Anda di halaman 1dari 17

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Nama Kelompok :

Arya Dwi Saputra (D1101211001)


Eugalius Michyas Narang (D1101211007)
Arfan Yudha (D1101211011)
Apa itu PLTN ?

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik termal yangmenggunakan bahan bakar nuklir
(uranium) untukmembangkitkan energi. Energi yang dihasilkan olehreaksi fisi di dalam reaktor nuklir berubah menjadipanas dan
air berubah menjadi uap panas dankemudian diambil tenaganya untuk memutar turbin yang selanjutnya membangkitkan tenaga
listrik.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau yang lebih dikenal dengan singkatan PLTN, sudah digunakan teknologinya lebih dari 50
tahun yang lalu. Keunggulan PLTN adalah tidak menghasilkan emisi gas CO2 sama sekali. Selain itu PLTN juga mampu
menghasilkan daya stabil yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Perlu diketahui juga bahwa
bahan bakar uranium yang sudah habis dipakai dapat didaur ulang kembali menghasilkan bahan bakar baru untuk teknologi di
masa depan.

Indonesia sebenarnya sangat cocok mengembangkan pembangkit listrik ini, sebagai upaya diversifikasi penggunaan pembangkit
listrik primer berbahan bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam. Dengan penanggulangan radiasi yang cermat
dan berlapis, PLTN dapat menjadi solusi kebutuhan energi listrik yang besar di Indonesia.

Sistem PLTN tergolong teknologi tinggi danprospektif ke masa depan. PLTN mempunyai karakteristik sumbernya
berkelimpahan di alam, bisa dibangkitkan dalam skala besar, ekonomis dalam skala massal, dan ramah lingkungan.
Gambar 1. Perbandingan Pembangkit Listrik Batubara
dan Pembangkit Listrik Nuklir

Gambar 1 menunjukkan perbandingan pembangkit listrik batubara dan PLTN. Perbedaannya adalah panas yang digunakan untuk
membangkitkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi sebagai hasil dari pembelahan inti atom U-235 yang
ditembak dengan neutron. Panas yang dihasilkan dari reaksi pembelahan diangkut keluar dari teras reaktor oleh fluida
pendingin, yang secara terus menerus dipompakan ke dalam reaktor melalui saluran pendingin reaktor. PLTN terbagi atas dua
bagian, yaitu system pemasok uap nuklir (nuclear steam supply system) yang merupakan tempat bagi reaktor nuklir dan
pembangkit uap, dan Instalasi Pendukung (balance of plant) yang merupakan tempat bagi turbin uap dan generator listrik.
Gambar 2. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

PLTN mempunyai komponen utama, yaitu bahan bakar, pendingin, moderator, system pembangkit uap, sistem keselamatan.
Kombinasi dari komponen-komponen tersebut melnghasikan variasi dari desain PLTN. PLTN dibedakan berdasarkan jenis
pendingin, siklus uap, moderator, energi neutron dan bahan bakar. Dewasa ini ada beberapa jenis PLTN komersial antara lain
adalah PWR (Pressurized Water Reactor), BWR (Boiling Water Reactor), dan PHWR (Pressurized Heavy Water Reactor), GCR
(Gas Cooled Reactor), HTGR (High Temperature Gas-cooled Reactor). Jenis PLTN ini mempunyai keunggulan/ kelebihan
masing-masing, namun unsur-unsur kunci dan desain keseluruhan dari berbagai jenis PLTN itu pada umumnya adalah sama,
misalnya bangunan turbin, generator, fasilitas perawatan, fasilitas administrasi, rumah pompa, dan struktur pengungkung
reaktor.
Energi nuklir mempunyai beberapa keuntungan antara lain:

• Ongkos operasional pembangkitan listrik lebih murah.


• Penggunaan energi nuklir secara relative akan mengurangi konsumsi minyak.
• Tidak membebaskan asap/debu hasil pembakaran lewat cerobong, ataupun tidak membuang abu ke lingkungan.
• Mempunyai keandalan dan keselamatan yang amat ketat.
• Penggunaan PLTN akan memberikan hasil samping lain di bidang industri, riset dan teknologi.

industri nuklir adalah satu-satunya industri yang melaksanakan pengamanan dan menangani keselamatan mulai dari hulu
sampai ke ujung hilir. Semuanya dilakukan nyaris tanpa emisi gas buang ataupun limbah cair yang radioaktif ataupun
berbahaya. Praktis tidak ada pembuangan ke lingkungan sekitar dari operasi pembangkitan listrik nuklir. Kalaupun ada yang
lepas dari operasi normal, waktu parohnya pendek dan cepat hilang. Limbah nuklir yang berpotensi membahayakan, seluruhnya
masih di dalam bahan bakar bekas dan diamankan/disimpan, atau, apabila diproses-ulang guna memanfaatkan sisa bahan fisil,
limbahnya dimampatkan dalam gelas (vitrifikasi) dan diamankan/disimpan.

Masalah lingkungan utama yang dihadapi umat manusia dewasa ini adalah pemanasan global yang diakibatkan oleh
perkembangan industri. Sinar matahari yang dipantulkan oleh bumi semakin lama semakin sedikit yang dapat lolos ke angkasa
luar, berkat efek rumah kaca. Energi nuklir yang ramah
lingkungan sebenarnya adalah bagian dari solusi masalah pemanasan global.. Menurut penelitian energi nuklir menghasilkan
emisi sebanding dengan tenaga angin.
Pemanfaatan tenaga nuklir untuk pembangkit listrik (PLTN), makin hari makin mengedepan, karena beberapa factor
produktifnya, antara lain:

Pertama, kenaikan harga bahan bakar minyak dunia makin tak terkendali. Kenaikan BBM dari $23 per barrel menjadi sekitar
$40 per barrel telah menimbulkan defisit anggaran. Indonesia sebesar 18 triliun rupiah. Bila nantinya segera naik menjadi $49
per barrel, maka deficit tarnbahan sekitar 5,4 trilyun rupiah. Dengan melihat perilaku negara-negara besar seperti AS, Cina,
Jepang clan beberapa negara Eropa yang cenderung menyimpan rapat persediaan BBM-nya, kenaikan BBM
diperkirakan akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Pembangkit tenaga listrik dan energi lainnya di Indonesia
sebagian besar masih sangat bertumpu pacta penggunaan BBM sebagaimasukannya. Pemanfaatan tenaga nuklir untuk
pembangkit listrik sangat potensial untuk mengatasi kungkungan kesulitan akibat kenaikan BBM dunia tersebut.

Kedua, energi nuklir untuk pembabeberapa Negara, dan hanya sedikit saja kasus kecelakaan yang terjadi. Pangsa penggunaan
energi nuklir untuk pembangkit listrik dunia saat ini telah mencapai sekitar 24 persen total energi listrik dunia. Hal yang
menarik adalah telah ditemukannya teknologi pengamanan bahan nuklir yang makin lama makin baik dan handal. Kendati
demikian, masalah kekurangan suplai energi listrik bukan saja dialami oleh negara-negara sedang berkembang seperti
Indonesia, bahkan AS pun masih mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan energi listriknya.

Ketiga, penggunaan tenaga nuklir dan juga tenaga hidro-elektrik merupakan altematif pembangkit listrik yang cukup ramah
lingkungan, karena keduanya tidak menimbulkan gas karbondioksida, sehingga teknologi yang digunakannya dapat digolongkan
teknologi yang telah matang. Kasus di UK merupakan salah satu bukti bagaimana kematangan teknologi nuklir dibanding-
kan teknologi lain yang sejenis. Keputusan pemerintah UK untuk mengganti energi nuklir dengan energi gas ternyata terhalang
oleh tingginya karbondioksida yang dihasilkan oleh teknologi gas terse but, sehingga negara itu harus mempertimbangkan
Kembali peremajaan stasiun pembangkit tenaga nuklirnya.
Keempat, Rusia, Jerman, dan Swedia merupakan contoh negara yang telah menggunakan tenaga nuklir untuk pembangkit listrik
secara cukup sukses. Manakala Indonesia juga mulai memanfaatkan energi nuklir untuk pembangkit listrik, disamping
kebutuhan listrik terpenuhi, maka harga per-meternya pun diperkirakan akan menurun secara tajam. Apalagi setelah selesai
masa investasinya. Implikasi lebih lanjut adalah anggaran pengeluaran rumah tangga menurun, yang berakibat pada peningkatan
daya beli masyarakat dan pabrik-pabrik makin efisien dan harga barang-baranghasil industri makin murah, sehingga mampu
bersaing dengan negara lain.

Kelima, ditinjau dari aspek politik dan pertahanan, kepemilikan dan penguasaan teknologi nuklir secara meyakinkan untuk
berbagai keperluan hidup masyarakatnya dapat meningkatkan daya mampu dan posisi tawar . Faktor ini merupakan hal yang
sangat penting dalam menciptakan citra serta kewibawaan negara dan bangsa untuk menumbuhkan efek penangkalan. Beberapa
negara mampu melakukan diplomasi secara efektif karena didukung dengan daya dan kemampuan penang-kalan yang tinggi.
Korea Utara, India, Pakistan, Israel dan Iran adalah contohnya, yang membuat Negara besar harus berhitung untuk
menghadapi mereka secara semenena-mena.

Keenam, pendayagunaan teknologi nuklir untuk berbagai kebutuhan masyarakat terpaksa mendorong masyarakat yang
bersangkutan untuk bertindak hati-hati, waspada, dan berperilaku teratur sesuai kaidah yang seharusnya. Hal ini secara tidak
langsung dapat mendorong terwujudnya tradisi dan budaya maju dan tertib, dan juga berkembangnya kehidupan yang maju,
mandiri, dan berkepribadian atas dasar rasionalitas terhadap keselamatan, keamanan, dan perdamaian bangsa.

Ketujuh, untuk menunjukkan betapa efisiennya penggunaan teknologi nuklir untuk pembangkit tenaga dan daya dorong suatu
platform tertentu, diberikan contoh kapal selam nuklir. Kapal selam bertenaga nuklir mampu meningkatkan kecepatan
jelajahnya hampir 7 kali lipat dari kapal setaro yang menggunakan bahan bakar minyak, dengan biaya operasi perjam sekitar 4
kali lebih rendah dari biaya operasi menggunakan bahan bakar minyak. Kalau fenomena ini diberlakukan untuk semua bidang
kehidupan, dapat dibayangkan betapa efisiensi total akan terbangun secara menakjubkan.
Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan akibat dari penerapan penggunaan teknologi nuklir untuk
pembangkit listrik, selanjutnya disebut sebagai tantangan saja. Tantangan yang ada antara lain:

Pertama, tantangan utama dari pendayagunaan tenaga nuklir untuk berbagai upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat, khususnya pembangkit listrik lebih didasarkan pacta persepsi politik atas keberadaan bahan
nuklir dan limbah yang dihasilkannya. Persepsi yang berkembang bahwa nuklir merupakan sesuatu yang sangat
membahayakan masyarakat dan sesuatu yang sangat sulit dikendalikan. Oleh karenanya, tantangan utama
adalah memberikan pemahaman dan kesadaran semua pihak untuk menerima teknologi nuklir secara obyektif
dan rasional.

Kedua, masa transisi sosial, politik, dan budaya masyarakat Indonesia mengakibatkan tatanan belum
terbangun secara meyakinkan. Akibatnya, banyak lobang-lobang, sela-sela dan lipatan-lipatan sosial politik,
dan hukum yang dengan sangat mudah dimasuki dan dimanfaatkan oleh golongan destruktif. Di sisi lain, masih
banyak berkeliaran pelaku-pelaku kriminal transnasional, teroris, dan ekstrimis lainnya yang belum bisa
dikelola dengan baik oleh aparat, pemerintah dan negara. Dari sekitar 800 alumni pendidikan akademi militer
eks Afganistan dan Moro, barn sekitar 120- an yang dapat dikelola oleh apparat keamanan. Selebihnya masih
tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Meskipun tidak semua dari mereka itu jahat, tetapi
sedikit di antara mereka telah melakukan berbagai tindak terorisme seperti pengeboman. GAM dan OPM
masih belum tertangani secara maksimal, dan bukan tidak mungkin mereka selalu berusaha memanfaatkan
setiap kelengahan yang acta untuk melakukan berbagai tindakan destruktif bagi kepentingan perjuangannya.
Ketiga. media massa baik cetak maupun elektronik belum terpola secara maksimal untuk mendayagunakan
berbagai potensi bangsa dan mencegah berbagai kerawanan yang mengintai bangsa. Kendatipun hal itu
bukanlah suatu kesalahan, akan tetapi bisa mengurangi atau mungkin menyulitkan upaya sosialisasi
pemahaman yang benar atas penggunaan energi nuklir untuk berbagai kepentingan masyarakat. Masih cukup
banyak di antara kita yang sangat mudah berbicara tanpa perlu didukung dengan data yang cukup, apalagi
akurat. Dan kalau itu
yang dimengerti dan dipercayai masyarakat, berarti telah terjadi pembiasan dari kebutuhan obyektifnya.

Keempat, tradisi, perilaku, dan budaya masyarakat masih cenderung mencari jalan pintas dan mudah, kurang
menghargai dan taat terhadap aturan dan hukum, serta tingkat disiplin nasional yang belum kondusif.
Semuanya berpotensi membahayakan masyarakat banyak dan merugikan nilai obyektif teknologi dalam
implementasi energi nuklir untuk pembangkit tenaga listrik dan kebutuhan lainnya. Manakala rekayasa sosial
menuju masyarakat yang makin tertib dan makin berkualitas dalam kehidupannya, maka selama itu sulit
mewujudkan impian pendayagunaan teknologi nuklir untuk kemaslahatan masyarakat luas.

Kelima, berbagai peristiwa yang tidak terduga seperti kerusuhan massal dan bencana alam selama lima tahun
terakhir memberikan catatan yang memprihatinkan. Khususnya, bencana alam seperti banjir, gempa bumi,
gunung berapi, dan lain sebagainya merupakan kendala alamiah yang patut dipertimbangkan secara cermat
dalam merancang pembangunan stasiun pembangkit energi nuklir untuk berbagai kepentingan, terutama
pembangkit listrik.
Gambar 3. Prinsip kerja

Prinsip kerja PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar fosil lainnya. Jika
PLTU menggunakan boiler untuk menghasilkan energi panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan reaktor nuklir.

PLTN juga memiliki prinsip kerja yang sama yaitu di dalam reaktor terjadi reaksi fisi bahan bakar uranium sehingga
menghasilkan energi panas, kemudian air di dalam reaktor dididihkan, energi kinetik uap air yang didapat digunakan untuk
memutar turbin sehingga menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan transmisi.
Pembangkit listrik tenaga nuklir cara kerjanya hampir sama dengan pembangkit listrik konvensional batubara.
Akan tetapi energi panas yang digunakan adalah berasal dari reaksi nuklir di dalam reaktor. Panas yang
terbentuk kemudian memiliki fungsi untuk merebus air untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi. Kemudian
uap tersebut menggerakkan satu atau beberapa turbin uap raksasa yang terhubung ke generator. Terakhir
turbin tersebut menghasilkan energi listrik yang dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Secara bertahap, berikut ini cara kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir :

1. Pertama, bahan bakar uranium dimasukkan ke dalam reaktor, sebuah kubah beton raksasa yang sudah
diperkuat seandainya meledak. Pada jantung reaktor (inti), atom membelah dan melepaskan energi panas,
menghasilkan neutron dan membelah atom lain dalam reaksi nuklir

2. Kemudian batang kendali yang terbuat dari bahan seperti kadmium dan boron, dapat dinaikkan atau
diturunkan ke dalam reaktor guna menyerap neutron yang memperlambat atau mempercepat reaksi berantai.

3. Selanjutnya air dipompa melalui reaktor untuk mengumpulkan energi panas yang dihasilkan dari reaksi
berantai. Proses pemompaan air pada reaktor menggunakan water pump. Selanjutnya air tersebut mengalir
ke ruangan condenser untuk memanaskan aliran tertutup.
5. Uap bertekanan tingga dari dari pemanasan ruang condenser kemudian disalurkan ke turbin. Karena
memiliki tekanan tinggi, uap yang melewati baling-baling turbin dapat memutar dengan kecepatan tinggi.

6. Turbin yang berputar dihubungkan ke generator listrik sehingga timbul gaya gerak listrik.

7. Generator menghasilkan listrik yang mengalir ke jaringan listrik, dan pada akhirnya listrik dapat
dimanfaatkan oleh rumah-rumah, toko, perkantoran, dan lain-lain.

Gambar 4. Komponen - Komponen


Agar pembangkit listrik tenaga nuklir dapat bekerja secara optimal, maka perlu dukungan komponen yang saling
berkesinambungan dalam satu sistem. Apabila membahas terkait komponen pada pembangkit listrik tenaga nuklir untuk
mendukung cara kerjanya.
Komponennya yaitu antara lain :

1.Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)


Komponen Utama pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan aspek teknologi PLTN yang memiliki fungsi menghasilkan reaksi
nuklir, proses pemanasan air menjadi uap panas bertekanan tinggi hingga dapat menghasilkan listrik.

A. Containment Building atau Kubah Penahan PLTN


Pada pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN terdapat bangunan dalam bentuk kubah yang disebut sebagai
containment building atau kubah penahan. Containment building pada pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan tempat
pendingin reaktor serta berbagai peralatan pendukung. Tujuan utama dari bangunan ini adalah sebagai perisai selama
operasional reaktor serta mencegah polusi yang keluar saat terjadi kebocoran di dalam reaktor.
Apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan seperti adanya kecelakaan, bangunan ini mampu menghalau reaksi fisi yang
terlepas ke atmosfer. Cara kerja utama dari bangunan ini pada PLTN adalah dengan memanfaatkan kekuatan struktur
dari material penyusunnya. Kekuatan struktur material yang begitu kuat mampu menahan tekanan hingga 80 psi.
B. Uranium fuel
Salah satu bahan baku dari pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN adalah uranium oksida. Bahan baku uranium pada
pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN memiliki fungsi untuk menjaga reaksi berantai agar energi nuklir yang
dihasilkan tetap terjaga. Uranium fuel selama di dalam reaktor disimpan pada uranium fuel storage dalam bentuk tabung.
Cara kerja dari uranium fuel storage pada PLTN ini juga sebagai tempat berlangsungnya reaksi fisi. Apabila kita berada
didalam containment building, uranium fuel storage ini memiliki bentuk silindris yang dibungkus oleh lapisan metal dengan
tinggi rata-rata sekitar 4 meter.
C. Reactor vessel
Reactor vessel merupakan wadah untuk reaktor nuklir. Pada beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir, reactor vessel
terlihat seperti sumur silindris yang memancarkan warna biru. Melalui wadah ini reaksi fisi berantai terjadi.

D. Control rods (Batang Kendali)


Pada reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terdapat batang kendali yang cara kerjanya mengontrol elemen
pada reaktor sebagai absorben neutron. Control rods atau batang kendali terbuat dari bahan indium kadmium atau boron
karbida yang memungkinkan sebagai alat kontrol dari populasi neutron, reaktivitas reaktor nuklir. Pada pembangkit listrik
tenaga nuklir, cara kerja control rods atau batang kendali pada PLTN sangat penting ketika reaktor beroperasi.

E. Steam Generator
Proses konversi air menjadi uap bertekanan tinggi dilakukan melalui steam generator. Proses konversi ini dilakukan melalui
proses pertukaran energi panas yang didapatkan dari pembangkit ke air. Steam generator pada PLTN juga memiliki desain
sedemikian rupa agar dapat meminimalisir pencemaran radiasi pada uap air.

F. Turbin
Pada pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN, terjadi proses konversi uap panas bertekanan tinggi menjadi energi
rotasi (putaran). Uap panas yang memiliki tekanan tinggi dapat memutar pedal atau gerigi pada turbin PLTN akibat adanya
tekanan molekul.

G. Alternator atau Generator Listrik


Pada pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN, energi listrik didapatkan dari alternator atau generator listrik.
Alternator atau generator listrik pada PLTN mengkonversi energi rotasi (putaran) dari turbin menjadi energi listrik.
2. Peralatan Pendukung Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Peralatan pendukung pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan aspek teknologi PLTN yang memiliki fungsi penyaluran uap
panas serta proses pendinginan.

Peralatan tersebut antara lain :

A. Pressurizer
Pada proses pendinginan uap panas bertekanan tinggi, kondisi vakum ruangan membutuhkan proses penyeimbang tekanan.
Peralatan pendukung seperti pressurizer memiliki cara kerja sebagai penyeimbang serta alat pengontrol tekanan ruang
tersebut.

B. Steam Lines
Turbin pada pembangkit listrik tenaga nuklir diputar oleh uap panas bertekanan tinggi. Uap panas tersebut mengalir pada
jaringan pipa-pipa yang disebut dengan steam lines. Jaringan pipa-pipa tersebut berasal dari steam generator dan
berakhir di condenser. Pada steam lines juga terdapat beberapa katup untuk mengontrol tekanan dan arah aliran.

C. Pump (Pipa)
Pipa pada pembangkit listrik tenaga nuklir memiliki fungsi untuk mengalirkan air dan uap. Instalasi pipa air pada PLTN
bertujuan untuk mengambil air dari sumber air serta mengalirkan air hasil penyulingan condenser kedalam steam
generator.
D. Condenser
Proses kondensasi uap panas bertekanan tinggi (setelah memutar turbin) dilakukan agar mendapatkan air yang nantinya
digunakan kembali sebagai bahan baku pembuatan uap panas bertekanan tinggi. Proses kondensasi uap panas bertekanan
tinggi pada PLTN berada di condenser. Cara kerja condenser pada PLTN yakni dengan mengalirkan air pendingin pada
pipa-pipa vakum yang dilalui oleh uap panas bertekanan tinggi. Melalui induksi material pipa vakum, terjadi perpindahan
kalor dari uap panas ke air pendingin.

E. Cooling Tower
Selama proses kondensasi, terjadi perpindahan kalor(panas) dari uap panas bertekanan tinggi ke air baku. Sehingga air
pendingin tersebut menjadi panas dan perlu didinginkan kembali. Pada pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN, proses
pendinginan air baku dapat dilakukan melalui cooling tower atau tower pendingin. Cara kerja cooling tower pada PLTN
yakni dengan cara melepas kalor pada air baku ke atmosfer. Tujuan proses pendinginan air pada cooling tower yakni agar
air dapat digunakan kembali pada proses pendinginan uap terkondensasi.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai