Oleh
Nama : Dimas Sony S.
NIM : 161810201061
Kelompok : B2
1
BAB 1. PENDAHULUAN
2
Percobaan indeks bias gelas dan akrilik mempunyai banyak manfaat bagi
perkembangan teknologi saat ini yaitu dalam hal system komunikasi, pengukuran
dan diaknosis.
1.3 Tujuan
Tujuan yang dapat dikemukakan dalam eksperimen Indeks Bias dan Akrilik
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh variasi besar sudut (θ)terhadap jumlah frinji yang
dihasilkan
2. Mengetahui grafik hubungan antara jumlah frinji (N) terhadap besar sudut
(θ)
3. Mengetahui perbandingan nilai indeks bias gelas dan akrilik berdasarkan
eksperimen dengan literatur.
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat menentukan indeks bias
gelas dan akrilik juga dapat membandingkan hasil praktikum yang dilakukan
dengan indeks bias sebenarnya. Dengan melakukan eksperimen ini, diharapkan
dapat mengetahui salah satu karateristik benda optik, salah satunya yaitu terkait
3
indek bias, yang banyak dipakai dalam bidang optika untuk menentukan kualitas
bahan, khususnya pada perusahaan-perusahaan kaca, akrilik, plastik, dan lainnya.
BAB 2. LANDASAN TEORI
Indeks bias suatu zat merupakan ukuran kelajuan cahaya di dalam zat cair
dibanding ketika di udara. Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat
optis yang penting dari medium. Dalam bidang kimia, pengukuran terhadap indeks
bias secara luas telah digunakan antara lain untuk mengetahui konsentrasi larutan
dan mengetahui komposisi bahan-bahan penyusun larutantersebut. Indeks bias juga
dapat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu larutan, diantaranya: untuk
menentukan kemurnian dan kadaluarsa dari oli dan untuk menentukan kemurnian
minyak goreng (Beiser.1992).
Pengukuran indeks bias dapat dilakukan dengan metode interferensi.
Interferensi merupakan superposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu pada
satu titik ruang. Apabila perbedaan fase 0º atau bilangan bulat kelipatan 360º,
gelombang akan sefase dan berinterferensi saling menguatkan atau disebut dengan
interferensi konstruktif. Sedangkan jika perbedaan fasenya 180º, maka gelombang
yang dihasilkan akan berbeda fase dan berinterferensi saling melemahkan disebut
dengan interferensi destruktif. (Tipler, 1991). Interferensi menghasilkan pola – pola
interferensi yang digunakan dalam penentuan indeks bias (Setyaningsih, 2007).
Pola interferensi tersebut dapat terbentuk dengan menggunakan
interferometer. Interferometer memiliki berbagai macam susunan seperti
interferometer Michelson, Fabry Perot dan Mach Zehnder Interferometer
Michelson memiliki susunan paling sederhana dan memiliki akurasi yang sangat
tinggidiantarainterferometer yang lain. Interferometer Michelson merupakan
seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip interferensi
adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji
(Nugraheni, 2012).
4
Pada Gambar 3.1 merupakan diagram skematik interferometer Michelson. Oleh
permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser, sebagian dipantulkan ke
kanan dan sisanya ditransmisikan ke atas. Bagian yang dipantulkan ke kanan oleh
suatu cermin datar (cermin 1) akan dipantulkan kembali ke beam splitter yang
kemudian menuju ke screen (layar). Adapun bagian yang ditransmisikan ke atas
oleh cermin datar (cermin 2) juga akan dipantulkan kembali ke beam splitter,
kemudian bersatu dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar
akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-terang
(frinji) (Falah.2006).
Hubungan interferensi gelombang dnegan indeks bias dapat dilihat dalam
penjelasan berikut: Hukum pemantulan berlaku untuk semua jenis gelombang dan
hukum pemantulan dapat diturunkan dari prinsip Huygens, dimana setiap titik pada
bidang gelombang yang diberikan dapat dianggap sebagai titik dari anak
gelombang sekunder. Hukum pemantulan (cahaya) menyatakan bahwa sinar
datang, sinar pantul dan garis normal permukaan bidang selalu berada dalam bidang
yang sama serta sudut datang sama dengan sudut pantul sehingga dari hukum
pemantulan dapat diapresiasi bahwa berkas cahaya yang mengenai sebuah
permukaan rata (halus) maka akan terjadi pemantulan sejajar. Pola interferensi
diatas muncul meskipun lintasan sinar dihalangi oleh medium yang masih dapat
ditembus oleh sinar laser ini karenakan interferensi merupakan superposisi
gelombang harmonic yang bergantung pada beda fasa antara gelombang-
gelombang, beda fasa ini diakibatkan dua hal yaitu : beda jarak tempuh dan
pemantulan saat gelombang datang dari medium renggang ke rapat dan juga yang
5
perlu diperhataikan adalah sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fasa
yang tetap (mereka disebut sumber koheren), Sumber harus monochromatic dan
menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang sama. (Artoto dan Lutfi, 2007:
2.8).
Akrilik atau polymethyl methacrylate (PMMA) adalah termoplastik yang
sifatnya keras dan kaku / tegar (rigid). Warnanya transparan kecuali bila ada
campuran pigmen seperti yang digunakan pada kedokteran gigi. Akrilik adalah
turunan etilen yang dalam rumus strukturnya mengandung gugus vinil. Dua
kelompok akrilik yang digunakan dalam kedokteran gigi yaitu kelompok turunan
asam akrilik, CH2 = CHCOOH, dan kelompok asam metakrilik CH2 =
C(CH3)COOH. Sekitar 1% pigmen tercampur dalam partikel polimer diantaranya
ialah titanium oksida, seng oksida, opaficer, dibutil ptalat, plasticizers, nilon, dan
serat sintetik (Tipler, 1998).
2.1 Proses Terjadinya Indeks Bias
Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang (baca: teori-teori tentang
cahaya). Oleh karena itu, peristiwa yang dialami gelombang juga dialami oleh
cahaya. Ketika gelombang melalui dua medium yang berbeda, akan mengalami
peristiwa pembiasan (refraksi). Pembiasan ini juga dialami oleh cahaya. Peristiwa
yang disebutkan di atas merupakan gejala pembiasan cahaya (Sutini, 2003).
Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya ketika
memasuki medium yang satu ke medium yang lain. Besarnya pembelokan atau
pergeseran arah rambat cahaya yang keluar dari suatu medium bergantung pada
kerapatan optik medium tersebut. Kerapatan optik ini merupakan sifat dari medium
tembus cahaya (zat optik) dalam melewatkan cahaya (Tipler, 1998).
Menurut Zemansky (1991), jika cahaya masuk dari zat optik kurang rapat
ke zat optik lebih rapat (ex. udara ke air), cahaya dibiaskan mendekati garis normal.
Sebaliknya, jika cahaya masuk dari zat optik lebih rapat ke zat optik kurang (ex.
kaca ke udara), cahaya dibiaskan menjauhi garis normal. Garis normal adalah garis
yang tegak lurus pada bidang batas medium. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
gambar di bawah ini.
6
Gambar 2.1 indeks bias
(Sumber : Zemansky, 1991)
Besar kerapatan optik suatu medium dinyatakan dalam indeks bias. Itu
artinya semakin besar indeks bias suatu medium berarti kerapatan optik medium
juga semakin besar. Dan semakin besar kerapatan optik, maka akan semakin besar
pula arah pembelokan cahaya yang melewati medium tersebut. Lalu tahukan kalian
apa itu indeks bias? Beriku ini penjelasan lengkapnya, silahkan simak baik-baik
(Beiser, 1992).
Apabila cahaya mengenai suatu bidang pemisah antara dua medium,
sebagian cahaya dipantulkan dan sebagian lagi diteruskan. Cahaya yang diteruskan
dibiaskan pada bidang pemisah, yang berarti bahwa gelombang cahaya dibelokkan.
Pembiasaan menimbulkan beberapa pemikiran penting dalam ilmu fisika dan
merupakan mekanisme dasar dibalik fungsi lensa dan prisma. Apabila gelombang
cahaya masuk kesebuah medium tembus cahaya selain ruang hampa, seperti kaca,
gelombang itu akan merambat perlahan-lahan pada kecepatan kurang dari 3 x
108 m/detik. Konsep ini merupakan dasar dari indeks bias, n, dari suatu medium,
dengan rumus : Dengan c adalah 3 x 108 m/detik yang merupakan kecepatan cahaya
dalam ruang hampa, dan v adalah kecepatan cahaya dalam medium yang menjadi
lambat. Jadi untuk ruang hampa, n = 1, dan untuk medium lain, n > 1 (Tipler, 1998).
Dari berbagai metode pengukuran laju cahaya yang telah dilakukan oleh
para fisikawan, pada dasarnya terdapat kesamaan nilai yang didapat. Saat ini
kecepatan cahaya didefenisikan secara tepat, c = 299.792.457 m/detik dan standar
panjang, meter didefenisikan sehubungan dengan nilai laju cahaya diatas
pengukuran laju cahaya saat ini adalah pengukuran dalam ukuran meter, yaitu jarak
yang ditempuh cahaya cukup lama (1/299.792.457) detik. Nilai 3 x 108 m/detik bagi
laju cahaya cukup akurat untuk hampir semua perhitungan. Lajuh gelombang-
7
gelombang radio dan semua gelombang-gelombang elektromagnetik lainnya dalam
ruang hampa sama dengan laju cahanya. Ketika cahaya melintas dari suatu medium
ke medium lainnya, sebagian cahaya dating akan dipantulkan pada perbatasan.
Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya dating dan membentuk
sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan
pada waktu memasuki medium yang baru, pembelokan ini disebut pembiasan
(Sutini, 2003).
8
BAB 3. METODE EKSPERIMEN
Identifikasi Permasalahan
Kajian Pustaka
Variabel Penelitian
Kegiatan Eksperimen
Data
Analisis
Kesimpulan
9
Tahap awal eksperimen adalah identifikasi masalah, kemudian melakukan
kajian kepustakaan, cara pengukuran dan variable yang terdapat pada percobaan.
Tahapan selanjutnya yaitu penentuan jenis varible yaitu terikat, bebas, dan kontrol,
yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan percobaan atau pengambilan data.
Proses pengambilan data dimulai dengan menyusun peralatan indeks bias gelas dan
akrilik. Di set alat sesuai dengan petunjuk yang ada dan dicatat data yang
didapatkan yaitu berupa skala yang ditunjuk oleh sudut putar terhadap pergeseran
frinji yang terjadi.
10
dan akrilik adalah jarak pergeseran skala pointe dan jumlah frinji. Semakin besar
jarak pergeseran pada skala pointer maka jumlah frinji yang terbentuk semakin
banyak. Jarak pergeseran pada movable mirror dan jumlah frinji akan
mempengaruhi nilai konstanta kalibrasinya.
b. Variabel Terikat
Variabel teikat merupakan variabel yang besarnya dipengaruhi varibel
bebas. Varibel terikat eksperimen indeks bias gelas dan akrilik adalah konstanta
kalibrasi. Eksperimen bertujuan untuk menentukan konstanta kalibrasi yang didapat
berdasarkan data eksperimen.
c. Variabel Kontrol
Variabel control eksperimen indeks bias gelas dan akrilik adalah panjang
gelombang sumber cahaya. Besarnya panjang gelombang sumber cahaya yang tetap
akan mengontrol hubungan antara pergeseran cermin dan jumlah frinji yang
terbentuk serta nilai konstanta kalibrasi yang didapat.
11
Mulai
Penyusunan Peralatan
Pengukuran
12
3.5 Analisis Data
Analisis data percobaan indeks bias gelas dan akrilik sebagai berikut :
3.5.1 Tabel Pengamatan
Tabel pengamatan yang akan digunakan dalam pengambilan data indeks bias
gelas dan akrilik adalah sebagai berikut:
3.5.2 Grafik
2𝑑𝑚
𝜆
13
3.6 Prosedur Kerja
Prosedur kerja eksperimen yang dilakukan dalam eksperimen Indeks bias
gelas dan akrilik yaitu sesuai dengan gambar berikut :
14
DAFTAR PUSTAKA
15