Anda di halaman 1dari 15

EKSPERIMEN INDEKS BIAS GELAS DAN AKRILIK

PROPOSAL EKSPERIMEN FISIKA II

Oleh
Nama : Dimas Sony S.
NIM : 161810201061
Kelompok : B2

LABORATORIUM FISIKA MODERN


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019

1
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indeks bias (n) merupakan perband
ingan antara kecepatan rambat cahaya dalam vakum (media pertama)
dengan kecepatan cahaya dalam medium kedua. Dalam hukum snellius dinyatakan
bahwa sinar datang, sinar bias, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan
terletak pada satu bidang datar. Dalam hal ini, sinar datang dari medium kurang
rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal, sedangkan sinar
datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat dibiaskan menjauhi garis
normal(Bahruddin, 2006).
Indeks bias dapat ditentukan dengan analisa interferometer yaitu dengan
menghubungkan antara nilai panjang gelombang monokromatik yang masuk,
ketebalan, dan perubahan sudut yang terjadi dengan pola frinji yang terbentuk (yang
secara mudah dapat diketahui dari kuantitasnya).
Penentuan indeks bias, sangat diperlukan dalam industri-industri seperti
industri kaca, akrilik, dan sebagainya. Oleh karena itu, sangat penting melakukan
eksperimen penentuan indeks bias. Disini, indeks bias yang diukur adalah indeks
bias akrilik.
Pada percoban ini menggunakan seperangkat alat interferometer Michelson.
Dengan laser He-Ne sebagai sumber cahaya monokromatis dan bidang gelas yang
diletakkan antara pemisah berkas (beam splitter) dan movable mirror dengan
bidang gelas pada meja putar tersebut diputar maka akan terjadi perubahan lintasan
didalam gelas dan udara yang menyebabkan adanya pergeseran frinji. Pergeseran
frinji dan sudut putar gelas dicatat sebagai data hasil pengamatan. Dimana hal
tersebut berlaku untuk medium bidang akrilik. Dengan hasil data yang diperoleh
dapat diketahui perbandingan antara indeks bias pada perobaan dan nilai indeks
bias gelas dan indeks bias akrilik pada tetapan yang ada.
Eksperimen ini menggunakan interferometer dalam menentukan nilai
indeks bias dari suatu bahan yang terlewati oleh gelombang cahaya karena adanya
beda medium. Percobaan ini dilakukan dengan memutar bahan yang tentukan
indeks biasnya, sehingga akan terjadi perubahan sudut serta perubahan lintasan.

2
Percobaan indeks bias gelas dan akrilik mempunyai banyak manfaat bagi
perkembangan teknologi saat ini yaitu dalam hal system komunikasi, pengukuran
dan diaknosis.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam eksperimen Indeks Bias
dan Akrilik adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variasi besar sudut (θ)terhadap jumlah frinji yang
dihasilkan?
2. Bagaimana grafik hubungan antara jumlah frinji (N) terhadap besar sudut (θ)?
3. Bagaimana perbandingan nilai indeks bias gelas dan akrilik berdasarkan
eksperimen dengan literatur?

1.3 Tujuan
Tujuan yang dapat dikemukakan dalam eksperimen Indeks Bias dan Akrilik
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh variasi besar sudut (θ)terhadap jumlah frinji yang
dihasilkan
2. Mengetahui grafik hubungan antara jumlah frinji (N) terhadap besar sudut
(θ)
3. Mengetahui perbandingan nilai indeks bias gelas dan akrilik berdasarkan
eksperimen dengan literatur.

1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat menentukan indeks bias
gelas dan akrilik juga dapat membandingkan hasil praktikum yang dilakukan
dengan indeks bias sebenarnya. Dengan melakukan eksperimen ini, diharapkan
dapat mengetahui salah satu karateristik benda optik, salah satunya yaitu terkait

3
indek bias, yang banyak dipakai dalam bidang optika untuk menentukan kualitas
bahan, khususnya pada perusahaan-perusahaan kaca, akrilik, plastik, dan lainnya.
BAB 2. LANDASAN TEORI

Indeks bias suatu zat merupakan ukuran kelajuan cahaya di dalam zat cair
dibanding ketika di udara. Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat
optis yang penting dari medium. Dalam bidang kimia, pengukuran terhadap indeks
bias secara luas telah digunakan antara lain untuk mengetahui konsentrasi larutan
dan mengetahui komposisi bahan-bahan penyusun larutantersebut. Indeks bias juga
dapat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu larutan, diantaranya: untuk
menentukan kemurnian dan kadaluarsa dari oli dan untuk menentukan kemurnian
minyak goreng (Beiser.1992).
Pengukuran indeks bias dapat dilakukan dengan metode interferensi.
Interferensi merupakan superposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu pada
satu titik ruang. Apabila perbedaan fase 0º atau bilangan bulat kelipatan 360º,
gelombang akan sefase dan berinterferensi saling menguatkan atau disebut dengan
interferensi konstruktif. Sedangkan jika perbedaan fasenya 180º, maka gelombang
yang dihasilkan akan berbeda fase dan berinterferensi saling melemahkan disebut
dengan interferensi destruktif. (Tipler, 1991). Interferensi menghasilkan pola – pola
interferensi yang digunakan dalam penentuan indeks bias (Setyaningsih, 2007).
Pola interferensi tersebut dapat terbentuk dengan menggunakan
interferometer. Interferometer memiliki berbagai macam susunan seperti
interferometer Michelson, Fabry Perot dan Mach Zehnder Interferometer
Michelson memiliki susunan paling sederhana dan memiliki akurasi yang sangat
tinggidiantarainterferometer yang lain. Interferometer Michelson merupakan
seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip interferensi
adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji
(Nugraheni, 2012).

4
Pada Gambar 3.1 merupakan diagram skematik interferometer Michelson. Oleh
permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser, sebagian dipantulkan ke
kanan dan sisanya ditransmisikan ke atas. Bagian yang dipantulkan ke kanan oleh
suatu cermin datar (cermin 1) akan dipantulkan kembali ke beam splitter yang
kemudian menuju ke screen (layar). Adapun bagian yang ditransmisikan ke atas
oleh cermin datar (cermin 2) juga akan dipantulkan kembali ke beam splitter,
kemudian bersatu dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar
akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-terang
(frinji) (Falah.2006).
Hubungan interferensi gelombang dnegan indeks bias dapat dilihat dalam
penjelasan berikut: Hukum pemantulan berlaku untuk semua jenis gelombang dan
hukum pemantulan dapat diturunkan dari prinsip Huygens, dimana setiap titik pada
bidang gelombang yang diberikan dapat dianggap sebagai titik dari anak
gelombang sekunder. Hukum pemantulan (cahaya) menyatakan bahwa sinar
datang, sinar pantul dan garis normal permukaan bidang selalu berada dalam bidang
yang sama serta sudut datang sama dengan sudut pantul sehingga dari hukum
pemantulan dapat diapresiasi bahwa berkas cahaya yang mengenai sebuah
permukaan rata (halus) maka akan terjadi pemantulan sejajar. Pola interferensi
diatas muncul meskipun lintasan sinar dihalangi oleh medium yang masih dapat
ditembus oleh sinar laser ini karenakan interferensi merupakan superposisi
gelombang harmonic yang bergantung pada beda fasa antara gelombang-
gelombang, beda fasa ini diakibatkan dua hal yaitu : beda jarak tempuh dan
pemantulan saat gelombang datang dari medium renggang ke rapat dan juga yang

5
perlu diperhataikan adalah sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fasa
yang tetap (mereka disebut sumber koheren), Sumber harus monochromatic dan
menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang sama. (Artoto dan Lutfi, 2007:
2.8).
Akrilik atau polymethyl methacrylate (PMMA) adalah termoplastik yang
sifatnya keras dan kaku / tegar (rigid). Warnanya transparan kecuali bila ada
campuran pigmen seperti yang digunakan pada kedokteran gigi. Akrilik adalah
turunan etilen yang dalam rumus strukturnya mengandung gugus vinil. Dua
kelompok akrilik yang digunakan dalam kedokteran gigi yaitu kelompok turunan
asam akrilik, CH2 = CHCOOH, dan kelompok asam metakrilik CH2 =
C(CH3)COOH. Sekitar 1% pigmen tercampur dalam partikel polimer diantaranya
ialah titanium oksida, seng oksida, opaficer, dibutil ptalat, plasticizers, nilon, dan
serat sintetik (Tipler, 1998).
2.1 Proses Terjadinya Indeks Bias
Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang (baca: teori-teori tentang
cahaya). Oleh karena itu, peristiwa yang dialami gelombang juga dialami oleh
cahaya. Ketika gelombang melalui dua medium yang berbeda, akan mengalami
peristiwa pembiasan (refraksi). Pembiasan ini juga dialami oleh cahaya. Peristiwa
yang disebutkan di atas merupakan gejala pembiasan cahaya (Sutini, 2003).
Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya ketika
memasuki medium yang satu ke medium yang lain. Besarnya pembelokan atau
pergeseran arah rambat cahaya yang keluar dari suatu medium bergantung pada
kerapatan optik medium tersebut. Kerapatan optik ini merupakan sifat dari medium
tembus cahaya (zat optik) dalam melewatkan cahaya (Tipler, 1998).
Menurut Zemansky (1991), jika cahaya masuk dari zat optik kurang rapat
ke zat optik lebih rapat (ex. udara ke air), cahaya dibiaskan mendekati garis normal.
Sebaliknya, jika cahaya masuk dari zat optik lebih rapat ke zat optik kurang (ex.
kaca ke udara), cahaya dibiaskan menjauhi garis normal. Garis normal adalah garis
yang tegak lurus pada bidang batas medium. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
gambar di bawah ini.

6
Gambar 2.1 indeks bias
(Sumber : Zemansky, 1991)
Besar kerapatan optik suatu medium dinyatakan dalam indeks bias. Itu
artinya semakin besar indeks bias suatu medium berarti kerapatan optik medium
juga semakin besar. Dan semakin besar kerapatan optik, maka akan semakin besar
pula arah pembelokan cahaya yang melewati medium tersebut. Lalu tahukan kalian
apa itu indeks bias? Beriku ini penjelasan lengkapnya, silahkan simak baik-baik
(Beiser, 1992).
Apabila cahaya mengenai suatu bidang pemisah antara dua medium,
sebagian cahaya dipantulkan dan sebagian lagi diteruskan. Cahaya yang diteruskan
dibiaskan pada bidang pemisah, yang berarti bahwa gelombang cahaya dibelokkan.
Pembiasaan menimbulkan beberapa pemikiran penting dalam ilmu fisika dan
merupakan mekanisme dasar dibalik fungsi lensa dan prisma. Apabila gelombang
cahaya masuk kesebuah medium tembus cahaya selain ruang hampa, seperti kaca,
gelombang itu akan merambat perlahan-lahan pada kecepatan kurang dari 3 x
108 m/detik. Konsep ini merupakan dasar dari indeks bias, n, dari suatu medium,
dengan rumus : Dengan c adalah 3 x 108 m/detik yang merupakan kecepatan cahaya
dalam ruang hampa, dan v adalah kecepatan cahaya dalam medium yang menjadi
lambat. Jadi untuk ruang hampa, n = 1, dan untuk medium lain, n > 1 (Tipler, 1998).
Dari berbagai metode pengukuran laju cahaya yang telah dilakukan oleh
para fisikawan, pada dasarnya terdapat kesamaan nilai yang didapat. Saat ini
kecepatan cahaya didefenisikan secara tepat, c = 299.792.457 m/detik dan standar
panjang, meter didefenisikan sehubungan dengan nilai laju cahaya diatas
pengukuran laju cahaya saat ini adalah pengukuran dalam ukuran meter, yaitu jarak
yang ditempuh cahaya cukup lama (1/299.792.457) detik. Nilai 3 x 108 m/detik bagi
laju cahaya cukup akurat untuk hampir semua perhitungan. Lajuh gelombang-

7
gelombang radio dan semua gelombang-gelombang elektromagnetik lainnya dalam
ruang hampa sama dengan laju cahanya. Ketika cahaya melintas dari suatu medium
ke medium lainnya, sebagian cahaya dating akan dipantulkan pada perbatasan.
Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya dating dan membentuk
sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan
pada waktu memasuki medium yang baru, pembelokan ini disebut pembiasan
(Sutini, 2003).

8
BAB 3. METODE EKSPERIMEN

3.1 Rancangan Eksperimen


Berikut akan diberikan rancangan eksperimen indeks bias gelas dan akrilik

3.1.1 Waktu dan Tempat Eksperimen


Eksperimen dilakukan pada hari Senin, 23 April 2018 pukul 07:00.
Eksperimen dilaksanakan di ruang Laboratorium Fisika Modern, Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dilakukan di dalam
ruang gelap laboratorium.

3.1.2 Prosedur Eksperimen


Secara garis besar, skema dari rancangan kegiatan eksperimen ditampilkan
dalam bentuk diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Identifikasi Permasalahan

Kajian Pustaka

Variabel Penelitian

Kegiatan Eksperimen

Data

Analisis

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram alir rancangan kegiatan penelitian

9
Tahap awal eksperimen adalah identifikasi masalah, kemudian melakukan
kajian kepustakaan, cara pengukuran dan variable yang terdapat pada percobaan.
Tahapan selanjutnya yaitu penentuan jenis varible yaitu terikat, bebas, dan kontrol,
yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan percobaan atau pengambilan data.
Proses pengambilan data dimulai dengan menyusun peralatan indeks bias gelas dan
akrilik. Di set alat sesuai dengan petunjuk yang ada dan dicatat data yang
didapatkan yaitu berupa skala yang ditunjuk oleh sudut putar terhadap pergeseran
frinji yang terjadi.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Berikut akan disajikan jenis dan sumber data yang digunakan dalam
eksperimen
3.2.1 Jenis Data
Jenis data pada eksperimen indeks bias gelas dan akrilik berupa kuantitatif.
Data yang diambil adalah besar pergeseran skala pada pada saat pointer diputar
pada micrometer dan jumlah frinji yang terbentuk. Keduanya akan digunakan
dalam perhitungan konstanta kalibrasi.
3.2.2 Sumber Data
Sumber data eksperimen merupakan data primer. Data eksperimen langsung
dapat dibaca melalui alat interferometer yaitu berupa pergeseran skala saat pointer
diputar dan jumlah frinji yang terbentuk. Besar pergeseran movable mrror akan
mempengaruhi jumlah frinji yang terbentuk.

3.3 Variabel dan Skala pengukuran Eksperimen


Variable eksperimen dan skala pengukuran akan dijelaskan pada subsubbab
di bawah, berikut penjelasan tentang variabel eksperimen dan skala pengukuran
3.3.1 Variable Eksperimen
Variabel ekperimen dibagi menjadi 3 yaitu variabel bebas, terikat, dan
control.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang divariasi untuk menentkan
pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas eksperimen indeks bias gelas

10
dan akrilik adalah jarak pergeseran skala pointe dan jumlah frinji. Semakin besar
jarak pergeseran pada skala pointer maka jumlah frinji yang terbentuk semakin
banyak. Jarak pergeseran pada movable mirror dan jumlah frinji akan
mempengaruhi nilai konstanta kalibrasinya.
b. Variabel Terikat
Variabel teikat merupakan variabel yang besarnya dipengaruhi varibel
bebas. Varibel terikat eksperimen indeks bias gelas dan akrilik adalah konstanta
kalibrasi. Eksperimen bertujuan untuk menentukan konstanta kalibrasi yang didapat
berdasarkan data eksperimen.
c. Variabel Kontrol
Variabel control eksperimen indeks bias gelas dan akrilik adalah panjang
gelombang sumber cahaya. Besarnya panjang gelombang sumber cahaya yang tetap
akan mengontrol hubungan antara pergeseran cermin dan jumlah frinji yang
terbentuk serta nilai konstanta kalibrasi yang didapat.

3.4 Kerangka Pemecahan Masalah


Kerangka pemecahan masalah eksperimen indeks bias gelas dan akrilik
sebagai berikut:

3.4.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan eksperimen indeks bias gelas dan akrilik adalah
1. Precision interferometer (os-9255A),
2. Sumber laser He-Ne (OS-9171),
3. Bangku Laser (OS-9172),
4. Perlengkapan interferometer: Beam Splitter, Movable Mirror, Adjustable
Mirror, Convex Lens 18 mm, Glass Plate/ Acrylic Plate.
5. Jangka sorong

3.4.2 Langkah Kerja Eksperimen


Berikut langkah kerja yang dilakukan dalam eksperimen indeks bias gelas
dan akrilik

11
Mulai

Penyusunan Peralatan

Pointer putar diletakkan


antar beam splitter dan
movable mirror

Letakkan gelas padamagnetic bacjking


Medium akrillik

Variasi sudut terhadap


jumlah frinji

Pengukuran

Gambar 3.2 skema eksperimen indeks bias gelas dan akrilik


Selesai

12
3.5 Analisis Data
Analisis data percobaan indeks bias gelas dan akrilik sebagai berikut :
3.5.1 Tabel Pengamatan
Tabel pengamatan yang akan digunakan dalam pengambilan data indeks bias
gelas dan akrilik adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pengamatan jumlah frinji berdasarkan jarak pergeseran cermin

NO Variasi Sudut Jumlah frinji

3.5.2 Grafik

2𝑑𝑚
𝜆

Gambar 3.3 Grafik hubungan filter transmisi dan potensial penghenti.

13
3.6 Prosedur Kerja
Prosedur kerja eksperimen yang dilakukan dalam eksperimen Indeks bias
gelas dan akrilik yaitu sesuai dengan gambar berikut :

Gambar 3.4 Set-up percobaan pengukuran indeks bias plat kaca/gelas


(Sumber : Tim Penyusun.2018)

1. Diusun peralatan eksperimen seperti gambar 4.2.


2. Diletakkan pointer putar di antara beam spitter dan movable mirror 𝑀𝑖 tegak
lurus terhadap arah lintasan optik.
3. Diletakkan bidang gelas pada magnetik backing pada meja putar.
4. Diposisikan penunjuk sehingga tepi nol pada skala vernier searah dengan
angka nol pada skala derajat dalam skala dasar interferometer.
5. Dipindahkan lensa dari depan keluaran laser. Peganglah layar pengamatan
di antara glass plate dengan movable mirror𝑀𝑖 Jika pada layar nampak satu
titik terang dan berapa titik sekunder, aturlah sudut meja putar sehingga
pada layar hanya tinggal satu titik terang. Kemudian atur kembali skala
pointer. Aturlah agar gelas tetap tegak lurus terhadap lintasan optik.
6. Dipindahkan layar pengamatan dan lensa dan aturlah seperlunya secara
perlahan agar anda mendapatkan satu set frinji pada layar.
7. Diputar secara perlahan pada pointer putar dengan menggerakkan lengan
pointer dari pointer putar. Hitunglah jumlah frinji yang bergeser pada saat
anda memutar pointer. Dicatat skala yang ditunjukkan oleh sudut putar
terhadap pergeseran frinji yang terjadi.
8. Dilakukan langkah 7 dengan jumlah frinji yang berbeda.

Dilakukan prosedur langkah no.1 sampai no.8 untuk medium/bidang akrilik


(acrylic plate).

14
DAFTAR PUSTAKA

A, Artoto & R, Lutfi. 2007. OPTIKA. Jakarta: Universitas Terbuka


Bahrudin, Drs. MM. 2006. Kamus Fisika Plus. Epsilon Group: Bandung
Beiser, Arthur. 1992. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Falah, Masrofatul. (2006). Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer
Michelson Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya.Undip
Nugraheni, F. A. (2012). Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan
Gula Dengan Menggunakan Interferometer Michelson .Skripsi.Surabaya:
ITS.
Setyaningsih, Agustina. (2007). Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser
Menggunakan Interferometer Michelson. Skripsi. Semarang:Undip
Sutini, 2003, Analisis Pola Difraksi Fraunhofer Untuk Menentukan Panjang
Gelombang Suatu Sumber Cahaya, Semarang: Skripsi S-1 FMIPA
Tipler , Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Zemansky. 1991. Fisika Universitas. Jakarta: Trimitra Mandiri.

15

Anda mungkin juga menyukai