Anda di halaman 1dari 3

Winda Intan Novalia, Penerapan Termodinamika Pada Reaktor Nuklir

Penerapan Termodinamika Pada Reaktor Nuklir


Winda Intan Novalia Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: windaintan25@gmail.com

Abstrak
Bahan bakar fosil termasuk energi yang tidak dapat diperbaharui. Persediaan bahan bakar fosil semakin sedikit apabila terus-menerus dipakai. Pemakian bahan bakar fosil dapat menimbulkan polusi dan pemanasan global, sehingga menyebabkan seluruh dunia sedang mencari cara menemukan sumber energi yang besar sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Energi nuklir dapat dimanfaatkan sebagai energi pengganti yang menghasilkan energi besar dalam bentuk kalor. Kalor yang berasal dari energi nuklir dapat digunakan sebagai pembangkit listrik yang biasanya disebut PLTN ( Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ). Energi kalor disalurkan dengan suatu reaktor nuklir yang termodel dengan penerapan termodinamika. Komponen yang terdapat pada suatu sistem reaktor nuklir meliputi reaktor, intermediate heat exchanger, turbin, kompresor, rekuperator, unit produksi hidrogen dan unit desalinasi yang dimodelkan dengan penerapan termodinamika. Kata kunci: energi nuklir, kalor, reaktor nuklir, termodinamika, pendinginan

Abstract
Fossil fuel included energy can't be renewable. Supply fossil fuels energy is getting a little when worn continuously. Fossil fuels is using continue can make pollutions and global warming, until the entire world is looking for ways to find large source of energy so it's can reduce fossil fuel consumption. Nuclear energy can be used as supplementary energy that produced energy in the form large thermal. Thermal comes from nuclear energy can be used as come up electrics usually was called NPS ( Nuclear Generator Power System ). Thermal energy stripes with a nuclear reactor as modeled to application of thermodynamic. Component was had at a nuclear reactor system include reactor, intermediate heat exchanger, turbine, compressor, recuperator, hydrogen production unit, and desalination units were modeled to application of thermodynamic. Key word: nuclear energy, thermal, nuclear reactor, thermodynamic, cooled

PENDAHULUAN
Globalisasi ditandai dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan manusia dalam kehidupan. Peningkatan sumber energi listrik dan persediaan bahan bakar sangat dibutuhkan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan industri, ekonomi dan bisnis pada suatu organisasi maupun perorangan. Persediaan bahan bakar fosil semakin sedikit apabila terus-menerus dipakai. Pemakian bahan bakar fosil dapat menimbulkan polusi dan pemanasan global karena banyaknya CO 2 yang tersebar diatmosfer bumi sehingga permukaan bumi menjadi panas. Permukaan bumi yang panas disebut sebagai efek rumah kaca. Akibat efek-efek yang ditimbulkan oleh bahan bakar fosil menyebabkan seluruh dunia sedang mencari cara menemukan sumber energi yang besar sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Energi nuklir dapat dimanfaatkan sebagai energi pengganti.

Energi nuklir dapat menghasilkan energi besar tanpa mencemari lingkungan berdasarkan pemanfaatan dan sistem yang benar. Energi nuklir menghasilkan kalor dalam jumlah besar. Kalor yang berasal dari energi nuklir dapat digunakan sebagai pembangkit listrik yang biasanya disebut PLTN ( Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ). Energi kalor disimpan dan disalurkan dengan suatu reaktor nuklir yang termodel dengan penerapan termodinamika. Kedepannya energi nuklir diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia secara keseluruhan, sehingga mampu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

ISI
Pasokan energi yang besar dibutuhkan seluruh negara terutama Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dibidang listrik, ekonomi dan bisnis. Pertambahan jumlah penduduk yang makin pesat menyebabkan jumlah kebutuhan energi

Winda Intan Novalia, Penerapan Termodinamika Pada Reaktor Nuklir


meningkat. Energi yang besar, dapat diperbaraharui dan ramah lingkungan saat ini sedang menjadi perburuan bagi seluruh dunia dalam pemenuhan kebutuhan energinya. Energi nuklir merupakan salah satu energi yang dapat diperbahaarui yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Energi nuklir berasal dari reaksi pembelahan/fisi yang terjadi didalam reaktor nuklir suatu PLTN[1]. Energi nuklir menghasilkan kalor, kalor inilah yang digunakan sebagai pembangkit listrik pada PLTN ( Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ). Kalor yang dihasilkan energi nuklir berasal dari proses pembelahan/fisi. Energi nuklir merupakan energi yang ramah lingkungan daripada energi fosil karena energi fosil menghasilkan gas CO2 . Pemakaian energi fosil secara terus-menerus selain menyebabkan semakin seditnya persediaan bahan bakar fosil juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan pemanasan global ( akibat banyaknya gas CO2 yang terdapat di atmosfer bumi sehingga menyebabkan suhu bumi meningkat, yang kerap disebut efek rumah kaca). Energi nuklir tidak menyebabkan polusi diudara namun energi ini dapat berbahaya karena kandungan radioaktifnya., sehingga penggunaan nuklir sebagai energi harus menggunakan sistem yang canggih dan berdasarkan standar keselamatan. Bahan-bahan yang dapat sebagai bahan bakar nuklir diantaranya uranium, thorium, plutonium dan golongan aktinida[2]. Senyawa pada golongan aktinida yang memiliki nomor atom > 83 sering digunakan sebagai bahan bakar nuklir karena senyawa-senyawa tersebut memiliki sifat yang lebih radioaktif . Pengembangan dan penelitian reaktor nuklir sudah dilakukan sejak jaman dulu di Indonesia. Reaktor nuklir dikembangkan berdasarkan penerapan termodinamika. Para peneliti mempelajari tentang keselamatan penggunaan reaktor nuklir dan pengembangan Sumber Daya Manusia untuk siap dalam mengolah energi nuklir dengan menggunakan reaktor nuklir. Reaktor nuklir adalah suatu sistem yang digunakan untuk menyalurkan kalor yang dihasilkan dari energi nuklir. Komponen yang terdapat pada suatu sistem reaktor nuklir meliputi reaktor, intermediate heat exchanger, turbin, kompresor, rekuperator, unit produksi hidrogen dan unit desalinasi yang dimodelkan dengan penerapan termodinamika[2]. Setiap komponen sistem dimodelkan sebagai satu volume kendali tetap ( fixed control volume ) dan didalamnya diberlakukan persamaan kekekalan massa dan energi. Hukum Termodinamika pertama menyatakan bahwa energi dapat berubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain, energi ini tidak dapat diciptan maupun dimusnahkan, tetapi jumlah energi sebelum dan sesudah perubahan adalah tetap[3]. Hukum Termodinamika kedua menyatakan bahwa entropi semesta akan meningkat dalam proses spontan dan tidak berubah dalam proses kesetimbangan. Pada reaksi spontan perubahan entropi dalam semesta (Suniv) harus lebih besar daripada nol, tidak ada pembatas antara jumlah entropi lingkungan Ssurr dengan jumlah

entropi sistem Ssis. Proses kesetimbangan dengan perubahan entropi dalam semesta (Suniv) adalah nol, apabila jumlah entropi sistem (Ssis) dan jumlah entropi lingkungan (S surr) sama besar dan tandanya tidak berlawanan arah. Pada hukum termodinamika kedua untuk menyatakan kespontanan secara lebih langsung, dapat menggunakan suatu fungsi termodinamika lain yang disebut energi Gibbs (G) atau biasa dinamakan energi bebas. Pada fungsi ini berhubungan dengan sistem dan suhu sistem. Hukum termodinamika ketiga menyatakan bahwa entropi kristal yang sempurna adalah nol pada suhu nol mutlak. Hukum-hukum termodinamika ini yang diterapkan atau menjadi dasar penentuan reaksi yang terjadi pada sistem reaktor nuklir. Hukum termodinamika membantu para ahli untuk menentukan hasil yang diperoleh dari pemanfaatan energi nuklir dan kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada sistem serta bagaimana mengatasi masalah tersebut. Selain itu, dapat menentukan sistem yang tepat untuk menghindari pemakian biaya yang berlebih, menghindari terdapatnya limbah pada akhir proses berdasarkan target pemenuhan energi di masa depan. Permodelan sistem dengan menerapkan termodinamika sudah sejak dulu digunakan di negara maju, seperti Amerika, Jepang, dan sebaginya. Masa sekarang di Jepang, Amerika, Rusia, dan negara maju lainnya juga memanfaatkan energi nuklir dalam pemenuhan energi listrik di negaranya. Negara-negara maju memanfaatkan energi nuklir karena energi yang dihasilkan lebih besar daripada menggunakan energi fosil, selain itu energi fosil saat ini jumlahnya semakin sedikit dan apabila pemakaian energi fosil di pakai terus menerus maka pencemaran lingkungan dan pemanasan global akan meningkat. Energi nuklir juga mengahasilkan hidrogen pada proses pendinginan dari air laut. Panas (kalor) tinggi yang dihasilkan dari energi nuklir dapat memecah air menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen juga dapat diolah menjadi energi yang dapat diperbaharui dan ramah pada lingkungan[4]. Sehingga diharapkan selain memperoleh energi yang besar berupa kalor dari reaktor nuklir juga dapat memanfaatkan hasil berupa hidrogen dari energi nuklir. Pemanfaatan energi harus diimbangi dengan suatu sistem yang canggih dan berdasarkan standar keselamatan karena apabila terjadi kesalahan dalam sistem reaktor nuklir, akibat yang hasilkan sangat berbahaya yaitu radioaktif yang memiliki waktu paro panjang. Akibat dari ledakan nuklir yaitu bagi manusia dapat menyebabkan kanker, mutasi gen yang dapat menurun pada keturunan, bagi lingkungan wilayahnya terkena ledakan nuklir akan berakibat lingkungan sekitar lokasi tidak dapat ditanami tumbuhan, dan sebagainya. Lokasi penempatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) lebih baik berada di dekat pantai karena apabila lokasi PLTN disana membantu dalam pemenuhan kebutuhan air sebagai pendingin pada reaktor nuklir. Prose pendinginan berfungsi supaya reaktor tidak overheat sehingga reaktor tidak meledak. Kebutuhan air yang

Winda Intan Novalia, Penerapan Termodinamika Pada Reaktor Nuklir


banyak pada reaktor nuklir menyebabkan tingkat pemakaian air yang besar, jika lokasi PLTN berada pada di dekat pantai maka kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik sehingga biaya yang dipakai lebih murah, namun karena air laut mengandung garam maka perlu adanya pemeriksaan dan perawatan pada pipa penyalur air atau pada peralatan lainnya yang bersentuhan dengan air laut. Hal ini menghindari adanya korosi (peneyengan) pada pipa atau peralatan pada reaktor nuklir akibat garam sehingga hal ini yang menimbulkan biaya yang cukup besar. Penangan terhadap garam dari air laut dapat ditangani dengan pengaturan suhu dan pH pada proses pendinginan.

KESIMPULAN
Energi nuklir dapat digunakan sebagai energi alternatif yang menghemat biaya dalam pengguaannya, Enegi nuklir menghasilkan energi dalam bentuk kalor. Energi nuklir hampir tidak menghasilkan polusi di udara. Energi nuklir menghasilkan hidrogen yang dapat di daur ulang dan dimanfaatkan sebagai energi yang ramah terhadap lingkungan. Penggunanaan energi nuklir sebagai sumber energi harus diimbangi dengan sistem yang berdasarkan standar keselamatan dan Sumber Daya Manusia yang handal supaya menghindari kesalahan dalam pekerjaan serta tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Reaktor nuklir adalah suatu sistem yang digunakan untuk menyalurkan kalor yang dihasilkan dari energi nuklir. Komponen yang terdapat pada suatu sistem reaktor nuklir meliputi reaktor, intermediate heat exchanger, turbin, kompresor, rekuperator, unit produksi hidrogen dan unit desalinasi yang dimodelkan dengan penerapan termodinamika. Proses pendinginan berfungsi supaya reaktor tidak overheat sehingga reaktor tidak meledak. Pendingin sangat dibutuhkan dalam reaktor nuklir supaya kalor panas yang dihasilkan sama dengan kalor panas yang diserap. Prinsip ini merupakan contoh dari penerapan termodinamika pada reaksi termodinamika.

DAFTAR PUSTAKA
[1] [2] [3] T. Ardiansyah and A. W. Harto, Studi Awal Analisis Biaya Siklus Bahan Bakar Terbuka PWR, pp. 175185. D. M. Purwadi, Desain Konseptual SI Steam Reaktor Daya Maju Kogenerasi Berbasis RGTT, pp. 1422. N. Huda, T. Pandiangan, and Sumijanto,dkk, Kajian Teoritis I-S Terhadap Temperatur Termolisis Air Pada Produksi Hidrogen Dengan Energi Nuklir, vol. 11 No. 3 Agustus 2007, pp. 716. Sriyono, Teknologi Proses Produksi Hidrogen Berbasis Energi Nuklir, vol. 12 No. 3 Agustus 2008, pp. 7585.

[4]

Anda mungkin juga menyukai