Anda di halaman 1dari 11

KONTROVERSI MOBIL KONVENSIONAL BERALIH KE MOBIL LISTRIK

Nama : Rangga Dwi Wicaksono

: Melani Angelina

: Qur'aini hamidea suci

: Rina

: Muhammad Idrus Ramadhan

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta


ABSTRAK

Mobil merupakan alat transportasi yang sudah menjadi kebutuhan utaman manusia. Mobil
membutuhkan bahan bakar dari minyak bumi untuk menggerakkannya. Minyak bumi
sebagai energi merupakakan sumber energi konvensional tidak dapat diperbaharui. Sesuai
dengan permasalahan tersebut, maka dilakukanlah langkah diversifikasi, yaitu upaya
mencari dan mengganti energi konvensional dengan energi non konvensional sebagai
sumber energi alternatif yang sifatnya baru dan terbarukan. Sumber energi non
konvensional yang termasuk dalam energi baru dan terbarukan adalah energi listrik. Energi
listrik sebagai sumber energi baru dan terbarukan perlu mendapatkan perhatian yang lebih
seksama untuk dikembangkan sebagai alternatif pengganti energi konvensional, seperti yang
diketahui bahwa energi listrik tersedia dalam jumlah yang sangat besar dan tidak akan
pernah habis, disamping itu tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Energi listrikpun
merupakan sebuah alat yang dapat merubah energi cahaya/panas menjadi energi listrik.
Dari energi listrik ini dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satunya untuk
keperluan transportasi seperti mobil listrik. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan
mobil listrik dengan skala laboratorium. Body dan rangka Mobil dibuat dengan
menggunakan bahan ramah lingkungan. Kemudian mobil tersebut akan diuji untuk
mengetahui konversi energi yang terjadi dan mengetahui efisiensi dari bahan bakar
konvensional.

Kata Kunci : Mobil Listrik, Kendaaraan ramah lingkungan, bebas ganjil genap

ABSTRACT

A car is a means of transportation that has become a primary human need. Cars need fuel
from petroleum to move them. Petroleum as energy is a non-renewable conventional
energy source. In accordance with these problems, a diversification step was taken, namely
efforts to find and replace conventional energy with non-conventional energy as an
alternative energy source that is new and renewable. Non-conventional energy sources that
are included in new and renewable energy are electrical energy. Electrical energy as a new
and renewable energy source needs to get more careful attention to be developed as an
alternative to conventional energy, as it is known that electrical energy is available in very
large quantities and will never run out, besides that it does not have a bad impact on the
environment. Electrical energy is a device that can convert light/heat energy into electrical
energy. From this electrical energy can be used for daily needs. One of them is for
transportation purposes such as electric cars. In this research, electric cars will be made on a
laboratory scale. The body and frame of the car are made using environmentally friendly
materials. Then the car will be tested to determine the energy conversion that occurs and
determine the efficiency of conventional fuels.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mobil listrik adalah mobil yang digerakkan dengan motor listrik, menggunakan energi listrik
yang disimpan dalam baterai atau tempat penyimpanan energi lainnya, mobil listrik sangat
populer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tapi kemudian popularitasnya meredup
karena teknologi mesin pembakaran dalam yang semakin maju dan harga kendaraan
berbahan bakar bensin yang semakin murah. Krisis energi pada tahun 1970-an dan 1980-an
pernah membangkitkan sedikit minat pada mobil-mobil listrik, tapi baru pada tahun 2000-an
lah para produsen kendaraan baru menaruh perhatian yang serius pada kendaraan listrik hal
ini disebabkan karena harga minyak yang melambung tinggi pada tahun 2000-an serta
banyak masyarakat dunia yang sudah sadar akan buruknya dampak emisi gas rumah kaca.

Mobil listrik juga kendaraan yang menggunakan tenaga listrik dalam pengoperasiaannya.
Mobil listrik sudah lazim digunakan, sebagai alternative pengganti kendaraan berbahan
bakar minyak. Mobil listrik menggunakan penggerak utama berupa motor listrik yang
sumber energi dari baterai (Accu). Mobil listrik juga memiliki potensi yang sangat besar
sebagai pilihan utama kendaraan masyarakat Indonesia di kemudian hari, seiring dengan
berkurangnya ketersediaan minyak di dunia.

Teknologi kendaraan listrik baterai dipercaya akan dengan cepat berkembang dan
mendominasi sebagai pengganti era transportasi mesin bakar, karena teknologii kendaraan
listrik baterai memliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan teknologi alternatif
lainnya. Mobil Listrik sistem penggeraknya dengan menggunakan motor DC karena
kecepatan mudah diatur dan mempunyai variasi kecepatan yang lebar. Penggerak mobil
listrik ini menggunakan motor DC, dalam mobil listrik terdapat Control Motor yang berfungsi
sebagai pengatur kecepatan putaran motor dari sumber arus (baterai) yang didalamnya
ditanamkan pengaturan.

Power Management Sistem (PMS) merupakan sistem yang mengoptimalkan kinerja baterai
dalam penggunaan di mobil listrik kampus, dalam hal ini Power Management Sistem (PMS)
juga berperan dalam mengoptimalkan cara kerja mobil listrik kampus. Power Management
Sistem (PMS) memanagerment dari output batrai yang di bagi menjandi 2 yaitu dari beban
motor dan beban penerangan mobil listrik kampus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada diatas, maka rumusan masalah dari ini
adalah:
1. Bagaimana cara kerja Power Management Sistem (PMS) Mobil Listrik?

2. Bagaimana cara pemerintah menerapkan kendaraan listrik ke masyarakat?

3. Apa saja manfaat kendaraan listrik untuk masyarakat?

4. Bagaiamana cara kendaraan listrik bebas ganjil genap?

1.3 Tujuan

mobil listrik disebut juga sebagai mobil hijau karena ramah lingkungan dan mampu menekan
emisi karbon penyebab polusi udara. Bahkan mobil listrik minim suara ketika dijalankan. Jadi,
ramah lingkungan yang dimaksud tidak hanya meminimalisir polusi udara, tetapi juga
meminimalisir suara mesin mobil.

1.4 Manfaat

Ketimbang mengeluarkan asap ke udara seperti mobil berbahan bakar bensin, pemakaian
mobil listrik bisa membantu mengurangi polusi udara. Bahkan, satu mobil listrik bisa
mengurangi pencemaran udara hingga 4,6 metrik ton gas rumah kaca.

PERPRES mengenai kendaraan listrik telah dikeluarkan yaitu Peraturan Presiden No. 55
Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai
(Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
Perpres yang ditandatangani oleh Presiden Jokowi ini ditetapkan pada 8 Agustus 2019 dan
memiliki isi sebanyak 37 pasal.

Tinjauan Isi Perpres No. 55 Tahun 2019

Perpres ini dibuka dengan Ketentuan Umum seputar kendaraan listrik, yaitu pengertian
motor listrik, baterai, kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, stasiun pengisian
kendaraan listrik umum dan lainnya.

Pada Bab II dibahas soal percepatan pengembangan industri kendaraan bermotor listrik
berbasis baterai dalam negeri. Di antaranya dibahas soal penelitian, pengembangan, dan
inovasi industri untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.

Selain itu, dibahas juga soal tingkat komponen dalam negeri untuk kendaraan bermotor
listrik berbasis baterai. Kendaraan bermotor listrik dan industri komponen kendaraan listrik
wajib mengutamakan penggunaan komponen dalam negeri.

Antara Instruksi Presiden dan Kondisi Keuangan Negara

Kementerian Keuangan menegaskan tidak ada alokasi untuk membeli kendaraan listrik untuk
keperluan dinas di kementerian/lembaga (KL) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) 2023.

Namun tidak ada larangan juga bagi KL untuk membeli kendaraan elektrik jika memiliki
anggaran untuk membeli kendaraan dinas.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan, tidak terdapat alokasi anggaran


kendaraan listrik dinas pejabat pemerintah di kementerian lembaga (K/L) pada anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023.

Dalam pasal 4 Pergub DKI tersebut berisi aturan bahwa kendaraan yang digerakkan dengan
motor listrik menjadi salah satu kendaraan tidak dikenai pembatasan lalu lintas dengan
sistem ganjil genap.

Sementara itu dikutip dari pos Kemenhub, beroperasinya mobil listrik dan Kendaraan
Bermotor Listrik (KBL) serta keistimewaannya sejak 2020 merupakan upaya mendukung
Peraturan Presiden atau Perpres No. 55 Tahun 2019.
Perpres No. 55 Tahun 2019 mengatur tentang percepatan Program Kendaraan Bermotor
Listrik (KBL) Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Dalam pasal
17 Perpres No. 55 Tahun 2019 disebutkan, pemerintah salah satunya memberikan insentif
pada orang perseorangan yang menggunakan KBL Berbasis Baterai.

Kelebihan Mobil Listrik

1. Ramah Lingkungan

Poin ini dapat dikatakan sebagai alasan terbesar yang menjadi faktor pendorong peralihan
dari mesin pembakaran internal menuju teknologi elektrifikasi. Bukan hanya di Indonesia,
tapi juga berlaku secara global.

Mobil listrik sama sekali tidak menghasilkan emisi gas buang dari proses kerjanya. Beda hal
dengan mobil-mobil dengan mesin pembakaran internal.

2. Memiliki Torsi Instan

Jangan anggap remeh performa laju mobil listrik. Salah satu karakter yang ditawarkannya
ialah mesin dengan torsi puncak langsung tersedia ketika pedal akselerator diinjak. Dengan
begitu mobil listrik terasa sangat lincah dan gesit saat digunakan terutama dalam situasi stop
and go.

3. Bebas Ganjil Genap

Pemilik mobil listrik di DKI Jakarta bisa menggunakan kendaraannya setiap hari tanpa perlu
khawatir ditilang karena melanggar peraturan ganjil genap.

Hal ini didasari kebijakan Pergub DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Nomor 155 Tahun 2018 tentang Pembatasan Lalu Lintas dengan Sistem
Ganjil-Genap.

4. Pajak Murah

Pemerintah memberi beberapa stimulus untuk memperluas penggunaan mobil listrik. Di DKI
Jakarta, hal tersebut dilakukan dengan menggratiskan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB) dan PKB yang hanya perlu dibayar 10 persen oleh pemilik mobil.

Kekurangan Mobil Listrik

1. Harga Masih Mahal


Sudah bukan rahasia lagi bahwa harga mobil listrik di Indonesia saat masih relatif mahal bagi
kebanyakan orang.

Mobil listrik paling murah di Indonesia saat ini adalah DFSK Gelora E yang dijual mulai harga
Rp469 jutaan. Produknya pun tergolong segmented karena memiliki wujud sebagai
kendaraan komersial.

Sementara itu produk seperti Hyundai Kona atau Ioniq dibanderol dengan angka Rp600
jutaan.

2. Tempat Pengisian Baterai Masih Sedikit

Poin ini kemungkinan menjadi hambatan terbesar bagi banyak orang untuk membeli mobil
listrik. Walaupun sebenarnya konsumen juga bisa mengisi daya di tempat tinggalnya.

Namun, ketersediaan fasilitas pengisian daya yang tersebar luas pastinya akan memberikan
ketenangan batin tersendiri dalam menggunakan mobil listrik.

Sebagai informasi, dalam hal ini pemerintah lewat Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedang
berupaya mendirikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sebanyak-
banyaknya.

3. Waktu Pengecasan Lama

Ketika seorang konsumen memutuskan membeli mobil listrik artinya ia harus membangun
kebiasaan baru. Mengecas mobil pada malam hari agar dapat digunakan pada pagi atau
siang hari.

Durasi pengecasan itu sendiri sebenarnya tergantung cara yang digunakan. Misalnya untuk
mobil listrik Hyundai melalui wall charger yang didapat pada saat pembelian maka pengisian
bisa dilakukan selama 5—6 jam dari kondisi kosong sampai penuh.

4. Harga Baterai Mahal

Baterai merupakan komponen paling mahal pada sebuah mobil listrik. Kebanyakan pabrikan
memberikan garansi yang cukup panjang untuk komponen ini, umumnya sampai 8 tahun
atau sekitar 160 ribu kilometer.

Pada titik pemakaian tertentu kualitas baterai mobil listrik dipastikan akan menurun dan
perlu diganti. Untuk itu pemilik harus bersiap-siap mengeluarkan dana yang besar.
Walaupun mesti diakui pada saat ini belum banyak ditemui kasus mobil listrik harus ganti
baterai karena unit yang beredar pun masih seumur jagung. Bisa saja di masa depan harga
baterainya justru menjadi makin terjangkau.

Permasalahan Mobil Listrik Dibanding Mobil Biasa?

1. Daya Tahan dan Keamanan Baterai Masih Dipertanyakaan. Permasalahan mobil listrik dari
sisi teknis yang pertama adalah soal ketahanan isi daya dan keamanan baterainya.

2. Belum Banyak Mekanik yang Ahli di Bidang Ini.

3. Harga Jual Langsung Anjlok.

Isu Mobil Listrik

Pertemuan G20 di Bali merekam beberapa peristiwa menarik. Salah satunya adalah
kehadiran ribuan mobil listrik sebagai kendaraan resmi perhelatan tersebut. Pemerintah
melakukan langkah ini untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia berkomitmen
untuk menurunkan tingkat polusi udara serta serius melakukan transisi energi (Amindoni,
2022).

Musim semi mobil listrik di Indonesia sepertinya akan segera tiba. Pada bulan September
2022, Presiden Joko Widodo mengeluarkan instruksi agar kepala daerah menggunakan mobil
listrik sebagai kendaraan dinas. Pemerintah juga telah menetapkan tarif pajak tahunan yang
membuat para pemilik mobil listrik tertarik. Permendagri 1 tahun 2021, menyebutkan
bahwa pajak mobil listrik hanya 10% dari tarif normal. Selain itu, Pemda DKI Jakarta juga
memberikan kekebalan bagi mobil listrik dari kebijakan ganjil genap.

Sejauh ini tidak ada penolakan dari publik atas kehadiran mobil listrik. Sepertinya ada
keyakinan bahwa mobil listrik dapat menjadi solusi atas masalah polusi udara khususnya di
perkotaan. Maklum saja, polusi udara di perkotaan, khususnya di Jakarta, sudah sangat
mengkhawatirkan. Lembaga survei IQAir mencatat bahwa tingkat polusi udara di Jakarta
adalah yang paling buruk sedunia (Antaranews.com, 2022). Dalam konteks inilah mobil listrik
diprediksi ampuh menurunkan angka polusi sehingga udara kota menjadi layak untuk
dihirup.

Uraian singkat di atas mengungkap sebuah narasi bahwa masalah lingkungan (polusi udara)
yang disebabkan oleh faktor teknis (mobil bahan bakar fosil), bisa diobati dengan solusi
teknis (mobil listrik). Sekilas tidak ada yang salah dengan narasi tersebut. Namun demikian,
narasi itu menyimpan kelemahan.

Sejak abad 19, masyarakat Inggris sudah menyadari adanya polusi udara akibat mesin
industri yang boros batubara. Kegelisahan ini terobati ketika James Watt berhasil
menciptakan mesin uap yang bisa mengirit konsumsi batu bara. Namun demikian, seorang
ahli ekonomi politik bernama William Stanley Jevons justru mengkritik penemuan mesin uap
ini karena malah memperburuk kualitas udara. Pasalnya, pada saat mesin uap diyakini aman
digunakan, mesin tersebut kemudian diproduksi dan digunakan secara massal. Pembakaran
batu bara justru semakin masif. Fenomena tentang teknologi berwawasan lingkungan yang
justru merusak lingkungan ini dinamakan “Jevons Paradox” (Ozzie Zehner, 2012).

Mobil listrik juga bisa bernasib serupa dengan mesin uap. Menurut Wulandari (2020), mobil
listrik mungkin bisa mengatasi polusi udara di perkotaan. Namun demikian, ia membuat
masalah polusi baru di tempat lain. Produksi baterai mobil listrik membutuhkan eksploitasi
nikel. Terkait hal ini, channel Youtube Narasi Newsroom (2022) pernah membuat liputan
investigasi tentang rusaknya ekosistem di Pulau Obi Halmahera Selatan akibat pencemaran
limbah eksploitasi nikel. Penggunaan mobil listrik secara masif juga akan meningkatkan
eksploitasi batubara karena selama ini sumber energi listrik Indonesia sebagian besar masih
mengandalkan energi dari batubara. Di titik ini, pencemaran lingkungan akan menjadi
konsekuensi tak terelakkan. Inilah Jevons Paradox yang kemungkinan akan terjadi pada saat
mobil listrik semakin marak digunakan.

Isu Soal Anggaran Negara

Pemerintah masih terus menggodok rencana pemberian insentif untuk kendaraan listrik.
Namun Kementerian Keuangan menyebut insentif yang akan diberikan untuk mobil listrik
dan motor listrik bisa jadi bukan berbentuk subsidi. Direktur Penyusunan APBN Ditjen
Anggaran Kementerian Keuangan Rofyanto mengatakan. kementerian keuangan masih
dalam proses analisis terkait insentif yang akan diberikan. Pihaknya juga mengharapkan
insentif tersebut bisa berjalan tahun ini. "Kemungkinan sih bentuknya bukan subsidi," kata
Rofyanto saat ditanya terkait sumber anggaran yang akan dipakai untuk pemberian insentif
saat ditemui di Kompleks Parlemen

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marinves) Luhut B Pandjaitan
sebelumnya memang menyebut dukungan yang diberikan untuk kendaraan listrik terdiri atas
dua jenis. Insentif untuk mobil listrik berupa insentif pajak, sementara untuk motor listrik
akan diberikan berupa subsidi yang kemungkinan Rp 7 juta. “Ada dua, satu yang convert dari
motor biasa menjadi motor listrik, satu lagi yang motor listrik murni. Sudah ada angkanya
kira-kira Rp 7 juta, tepatnya nanti akan diumumkan resmi. Mobil listrik insentifnya mungkin
pajaknya yang 11% akan dikurangi

Pemerintah hingga kini tak kunjung memberi kepastian soal insentif yang akan diberikan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada pertengahan bulan lalu juga
sempat mengatakan pemerintah akan memberikan subsidi untuk motor listrik sebesar Rp 8
juta, sementara untuk motor konversi Rp 5 juta. Subsidi untuk mobil listrik sebesar Rp 80
juta dan Rp 40 juta untuk mobil hybrid

Isu Ganjil Genap

Kenapa mobil listrik tidak kena ganjil genap?

Seperti yang sudah disebutkan di atas, alasan kenapa mobil listrik lolos ganjil genap adalah
adanya peraturan Pergub DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2019.

Selain itu, mengutip informasi dari detik.com, mobil listrik tidak kena ganjil genap karena
dianggap memiliki emisi yang rendah. Hal ini juga termasuk upaya mendukung program dari
Pemprov DKI Jakarta untuk mengurangi polusi udara melalui aturan ganjil-genap.

Nantinya, mobil listrik akan ditandai dengan plat nomor khusus, yakni ada lis warna biru
pada bagian platnya. Sehingga, memudahkan pengecekan oleh petugas lalu lintas.

Untuk saat ini, mobil listrik yang baru ada di Indonesia adalah mobil merek BMW, Tesla, dan
juga Hyundai.

Sebagai informasi, kendaraan yang bebas ganjil genap adalah kendaraan yang full energinya
dari listrik. Untuk kendaraan hybrid di mana bahan bakar masih bercampur dengan bensin,
maka tetap mengikuti aturan ganjil genap.

Dasar peraturan kenapa mobil listrik tidak kena ganjil genap

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dasar peraturan untuk mobil listrik yang kebal
ganjil genap adalah Pergub DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Nomor 155 Tahun 2018 tentang Pembatasan Lalu Lintas dengan Sistem
Ganjil-Genap
Sesuai dengan pasal 4 ayat 1 Pergub DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2019, ada 13 kendaraan
yang bebas aturan ganjil genap, termasuk mobil listrik. Berikut ini daftarnya:

Kendaraan dengan tanda khusus yang membawa penyandang disabilitas

1. Ambulans
2. Kendaraan pemadam kebakaran
3. Angkutan umum plat nomor warna dasar kuning
4. Kendaraan yang bahan bakarnya listrik
5. Sepeda motor
6. Kendaraan pengangkut bahan bakar minyak atau gas
7. Kendaraan pimpinan Lembaga Tinggi Negara Republik Indonesia, seperti Presiden
atau Wakil Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua MA, MK, hingga BPK
8. Kendaraan dinas plat nomor warna dasar merah, TNI, dan POLRI
9. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta tamu negara
10. Kendaraan darurat yang menolong kecelakaan lalu lintas
11. Kendaraan pengangkut uang dari BI, antar bank, atau untuk pengisian ATM
12. Kendaraan untuk kepentingan khusus yang dikawal oleh POLRI

Apabila kita mengendarai kendaraan yang termasuk ke dalam 13 kriteria di atas, maka kamu
akan terbebas dari aturan ganjil-genap

Anda mungkin juga menyukai