Anda di halaman 1dari 23

1

PENGEMBANGAN ALAT LABORATORIUM FISIKA


PENGUKURAN GAYA LORENTZ DENGAN MENGGUNAKAN
SENSOR CAHAYA

OLEH:
ANGGREINI (14175003)
ATIKA ULYA AKMAL (14175005)
YUNIDA HERAWATI (14175013)

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. YULKIFLI, M.Si
YOHANDRI, Ph.D

PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
2

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir Pengembangan Alat Laboratorium Fisika SMA dengan Judul Pengukuran Gaya
Lorentz dengan Menggunakan Sensor Cahaya.
Dalam penyelesaian laporan akhir ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah pengembangan Alat
Laboratorium Fisika yakni Bapak Dr. Yulkifli, M.Si dan Yohandri, P.hD.
Dalam penulisan laporan akhir ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan akhir ini untuk kedepannya. Semoga laporan akhir ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Padang, Juni 2015

PENULIS

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................................2
C. Rumusan Masalah..................................................................................................2
D. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI...................................................................................................3
A. Medan Magnet........................................................................................................3
B. Prinsip Gaya Lorentz..............................................................................................3
BAB III METODOLOGI..................................................................................................6
A. Alat dan Bahan yang Digunakan............................................................................6
B. Prosedur Pembuatan Alat Gaya Lorentz...............................................................12
C. Prosedur Percobaan Alat Gaya Lorentz................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................15
A. Hasil Pengamatan.................................................................................................15
B. Analisis Hasil Pengamatan...................................................................................15
C. Pembahasan..........................................................................................................18
BAB V PENUTUP..........................................................................................................19
A. Kesimpulan...........................................................................................................19
B. Saran.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran menggunakan pendekatan sainstifik,
dimana peserta didik dituntut untuk bertindak layaknya seorang ilmuan yang sedang
melakukan pratikum menggunakan metode ilmiah. Tempat untuk mengadakan
praktikum (percobaan) dan penyelidikan yang berhubungan dengan ilmu sains disebut

2
dengan laboratorium. Laboratorium diyakini memiliki peran sentral dan khusus di
dalam pendidikan sains khususnya dalam menggali pengalaman konkrit dengan konsep
dan obyek.
Laboratorium tidak lepas dari alat-alat, baik alat praktikum mapun alat pengujian.
Keberadaan alat laboratorium IPA di sekolah menengah sudah merupakan suatu
keharusan pada pendidikan sains modern apalagi dengan dilaksanakannya kurikulum
2013 yang menggunakan metode pendekatan scientific yaitu pembelajaran yang
menerapkan prinsip metode ilmiah dalam menemukan suatu konsep.
Selain itu kelengkapan peralatan laboratorium dinilai dapat menjelaskan kepada
peserta didik mengenai teori-teori Fisika yang sulit untuk dimengerti, seperti teori
tentang hubungan kelistrikan dan gaya magnet, yaitu Gaya Lorentz. Untuk memahami
prinsip-prinsip yang terdapat pada materi gaya Lorentz, seperti kaidah tangan kanan,
maka diperlukan alat pratikum yang dapat membantu guru untuk memperjelas konsep
pemahaman materi kepada peserta didik melalui metode demonstrasi atau pratikum.
Kenyataan dilapangan, guru Fisika di SMA selama ini menjelaskan konsep dalam
pembelajaran Fisika tentang gaya Lorentz hanya secara teori saja, sehingga peserta
didik kurang tertarik dan sulit untuk memahami konsep tersebut. Hal ini disebabkan
oleh belum tersediaanya alat pratikum yang dapat menjelaskan tentang konsep gaya
Lorentz.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terlihat bahwa pemanfaatan alat
pratikum dalam proses pembelajaran dirasa penting karena peserta didik dalam
menerima pengalaman belajar atau mendalami materi-materi pelajarannya masih
banyak memerlukan benda-benda, kejadian-kejadian yang sifatnya konkret, sehingga
pengalaman-pengalaman tersebut akan lebih mudah dipahami, lebih mengesan dan daya
ingatnya lebih tahan lama. Oleh karena itu, penulis mencoba merancang sebuah alat
yang dapat membantu memperjelas konsep gaya Lorentz.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Terbatasnya sumber belajar yang komunikatif dengan peserta didik dalam
pembelajaran Fisika.

2
2. Sebagian peserta didik kurang tertarik dengan mata pelajaran Fisika karena
umumnya guru menjelaskan konsep Fisika hanya secara teori.
3. Peserta didik sulit memahami materi Fisika secara teori dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari khususnya konsep gaya Lorentz.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana cara membuat alat percobaan yang dapat digunakan untuk memperjelas
konsep gaya Lorentz?
2. Bagaimana perbandingan data besar gaya Lorentz yang diperoleh dengan
pengukuran menggunakan sensor cahaya dan rumusan?

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui cara membuat alat percobaan yang dapat digunakan untuk
memperjelas konsep gaya Lorentz.
2. Untuk mengetahui perbandingan data besar gaya Lorentz yang diperoleh dengan
pengukuran menggunakan sensor cahaya dan rumusan.
3. BAB II
4. KAJIAN TEORI

5.
A. Medan Magnet

6. Ruang di sekitar sebuah magnet atau di sekitar sebuah penghantar


yang mengangkut arus disebut sebagai medan magnet (dilambangkan dengan B).
Hal ini sama dengan definisi ruang di dekat sebuah kawat penghantar yang
bermuatan yang disebut sebagai medan listrik. Vektor medan magnet dasar B
dinamakan dengan induksi magnet. Besarnya induksi magnet dinyatakan dengan
garis-garis induksi, dengan ketentuan :
1. Garis singgung kepada sebuah garis induksi pada setiap titik memberikan arah B di
titik tersebut

3
2. Garis-garis induksi digambarkan sehingga banyaknya garis per satuan luas
penampang (yang tegak lurus pada garis-garis tersebut) adalah sebanding dengan
besarnya B. Di tempat dimana garis-garis dekat satu sama lain maka B adalah
besar, dan di tempat dimana garis-garis tersebut berjauhan maka B adalah kecil.
7. Satuan induksi magnetik (kuat medan magnet) adalah newton/
(coulomb)(meter/sekon). Satuan ini disebut dengan tesla (T) atau weber/meter2
(Wb/m2). Dengan mengingat kembali bahwa 1 coulomb/sekon adalah satu
ampere, maka diperoleh 1 tesla = 111 weber/m 2 = 1 newton/(ampere.meter).
Sebuah satuan yang lebih awal untuk B, yang masih lazim digunakan, adalah
gauss; hubungan antara satuan-satuan ini adalah 1 tesla = 1 weber/meter 2 = 104
gauss.
8.
B. Prinsip Gaya Lorentz

9. Sebuah arus kumpulan muatan-muatan yang bergerak. Karena sebuah


medan magnet mengerahkan sebuah gaya yang mengarah ke samping pada sebuah
muatan yang bergerak, maka medan magnet akan mengerahkan juga sebauh gaya yang
mengarah ke samping pada sebuah kawat yang mengangkut sebuah arus.
10. Apabila kawat dialiri arus listrik maka akan menimbulkan medan magnet
disekitarnya. Bila penghantar berarus di letakkan di dalam medan magnet, maka pada
penghantar akan timbul gaya. Gaya ini disebut dengan Gaya Lorentz. Jadi Gaya
Lorentz adalah gaya yang dialami kawat berarus listrik di dalam medan magnet.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya Lorentz dapat timbul dengan syarat sebagai
berikut :
1. ada kawat pengahantar yang dialiri arus
2. penghantar berada di dalam medan magnet
11. Karena gaya Lorentz ( FL ), arus listrik ( I ) dan medan magnet ( B )
adalah besaran vector maka peninjauan secara matematik besar dan arah gaya Lorentz
ini hasil perkalian vector (cros-product) dari I dan B. FL = I x B
12. Besarnya gaya Lorentz dapat dihitung dengan rumus FL = I.B sin
Rumus ini berlaku untuk panjang kawat 1 meter. Perhitungan diatas adalah gaya
Lorentz yang mempengaruhi kawat tiap satuan panjang. Jadi jika panjang kawat = ,
maka besar gaya Lorentz dapat dihitung dengan rumus :
13. FL = I . . B . Sin .................................................(1)
14. FL = gaya Lorentz dalam newton (N)

4
15. I = kuat arus listrik dalam ampere (A)
16. = panjang kawat dalam meter (m)
17. B = kuat medan magnet dalam Wb/m2 atau tesla (T)
18. = sudut antara arah I dan B
19. Arah gaya lorentz dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan.

Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa, sehingga Ibu jari tegak lurus

terjadap keempat jari lain dan tegak lurus terhadap arah telapak tanan. Bila arah

medan magnet (B) diwakili oleh telunjuk dan arah arus listrik (I) diwakili oleh

ibu jari, maka arah gaya lorentz (F) di tunjukkan oleh telapak tangan. Seperti

ditunjukkan pada gambar berikut:

20.

21. Gambar 1. Kaidah Tangan Kanan untuk Menentukan Arah Gaya Lorentz
22.
23.
24.
25. Keterangan:
26. Ibu jari : menunjukan arah arah arus listrik (I)
27. Empat jari lain : menunjukkan arah medan magnet (B)
28. Telapak tangan : menunjukkan arah gaya Lorentz (F)
29. Jika sebuah partikel bermuatan listrik yang bergerak dalam
daerah medan magnet homogenya juga akan mendapatkan gaya. Gaya ini juga
dinamakan gaya Lorentz. Gerak partikel akan menyimpang searah dengan gaya
lorentz yang mempengaruhi. Arah gaya Lorentz pada muatan positif yang
bergerak dapat juga ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Untuk muatan
negatif arah gaya Lorentz digunakan Kaidah Tangan Kiri.
30. Jika besar muatan q bergerak dengan kecepatan v, dan I = q/t
maka persamaan gaya adalah
31. FL = I . . B sin
32. = q/t . . B sin
33. = q . /t . B sin

5
34. = q . v . B sin
35. Karena /t = v
36. Sehingga besarnya gaya Lorentz yang dialami oleh sebuah muatan yang bergerak
dalam daerah medan magnet dapat dicari dengan menggunakan rumus :
37. F = q . v . B sin .......................(2)
38. Keterangan:
39. F = gaya Lorentz dalam newton (N)
40. q = besarnya muatan yang bergerak dalam coulomb (C)
41. v = kecepatan muatan dalam meter / sekon (m/s)
42. B = kuat medan magnet dalam Wb/m2 atau tesla (T)
43. = sudut antara arah v dan B
44. BAB III
45. METODOLOGI
46.
A. Alat dan Bahan yang Digunakan
47. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat percobaan gaya
Lorentz tertera pada tabel berikut:
48. Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan
49. N
50. NAMA BAHAN 51. KETERANGAN
O
52. 1 53. Acrylic bening (tebal 5 mm) 54. 37 cm x 14 cm

6
55. 2 56. Papan Dudukan 58. 20 cm x 40 cm
57.

59. 3 60. Kawat Tembaga 61. 13 cm

62. 4 63. Pipa Alumunium (1,5 gram) 65. 9 cm


64.

66. 5 67. Magnet Speaker 68. 1 buah

7
69. 6 70. Kabel Penghubung 71. Secukupnya

72. 7 73. Kabel Pelangi 74. Secukupnya

75. 8 76. Baut Cacing 77. Panjang 2,5 inchi,


diameter 3 mm = 4
buah
78. Panjang 1,5 inchi,
diameter 3 mm = 6
buah

79. 9 80. Papan VCB 82. 1 buah


81.

8
83. 10 84. Baterai Holder (dudujan terminal) 85. 1 buah

86. 11 87. Lem Lilin Tembak 88. Secukupnya

89. 12 90. Amplas 91. secukupnya

92. 13 93. Cat Kayu Coklat 94. 1 buah

9
95. 14 96. Stopwatch 97. 2 buah

98. 15 99. Power Supplay 100. 1 buah

101. 1 102. Baterai 9 Volt 103. 1 buah


6

104. 1 105. Laser 106. 3 buah


7

10
107. 1 108. Pinheader 109. Secukupnya
8

110. 1 111. Transistor Saklar BC 141 112. 3 buah


9

113. 2 114. Resistor 680 115. 3 buah


0

116. 2 117. Fotodioda Bening 118. 3 buah


1

11
119. 2 120. Relay Voltase 5 Volt 121. 5 spin (2 buah)
2 122. 8 spin (1 buah)

123. 2 124. Solder dan Timah 125. 1 buah


3

126.
127.
128.
B. Prosedur Pembuatan Alat Gaya Lorentz
1. Menyediakan seluruh alat dan bahan
2. Mengetam bahan kayu sampai rata, lurus dan halus sehingga didapatkan ukuran
yang dibutuhkan (menjadi kedudukan alat lorentz)
3. Menempelkan magnet speaker pada papan kedudukan dengan lem. Dimana
dipinggir-pinggir magnet tersebut dipererat dengan baut cacing
4. Memotong acrylic bening dengan ukuran panjang 37 cm, lebar 14 cm
5. Memasang acrylic bening di atas magnet speaker (berjarak 0,5 cm) dengan
menggunakan baut pada keempat titik sudutnya ke papan kedudukan
6. Memasang baterai holder (kedudukan terminal) pada papan kedudukan
menggunakan baut
7. Memasang secara sejajar dua kawat tembaga yang panjangnya 31 cm di atas acrylic
bening. Dimana jarak diantara kedua kawat sekitar 7 cm
8. Memasang kabel penghubung ke baterai holder (kedudukan terminal)

12
9. Memasang fotodioda bening yang telah dirangkai di atas papan pcb (tiga buah
dengan jarak antara fotodioda bening sekitar 7 cm) ke acrylic bening
10. Pada sisi arcrylic yang lain di pasang tiga buah laser
11. Merakit relay voltase 5 volt, transistor Saklar BC 141, resistor 680 ke papan pcb
kemudian papan tersebut dipasang ke papan kedudukan menggunakan baut
12. Menghubungkan stopwatch, baterai 9V, rangkaian point nomor 9, 10, dan 11
menggunakan kabel pelangi dan pinheader
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139. Gambar 2. Alat Percobaan Gaya Lorentz
C. Prosedur Percobaan Alat Gaya Lorentz
140. Rangkaian alat gaya Lorentz ini dapat menjelaskan konsep kaidah tangan
kanan. Adapun langkah kerja dari alat percobaan gaya Lorentz ini adalah
1. Menghubungkan power supplay dengan baterai holder (kedudukan terminal)
menggunakan kabel penghubung
2. Menghidupkan power supplay
3. Meletakkan batang alumunium sebagai penghubung antara dua kawat tembaga
4. Mengamati gerakkan batang alumunium
5. Mengulangi langkah percobaan tersebut dengan menvariasikan besar voltase pada
power supplay
6. Mencatat waktu pergerakkan batang alumunium yang terbaca pada stopwatch ke
Tabel 2 dan Tabel 3.
141.
142.

13
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151. Gambar 3. Rangkaian Alat Pengukuran Gaya Lorentz Menggunakan
Sensor Cahaya
152.
153.Tabel 2. Data Pengukuran Gaya Lorentz Menggunakan Sensor Cahaya dengan
Tegangan 3 Volt dan Kuat Arus A
154. Per 155. Waktu 156. W
cobaa Lintas aktu
n ke an 1 = Linta
t1 (s) san 2
= t2
(s)
157. 1 158. 159.
160. 2 161. 162.
163. 3 164. 165.
166.
167.Tabel 3. Data Pengukuran Gaya Lorentz Menggunakan Sensor Cahaya dengan
Tegangan 6 Volt dan Kuat Arus A
168. Per 169. Waktu 170. W
cobaa Lintas aktu
n ke an 1 = Linta
t1 (s) san 2
= t2
(s)
171. 1 172. 173.
174. 2 175. 176.
177. 3 178. 179.

14
180. BAB IV
181. HASIL DAN PEMBAHASAN
182.
A. Hasil Pengamatan
183. Tabel 4. Data Pengukuran Gaya Lorentz Menggunakan Sensor Cahaya dengan
Tegangan 3 Volt dan Kuat Arus A
184. Per 185. Waktu 186. W
cobaa Lintas aktu
n ke an 1 = Linta
t1 (s) san 2
= t2
(s)
187. 1 188. 0,4 189. 0,
6 66
190. 2 191. 0,4 192. 0,
7 78
193. 3 194. 0,4 195. 0,
1 62
196.
197.Tabel 5. Data Pengukuran Gaya Lorentz Menggunakan Sensor Cahaya dengan
Tegangan 6 Volt dan Kuat Arus A
198. Per 199. Waktu 200. W
cobaa Lintas aktu
n ke an 1 = Linta
t1 (s) san 2
= t2
(s)
201. 1 202. 0,2 203. 0,
8 40
204. 2 205. 0,2 206. 0,
8 47
207. 3 208. 0,3 209. 0,
1 47
210.

15
B. Analisis Hasil Pengamatan
1. Menghitung besarnya kecepatan lintasan batang alumunium
211. v = s/t
a. Tegangan 3 Volt dan Kuat Arus
0,07
212. Percobaan 1 v1 = 0,46 = 0,152

0,07
213. v2 = 0,66 = 0,106

0,07
214. Percobaan 2 v1 = 0,47 = 0,149

0,07
215. v2 = 0,78 = 0,090

0,07
216. Percobaan 3 v1 = 0,41 = 0,171

0,07
217. v2 = 0,62 = 0,113

b. Tegangan 6 Volt dan Kuat Arus


0,07
218. Percobaan 1 v1 = 0,28 = 0,250

0,07
219. v2 = 0,40 = 0,175

0,07
220. Percobaan 2 v1 = 0,28 = 0,250

0,07
221. v2 = 0,47 = 0,149

0,07
222. Percobaan 3 v1 = 0,31 = 0,225

0,07
223. v2 = 0,47 = 0,149

16
224.

2. Menghitung besarnya percepatan batang alumunium


225. a = v/t
a. Tegangan 3 Volt dan Kuat Arus
0,1060,152 0,046
=
226. Percobaan 1 a= 0,660,46 = 0,2 -0,23

0,0900,149 0,059
=
227. Percobaan 2 a= 0,780,47 = 0,31 -0,19

0,1130,171 0,058
=
228. Percobaan 3 a= 0,620,41 = 0,21 -0,28

b. Tegangan 6 Volt dan Kuat Arus


0,1750,250 0,075
=
229. Percobaan 1 a= 0,400,28 = 0,12 -0,625

0,1490,250 0,101
=
230. Percobaan 2 a= 0,470,28 = 0,19 -0,532

0,1490,225 0,076
=
231. Percobaan 3 a= 0,470,31 = 0,16 -0,475

3. Menentukan gaya Lorentz


232. F = m.a
a. Tegangan 3 Volt dan Kuat Arus
233. Percobaan 1 F = 1,5 x 10-3 0,23 = 3,45 x 10-4
234.
Percobaan 2 F = 1,5 x 10-3 0,19 = 2,85 x 10-4
235.
Percobaan 3 F = 1,5 x 10-3 0,28 = 4,2 x 10-4
b. Tegangan 6 Volt dan Kuat Arus
236. Percobaan 1 F = 1,5 x 10-3 0,625 = 9,38 x 10-4
237.
Percobaan 2 F = 1,5 x 10-3 0,532 = 7,98 x 10-4
238.
Percobaan 3 F = 1,5 x 10-3 0,475 = 7,12 x 10-4
239. Keterangan:
240. F = besarnya gaya lorentz pada kawat alumunium (N)
241. m = massa alumunium (kg)
242. a = percepatan batang alumunium (m/s2)

17
243. Arti tanda minus (-) pada nilai a adalah batang alumunium tersebut
mengalami perlambatan. Berikut ini disajikan dalam bentuk tabel hasil analisis data
pengukuran gaya lorentz menggunakan sensor cahaya.
244. Tabel 6. Hasil Analisis Data Pengukuran Gaya Lorentz Menggunakan Sensor
Cahaya dengan Tegangan 3 Volt dan Kuat Arus A
245. Per 246. Waktu 247. W 248. Kec 249. Kec 250. Perc 251. Ga
cobaa Lintas aktu epatan epatan epatan ya
n ke an 1 = Linta Lintasa Lintasa =a Lorent
t1 (s) san 2 n 1 v1 n 2 v2 (m/s2) z=F
= t2 (m/s) (m/s) (N)
(s)
258.
252. 1 253. 0,4 254. 0, 255. 0,15 256. 0,10 257. 0,23 3,45 x
6 66 2 6 10-4
259. 2 260. 0,4 261. 0, 262. 0,14 263. 0,09 264. 0,19 265. 2,8
7 78 9 0 5 x 10-
4

266. 3 267. 0,4 268. 0, 269. 0,17 270. 0,11 271. 0,28 272. 4,2
1 62 1 3 x 10-4
273.
274.
275. Tabel 7. Hasil Analisis Data Pengukuran Gaya Lorentz Menggunakan Sensor
Cahaya dengan Tegangan 6 Volt dan Kuat Arus A
276. Per 277. Waktu 278. W 279. Kec 280. Kec 281. Perc 282. Ga
cobaa Lintas aktu epatan epatan epatan ya
n ke an 1 = Linta Lintasa Lintasa =a Lorent
t1 (s) san 2 n 1 v1 n 2 v2 (m/s2) z=F
= t2 (m/s) (m/s) (N)
(s)
289.
283. 1 284. 0,2 285. 0, 286. 0,25 287. 0,17 288. 0,62 9,38 x
8 40 0 5 5 10-4
290. 2 291. 0,2 292. 0, 293. 0,25 294. 0,14 295. 0,53 296. 7,9
8 47 0 9 2 8 x 10-
4

297. 3 298. 0,3 299. 0, 300. 0,22 301. 0,14 302. 0,47 303. 7,1

18
1 47 5 9 5 2 x 10-
4

304.
305.
306.
C. Pembahasan
307. Berdasarkan alat percobaan gaya Lorentz yang telah dibuat, data hasil
pengamatan dan analisis data diperoleh bahwa alat sederhana berbasis digital ini mampu
menunjukkan hasil pengukuran besar gaya Lorentz dan kaidah aturan tangan kanan.
308. Dari tabel analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa ketika tegangan
dan kuat arus diperbesar maka gerak kawat Lorentz semakin cepat (ditunjukkan dengan
nilai v yang semakin besar). Kecepatan kawat Lorentz sebanding dengan nilai gaya
Lorentz yang bekerja pada kawat. Semakin besar nilai kecepatan kawat Lorentz, maka
semakin besar pula gaya Lorentz yang bekerja. Dan sebaliknya, semakin kecil nilai
kecepatan kawat Lorentz, maka semakin kecil pula gaya Lorentz yang bekerja.
309. Selanjutnya dari kajian teori tentang hubungan gaya Lorentz dengan kuat
arus terbukti bahwa nilai gaya Lorentz sebanding dengan kuat arusnya. Semakin besar
arus yang mengalir pada kawat gaya Lorentz, maka semakin besar pula gaya
Lorentznya.
310. Dari keseluruhan percobaan pengukuran gaya Lorentz penulis
mengalami beberapa kendala, diantaranya pada pengukuran gaya Lorentz menggunakan
tegangan 6V, power supplay sering kali mengalami reset sebelum mencapai sensor
cahaya yang ketiga, sehingga sering kali t 2 tidak diperoleh. Selanjutnya untuk tegangan
yang lebih besar dari 6V, power supplay sudah mengalami reset sebelum mencapai
sensor kedua. Oleh karena itu pada percobaan kali ini penulis hanya bisa menggunakan
tegangan masukannya 3V dan 6V, karena jika besar dari pada itu power supplay akan
reset.
311. BAB V
312. PENUTUP
A. Kesimpulan
313. Berdasarkan kajian teori dan analisis data di atas, diperoleh beberapa
kesimpulan:

19
1. Pembuatan alat percobaan gaya Lorentz ini tergolong cukup sederhana karena
menggunakan beberapa barang bekas namun tetap dilengkapi dengan sistem digital.
Alat percobaan gaya Lorentz ini dapat memperjelas konsep kaidah tangan kanan.
2. Hubungan antara gaya Lorentz dengan kuat arus adalah sebanding, terbukti bahwa
dari analisis data nilai gaya Lorentz sebanding dengan kuat arusnya. Semakin besar
arus yang mengalir pada kawat gaya Lorentz, maka semakin besar pula gaya
Lorentznya.
314.
B. Saran
315. Untuk pengembangan alat percobaan gaya Lorentz selanjutnya
disarankan:
1. Meletakkan batang alumunium pada posisi awal tepat di atas magnet agar besarnya
gaya Lorentz maksimum.
2. Kawat tembaga yang dipasang di atas acrylic harus lurus.

316.
317.
318.
319. DAFTAR PUSTAKA
320.
321. Halliday & Resnick. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
322. Septyansyah, Asim. 2013. Rancang Bangun Alat Peraga Gaya Lorentz sebagai
Upaya Penambahan Alat Praktikum di Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
323.
324.
325.

326.

20

Anda mungkin juga menyukai