BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS
Diusulkan Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
i
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
1
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu Lempeng Indo-
Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng
Samudra Pasifik di bagian Timur. Pergerakan tiga lempeng tersebut yang
menjadikan tiap daerah di Indonesia mempunyai potensi bencana dan itensitas
bencana yang berbeda. Salah satu jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia
tergolong dalam bencana geologi meliputi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan
gunung meletus (Badan Geologi, 2015). Bencana geologi tersebut menimbulkan
kerusakan dan banyak korban jiwa. Sejak tahun 1883 telah terjadi beberapa kali
bencana tsunami di Indonesia, akan tetapi hingga saat ini negara belum memiliki
satelit khusus untuk memantau bencana alam (Aini, 2018).
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan
kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi
yang terjadi di dasar laut. Tsunami merupakan salah satu bentuk energi yang
dimiliki laut yang bersifat internal. Selain energi internal tersebut terdapat pula
energi yang telah ditransfer dari angin ke laut yang disebut energi gelombang laut.
Ketika angin berhembus di atas lautan, interaksi udara-laut memindahkan sebagian
energi angin ke air, membentuk gelombang yang menyimpan energi ini sebagai
energi potensial dan energi kinetik berupa gerakan partikel air. Gelombang sangat
efisien dalam mentransfer energi sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik yang bersifat terbarukan (Heino, 2013, Shi, 2015).
Energi terbarukan merupakan istilah populer yang digunakan pada sumber
energi selain fosil. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, untuk
mikrohidro dan minihidro potensinya mencapai 19.385 MW, panas bumi mencapai
29.544 MW, tenaga surya mencapai 207.898 MW, angin 60.647 MW, energi laut
287.822 MW dan bio energi mencapai 32.653 MW. Akan tetapi hingga tahun 2018,
tercatat sebanyak 94 persen penggunaan energi di Indonesia masih bergantung pada
energi fosil. Dewan Energi Nasional bersama pemerintah sudah merumuskan
kebijakan energi nasional dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 untuk
menjamin keamanan suplai energi dengan mendorong pemanfaatan energi
terbarukan hingga 23 persen di tahun 2025, dan 31 persen pada tahun 2050.
Potensi dari energi terbarukan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
listrik, guna mengaliri 5,2 juta rumah tangga di Indonesia yang belum teraliri listrik.
Rumah tangga itu tersebar di 2.519 desa dan 136 kecamatan di seluruh Indonesia.
Salah satu kendala dari permasalahan distribusi listrik di Indonesia adalah karena
medan yang sulit dan keterbatasan sarana penunjang untuk instalasi listrik di daerah
pedalaman (Wicaksono, 2018). Pada tahun 2017 angka elektrifikasi nasional masih
mencapai 95,35%, hal ini menunjukkan bahwa masih terjadi krisis listrik di daerah
pelosok. Sementara ini solusi bagi daerah yang belum teraliri listrik PLN yakni
menggunakan generator ataupun menggunakan accu (Gusti, 2018).
2
Tujuan
1. Menurunkan dampak dari bencana alam khususnya tsunami di Indonesia yang
merugikan dari sisi ekonomi dan korban jiwa yang ditimbulkan.
2. Mendukung program pemerintah dalam menjamin suplai energi dengan
mendorong pemanfaatan energi terbarukan hingga 31 persen pada tahun 2050.
3. Mewujudkan distribusi secara merata pada penyediaan instalasi listrik di
seluruh Indonesia.
Manfaat
1. Bagi Masyarakat: Memberikan solusi dalam pencegahan kerusakan dan korban
jiwa akibat bencana alam serta menjamin pemerataan listrik nasional melalui
energi terbarukan.
2. Bagi Pemerintah: Mendukung program pemerintah dalam penanganan bencana
alam, pemanfaatan energi terbarukan, dan distribusi energi secara nasional.
3. Bagi Akademisi: Mengembangkan dan mengaplikasikan wawasan yang
diperoleh dibangku perkuliahan secara langsung untuk Indonesia.
2. GAGASAN
Bencana Alam, Energi Terbarukan, dan Distribusi Listrik di Indonesia
Salah satu bencana alam yang memiliki dampak yang besar di Indonesia adalah
tsunami. Tsunami umumnya disebabkan oleh gempa bumi di dasar laut. Kejadian
tsunami yang signifikan di Indonesia sejak tahun 1883 akibat letusan Gunung
Krakatau dengan korban 36.000 jiwa, tsunami Flores tahun 1992 dengan 2.080
korban jiwa, tsunami Aceh dengan 250.000 korban jiwa, serta tsunami di Palu dan
Selat Sunda dengan korban diperkirakan mencapai 2.500 jiwa (Badan Geologi,
2015). Tingginya jumlah korban menunjukkan bahwa program antisipasi masih
belum efektif untuk mencegah maupun dari aspek mitigasi atau peringatan dini.
3
Daerah dengan ancaman tsunami yang sangat tinggi dan tinggi tersebar pada
hampir seluruh wilayah Indonesia, mulai dari pantai Barat Aceh, Sumatera Barat,
Bengkulu, selatan Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian tengah dan utara, Maluku
dan Maluku utara serta Papua bagian barat dan utara. Hampir seluruh
Kabupaten/Kota di garis pantai pada Gambar 2.1 masuk dalam tingkat risiko Sangat
Tinggi dan Tinggi karena perkiraan tinggi gelombang di atas tiga meter. Jumlah
penduduk yang terpapar dari risiko tsunami adalah 5.031.147 jiwa (BNPB, 2012).
Oleh karena itu, dari aspek risiko bencana alam khususnya tsunami dapat
disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu ditangani secara optimal.
Adapun dari aspek energi, Indonesia masih berusaha mengoptimalkan
penggunaan energi terbarukan. Implementasi yang telah dilakukan untuk
mewujudkan target tersebut menunjukkan bahwa minyak bumi masih menjadi
tumpuan utama dengan persentase sebesar 43%, kemudian batubara dan gas bumi
masing-masing 28,7% dan 22%. Sisanya, yaitu hanya sebanyak 6,2% yang berasal
dari energi terbarukan. Ini artinya pemanfaatan energi terbarukan masih belum
maksimal sampai dengan saat ini dan belum bisa menutupi pertumbuhan konsumsi
energi sampai 3,2% dan konsumsi listrik sekitar 6% setiap tahunnya, sedangkan
bauran energi terbarukan bertambah 0,36 % per-tahunnya. Hal ini akan membuat
sulit untuk mencapai target 23% pada tahun 2025 (Adzikri, 2017).
Distribusi listrik atau elektrifikasi belum tercapai secara nasional. Menurut
laporan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan tahun 2017, elektrifikasi nasional
mencapai 95,35%. Apabila ditinjau dari tiap provinsi maka ada beberapa wilayah
seperti NTT, NTB, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Tengah
yang memiliki rasio elektrifikasi dibawah 80%. Hal ini terjadi karena wilayah yang
tidak terjangkau untuk dilakukan perluasan jaringan (Grid Expansion) berupa
infrastruktur seperti pembangkit, transmisi dan distribusi tenaga listrik. Kondisi ini
selama ini ditangani melalui Pemerintah Daerah atau swasta untuk penyediaan
listrik skala kecil (Andi, 2017).
4
Selain dari metode preventif yang diterapkan langsung pada gelombang laut,
program ini juga masih menerapkan peringatan dini pada kondisi gelombang yang
tidak mampu diredam oleh pembangkit listrik. Gelombang akan dideteksi
menggunakan buoy yang kemudian mentransfer informasi real time menuju solar
harvester satelite untuk mengirimkan data menuju National Tsunami Warning
Center untuk memberikan peringatan evakuasi lebih awal sebelum terjadi tsunami.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program ini memiliki dua mekanisme
antisipasi risiko bencana tsunami, yakni meredam gelombang tsunami dan
memberikan peringatan dini.
d. Implementasi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Program ini memanfaatkan dua potensi yang dimiliki oleh Indonesia, yakni
sebagai negara maritim dan sebagai negara tropis yang dilintasi oleh garis edar
matahari di lintang nol derajat (garis ekuator). Menurut data dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan, luas wilayah Indonesia adalah 7,81 km2 dengan luas lautan
mencapai 5,8 juta km2. Melalui program ini akan dihasilkan minimal 250 kW listrik
tiap satu kilometer persegi wilayah perairan yang dijadikan tempat untuk instalasi
pembangkit listrik tenaga gelombang laut (Shi, 2015).
Pemerintah menargetkan untuk tahun 2019 Indonesia mampu menghasilkan
energi listrik sebesar 80.000 megawatt. Melalui program ini akan dihasilkan
480.000 MW dari pembangkit listrik tenaga gelombang laut atau 6 kali lipat dari
target yang dapat dicapai. Selain itu melalui solar harvester satelite diperkirakan
memiliki kapasitas 1 MWP (Mega Watt Peak) . Oleh karena itu melalui program
ini akan diwujudkan kemandirian energi berbasis energi terbarukan.
e. Implementasi Distribusi Listrik
Program ini mengembangkan metode transmisi gelombang mikro (microwave
transmission) untuk mendistribusikan listrik sehingga mengurangi prasarana
minimum yang dibutuhkan untuk instalasi listrik di daerah. Microwave
transmission mampu terhubung dengan rectenna hingga lebih dari 300.000 km.
Pada program ini rectenna utama akan dibangun pada enam titik di Indonesia antara
lain Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua Barat. Lima rectenna utama tersebut kemudian
memfasilitasi listrik menuju rectenna daerah sehingga menjangkau daerah pelosok.
3. Pengawasan dan Evaluasi Program
Pengawasan yang dilakukan meliputi pemeriksaan terhadap kelayakan dari
seluruh instalasi pembangkit listrik setiap tiga tahun sekali atau secara langsung
ketika ditemukan malfungsi pada perangkat tersebut. Adapun evaluasi yang
dilakukan antara lain berupa pengadaan kembali perangkat yang mengalami
kendala atau kerusakan berdasarkan data dari pemeriksaan, sehingga dapat diajukan
dalam anggaran pengadaan instalasi penunjang tersebut. Pihak yang melaksanakan
pengawasan dan evaluasi adalah tanggung jawab dari dinas pemerintahan daerah
yang bersangkutan bersama dengan dinas energi dan sumber daya mineral untuk
kemudian dilaporkan ke tingkat pusat.
9
Kebermanfaatan Program
1. Aspek Lingkungan
Program “Tsunami Power Plant” mencegah kerusakan dan korban jiwa akibat
dari bencana alam tsunami secara preventif maupun represif sehingga menjamin
keamanan masyarakat di seluruh Indonesia khususnya kawasan pesisir. Selain itu
secara tidak langsung pembangkit listrik yang diterapkan di kawasan rawan tsunami
menjadikan kondisi yang lebih stabil sebagai habitat bagi terumbu karang biota laut.
2. Aspek Ekonomi
Program “Tsunami Power Plant” dapat menghemat anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) dengan memangkas biaya yang dibutuhkan oleh negara
untuk pengadaan prasarana penyediaan listrik. Saat ini negara mengeluarkan
subsidi energi mencapai 94,5 triliun. Penambahan subsidi ini disebabkan
banyaknya rumah tangga yang tidak mampu membayar biaya instalasi listrik.
Melalui program ini biaya instalasi listrik akan menjadi lebih terjangkau dan
mampu memangkas subsidi energi dari APBN sehingga dapat dialokasikan untuk
program lain dalam rangka memajukan perekonomian di Indonesia.
3. Aspek Sosial
Program “Tsunami Power Plant” mampu mewujudkan kesetaraan bagi seluruh
rakyat Indonesia di bidang energi. Program ini akan mampu untuk mendistribusikan
listrik dari kota besar hingga ke pelosok daerah bahkan dengan medan yang
sebelumnya tidak dapat dijangkau oleh prasarana listrik karena berbagai kendala
teknis. Sistem yang nirkabel mampu untuk mengatasi keterbatasan dari
pemasangan instalagi listrik di beberapa daerah pelosok.
3. KESIMPULAN
“Tsunami Power Plant” merupakan suatu program nasional yang bertujuan
untuk memberikan solusi bagi antisipasi risiko bencana tsunami di Indonesia.
Program ini mengatasi permasalahan tersebut dengan membangun pembangkit
listrik tenaga gelombang laut di daerah laut yang berpotensi tsunami sangat tinggi,
kemudian listrik yang dihasilkan didistribusikan melalui teknologi nirkabel yakni
menggunakan microwave transmitter dan rectenna ke seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu pada program ini akan diluncurkan solar harvester satelite yang berfungsi
sebagai pemantau tanda-tanda bencana tsunami sekaligus sebagai pembangkit
listrik tenaga surya. Program ini akan dijalankan dengan menjalin kerjasama
dengan pemerintah dan lembaga-lembaga terkait dengan perumusan kebijakan,
pengkajian teknologi, pembangunan infrastruktur, implementasi, serta pengawasan
dan evaluasi pelaksanaan “Tsunami Power Plant”. Program ini diharapkan mampu
mencegah kerusakan dan korban jiwa akibat dari bencana alam tsunami,
menjadikan energi terbarukan sebagai sumber utama dalam penyediaan energi
listrik, serta mewujudkan program elektrifikasi nasional hingga ke seluruh pelosok
wilayah di Indonesia. Terlaksananya program ini diharapkan dapat mengurangi
anggaran subsidi energi agar dapat dialokasikan ke sektor pembangunan lainnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
a. Biodata Ketua
12
b. Biodata Anggota 1
13
c. Biodata Anggota 2
14
Program Alokasi
No. Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Waktu
•Mengkaji program yang
pernah diterapkan
sebelumnya
• Mengkaji dampak pada
Dini Amalia/ Ekonomi 16
1. aspek ekonomi, sosial
165020100111006 Pembangunan jam/minggu
dan lingkungan
• Administrasi
• Konsultasi dengan dosen
pembimbing
• Mengkaji teknologi yang
relevan sebagai gagasan
yang diajukan
• Menyusun teknik
Hairil Fiqri/ 16 implementasi
2. Bioteknologi
155100500111019 jam/minggu • Mengkaji mekanisme
penetapan suatu
kebijakan nasional
• Konsultasi dengan dosen
pembimbing
• Melakukan perhitungan
terhadap efisiensi pada
infrastruktur program
• Melakukan desain pada
Murtadha Ali
Keteknikan 16 konsep program
3. Barkah Santoso/
Pertanian jam/minggu • Mengkaji tentang
155100207111029
penentuan lokasi terbaik
untuk eksekusi program
• Konsultasi dengan dosen
pembimbing
17
Wave Breaker
Batas ZEE
Simulasi
Real-life
Tampak
atas Pemancar
Receiver (transmitter)
Kota
(rectenna)
Wave Breaker
& Wave Generator Buoy
Unit Generator
Pelampung
Generator
Tide
Pondasi generator
Penurunan
gelombang
Sistem Generator
Photovoltaic
Array
Microwave
Transmitter
Indonesia
Microwave
Rectennaa
GAMBARAN DISTRIBUSI
MICROWAVE RECTENNA
Gambaran Distribusi