Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

“Tsunami Power Plant”: Pembangkit Listrik Nirkabel Berbasis Gelombang


Laut dan Satelit Surya Sebagai Upaya Mengurangi Dampak Tsunami dan
Pemerataan Distribusi Energi di Indonesia

BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh:

Dini Amalia 165020100111006 Angkatan 2016


Hairil Fiqri 155100500111019 Angkatan 2015
Murtadha Ali Barkah Santoso 155100207111029 Angkatan 2015

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
Tujuan ..................................................................................................................... 2
Manfaat ................................................................................................................... 2
2. GAGASAN ......................................................................................................... 3
Bencana Alam, Energi Terbarukan, dan Distribusi Listrik di Indonesia ................ 3
Solusi yang Pernah Diterapkan ............................................................................... 4
“Tsunami Power Plant”: Pembangkit Listrik Nirkabel Berbasis Gelombang Laut
dan Satelit Surya ..................................................................................................... 5
Langkah Strategis Implementasi Gagasan .............................................................. 6
Kebermanfaatan Program........................................................................................ 9
3. KESIMPULAN .................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10
LAMPIRAN ......................................................................................................... 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta risiko tsunami Indonesia ...............................................................3


Gambar 2. Konsep umum program “Tsunami Power Plantí” ...............................5
Gambar 3. Lokasi instalasi pembangkit listrik tenaga gelombang .........................7
Gambar 4. Rangkaian Sistem Wave Breaker........................................................18
Gambar 5. Rangkaian Sistem Solar Harvester Satelit .........................................19

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing.............................11


Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas..............16
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana...................................................17
Lampiran 4. Gambaran Umum Konsep Program “Tsunami Power Plant” .........18

v
1

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu Lempeng Indo-
Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng
Samudra Pasifik di bagian Timur. Pergerakan tiga lempeng tersebut yang
menjadikan tiap daerah di Indonesia mempunyai potensi bencana dan itensitas
bencana yang berbeda. Salah satu jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia
tergolong dalam bencana geologi meliputi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan
gunung meletus (Badan Geologi, 2015). Bencana geologi tersebut menimbulkan
kerusakan dan banyak korban jiwa. Sejak tahun 1883 telah terjadi beberapa kali
bencana tsunami di Indonesia, akan tetapi hingga saat ini negara belum memiliki
satelit khusus untuk memantau bencana alam (Aini, 2018).
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan
kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi
yang terjadi di dasar laut. Tsunami merupakan salah satu bentuk energi yang
dimiliki laut yang bersifat internal. Selain energi internal tersebut terdapat pula
energi yang telah ditransfer dari angin ke laut yang disebut energi gelombang laut.
Ketika angin berhembus di atas lautan, interaksi udara-laut memindahkan sebagian
energi angin ke air, membentuk gelombang yang menyimpan energi ini sebagai
energi potensial dan energi kinetik berupa gerakan partikel air. Gelombang sangat
efisien dalam mentransfer energi sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik yang bersifat terbarukan (Heino, 2013, Shi, 2015).
Energi terbarukan merupakan istilah populer yang digunakan pada sumber
energi selain fosil. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, untuk
mikrohidro dan minihidro potensinya mencapai 19.385 MW, panas bumi mencapai
29.544 MW, tenaga surya mencapai 207.898 MW, angin 60.647 MW, energi laut
287.822 MW dan bio energi mencapai 32.653 MW. Akan tetapi hingga tahun 2018,
tercatat sebanyak 94 persen penggunaan energi di Indonesia masih bergantung pada
energi fosil. Dewan Energi Nasional bersama pemerintah sudah merumuskan
kebijakan energi nasional dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 untuk
menjamin keamanan suplai energi dengan mendorong pemanfaatan energi
terbarukan hingga 23 persen di tahun 2025, dan 31 persen pada tahun 2050.
Potensi dari energi terbarukan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
listrik, guna mengaliri 5,2 juta rumah tangga di Indonesia yang belum teraliri listrik.
Rumah tangga itu tersebar di 2.519 desa dan 136 kecamatan di seluruh Indonesia.
Salah satu kendala dari permasalahan distribusi listrik di Indonesia adalah karena
medan yang sulit dan keterbatasan sarana penunjang untuk instalasi listrik di daerah
pedalaman (Wicaksono, 2018). Pada tahun 2017 angka elektrifikasi nasional masih
mencapai 95,35%, hal ini menunjukkan bahwa masih terjadi krisis listrik di daerah
pelosok. Sementara ini solusi bagi daerah yang belum teraliri listrik PLN yakni
menggunakan generator ataupun menggunakan accu (Gusti, 2018).
2

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut kami mengusulkan sebuah gagasan


pembangkit listrik nirkabel berbasis gelombang laut dan satelit surya sebagai upaya
mengurangi dampak tsunami dan pemerataan distribusi energi di indonesia yang
disebut program “Tsunami Power Plant”. Program ini meminimalisasi dampak
bencana tsunami dengan memanfaatkan energi dari gelombang laut sebagai
pembangkit listrik sehingga dapat mengurangi kecepatan dan ketinggian
gelombang yang menuju daerah pesisir, serta dengan menggunakan satelit
pemantau aktivitas gelombang laut sebagai mekanisme peringatan dini sekaligus
berfungsi sebagai solar harvester. Energi yang dihasilkan tersebut kemudian
ditransfer dalam bentuk gelombang mikro melalui microwave transmitter menuju
microwave rectenna sehingga distribusi bersifat tanpa kabel (wireless). Transmisi
energi dengan mekanisme tersebut menjadikan distribusi listrik lebih luas dan
efisien. Program ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi permasalahan di
Indonesia terkait upaya preventif pada tsunami, ketergantungan terhadap energi
fosil, dan distribusi energi listrik nasional.

Tujuan
1. Menurunkan dampak dari bencana alam khususnya tsunami di Indonesia yang
merugikan dari sisi ekonomi dan korban jiwa yang ditimbulkan.
2. Mendukung program pemerintah dalam menjamin suplai energi dengan
mendorong pemanfaatan energi terbarukan hingga 31 persen pada tahun 2050.
3. Mewujudkan distribusi secara merata pada penyediaan instalasi listrik di
seluruh Indonesia.

Manfaat
1. Bagi Masyarakat: Memberikan solusi dalam pencegahan kerusakan dan korban
jiwa akibat bencana alam serta menjamin pemerataan listrik nasional melalui
energi terbarukan.
2. Bagi Pemerintah: Mendukung program pemerintah dalam penanganan bencana
alam, pemanfaatan energi terbarukan, dan distribusi energi secara nasional.
3. Bagi Akademisi: Mengembangkan dan mengaplikasikan wawasan yang
diperoleh dibangku perkuliahan secara langsung untuk Indonesia.

2. GAGASAN
Bencana Alam, Energi Terbarukan, dan Distribusi Listrik di Indonesia
Salah satu bencana alam yang memiliki dampak yang besar di Indonesia adalah
tsunami. Tsunami umumnya disebabkan oleh gempa bumi di dasar laut. Kejadian
tsunami yang signifikan di Indonesia sejak tahun 1883 akibat letusan Gunung
Krakatau dengan korban 36.000 jiwa, tsunami Flores tahun 1992 dengan 2.080
korban jiwa, tsunami Aceh dengan 250.000 korban jiwa, serta tsunami di Palu dan
Selat Sunda dengan korban diperkirakan mencapai 2.500 jiwa (Badan Geologi,
2015). Tingginya jumlah korban menunjukkan bahwa program antisipasi masih
belum efektif untuk mencegah maupun dari aspek mitigasi atau peringatan dini.
3

(Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2012)


Gambar 1. Peta risiko tsunami Indonesia

Daerah dengan ancaman tsunami yang sangat tinggi dan tinggi tersebar pada
hampir seluruh wilayah Indonesia, mulai dari pantai Barat Aceh, Sumatera Barat,
Bengkulu, selatan Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian tengah dan utara, Maluku
dan Maluku utara serta Papua bagian barat dan utara. Hampir seluruh
Kabupaten/Kota di garis pantai pada Gambar 2.1 masuk dalam tingkat risiko Sangat
Tinggi dan Tinggi karena perkiraan tinggi gelombang di atas tiga meter. Jumlah
penduduk yang terpapar dari risiko tsunami adalah 5.031.147 jiwa (BNPB, 2012).
Oleh karena itu, dari aspek risiko bencana alam khususnya tsunami dapat
disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu ditangani secara optimal.
Adapun dari aspek energi, Indonesia masih berusaha mengoptimalkan
penggunaan energi terbarukan. Implementasi yang telah dilakukan untuk
mewujudkan target tersebut menunjukkan bahwa minyak bumi masih menjadi
tumpuan utama dengan persentase sebesar 43%, kemudian batubara dan gas bumi
masing-masing 28,7% dan 22%. Sisanya, yaitu hanya sebanyak 6,2% yang berasal
dari energi terbarukan. Ini artinya pemanfaatan energi terbarukan masih belum
maksimal sampai dengan saat ini dan belum bisa menutupi pertumbuhan konsumsi
energi sampai 3,2% dan konsumsi listrik sekitar 6% setiap tahunnya, sedangkan
bauran energi terbarukan bertambah 0,36 % per-tahunnya. Hal ini akan membuat
sulit untuk mencapai target 23% pada tahun 2025 (Adzikri, 2017).
Distribusi listrik atau elektrifikasi belum tercapai secara nasional. Menurut
laporan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan tahun 2017, elektrifikasi nasional
mencapai 95,35%. Apabila ditinjau dari tiap provinsi maka ada beberapa wilayah
seperti NTT, NTB, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Tengah
yang memiliki rasio elektrifikasi dibawah 80%. Hal ini terjadi karena wilayah yang
tidak terjangkau untuk dilakukan perluasan jaringan (Grid Expansion) berupa
infrastruktur seperti pembangkit, transmisi dan distribusi tenaga listrik. Kondisi ini
selama ini ditangani melalui Pemerintah Daerah atau swasta untuk penyediaan
listrik skala kecil (Andi, 2017).
4

Solusi yang Pernah Diterapkan


1. Solusi Terkait Antisipasi Bencana Tsunami
Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) adalah satu-satunya
sistem peringatan dini tsunami yang berlaku di Indonesia. Sesuai UU Nomor 31
Tahun 2009, BMKG adalah badan resmi yang bertugas menyampaikan peringatan
dini tsunami. Dalam mendeteksi dan menganalisis gempa bumi dan tsunami,
InaTEWS menggunakan data dari berbagai jenis kelompok sensor, yaitu integrasi
dari pemantauan deformasi kulit bumi dan seismik, serta perubahan gelombang dan
ketinggian muka laut. Peralatan yang menjadi bagian dari InaTEWS, antara lain
jaringan seismometer, buoy, pemantau pasang surut (tide gauge), dan stasiun GPS
yang terintegrasi menjadi suatu sistem pemantauan secara real time. Produk utama
di dalam sistem peringatan dini tsunami di Indonesia antara lain jenis peringatan
(Peringatan Dini 1–4), status ancaman dan saran (Awas, Siaga, Waspada), format
pesan (format pendek dan format panjang), dan alur waktu dikeluarkannya masing-
masing jenis peringatan (BNPB, 2012).
2. Solusi Terkait Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Peningkatan penggunaan energi terbarukan dilakukan pemerintah melalui
penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi
Nasional Pasal 11 ayat 2 yang menjelaskan tentang prioritas pengembangan energi
nasional dalam memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dengan
meminimalkan penggunaan minyak bumi, memanfaatkan pemanfaatan gas bumi,
dan menggunakan batu bara sebagai andalan pasokan energi nasional. Adapun
target pencapaian energi yang diharapkan adalah pada tahun 2025 peran energi baru
dan energi terbarukan paling sedikit 23% dan pada tahun 2050 paling sedikit 31%.
Selain itu pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik
disebutkan bahwa sumber energi terbarukan yang dimaksud antara lain sinar
matahari, angin, tenaga air, biomassa, biogas, sampah kota dan panas bumi menjadi
energi listrik dengan 85% dari biaya pokok penyediaan pembangkitan (BPP)
dialokasikan untuk PLTS Fotovoltaik. Adapun BPP tersebut tidak termasuk pada
biaya penyaluran/distribusi tenaga listrik.
3. Solusi Terkait Distribusi Listrik/Elektrifikasi Nasional
Pemerintah menjalankan program listrik perdesaan untuk perluasan akses
listrik pada wilayah yang belum terjangkau jaringan listrik. Ada tiga pendekatan
yang dilakukan untuk memperluas aksesbilitas listrik, yaitu: a. Perluasan Jaringan;
b. Minigrid off grid; dan c. Solar home system. Perluasan Jaringan dilaksanakan
dengan cara menambah infrastruktur ketenagalistrikan. Minigrid off grid
dilaksanakan apabila masyarakat tinggal bersama pada suatu wilayah atau daerah
namun jauh dari instalasi listrik PLN. Solar home system dilaksanakan apabila
masyarakat tinggal pada suatu wilayah secara tersebar sehingga menyulitkan untuk
perluasan jaringan listrik PLN. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara
memberikan satu Solar home system untuk tiap rumah (Andi, 2017).
5

“Tsunami Power Plant”: Pembangkit Listrik Nirkabel Berbasis Gelombang


Laut dan Satelit Surya
Program “Tsunami Power Plant” adalah program dengan visi dan tujuan
sebagai berikut, yakni: 1)Mengembangkan mekanisme antisipasi risiko tsunami
yang efektif; 2)Mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil dengan
mengoptimalkan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia sebagai
sumber energi utama; dan 3)Menyokong kebutuhan listrik secara merata hingga ke
pelosok serta menunjang peningkatan konsumsi listrik per kapita nasional. Program
ini dilatar belakangi oleh tingginya jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana
tsunami dengan sistem mitigasi yang kurang efektif, ketergantungan Indonesia
terhadap energi fosil, serta distribusi listrik yang belum merata.
Dalam rangka mewujudkan visi dan tujuan tersebut akan diterapkan teknologi.
Pada program ini menerapkan wave brake yang berfungsi untuk menyerap energi
dari gelombang laut sehingga tidak menuju pesisir pantai dengan ketinggian yang
membahayakan. Selain itu diluncurkan pula Solar Harvester Satelite yang
berfungsi ganda yakni untuk memanen energi foton dari sinar matahari diatas
atmosfer dan sebagai pengirim data ke National Tsunami Warning Center. Melalui
dua mekanisme tersebut akan diperoleh energi listrik yang masing-masing akan
diubah menjadi gelombang mikro (microwave) untuk di transmisikan menuju
rectifying antenna (rectenna) utama terdekat (Narang, 2015, Parameswaran, 2015,
Satavekar, 2014). Kelebihan dari metode ini adalah pada transmisi gelombang
mikro tersebut bersifat nirkabel (wireless) sehingga tidak tidak bergantung pada
ketersediaan infrastruktur untuk menjangkau daerah pelosok di seluruh Indonesia.

Gambar 2. Konsep Umum Program “Tsunami Power Plant”


6

Langkah Strategis Implementasi Gagasan


1. Menjalin Kerjasama dengan Pihak Terkait
a. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Pada program “Tsunami Power Plant”, BNPB berperan dalam memberikan
pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan
bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Hal tersebut
sesuai Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang BNPB. Melalui Unsur
Pelaksana Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, program ini akan dirumuskan
sebagai kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada prabencana.
b. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Pada program ini BMKG berperan untuk mengelola instrumen pendeteksi dini
bencana tsunami serta menyampaikan informasi dan peringatan dini kepada instansi
dan pihak terkait serta masyarakat. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 31 Tahun 2009
terkait tujuan BMKG yaitu melindungi kepentingan dan potensi nasional dalam
rangka peningkatan keamanan dan ketahanan nasional.
c. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
PT. PLN (Persero) adalah satu-satunya perusahaan negara yang diberi mandat
untuk mengelola ketenagalistrikan, serta tanggung jawab dan tujuan dalam hal
pelayanan kelistrikan yang diperuntukan bagi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Pada program ini PLN
berperan dalam mengoptimalisasi pembangunan pembangkit listrik di daerah rawan
tsunami dan mendistribusikan listrik ke seluruh wilayah Indonesia dengan merata
sesuai dengan amanat UU Nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan.
d. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti)
Kementerian Ristekdikti berperan sebagai koordinator bagi Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Peran dari masing-
masing lembaga tersebut adalah melakukan pengkajian untuk proses alih teknologi,
penelitian di bidang kelistrikan dan mekatronik, serta pengkajian terhadap
teknologi antariksa khususnya satelit yang akan diterapkan pada program ini.
e. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan berperan
dalam menyediakan akses dan infrastruktur ketenagalistrikan yang dibutuhkan
seperti pembangunan rectenna di daerah-daerah berkoordinasi dengan PLN. Dirjen
Ketenagalistrikan juga berperan dalam pengaturan regulasi berupa penurunan
subsidi listrik setelah terjadi peningkatan kapasitas pembangkit.
f. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan
Ruang Laut berperan untuk memberikan arahan terkait penataan dari pembangkit
listrik di daerah pesisir yang rawan tsunami sehingga tidak mengganggu aktivitas
transportasi atau kegiatan ekonomi kelautan. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi
yang dijalankan yakni mitigasi bencana pesisir.
7

2. Persiapan dan Implementasi Program


a. Perumusan Kebijakan dan Pengkajian Teknologi
Pada tahun 2020-2025 akan dilaksanakan tahap persiapan pertama yakni
perumusan kebijakan nasional kemudian pengkajian teknologi dari program
“Tsunami Power Plant” yang direncanakan. Perumusan kebijakan dilaksanakan
melalui alur penyusunan agenda bersama pemerintah, legislatif dan akademisi
sehingga diperoleh suatu formulasi rencana program yang memperoleh legitimasi
hukum sebagai sebuah kebijakan publik untuk diimplementasikan secara nasional.
Selain itu akan dilakukan pula pengkajian teknologi terkait pembangkit listrik
tenaga gelombang laut, satelit solar harvester yang berfungsi untuk pendeteksi dini
adanya potensi tsunami sekaligus menjadi pembangkit listrik, dan ditransfer
melalui gelombang mikro. Hal tersebut dilakukan untuk menunjang keberhasilan
penerapan teknologi dari program “Tsunami Power Plant”.
b. Pembangunan dan Pelaksanaan Program “Tsunami Power Plant”
Pada tahun 2025-2035 akan dilaksanakan tahap persiapan kedua yakni
pembangunan dan pelaksanaan program. Infrastruktur yang akan dibangun meliputi
1)Pembangkit listrik tenaga gelombang laut di sepanjang daerah lautan dengan
potensi tsunami sangat tinggi (pada Gambar 3); 2)Microwave transmitter pada
daerah pembangkit listrik; 3)Menara Rectenna utama di enam provinsi di Indonesia
antara lain Sumatera Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,
Nusa Tenggara Timur, dan Papua Barat; serta 4)Solar harvester satelite yang
dilengkapi microwave transmitter untuk mentransfer energi surya yang diperoleh.

Gambar 3. Lokasi instalasi pembangkit listrik tenaga gelombang

c. Implementasi Antisipasi Risiko Bencana Tsunami


Gerakan dari gelombang laut memberikan gaya pada pembangkit listrik yang
telah dipasang di lautan yang rawan tsunami, sehingga bergerak mengikuti fluktuasi
gelombang. Gelombang air laut dikonversi menjadi energi potensial yang kemudian
dikonversi menjadi energi yang menggerakkan turbin pembangkit listrik yang
terletak pada platform. Gaya yang terdapat pada pelampung adalah tekanan
hidrolik, daya apung, gravitasi, dan gaya gelombang vertikal (Devolder, 2018).
Oleh karena itu, kekuatan ombak secara signifikan diredam oleh perangkat tersebut.
8

Selain dari metode preventif yang diterapkan langsung pada gelombang laut,
program ini juga masih menerapkan peringatan dini pada kondisi gelombang yang
tidak mampu diredam oleh pembangkit listrik. Gelombang akan dideteksi
menggunakan buoy yang kemudian mentransfer informasi real time menuju solar
harvester satelite untuk mengirimkan data menuju National Tsunami Warning
Center untuk memberikan peringatan evakuasi lebih awal sebelum terjadi tsunami.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program ini memiliki dua mekanisme
antisipasi risiko bencana tsunami, yakni meredam gelombang tsunami dan
memberikan peringatan dini.
d. Implementasi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Program ini memanfaatkan dua potensi yang dimiliki oleh Indonesia, yakni
sebagai negara maritim dan sebagai negara tropis yang dilintasi oleh garis edar
matahari di lintang nol derajat (garis ekuator). Menurut data dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan, luas wilayah Indonesia adalah 7,81 km2 dengan luas lautan
mencapai 5,8 juta km2. Melalui program ini akan dihasilkan minimal 250 kW listrik
tiap satu kilometer persegi wilayah perairan yang dijadikan tempat untuk instalasi
pembangkit listrik tenaga gelombang laut (Shi, 2015).
Pemerintah menargetkan untuk tahun 2019 Indonesia mampu menghasilkan
energi listrik sebesar 80.000 megawatt. Melalui program ini akan dihasilkan
480.000 MW dari pembangkit listrik tenaga gelombang laut atau 6 kali lipat dari
target yang dapat dicapai. Selain itu melalui solar harvester satelite diperkirakan
memiliki kapasitas 1 MWP (Mega Watt Peak) . Oleh karena itu melalui program
ini akan diwujudkan kemandirian energi berbasis energi terbarukan.
e. Implementasi Distribusi Listrik
Program ini mengembangkan metode transmisi gelombang mikro (microwave
transmission) untuk mendistribusikan listrik sehingga mengurangi prasarana
minimum yang dibutuhkan untuk instalasi listrik di daerah. Microwave
transmission mampu terhubung dengan rectenna hingga lebih dari 300.000 km.
Pada program ini rectenna utama akan dibangun pada enam titik di Indonesia antara
lain Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua Barat. Lima rectenna utama tersebut kemudian
memfasilitasi listrik menuju rectenna daerah sehingga menjangkau daerah pelosok.
3. Pengawasan dan Evaluasi Program
Pengawasan yang dilakukan meliputi pemeriksaan terhadap kelayakan dari
seluruh instalasi pembangkit listrik setiap tiga tahun sekali atau secara langsung
ketika ditemukan malfungsi pada perangkat tersebut. Adapun evaluasi yang
dilakukan antara lain berupa pengadaan kembali perangkat yang mengalami
kendala atau kerusakan berdasarkan data dari pemeriksaan, sehingga dapat diajukan
dalam anggaran pengadaan instalasi penunjang tersebut. Pihak yang melaksanakan
pengawasan dan evaluasi adalah tanggung jawab dari dinas pemerintahan daerah
yang bersangkutan bersama dengan dinas energi dan sumber daya mineral untuk
kemudian dilaporkan ke tingkat pusat.
9

Kebermanfaatan Program
1. Aspek Lingkungan
Program “Tsunami Power Plant” mencegah kerusakan dan korban jiwa akibat
dari bencana alam tsunami secara preventif maupun represif sehingga menjamin
keamanan masyarakat di seluruh Indonesia khususnya kawasan pesisir. Selain itu
secara tidak langsung pembangkit listrik yang diterapkan di kawasan rawan tsunami
menjadikan kondisi yang lebih stabil sebagai habitat bagi terumbu karang biota laut.
2. Aspek Ekonomi
Program “Tsunami Power Plant” dapat menghemat anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) dengan memangkas biaya yang dibutuhkan oleh negara
untuk pengadaan prasarana penyediaan listrik. Saat ini negara mengeluarkan
subsidi energi mencapai 94,5 triliun. Penambahan subsidi ini disebabkan
banyaknya rumah tangga yang tidak mampu membayar biaya instalasi listrik.
Melalui program ini biaya instalasi listrik akan menjadi lebih terjangkau dan
mampu memangkas subsidi energi dari APBN sehingga dapat dialokasikan untuk
program lain dalam rangka memajukan perekonomian di Indonesia.
3. Aspek Sosial
Program “Tsunami Power Plant” mampu mewujudkan kesetaraan bagi seluruh
rakyat Indonesia di bidang energi. Program ini akan mampu untuk mendistribusikan
listrik dari kota besar hingga ke pelosok daerah bahkan dengan medan yang
sebelumnya tidak dapat dijangkau oleh prasarana listrik karena berbagai kendala
teknis. Sistem yang nirkabel mampu untuk mengatasi keterbatasan dari
pemasangan instalagi listrik di beberapa daerah pelosok.

3. KESIMPULAN
“Tsunami Power Plant” merupakan suatu program nasional yang bertujuan
untuk memberikan solusi bagi antisipasi risiko bencana tsunami di Indonesia.
Program ini mengatasi permasalahan tersebut dengan membangun pembangkit
listrik tenaga gelombang laut di daerah laut yang berpotensi tsunami sangat tinggi,
kemudian listrik yang dihasilkan didistribusikan melalui teknologi nirkabel yakni
menggunakan microwave transmitter dan rectenna ke seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu pada program ini akan diluncurkan solar harvester satelite yang berfungsi
sebagai pemantau tanda-tanda bencana tsunami sekaligus sebagai pembangkit
listrik tenaga surya. Program ini akan dijalankan dengan menjalin kerjasama
dengan pemerintah dan lembaga-lembaga terkait dengan perumusan kebijakan,
pengkajian teknologi, pembangunan infrastruktur, implementasi, serta pengawasan
dan evaluasi pelaksanaan “Tsunami Power Plant”. Program ini diharapkan mampu
mencegah kerusakan dan korban jiwa akibat dari bencana alam tsunami,
menjadikan energi terbarukan sebagai sumber utama dalam penyediaan energi
listrik, serta mewujudkan program elektrifikasi nasional hingga ke seluruh pelosok
wilayah di Indonesia. Terlaksananya program ini diharapkan dapat mengurangi
anggaran subsidi energi agar dapat dialokasikan ke sektor pembangunan lainnya.
10

DAFTAR PUSTAKA

Adzikri F, Didik N, Dede S. 2017. Strategi Pengembangan Energi Terbarukan di


Indonesia. Program Studi Teknik Elektro Universitas Pakuan, Bogor.
Aini N. 2018. BMKG Desak Pemerintah Punya Satelit Khusus Pantau Bencana.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/10/08/pgaa6w382-
bmkg-desak-pemerintah-punya-satelit-khusus-pantau-bencana. Diakses
pada: 20 Januari 2019 pukul 15.26.
Andi NS. 2018. Laporan Kinerja 2017. Jakarta: Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Badan Geologi. 2015. Gempa Bumi dan Tsunami. Bandung: Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Masterplan Pengurangan Risiko
Bencana Tsunami. https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/578.pdf.
Diakses pada: 14 Januari 2019 pukul 10:12.
Devolder B, Vasiliki S, Peter T, Pieter R. 2018. CFD Simulations of Floating Point
AbsorberWave Energy Converter Arrays Subjected to Regular Waves.
Journal of Energies Molecular Diversity Preservation International and
Multidisciplinary Digital Publishing Institute 11(641): 1-23.
Gusti R. 2018. Komisi VII: Rasio Elektrifikasi Belum Merata.
http://www.rmolsumut.com/read/2018/02/27/55115/Komisi-VII:-Rasio-
Elektrifikasi-Belum-Merata. Diakses pada 17 Januari 2019 pukul 11.21.
Heino H. 2013. Utilisation of Wave Power In The Baltic Sea Region. Finland:
Finland Futures Research Centre.
Narang S, Meera G. 2015. Energy Harvesting from Space Based Solar Power
Satellite. International Journal of Advance Research in Science and
Engineering 4(1): 11-15.
Parameswaran P, Mateenkhan P. 2015. Solar Power Satellite and Microwave
Transmission from Space to Earth for Generating Electrical Power.
International Journal of Research-GRAANTHAALAYAH 5(4): 48-58.
Satavekar SG. 2014. Solar Power Satellites and Microwave Wireless Power
Transmision Technology. Advance in Electronic and Electric Engineering
4(2): 193-200.
Shi J, Detang L, Date L. 2015. Design And Experimental Research Of Jack-Up
Wave Energy Power Generation Device. Advances in Mechanical
Engineering 1(6): 1-6.
Wicaksono PE. 2018. 5,2 Juta Masyarakat Indonesia Belum Nikmati Listrik.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3675333/52-juta-masyarakat-
indonesia-belum-nikmati-listrik. Diakses pada 17 Januari 2019 pukul 11.19.
11

LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
a. Biodata Ketua
12

b. Biodata Anggota 1
13

c. Biodata Anggota 2
14

d. Biodata Dosen Pembimbing


15
16

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas

Program Alokasi
No. Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Waktu
•Mengkaji program yang
pernah diterapkan
sebelumnya
• Mengkaji dampak pada
Dini Amalia/ Ekonomi 16
1. aspek ekonomi, sosial
165020100111006 Pembangunan jam/minggu
dan lingkungan
• Administrasi
• Konsultasi dengan dosen
pembimbing
• Mengkaji teknologi yang
relevan sebagai gagasan
yang diajukan
• Menyusun teknik
Hairil Fiqri/ 16 implementasi
2. Bioteknologi
155100500111019 jam/minggu • Mengkaji mekanisme
penetapan suatu
kebijakan nasional
• Konsultasi dengan dosen
pembimbing
• Melakukan perhitungan
terhadap efisiensi pada
infrastruktur program
• Melakukan desain pada
Murtadha Ali
Keteknikan 16 konsep program
3. Barkah Santoso/
Pertanian jam/minggu • Mengkaji tentang
155100207111029
penentuan lokasi terbaik
untuk eksekusi program
• Konsultasi dengan dosen
pembimbing
17

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana


18

Lampiran 4. Gambaran Umum Konsep Program “Tsunami Power Plant”


Sistem Wave Brake
DISTRIBUSI WAVE BREAKER

Wave Breaker
Batas ZEE

Simulasi
Real-life

Tampak
atas Pemancar
Receiver (transmitter)
Kota
(rectenna)

Wave Breaker
& Wave Generator Buoy

Unit Generator
Pelampung

Generator

Tide
Pondasi generator

Penurunan
gelombang

Sistem Generator

Gambaran Sistem Kerja


Unit Wave Breaker >>

Gambar 4. Rangkaian Sistem Wave Breaker


19

Sistem Solar Harvester Satelite


GAMBARAN SOLAR
HARVESTER SATELITE

Photovoltaic
Array

Microwave
Transmitter

Indonesia

Microwave
Rectennaa

GAMBARAN DISTRIBUSI
MICROWAVE RECTENNA

Gambaran Distribusi

Rectenna besar akan kembali


mendistribusikan pada seluruh Provinsi di Indonesa

Sistem Satelit sebagai


Sensor Tsunami >>>

Gambar 5. Rangkaian Sistem Solar Harvester Satelit

Anda mungkin juga menyukai