Anda di halaman 1dari 3

Rafif Amirulhaq Santosa

18019020

Resume Topik 1 - Kapita Selekta Tenaga Listrik


Webinar: Perkembangan Penelitian Kendaraan Listrik di Indonesia
Kunci mobilitas di masa depan akan mengedepankan CASE, yaitu Connectivity, Autonomous,
Shared and Electrified Vehicle. Artinya kendaraan bermotor di masa depan akan berusaha dialihkan
dari kendaraan berbahan bakar minyak menjadi kendaraan listrik. Agar Electric Vehicle (EV) dapat
bermanfaat bagi manusia, EV diperlukan untuk memenuhi standar electrification, information, dan
intelligence. Peralihan ke kendaraan terelektrifikasi ini bertujuan untuk mengurangi emisi dan laju
perubahan iklim.
Indonesia telah berkomitmen untuk berkontribusi dalam penurunan emisi dalam beberapa
konferensi dan pertemuan internasional dan nasional. Salah satunya adalah pada Paris Agreement 2015
di mana Indonesia menyatakan komitmennya untuk menurunkan emisi sebanyak 29% dengan usaha
sendiri dan 41% dengan bantuan internasional. Untuk memenuhi komitmen tersebut, Indonesia
berencana untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) dengan melakukan peningkatan pemanfaatan
EBT, pengurangan penggunaan energi fosil, bertransisi menggunakan kendaraan listrik, meningkatkan
pemanfaatan pada rumah tangga dan industri, dan pemanfaatan Carbon Capture dan Storage (CCS).
Terdapat road map yang meliputi rencana perkembangan produk dan pengembangan teknologi
dan industri,untuk mengembangkan kendaraan listrik dengan rentang waktu dari tahun 2013 hingga
2035. Untuk mendukung perkembangan tersebut, juga dibuat landasan hukum seperti peraturan
presiden (perpres) dan peraturan menteri (permen).
Potensi pasar kendaraan Indonesia merupakan yang terbesar di ASEAN dan nomor 5 di Asia
dengan rasio kepemilikan kendaraan 99 kendaraan/1000 penduduk. Rasio tersebut masih rendah
sehingga untuk memenuhi potensi pasar Indonesia, dilakukan penelitian, pengembangan, dan
penyiapan kendaraan listrik beserta ekosistemnya. ITB ikut serta dalam proyek tersebut dengan
membentuk tim peneliti EV yang terdiri dari 14 kelompok riset yang berasal dari 5 sekolah/fakultas di
ITB, yaitu STEI, FTI, FMIPA, FSRD, dan FTMD.
Tim peneliti EV ITB telah menghasilkan beberapa desain dan produk, beberapa di antaranya
adalah Molina (Mobil Listrik Nasional) yang dipamerkan pada Hakteknas 2016, Automated Guided
ransit (AGT) yang merupakan kereta listrik otomatis berukuran kecil, dan sepeda listrik. Terdapat juga
hasil riset yang menjadi komponen pada kendaraan-kendaraan di atas seperti Battery Management
System (BMS), motor listrik BLDC, dan inverter BLDC.
Hingga saat ini, terus dilakukan studi dan kajian terkait kendaraan listrik. Salah satunya pada
Studi Komprehensif Kendaraan Elektrifikasi Kemenperin pada tahun 2019 yang membahas efisiensi
penggunaan bahan bakar pada kendaraan hybrid dengan dibandingkan dengan EV. Selain itu, terdapat
kajian terkait kelayakan sepeda motor listrik dan battery swap station untuk bisnis yang dilakukan oleh
Gojek dan Pertamina.
Proses adopsi teknologi baru dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu knowledge, persuasion, decision,
implementation, dan confirmation. Dari poin pertama, individu mengetahui inovasi tersebut ada,
kemudian individu menjadi tertarik dan secara aktif mencari informasi baru, individu memutuskan
untuk menerima atau menolak inovasi tersebut, individu menggunakan inovasi tersebut, dan akhirnya
individu menilai kumpulan informasi yang dimiliki dan membuat keputusan akhir.
Perkembangan teknologi dan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia memerlukan riset dan
peningkatan kemampuan SDM, serta dukungan, konsistensi, dan komitmen pendanaan dari pemerintah
dan mitra industry.
Rafif Amirulhaq Santosa
18019020

Opini Terkait Materi Webinar


Perkembangan teknologi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia saat ini berjalan dengan
cepat, terkhususnya di bidang solar panel (PV panel). Teknologi tersebut merupakan sumber energi
bersih yang dapat menggantikan sumber energi berbahan bakar dalam skala residensial. Selain itu, PV
merupakan komponen penunjang ekosistem kendaraan listrik yang dapat diimplementasikan dalam
bentuk charging station. Dengan adanya PV panel, kendaraan listrik dapat di-charge dengan listrik
‘gratis’ karena tidak memerlukan biaya pembangkitan listrik, dan dengan letak PV yang langsung
berada di dekat konsumen, maka tidak memerlukan transmisi maupun distribusi sehingga dapat dengan
mudah diakses.
Meskipun begitu, saat ini biaya pemasangan solar panel masih sangat tinggi untuk masyarakat
umum, dengan 1,98 kWp 1 fasa memiliki harga di atas 30 juta rupiah, ditambah dengan harga kendaraan
listrik yang cenderung lebih mahal dibandingkan kendaraan berbahan bakar akan membuat masyarakat
enggan mengadopsi teknologi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan ini, menurut saya pemerintah
perlu memberikan penghargaan bagi pelanggan solar panel maupun EV. Bagi pembeli EV,
penghargaan tersebut dapat berupa pemasangan PV panel dan/atau charging station secara gratis di
rumah pembeli apabila membeli EV di atas harga tertentu, atau untuk pembelian EV yang lebih murah
dapat menerima opsi pemasangan PV panel dan/atau charging station dengan metode pembayaran
cicilan dan menerima subsidi dari pemerintah. Bagi pelanggan solar panel, penghargaan dapat berupa
potongan harga untuk pembelian EV tertentu. Kedua jenis penghargaan ini diberikan agar pelanggan
solar panel mendapat dorongan untuk beralih ke EV, dan pelanggan EV tertarik untuk memasang solar
panel di rumah. Penerapan sistem ini dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi dan penambahan
penggunaan EBT di Indonesia.
Rafif Amirulhaq Santosa
18019020

Lampiran
Bukti kehadiran di webinar:

Anda mungkin juga menyukai