0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan3 halaman
Sistem listrik Jepang terbagi menjadi dua sistem dengan frekuensi berbeda, timur 50 Hz dan barat 60 Hz. Jepang bergantung pada impor energi dan berusaha meningkatkan efisiensi serta menggunakan sumber energi bersih. Meskipun blackout berkurang, masih terjadi karena gangguan transmisi atau kecelakaan. Nuklir dianggap layak walaupun memiliki risiko, tetapi perlu diatasi dengan baik.
Sistem listrik Jepang terbagi menjadi dua sistem dengan frekuensi berbeda, timur 50 Hz dan barat 60 Hz. Jepang bergantung pada impor energi dan berusaha meningkatkan efisiensi serta menggunakan sumber energi bersih. Meskipun blackout berkurang, masih terjadi karena gangguan transmisi atau kecelakaan. Nuklir dianggap layak walaupun memiliki risiko, tetapi perlu diatasi dengan baik.
Sistem listrik Jepang terbagi menjadi dua sistem dengan frekuensi berbeda, timur 50 Hz dan barat 60 Hz. Jepang bergantung pada impor energi dan berusaha meningkatkan efisiensi serta menggunakan sumber energi bersih. Meskipun blackout berkurang, masih terjadi karena gangguan transmisi atau kecelakaan. Nuklir dianggap layak walaupun memiliki risiko, tetapi perlu diatasi dengan baik.
Professor Goro Fujita: Electrical Power System in Japan & Blackout Di Jepang, segala aspek tenaga listrik seperti pembangkitan, transmisi, dan distribusi disediakan dan dikelola oleh The Federation of Electric Power Companies of Japan (FEPC) yang merupakan ffederasi di bidang tenaga listrik yang terdiri dari 10 perusahaan. Sistem tenaga listrik di Jepang terbagi menjadi dua sistem dengan frekuensi yang berbeda dengan bagian timur Jepang menggunakan frekuensi 50 Hz dan bagian barat menggunakan frekuensi 60 Hz. Perbedaan ini disebabkan kedua sistem memiliki generator dengan spesifikasi yang berbeda. Jepang bagian timur menggunakan generator buatan Eropa dengan keluaran frekuensi 50 Hz dan bagian barat menggunakan generator buatan Amerika Serikat dengan keluaran frekuensi 60 Hz. Saat ini, Jepang memiliki ketergantungan pada sumber energi impor yang cukup besar dibandingkan beberapa negara besar lainnya. Salah satunya adalah ketergantungan pada minyak mentah yang diimpor dari Timur Tengah pada angka 92% dan dengan tren yang cenderung meningkat. Meskipun begitu, Jepang terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi energi agar demand dapat diturunkan menjadi 8.640 TWh pada tahun 2030. Penggunaan energi pada 2030 direncanakan memiliki komposisi 59% bahan bakar non-fosil yang terdiri dari sekitar 36-38% EBT dan 20-22% nuklir, dan 41% bahan bakar fosil yang terdiri dari 20% LNG, 19% batubara, dan 2% minyak dsb. Pada rentang 2010 hingga 2019, Jepang telah meningkatkan sumber EBT secara signifikan dengan angka pertumbuhan tahunan sebesar 9% dari 2010 hingga 2012, dan 18% dari 2012 hingga 2019. Data yang dicantumkan tersebut meliputi pertumbuhan energi biomassa, panas bumi, mikrohidro dan minihidro, angin, dan surya, dengan peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada energi surya dari 20 MW menjadi 75 MW. Data menunjukkan bahwa sejak tahun 1966, jumlah blackout di Jepang telah berkurang secara drastis dan lama blackout sudah sangat rendah. Beberapa penyebab blackout adalah: 1. Periode lama: Gangguan pada line transmisi 2. Periode singkat: Gangguan line-to-ground 3. Ketidakseimbangan supply and demand Untuk mengatasi blackout dapat dilakukan peningkatan keandalan fasilitas, maintenance pada fasilitas, pengkajian dan optimasi metodologi operasi, dan meningkatkan stabilitas sumber daya. Telah terjadi beberapa peristiwa yang menyebabkan blackout berskala besar di Jepang dan negara-negara asing lainnya. Peristiwa yang terjadi berupa: 1. Voltage drop pada sistem backbone yang menyebabkan blackout 2. Terputusnya line transmisi akibat pesawat jatuh 3. Terputusnya line transmisi akibat tabrakan crane 4. Gempa bumi Jepang bagian timur yang menimbulkan tsunami yang merusak pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima 5. Kebakaran terowongan kabel di Kota Niza 6. Fluktuasi frekuensi yang menyebabkan blackout berskala besar di Hokkaido 7. Typhoon No. 15 yang menghantam Chiba Prefecture Dari pemaparan-pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa blackout terjadi karena beberapa alasan dan memiliki cara-cara penanggulangan; pemahaman dibutuhkan untuk mempertahankan keandalan; dan terdapat permasalahan baru dengan pengimplementasian EBT. Rafif Amirulhaq Santosa 18019020
Opini Terkait Materi Webinar
Terdapat banyak hal yang bisa dicontoh dari sistem tenaga listrik di Jepang. Salah satunya adalah peningkatan penggunaan energi bersih sebagai sumber energi utama di Indonesia untuk mengurangi emisi karbon. Salah satu energi bersih yang digunakan Jepang namun belum digunakan di Indonesia adalah energi nuklir. Nuklir merupakan energi yang memiliki beberapa kekurangan dan bahaya, namun apabila dapat diatasi akan memiliki banyak dampak positif. Beberapa kekurangan energi nukilr adalah: 1. Biaya awal pembangunan yang sangat mahal. 2. Risiko terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan (Chernobyl). 3. Menghasilkan limbah radioaktif yang perlu diolah dengan tepat. 4. Bukan renewable energy karena jumlah Uranium terbatas (saat ini banyak namun dapat habis) dan relatif mahal. 5. Dampak lingkungan dari tambang uranium yang dapat meninggalkan partikel radioaktif dan mengkontaminasi tanah dan sumber air di sekitarnya. Meskipun terdapat banyak kekurangan, apabila dapat diatasi akan memiliki banyak keuntungan sebagai berikut: 1. Nuklir memiliki emisi gas rumah kaca terendah dibandingkan sumber energi lainnya menurut Nuclear Energy Institute (NEI). 2. Setelah beroperasi, pembangkit listrik jauh lebih murah dibandingkan pembangkit dengan bahan bakar fosil. Biaya operasi yang sangat murah dipadukan dengan average life cycle yang cukup lama 40-60 tahun menjadikannya sangat ekonomis untuk jangka waktu panjang. 3. Memiliki keandalan yang sangat tinggi karena tidak memiliki intermittence seperti angin maupun surya, sehingga dapat menghasilkan energi dengan stabil dan terprediksi. 4. Memiliki densitas energi tinggi, sehingga energi dari nuklir sepuluh juta kali lebih besar dari energi bahan bakar fosil. 5. Meskipun jumlah Uranium terbatas, ketersediaannya dapat bertahan lebih lama dibandingkan bahan bakar fosil. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan tersebut, nuklir merupakan alternatif energi bersih yang sangat layak digunakan di Indonesia. Meskipun begitu, proses perancangan, pembangunan, dan pengoperasian perlu dijaga pada kualitas yang tinggi supaya tidak terjadi kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan pembangkit. Rafif Amirulhaq Santosa 18019020
Lampiran Bukti kehadiran di webinar:
*Catatan saat pemaparan materi oleh Professor Goro Fujita