Anda di halaman 1dari 3

Rafif Amirulhaq Santosa

18019020

Resume Topik 4 - Kapita Selekta Tenaga Listrik


Professor Goro Fujita: Electrical Power System in Japan & Blackout
Di Jepang, segala aspek tenaga listrik seperti pembangkitan, transmisi, dan distribusi disediakan
dan dikelola oleh The Federation of Electric Power Companies of Japan (FEPC) yang merupakan
ffederasi di bidang tenaga listrik yang terdiri dari 10 perusahaan.
Sistem tenaga listrik di Jepang terbagi menjadi dua sistem dengan frekuensi yang berbeda
dengan bagian timur Jepang menggunakan frekuensi 50 Hz dan bagian barat menggunakan frekuensi
60 Hz. Perbedaan ini disebabkan kedua sistem memiliki generator dengan spesifikasi yang berbeda.
Jepang bagian timur menggunakan generator buatan Eropa dengan keluaran frekuensi 50 Hz dan bagian
barat menggunakan generator buatan Amerika Serikat dengan keluaran frekuensi 60 Hz.
Saat ini, Jepang memiliki ketergantungan pada sumber energi impor yang cukup besar
dibandingkan beberapa negara besar lainnya. Salah satunya adalah ketergantungan pada minyak mentah
yang diimpor dari Timur Tengah pada angka 92% dan dengan tren yang cenderung meningkat.
Meskipun begitu, Jepang terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi energi agar demand dapat
diturunkan menjadi 8.640 TWh pada tahun 2030. Penggunaan energi pada 2030 direncanakan memiliki
komposisi 59% bahan bakar non-fosil yang terdiri dari sekitar 36-38% EBT dan 20-22% nuklir, dan
41% bahan bakar fosil yang terdiri dari 20% LNG, 19% batubara, dan 2% minyak dsb.
Pada rentang 2010 hingga 2019, Jepang telah meningkatkan sumber EBT secara signifikan
dengan angka pertumbuhan tahunan sebesar 9% dari 2010 hingga 2012, dan 18% dari 2012 hingga
2019. Data yang dicantumkan tersebut meliputi pertumbuhan energi biomassa, panas bumi, mikrohidro
dan minihidro, angin, dan surya, dengan peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada energi surya
dari 20 MW menjadi 75 MW.
Data menunjukkan bahwa sejak tahun 1966, jumlah blackout di Jepang telah berkurang secara
drastis dan lama blackout sudah sangat rendah. Beberapa penyebab blackout adalah:
1. Periode lama: Gangguan pada line transmisi
2. Periode singkat: Gangguan line-to-ground
3. Ketidakseimbangan supply and demand
Untuk mengatasi blackout dapat dilakukan peningkatan keandalan fasilitas, maintenance pada fasilitas,
pengkajian dan optimasi metodologi operasi, dan meningkatkan stabilitas sumber daya.
Telah terjadi beberapa peristiwa yang menyebabkan blackout berskala besar di Jepang dan
negara-negara asing lainnya. Peristiwa yang terjadi berupa:
1. Voltage drop pada sistem backbone yang menyebabkan blackout
2. Terputusnya line transmisi akibat pesawat jatuh
3. Terputusnya line transmisi akibat tabrakan crane
4. Gempa bumi Jepang bagian timur yang menimbulkan tsunami yang merusak pembangkit listrik
tenaga nuklir di Fukushima
5. Kebakaran terowongan kabel di Kota Niza
6. Fluktuasi frekuensi yang menyebabkan blackout berskala besar di Hokkaido
7. Typhoon No. 15 yang menghantam Chiba Prefecture
Dari pemaparan-pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa blackout terjadi karena beberapa
alasan dan memiliki cara-cara penanggulangan; pemahaman dibutuhkan untuk mempertahankan
keandalan; dan terdapat permasalahan baru dengan pengimplementasian EBT.
Rafif Amirulhaq Santosa
18019020

Opini Terkait Materi Webinar


Terdapat banyak hal yang bisa dicontoh dari sistem tenaga listrik di Jepang. Salah satunya
adalah peningkatan penggunaan energi bersih sebagai sumber energi utama di Indonesia untuk
mengurangi emisi karbon. Salah satu energi bersih yang digunakan Jepang namun belum digunakan di
Indonesia adalah energi nuklir. Nuklir merupakan energi yang memiliki beberapa kekurangan dan
bahaya, namun apabila dapat diatasi akan memiliki banyak dampak positif. Beberapa kekurangan energi
nukilr adalah:
1. Biaya awal pembangunan yang sangat mahal.
2. Risiko terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan (Chernobyl).
3. Menghasilkan limbah radioaktif yang perlu diolah dengan tepat.
4. Bukan renewable energy karena jumlah Uranium terbatas (saat ini banyak namun dapat habis)
dan relatif mahal.
5. Dampak lingkungan dari tambang uranium yang dapat meninggalkan partikel radioaktif dan
mengkontaminasi tanah dan sumber air di sekitarnya.
Meskipun terdapat banyak kekurangan, apabila dapat diatasi akan memiliki banyak keuntungan sebagai
berikut:
1. Nuklir memiliki emisi gas rumah kaca terendah dibandingkan sumber energi lainnya menurut
Nuclear Energy Institute (NEI).
2. Setelah beroperasi, pembangkit listrik jauh lebih murah dibandingkan pembangkit dengan
bahan bakar fosil. Biaya operasi yang sangat murah dipadukan dengan average life cycle yang
cukup lama 40-60 tahun menjadikannya sangat ekonomis untuk jangka waktu panjang.
3. Memiliki keandalan yang sangat tinggi karena tidak memiliki intermittence seperti angin
maupun surya, sehingga dapat menghasilkan energi dengan stabil dan terprediksi.
4. Memiliki densitas energi tinggi, sehingga energi dari nuklir sepuluh juta kali lebih besar dari
energi bahan bakar fosil.
5. Meskipun jumlah Uranium terbatas, ketersediaannya dapat bertahan lebih lama dibandingkan
bahan bakar fosil.
Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan tersebut, nuklir merupakan alternatif
energi bersih yang sangat layak digunakan di Indonesia. Meskipun begitu, proses perancangan,
pembangunan, dan pengoperasian perlu dijaga pada kualitas yang tinggi supaya tidak terjadi kecelakaan
yang dapat mengakibatkan kerusakan pembangkit.
Rafif Amirulhaq Santosa
18019020

Lampiran
Bukti kehadiran di webinar:

*Catatan saat pemaparan materi oleh Professor Goro Fujita

Anda mungkin juga menyukai