Anda di halaman 1dari 7

PENGANTAR PERPAJAKAN

INSENTIF PAJAK KENDARAAN LISTRIK

Dosen Pengajar : Ni Ketut Sukasih, S.E,MM

Nama Kelompok :

Desak Putu Devi Widiantari 2215644006

I Gusti Agung Ayu Mayuni Citra Dewi 2215644018

I Ketut Pasek Raditya Putra Yadnya

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BALI

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya paper yang
berjudul "Manajemen & Perkembangannya". Paper ini telah kami susun semaksimal dan
sebaik mungkin sebagai tanggung jawab kami dalam menyelesaikan tugas pengantar
manajemen yang diberikan. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan paper ini. Atas dukungan moral dan
materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak
terima kasih.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada banyak kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa karena kurangnya pengalaman dan
pengetahuan kami. Oleh karena itu kami terbuka dan mengharapkan segala saran dan kritik
yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki paper ini menjadi lebih baik
lagi kedepannya. Akhir kata kami berharap semoga paper tentang manajemen dan
perkembangannya ini dapat bermanfaat maupun menginsinpirasi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki populasi penduduk yang banyak
dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, memiliki tingkat emisi gas rumah kaca yang
cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG), tingkat pencemaran udara di beberapa kota di Indonesia telah melampaui
ambang batas baku mutu yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pemerintah harus segera mengambil tindakan untuk
mengurangi emisi gas buang dari kendaraan agar tingkat pencemaran udara di
Indonesia dapat berkurang. Kendaraan menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam
emisi gas rumah kaca tersebut. Dengan populasi kendaraan yang semakin meningkat,
penting untuk mencari alternatif transportasi yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan, salah satunya adalah kendaraan listrik.

Salah satu kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mengendalikan perekonomian


adalah melalui kebijakan fiskal. Salah satu instrumen kebijakan fiskal yang
berhubungan dengan penerimaan adalah perpajakan. Upaya pemerintah guna
transformasi ekonomi adalah melalui pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) Di Tanggung Pemerintah (DTP) atas pembelian kendaraan listrik roda empat
dan bus. Insentif tersebut mulai berlaku pada masa pajak April sampai dengan masa
pajak Desember 2023. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 38 Tahun 2023 tentang PPN atas penyerahan KBLBB roda empat tertentu dan
KBLBB bus tertentu yang ditanggung pemerintah tahun anggaran 2023.

Kebijakan insentif PPN DTP tersebut diluncurkan dalam rangka mengakselerasi


transformasi ekonomi untuk meningkatkan daya tarik investasi dalam ekosistem
kendaraan listrik, perluasan kesempatan kerja, percepatan peralihan dari penggunaan
energi fosil ke energi listrik sehingga kedepan diharapkan akan mempercepat
pengurangan emisi sekaligus efisiensi subsidi energi. Program ini sejalan dengan
roadmap (peta jalan) percepatan KBLBB dan mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program KBLBB (Kendaraan Bermotor
Listrik Berbasis Baterai) untuk Transportasi Jalan. Pemberian insentif PPN DTP
terhadap pembelian KBLBB kendaraan roda empat dan bus dinilai akan berdampak
luas bagi industrialisasi tidak hanya hilir, tetapi juga di hulu. Peningkatan permintaan
akan memacu produsen mobil listrik di dalam negeri yang berimbas pada penyerapan
tenaga kerja dan penerimaan negara.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa tarif insentif pajak terhadap kendaraan listrik berbasis baterai?


2. Manfaat pemberian insentif pajak terhadap kendaraan listrik berbasis baterai ?
3. Dampak pemberian insentif pajak terhadap kendaraan listrik berbasis baterai ?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tarif insentif pajak terhadap kendaraan listrik berbasis baterai.
2. Untuk mengetahui manfaat pemberian insentif pajak terhadap penggunaan kendaraan
listrik berbasis baterai.
3. Untuk mengetahui pemberian insentif pajak terhadap kendaraan listrik berbasis
baterai.

D. Manfaat

Pemerintah mulai memberlakukan insentif kendaraan bermotor listrik berbasis baterai atau
KBLBB secara bertahap untuk mendorong penggunaan massal kendaraan tersebut.
Pemberian insentif sepeda motor listrik dimulai per 20 Maret 2023. Adapun insentif untuk
mobil listrik diharapkan mulai 1 April 2023.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan


mengemukakan, harga KBLBB dinilai masih cukup mahal bagi sebagian besar masyarakat.
Pemberian insentif KBLBB diharapkan mendorong adopsi massal KBLBB serta
meningkatkan akses masyarakat untuk memperoleh KBLBB dengan harga lebih terjangkau.
Selain itu, industri transportasi pun diharapkan bertransformasi menuju industri lebih hijau
serta mendorong penciptaan lapangan kerja khususnya di ekosistem KBLBB.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengemukakan, pemerintah memberikan insentif untuk


pembelian 1 juta sepeda motor listrik baru dan konversi, yakni Rp 7 juta per unit. Insentif itu
hanya berlaku dua tahun, yaitu pada 2023 dan 2024. Pada tahun 2023, program bantuan itu
diberikan untuk 200.000 motor listrik baru dan 50.000 motor konversi dengan anggaran Rp
1,75 triliun.

Adapun pada 2024 bantuan diberikan untuk 600.000 motor listrik baru dan 150.000 motor
konversi dengan kebutuhan anggaran Rp 5,25 triliun. Insentif motor listrik baru akan dikelola
Kementerian Perindustrian, sedangkan konversi motor dikelola oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.

Insentif motor listrik baru akan diberikan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM). Persyaratannya, pelaku UMKM tersebut harus terdaftar sebagai penerima kredit
usaha rakyat (KUR), penerima bantuan produktif usaha mikro (BPUM). Insentif juga
diberikan untuk penerima subsidi upah dan subsidi listrik 450-900 VA.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk produsen penyalur insentif motor listrik
adalah diproduksi di Indonesia dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40
persen. Produsen juga dilarang menaikkan harga jual selama masa pemberian bantuan
pemerintah tersebut.

Dalam rangka penguatan ekosistem KBLBB dan investasi, pemerintah juga memberikan
insentif perpajakan untuk bus listrik. Bus listrik dengan TKDN di atas 20-40 persen diberikan
insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 5 persen sehingga PPN yang dibayar menjadi 6
persen.

Sri Mulyani menambahkan, pemerintah juga memberikan sejumlah insentif dari sisi
perpajakan untuk mobil listrik. Insentif untuk mobil listrik diberikan selama perkiraan masa
pakainya akan mencapai 32 persen dari harga jual, sedangkan motor listrik sebesar 18 persen
dari harga jual.

Adapun pemberian insentif fiskal untuk penguatan industri KBLBB meliputi tax holiday
hingga 20 tahun sesuai dengan nilai investasi industri kendaraan bermotor dan komponen
utamanya, industri logam dasar hulu, termasuk industri pengolahan hasil tambang (smelter)
nikel dan produksi baterai.

Selain itu, super-deduksi hingga 300 persen atas biaya penelitian dan pengembangan di
bidang pembangkit tenaga listrik, baterai dan alat listrik. Insentif lainnya, pembebasan PPN
atas barang tambang, termasuk biji nikel, yang termasuk bahan baku pembuatan baterai.
Pembebasan PPN juga diberikan atas impor dan perolehan barang modal berupa mesin dan
peralatan pabrik untuk industri kendaraan bermotor listrik.

Insentif juga diberikan berupa Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil
listrik dalam negeri beserta program Kementerian Perindustrian sebesar nol persen, lebih
rendah dibandingkan kendaraan nonlistrik yang dikenai PPnBM 15 persen. Bea masuk mobil
yang diimpor dalam kondisi tidak utuh (incompletely knock down) juga sebesar nol persen
serta bea masuk impor mobil yang diimpor dalam komponen lengkap (completely knock
down) sebesar nol persen melalui kerja sama perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan
kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA).

Insentif juga diberikan melalui pajak daerah berupa pengurangan bea balik nama kendaraan
bermotor kendaraan bermotor dan pajak kendaraan motor sebesar 90 persen.

Secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, dalam rapat kerja
dengan Komisi VII DPR, mengatakan, terdata baru ada 21 bengkel konversi motor listrik
yang sudah menerima sertifikat dari Kementerian Perhubungan. Sejumlah 21 bengkel
tersebut memiliki kapasitas konversi 1.900 unit per bulan atau 22.800 unit per tahun. Untuk
mendukung program konversi, dibutuhkan 42 bengkel.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Rida
Mulyana menyatakan siap menyalurkan bantuan pemerintah untuk KBLBB, khususnya untuk
program konversi sepeda motor BBM menjadi motor listrik. Dari sisi pengguna, konversi
motor konvensional ke motor listrik bisa menghemat pengeluaran kurang lebih Rp 2,77 juta
per tahun. Dari pihak pemerintah juga ada penghematan Rp 32,7 miliar per tahun dari
kompensasi BBM pertalite (Kompas, 7/3/2023).
Perpres no 55 tahun 2019

PEMBERIAN INSENTIF

Pasal 17

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan insentif untuk mempercepat
program KBL Berbasis Baterai untuk transportasi jalan.

(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa insentif fiskal dan insentif nonfiskal.

(3) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikankepada:

a. perusahaan industri, pergurLlan tinggi, dan/atau lembaga penelitian dan pengembangan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) yang melakukan kegiatan penelitian,
pengembangan, dan inovasi teknologi serta vokasi industri KBL Berbasis Baterai;

b. perusahaan industri yang mengutamakan penggunaan prototipe dan/atau komponen yang


bersumber dari perusahaan industri dan/atau lembaga penelitian dan pengembangan yang
melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi teknologi serta vokasi industri
KBL Berbasis Baterai dalam negeri;

c. perusahaan industri yang memenuhi TKDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan
yang melakukan produksi KBL Berbasis Baterai dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9;

d. perusahaan industri komponen KBL Berbasis Baterai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10;

e. perusahaan industri KBL Berbasis Baterai Bermerek Nasional sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 14; f. perusahaan yang menyediakan penyewaan Baterai (battery swap) sepeda
Motor Listrik;

g. perusahaan industri yang melakukan percepatan produksi serta penyiapan sarana dan
prasarana untuk penggunaan KBL Berbasis Baterai;

h. perusahaan yang. melakukan pengelolaan limbah Baterai;

i. perusahaan yang menyediakan SPKLU danlatau instansi atau hunian yang menggunakan
instalasi listrik privat untuk melakukan pengisian listrik KBL Berbasis Baterai;

j. perusahaan angkuta.n umum yang menggunakan KBL Berbasis Baterai; dan

k. orang perseorangan yang menggunakan KBL Berbasis Baterai.

Anda mungkin juga menyukai