terhadap energi kendaraanlistrik sebagai penyangga energi terbarukan yang dapat mengurangi
terbarukan emisi dan mengurangi biaya.

Beban EV adalah konsumsi energi non-linear dan internal jumlah besar, waktu singkat
menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem tenaga Mari kembali ke aplikasi yang dimaksud, EVGI
awalnya digunakan untuk mengisi baterai EV. Namun, di lingkungan smart grid saat ini atau di
masa depan, kendaraan listrik dapat melayani tujuan yang berbeda yaitu untuk memasok listrik ke
jaringan dan memberikan layanan tambahan seperti reduksi harmonik, reaktif daya, reduksi daya
puncak, dll. (Kabupaten Ngo, 2013). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerangka kerja
yang mencakup dua area, yaitu domain teknis dan sektor pasar, sebagai berikut:

Gambar 12. framework EVGI

17
Dalam hal ini, di tengah bingkai terdapat elemen yang didefinisikan sebagai "agen", yaitu karena
program memiliki kemampuan untuk mengontrol tindakan mereka sendiri berdasarkan
pengamatan mereka terhadap kondisi operasi. Lalu ada juga aggregator yang bertindak sebagai
interface antara grid dan EV dan selalu mengambil informasi dari pemilik EV seperti pengisian
kebutuhan daya dan waktu koneksi melalui smart meter dan mengirimkan informasi tersebut ke
operator jaringan. Agregator kendaraan listrik juga mengirimkan informasi kepada pemilik
kendaraan listrik tentang harga dan lokasi stasiun pengisian daya. Di sisi jaringan, agregator akan
membeli listrik di pasar dengan harga diskon, dan mereka dapat menjual listrik pada siang hari,
selama jam sibuk, dengan memanfaatkan kapasitas penyimpanan kendaraan listrik pelanggan.

Saat membahas kontrol muatan kendaraan listrik dan struktur komunikasi, pengelolaan EVGI
dapat dipertimbangkan berdasarkan mobilitas, koordinasi, dan struktur kontrol. di bidang
pengiriman, beban yang tidak terkoordinasi tidak cocok untuk digunakan di smart grid, jadi dalam
manajemen EVGI berbasis pengiriman akan memanfaatkan sepenuhnya pengiriman beban.
Sementara itu, baik dalam bidang mobilitas maupun dalam struktur kendali, kendali statis dan
dinamis serta kendali terpusat dan terdistribusi tetap dapat digunakan. Penggunaannya
dipertimbangkan dari struktur kontrol dan kemudian diimplementasikan dengan algoritma yang
berbeda untuk menangani karakteristik statis dan dinamis selama pengembangan algoritma.

2.3.1 Pengembangan dan Tren Masa Depan EVGI

Selain sebagai sarana transportasi, EV juga dapat berperan sebagai jaringan kendaraan-ke-
kendaraan (G2V), V2G, sumber tenaga untuk kendaraan listrik lainnya 'vehicle-to-vehicle (V2V)',
kendaraan-ke-bangunan (V2B) dan node antarmuka jaringan. . Beberapa teknologi baru sedang
diusulkan dalam industri otomotif yang berpotensi meningkatkan kegunaan dan efisiensi
kendaraan listrik di jaringan modern. Teknologi baru akan menjadi tren masa depan EVGI meliputi
Wireless Power Transport (WPT), Connected Mobility (CM), dan Energy Internet. Uraian
perkembangan dan tren EVGI ke depan adalah sebagai berikut:

18
a. WPT
Transmisi daya nirkabel adalah teknologi terbaru yang memungkinkan kendaraan listrik
mengisi daya tanpa menggunakan kabel. Keunggulan dari teknologi ini adalah pengisian
daya tidak memerlukan kabel, sehingga pemasangan alat pengisian daya dipasang di bawah
tanah. Oleh karena itu, ini dapat membantu memfasilitasi pengisian daya EV yang lebih
simultan daripada dalam skala satu stasiun.
b. CM
Mobilitas terhubung adalah konsep di mana EV dapat berkomunikasi dengan elemen yang
terhubung ke jaringan. Ada 5 bentuk CM seperti V2I (Vehicle to Infrastruktur), V2V
(Vehicle to Vehicle), V2C (Vehicle to Cloud), V2P (Vehicle to Pedestrian) dan V2X
(Vehicle to Things).
c. EI
Energi Internet adalah konsep menyatukan sistem listrik, transportasi, gas, dan panas dalam
satu platform. Salah satu elemen kunci dari jaringan yang terhubung ini adalah EV dan
FCEV karena keduanya terhubung ke jaringan energi, listrik, dan transportasi secara
bersamaan. Berikut adalah gambaran struktur Asuransi Ketenagakerjaan:

Gambar 13. Struktur EI

19
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan teknologi kendaraan listrik yang didukung oleh infrastruktur pengisian daya dapat
berkembang pesat. Ini adalah salah satu aspek dalam mempromosikan emisi nol bersih dan
menghasilkan energi yang bersih dan terjangkau di masa depan. Meskipun dalam tahap
pembangunan infrastruktur serta semua kendaraan listrik akan menghasilkan banyak emisi, namun
ketika semua infrastruktur pendukung kendaraan listrik telah tercapai secara maksimal dan
memenuhi standar yang sesuai, maka pengurangan emisi secara besar-besaran akan dilakukan.
mungkin. Selain itu, dengan mendukung elektrifikasi skala besar, EV dapat diterapkan di smart
grid menggunakan metode EVGI sehingga pengembangan sistem kelistrikan ke depan dapat lebih
baik dan terintegrasi. Oleh karena itu, EV developer dan pendekatan EVGI dapat menjadi solusi
untuk mencapai SDGs yaitu energi bersih dan terjangkau.

3.2 Saran

Untuk kelancaran pengembangan teknologi EV dan EVGI, peraturan dan standarisasi terkait EV
harus terus diperbarui secara global dan regional sehingga tujuan pengembangan teknologi EV
dan penggelarannya pada smart grid dapat bekerja dengan kesalahan paling sedikit.

20
DAFTAR PUSAKA

D. McCarthy, P. Wolfs. (2010). The HV system impacts of large scale electric vehicle
deployments in a metropolitan area. UPEC 2010 - 20th Australas. Univ. Power.

E. Akhavan-Rezai, M.F. Shaaban, E.F. El-Saadany, A. Zidan. (2012). Uncoordinated charging


impacts of electric vehicles on electric distribution grids: normal and fast charging comparison.
IEEE Power Energy Soc. Gen. Meet.

Gowthamraj Rajendran, Chockalingam Aravind Vaithilingam, Norhisam Misron, dkk. (2021).


comprehensive review on system architecture and international standards for electric vehicle
charging stations. Journal of Energy Storage.

H. Ma, F. Balthasar, N. Tait, X. Riera-Palou, A. Harrison. ((2012) ). A new comparison between


the life cycle greenhouse gas emissions of battery electric vehicles and internal combustion
vehicles. Energy Policy 44.

H.S. Das, M.M. Rahman, S. Li, C.W. Tan. (2020). Electric vehicles standards, charging
infrastructure, a nd impact on grid integration: A technological review. Renewable and
Sustainable Energy Reviews.

Hadley, S. (2016). Impact of Plug-in Hybrid Vehicles on the Electric Grid. Renewable and
Sustainable Energy Reviews.

Rudraksh S. Gupta, Arjun Tyagi, S. Anand. (2021). Optimal allocation of electric vehicles
charging infrastructure, policies and future trends. Journal of Energy Storage.

Sarah La Monaca, L. R. (2022). The state of play in electric vehicle charging services – A review
of infrastructure provision, players, and policies. Renewable and Sustainable Energy Reviews.

21

Anda mungkin juga menyukai