Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGGUNAAN TEKNOLOGI PHOTOELECTRI C DAN


THERMOELECTRI C PADA MOBIL HYBRI D GUNA
MENGURANGI DAMPAK MASALAH LINGKUNGAN


BIDANG KEGIATAN:
PKMGT

Diusulkan Oleh:
Rahmat Bambang Wahyuari 2113100022/2013






INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
PENGGUNAAN TEKNOLOGI PHOTOELECTRI C DAN
THERMOELECTRI C PADA MOBIL HYBRI D GUNA
MENGURANGI DAMPAK MASALAH LINGKUNGAN

Rahmat Bambang Wahyuari
Program Studi Teknik Mesin FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi mempunyai peranan yang sangat vital dalam kehidupan manusia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam berbagai kegiatan industri maupun rumah
tangga kita membutuhkan energi dalam jumlah yang tidak sedikit. Di sisi lain,
tingginya kebutuhan masyarakat akan energi juga berimplikasi pada permasalahan
lingkungan.
Indonesia sendiri saat ini juga dihadapkan pada isu penting di bidang
energi. Krisis energi yang terjadi di dunia. Tiap tahunnya konsumsi masyarakat
terus meningkat, akan tetapi hal ini tidak diimbangi dengan produksi minyak yang
mencukupi. Pada 2011, BP Migas, memperkirakan cadangan minyak negara kita
hanya akan bertahan sampai 12 tahun, sedangkan untuk gas alam hanya bertahan
sampai 46 tahun (BP Migas, 2011).
Menipisnya cadangan minyak bumi dalam negeri juga diperparah dengan
turut menipisnya lapisan ozon akibat emisi dari bahan bakar minyak (BBM)
tersebut. Seperti yang kita ketahui, BBM merupakan senyawa hidrokarbon. Pada
reaksi pembakaran sempurna, maka oksigen akan mengubah semua karbon
menjadi karbondioksida. Akan tetapi, tidak selamanya reaksi pembakaran
berlangsung sempurna sehingga akan mengeluarkan polutan-polutan berbahaya
seperti: karbon monoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), oksida belerang (SOx),
timbal (Pb), dan lain-lain. Terakumulasinya zatzat polutan tersebut di udara tentu
saja akan menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan maupun lingkungan. Secara
global, pencemaran udara akibat pembakaran BBM dapat kita lihat dari perubahan
iklim yang merupakan dampak dari pemanasan global. Salah satu tanda terjadinya
pemanasan global adalah kenaikan suhu bumi yang diakibatkan oleh
meningkatnya emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas
rumah kaca.
Selain itu, tingginya kebutuhan masyarakat akan BBM pada akhirnya juga
berdampak pada keuangan negara. Mahalnya harga BBM, mengakibatkan
semakin banyak subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Salah satu alat yang menggunakan bahan bakar minyak adalah mobil. Hal
ini tidak bisa dipungkiri bahwa mobil pribadi adalah salah satu kendaraan favorit
masyarakat. Hal ini disebabkan karena kondisi iklim di Indonesia yang tropis.
Mobil merupakan pilihan kendaraan yang tepat pada kondisi hujan atau panas. Di
Indonesia sendiri pengguna mobil cukup banyak. Menurut hasil data Badan Pusat
Statistik, pengguna mobil di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 9.548.866
mobil.


Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kerja Mobil Hybrid, Teknologi Photoelectric, dan
Teknologi Thermoelectric?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan Teknologi Photoelectric dan Teknologi
Thermoelectric pada Mobil Hybrid?
3. Bagaimana pengaruh dari Teknologi Photoelectric dan Teknologi
Thermoelectric pada Mobil Hybrid terhadap masalah lingkungan?


Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui cara kerja Mobil Hybrid, Teknologi Photoelectric, dan
Teknologi Thermoelectric?
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Teknologi Photoelectric dan
Teknologi Thermoelectric pada Mobil Hybrid?
3. Untuk mengetahui pengaruh dari Teknologi Photoelectric dan Teknologi
Thermoelectric pada Mobil Hybrid terhadap masalah lingkungan?



Dasar Teori
1. Mobil Hybrid
Mobil hybrid memiliki dua sumber tenaga yang berbeda yaitu mesin bahan
bakar (mesin konvensional), motor listrik dan baterai untuk menggerakkan mobil
hybrid tersebut sehingga efektif dalam menghemat konsumsi bahan bakar. Kedua
mesin bekerja sama dalam rangka untuk mengurangi konsumsi bahan bakar.
Dengan teknologi ini, Anda akan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar lebih
dari setengah.
a. Mulai Bergerak dari Berhenti
Motor listrik menggerakkan mobil sementara mesin bahan bakar tidak
bekerja. Baterai memberikan energi listrik kepada motor listrik, motor listrik
menggerakkan roda mobil.
b. Kondisi Kecepatan Rendah Konstan
Motor listrik sebagai penggerak utama sementara mesin bahan bakar hanya
sekali-sekali saja membantu. Baterai memberikan energi listrik kepada motor
listrik, motor listrik menggerakkan roda mobil dan mesin bahan bakar terkadang
membantu menggerakkan roda mobil.
c. Kondisi Akselerasi
Motor listrik dan mesin bahan bakar secara bersamaan bekerja untuk
menghasilkan tenaga gabungan yang besar. Baterai memberikan energi listrik
kepada motor listrik untuk menggerakkan roda mobil begitu juga secara
bersamaan mesin bahan bakar juga menggerakkan roda mobil.
d. Kondisi Kecepatan Tinggi Konstan
Mesin bahan bakar bekerja penuh karena sebagai penggerak utama
sementara motor listrik hanya sekali-sekali saja membantu. Mesin bahan bakar
menggerakkan roda, baterai terkadang memberikan energi listrik kepada motor
listrik yang terkadang membantu mesin bahan bakar menggerakkan roda mobil.
e. Kondisi Deselerasi
Motor listrik dalam kondisi mengisi ulang baterai sehingga sebagai
generator kedua fungsinya sementara mesin bahan bakar berhenti bekerja. Roda
mobil memutar motor listrik yang berubah fungsi sebagai generator kedua untuk
menghasilkan energi listrik untuk mengisi ulang baterai.
f. Kondisi Berhenti
Mesin bahan bakar, generator, dan motor listrik tidak bekerja. Pada saat
energi listrik di baterai mulai menipis dan kendaraan sedang berhenti, mesin
bahan bakar akan menyala sejenak untuk sedikit mengisi baterai. Mesin bahan
bakar memutar generator sehingga generator dapat menghasilkan energi listrik
untuk mengisi ulang baterai. Bila kondisi EV (Electric Vehicle) Mode yang
terdapat pada mobil hybrid maka mobil hanya digerakkan oleh motor listrik saja
(maksimum sejauh 1km jika baterai dalam kondisi penuh) dan kecepatan
maksimum 45 km/jam.
Manfaat mobil hybrid yaitu efisiensi bahan bakar yang luar biasa,
menghasilkan emisi yang rendah terhadap lingkungan, kesenyapan terhadap suara
mesin pada saat bekerja,

2. Teknologi Photoelectric
Sel surya bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara
semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom
yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n
mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p
mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi
kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material
dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p,
silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon
tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan
junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga
elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik.
Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan
bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif
pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor
tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang
mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan
mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang
selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju
kontak positif menunggu elektron datang.
ketika sel surya dapat menghasilkan listrik, listrik dapat disimpan dalam
aki mobil. Sehingga listrik tersebut dapat digunakan untuk mesin listrik pada
mobil hybrid maka konsumsi bahan bakar pada kendaraan bermotor akan semakin
hemat karena motor listrik dapat menempuh jarak yang lebih jauh, dan juga
menambah nilai efisiensi dari kendaraan hybrid.
3. Teknologi Thermoelectric
Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan
Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam
sebuah rangkaian. Di antara kedua logam tersebut lalu diletakkan jarum kompas.
Ketika sisi logam tersebut dipanaskan, jarum kompas ternyata bergerak.
Belakangan diketahui, hal ini terjadi karena aliran listrik yang terjadi pada logam
menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang menggerakkan jarum
kompas. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan efek Seebeck.
Dengan menggunakan Teknologi Termoelektrik ini apabila diterapkan
pada kendaraan bermotor dimana gas buang pada mesin motor bakar berkisar
antara 200-300 derajat Celcius sementara temperatur lingkungan bekisar antara
30-35 derajat Celcius maka dengan adanya beda temperatur ini akan diperoleh
gaya gerak listrik yang kemudian dapat digunakan untuk menggerakan motor
listrik atau disimpan di dalam aki. Apabila dapat diterapkan di kendaraan hybrid
maka konsumsi bahan bakar pada kendaraan bermotor akan semakin hemat karena
motor listrik dapat menempuh jarak yang lebih jauh, dan juga menambah nilai
efisiensi dari kendaraan hybrid.

Anda mungkin juga menyukai