Anda di halaman 1dari 23

LATAR BELAKANG KENAPA HARUS PAKAI ENERGI

ALTERNATIF ?

Penggunaan energi terbarukan sebagai energi alternatif sudah merupakan suatu keharusan
karen akebutuhan konsumsi energi yang meningkat setiap tahun berbanding terbalik dengan
produksi energi (energi konvensional) yang semakinmunurun.Hal ini dapat memicu ketahanan
energi dimassa yang akan datang.Sehingga perlu dilakukan penganekaragaman penggunaan
energi dalammenyelesaikan permasalahan kebutuhan energi.

Kebutuhan energi yang semakin meningkat disebabkan oleh beberapafaktordiantaranya


peningkatan jumlah penduduk, peningkatan taraf hidup masyarakat,jumlah kendaraan yang
semakin meningkatserta pertumbuhan industri semakinpesat sehingga menyebabkan konsumsi
energi yang meningkat.Pemerintah melalui Kebijakan EnergiNasional (KEN) mengeluarkan
beberapa solusi untuk mengatasipermasalahan tersebut, yaitu dengan melakukan konversi,
diversifikasi danintensifikasi energi.

Indonesia sebagai negara berkembang akan mengarah menjadi negara maju yang diindikasikan
dengan dominasi sektor industri dalam menunjang perekonomiannya. Peranan sektor industri
dalam penggunaan energi selalu mendominasi dan terus meningkat. Oleh karena itu jaminan
ketersediaan energi sangat menentukan keberlanjutan pembangunan industri.

Sesuai Kebijakan Energi Nasional, PP No. 79 Tahun 2014 bahwa target kapasitas listrik
terpasang pada tahun 2025 adalah 115 GWe yang saat ini baru mencapai lebih kurang 50 GWe.
Energi nuklir menjadi keniscayaan opsi untuk mengejar pemenuhan kebutuhan energi listrik
ini mengingat kebutuhan kapasitas daya terpasang yang terus meningkat ini. Dari sisi kesiapan
teknologinya, pembangunan PLTN yang merupakan implementasi pemanfaatan energi nuklir,
selain akan membantu mengamankan pasokan listrik nasional juga akan memberikan leverage
ekonomi dan industri nasional.

Isu energi nuklir yang berkembang saat ini memang berkisar tentang penggunaan energi nuklir
dalam bentuk bom nuklir dan bayangan buruk tentang musibah hancurnya reaktor nuklir di
Chernobyl. Isu-isu ini telah membentuk bayangan buruk dan menakutkan tentang nuklir dan
pengembangannya. Padahal, pemanfaatan yang bijaksana, bertanggung jawab, dan terkendali
atas energi nuklir dapat meningkatkan taraf hidup sekaligus memberikan solusi atas masalah
kelangkaan energi.
PENGERTIAN
Energi nuklir termasuk salah satu energi bersih masa depan, karena tidak menghasilkan emisi.
Nuklir adalah sebutan untuk bentuk energi yang dihasilkan melalui reaksi inti, baik itu reaksi
fisi (pemisahan) maupun reaksi fusi (penggabungan). Sumber energi nuklir yang paling sering
digunakan untuk PLTN adalah sebuah unsur radioaktif yang bernama Uranium. Bagaimana
caranya sebuah unsur radioaktif mampu menghasilkan panas yang besar? Tentu saja bukan
dengan dibakar. Namun melalui reaksi pemisahan inti (reaksi fisi).

Sebuah inti berat ditumbuk oleh partikel (neutron) dapat membelah menjadi dua inti yang lebih
ringan dan beberapa partikel lain. Mekanisme ini disebut pembelahan inti (fisi nuklir) (Kidd,
2009). Contoh reaksi fisi adalah inti uranium yang ditumbuk oleh neutron. Saat sebuah inti
ditembakkan oleh sebuah neutron dengan presentasi tertentu, inti akan mengalami pembelahan
atau reaksi fisi (Zweifel, 1973). Berikut salah satu contoh reaksi fisi dari uranium dapat dilihat
pada persamaan (1)

Reaksi fisi uranium seperti di atas menghasilkan neutron. Neutron yang dihasilkan dapat
menumbuk kembali inti uranium untuk membentuk reaksi fisi selanjutnya (Cothern dan
Rebers, 1991). Mekanisme ini terus terjadi dalam waktu yang sangat cepat hingga
membentuk reaksi berantai tak terkendali. Akibatnya terjadi pelepasan energi yang besar
secara singkat. Pelepasan energi yang dihasilkan melalui reaksi fisi berantai dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik apabila reaksi fisi berantai ini terkendali (Zweifel,
1973).

KOMPONEN DASAR REAKTOR NUKLIR


Komponen dasar reaktor nuklir merupakan komponen yang harus ada pada sebuah reaktor
nuklir untuk mengendalikan laju pembelahan (reaksi fisi). Adapun komponen dasar dari sebuah
reaktor nuklir adalah sebagai berikut.

a. Bahan bakar (fuel)


Bahan bakar merupakan sumber energi nuklir. Ada dua jenis bahan bakar nuklir yaitu bahan
fisil dan bahan fertil. Bahan fisil adalah unsur atau atom yang dapat langsung membelah apabila
ditumbuk oleh sebuah partikel neutron sedangkan bahan fertil adalah unsur atau atom yang
tidak dapat langsung membelah apabila ditumbuk oleh sebuah partikel neutron tetapi akan
membentuk bahan fisil. Bahan yang banyak digunakan sebagai bahan bakar nuklir adalah
uranium-233, uranium-235, plutonium-239 dan thorium-232 (Benedict et al., 1981).

b. Moderators

Moderator merupakan lapisan kedua komponen luar yang berhubungan langsung dengan bahan
bakar. Moderator berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepat (200 MeV) menjadi energi
neutron lambat (0,02 – 0,04 eV). Sehingga neutron dapat menyebabkan reaksi fisi berikutnya.

Syarat bahan moderator adalah atom dengan nomor massa kecil, memiliki tampang lintang
serapan neutron yang kecil, memiliki tampang lintang hamburan yang besar, sesuai jenis
reaktor yang akan didesain dan memiliki daya hantar panas yang baik serta tidak korosif
misalnya adalah H, D, He, Be, U, H2O, grafit dan air berat (D2O).

c. Batang kendali (control rod)

Batang kendali merupakan komponen reaktor yang berfungsi untuk mengontrol keluaran daya
dari sebuah reaktor dengan cara mengendalikan jumlah neutron yang dihasilkannya. Jika
neutron yang dihasilkan selalu konstan dari waktu ke waktu (faktor multiplikasinya bernilai 1),
maka reaktor dikatakan berada pada kondisi kritis. Sebuah reaktor normal bekerja pada kondisi
kritis. Pada kondisi ini reaktor menghasilkan keluaran daya yang stabil. Jika neutron yang
dihasilkan semakin berkurang (multiplikasinya kurang dari 1), maka reaktor dikatakan berada
pada kondisi subcritis dan daya yang dihasilkan semakin menurun. Sebaliknya jika netron yang
dihasilkan meningkat (multiplikasinya lebih besar dari 1), reaktor dikatakan dalam keadaan
supercritis.

Selama kondisi superkritis, daya yang dibebaskan oleh sebuah reaktor meningkat. Jika kondisi
ini tidak dikendalikan, meningkatnya daya dapat mengakibatkan mencairkan sebagian atau
seluruh teras reaktor, dan pelepasan bahan radioaktif ke lingkungan sekitar. Kendali ini
dilakukan oleh sejumlah batang kendali yang dapat bergerak keluar-masuk teras reaktor.

Batang kendali terbuat dari bahan-bahan penyerap neutron, seperti boron (B) dan cadmium
(Cd). Jika reaktor menjadi supercritis, batang kendali secara otomatis bergerak masuk lebih
dalam ke dalam teras reaktor untuk menyerap kelebihan neutron yang menyebabkan kondisi
itu kembali ke kondisi kritis.

Sebaliknya, jika reaktor menjadi subcritis, batang kendali sebagian ditarik menjauhi teras
reaktor sehingga lebih sedikit netron yang diserap. Dengan demikian, lebih banyak neutron
yang tersedia untuk reaksi fisi dan reaktor kembali ke kondisi kritis. Untuk menghentikan
operasi reaktor (misal untuk perawatan), batang kendali turun penuh sehingga seluruh netron
diserap dan reaksi fisi berhenti.

d. Perisai (shieling)

Inti-inti atom hasil pembelahan dapat menghasilkan radiasi. Untuk menahan radiasi agar tidak
menyebar ke lingkungan luar sistem reaktor maka diperlukan suatu sistem perisai. Pada
umumnya perisai yang digunakan adalah lapisan beton berat dan struktur baja (Lewis, 2008).

REAKTOR NUKLIR
Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir berantai tak
terkendali dan reaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada
ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak dikendalikan agar
dihasilkan panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang
maksimal. Agar reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang
dibebaskan dari reaksi nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk
membuat suatu sarana reaksi yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya
hanyalah tempat dimana reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan. Reaksi berantai
di dalam reaktor nuklir ini tentu sangat berbeda dengan reaksi berantai pada ledakan bom
nuklir.

JENIS JENIS REAKTOR NUKLIR


a. PWR

PWR merupakan salah satu jenis reaktor air ringan dan banyak digunakan untuk pembangkit
tenaga listrik. Reaktor ini menggunakan teknik fisi nuklir dalam memanaskan air di bawah
tekanan tinggi di dalam reaktor yang kemudian dilewatkan alat penukar panas (steam
generator) sehingga dihasilkan uap untuk menggerakkan turbin dan seterusnya generator listrik
(Driscoll dan Heizler, 2005). Reaktor jenis PWR memiliki efisiensi termal yang rendah sekitar
33%, PWR beroperasi pada tekanan 16 M Pa dengan temperatur rata-rata 280-290oC.
Skematik reaktor jenis PWR ditunjukan pada Gambar 3.

Reaktor jenis ini banyak digunakan di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Spanyol, Rusia, dan
China. Bahan bakar reaktor ini adalah 3% uranium dengan selongsong yang terbuat dari bahan
zircoloy sedangkan batang kendali (control rods) dioperasikan dari bagian atas reaktor,
penggatian bahan bakar dilakukan setiap 3 tahun sekali (Roulstone, 2011).

b. BWR
Reaktor jenis BWR beroperasi pada tekanan 7,3 M Pa dengan temperatur rata-rata 310 oC.
Bahan bakar reaktor ini adalah 3% Uranium dengan selongsong yang terbuat dari bahan
zircoloy sedangkan batang kendali (control rods) dioperasikan dari bagian bawah reaktor
sehingga tidak jatuh ke inti dan menghentikan reaktor, penggatian bahan bakar dilakukan setiap
2 tahun sekali. Pendingin pada reaktor jenis ini terjadi secara alami. Reaktor jenis ini banyak
digunakan di Amerika Serikat, Swedia dan Jepang (Roulstone, 2011). Skematik reaktor jenis
BWR ditunjukan pada Gambar 4.

c. SCWR

Reaktor jenis SCWR merupakan salah satu jenis reaktor generasi IV yang disebut sebagai
reaktor masa depan (Oka, 2010) dan merupakan jenis reaktor air ringan (Reiss et al., 2010).
Reaktor ini bekerja di atas titik kritis air (Buongiorno, 2003), dimana SCWR beroperasi pada
tekanan 25 M Pa (Oka et al., 2003). Air sebagai pendingin dan moderator memiliki titik kritis
sebesar 22,1 M Pa. Pada tekanan tersebut jika temperatur air terus dinaikkan maka tidak akan
terjadi perubahan fasa sehingga entropi reaktor dan efisiensi panas lebih besar (Sriyono, 2008).

Pada keadaan subcritis, kondisi air mendidih pada temperatur tertentu dan pada keadaan
supercritis air mengalami pseudo-critical pada temperatur 385oC dan tekanan 25 M Pa. Pada
temperatur dan tekanan tersebut air memiliki kapasitas panas yang lebih tinggi sehingga
disebut keadaan efisiensi paling tinggi (Oka, 2010). Efisiensi SCWR dapat ditingkatkan
selongsong bahan bakar yang mampu menahan suhu tinggi (Tsiklauri et al., 2004). Skematik
reaktor jenis SCWR ditunjukan pada Gambar 5.

Desain SCWR mampu menghasilkan efisiensi termal yang tinggi dengan konfigurasi sistem
yang sederhana. Namun, disisi lain, SCWR masih harus mengembangkan desain inti yang
layak, dapat memperkirakan koefisiensi perpindahan panas dan mengembangkan bahan-bahan
untuk struktur bahan bakar dan inti yang tahan korosi dalam mempertahankan keadaan
supercritis (Shan et al., 2009).

BAHAN BAKU (BAHAN BAKAR)


Bahan bakar reaktor yang digunakan sebagai sumber energi nuklir adalah bahan bakar yang
bersifat fisil. Bahan fisil adalah unsur atau atom yang langsung membelah apabila menangkap
neutron. Adapun bahan yang banyak digunakan sebagai bahan bakar nuklir yaitu uranium dan

a. Uranium

Martin Klaproth adalah seorang kimiawan Jerman yang pertama kali menemukan uranium
pada tahun 1789 (Kidd, 2009). Uranium adalah unsur terberat dari seluruh unsur alami,
memiliki titik leleh yaitu 1132 oC dan tergolong sebagai logam putih keperakan. Simbol kimia
uranium adalah U (Cothern dan Rebers, 1991). Uranium memiliki nomor atom 92, proton 92,
elektron 92 dan elektron valensi 6. Inti uranium mengikat 141 sampai 146 neutron.

Uranium alami yang ditemukan di kerak bumi terdiri dari tiga buah isotop yaitu U-238
(99,275%), U-235 (0,720%) dan U-234 (0,005%). Dari ketiga isotop tersebut yang memiliki
sifat fisil adalah Uranium-235 (Kidd, 2009). Sedangkan uranium-238 bersifat fertil, namun
dapat pula bersifat fisil dengan cara ditransmutasi menjadi plutonium-239. Uranium yang
terkandung dalam batuan phosphate diperkirakan 22 juta ton dan di air laut 4200 juta ton
(Husna, 1998). Uranium merupakan sumber energi dengan kelimpahan yang sangat besar.
Meski bukan termasuk energi yang terbarukan, uranium banyak digunakan sebagai bahan
bakar reaktor nuklir yang kemudian dimanfaatkan untuk produksi senjata nuklir kemudian
berkembang untuk pembangkit listrik.

APLIKASI / PEMANFAATAN

a) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)


Secara umum yang dimaksudkan dengan PLTN adalah pembangkit listrik tenaga nuklir yang
merupakan suatu kumpulan mesin yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan
memanfaatkan tenaga nuklir sebagai tenaga awalnya.

Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik
konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal
secara luas. Yang membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas
yang digunakan. PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU
mendapatkan suplai panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak
bumi.

Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya
memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras
reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas
hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan
MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN
adalah sebagai berikut :

1. Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas
yang sangat besar.

2. Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa
pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.

3. Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak
(kinetik).

4. Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga
dihasilkan arus listrik.

Secara ringkas dan sederhana, rancangan PLTN terdiri dari air mendidih, boiling water reactor
bisa mewakili PLTN pada umumnya, yakni setelah ada reaksi nuklir fisi, secara bertubi-tubi,
di dalam reaktor, maka timbul panas atau tenaga lalu dialirkanlah air di dalamnya. Kemudian
uap panas masuk ke turbin dan turbin berputar poros turbin dihubungkan dengan generator
yang menghasilkan listrik.
Perhitungan Listrik PLTN

DAMPAK POSITIF NUKLIR


Penggunaan energi nuklir akan berdampak pada penghematan bahan bakar fossil dan
perlindungan lingkungan. Pembangkitan listrik bertanggungjawab atas 25% konsumsi bahan
bakar fossil dunia. Dengan menggunakan energi nuklir untuk menghasilkan listrik akan
mengurangi perlunya membakar bahan bakar ini, sehingga cadangannya dapat bertahan lama.
PLTN secara langsung memberi manfaat kepada negara-negara berkembang. Makin besar
sumbangan nuklir, makin rendah laju peningkatan harga-harga bahan bakar fossil. Karena,
biaya energi yang tinggi berarti bahwa makin banyak usaha diberikan dalam mendapatkan
energi dan makin sedikit dihasilkan barang dan jasa. Sumber daya yang telah dibebaskan dapat
digunakan untuk menghasilkan barang-barang atau untuk tujuan-tujuan sosial-ekonomi.

Dalam operasi normal PLTN sangat sedikit menyebabkan kerusakan lingkungan dan
bermanfaat bila mereka menggantikan pembangkit-pembangkit yang mengemisi CO2, SO2
dan NOx. Dalam kaitan ini mereka akan membantu mengurangi hujan asam dan membatasi
emisi gas rumah kaca.

Energi nuklir telah memainkan peran signifikan dalam suplai listrik dunia dan sumber utama
listrik di sejumlah negara. Produksi listrik dunia dari nuklir tumbuh cepat dan kini
menyumbang hampir seperlima listrik yang dibangkitkan di negara-negara industri atau 17%
pada produksi listrik dunia, dan berkisar 5% konsumsi energi primer dunia.

Kebijakan non-nuklir akan mendorong peningkatan harga-harga energi, menyebabkan


kerentanan ekonomi, membuat industri kurang kompetitif, mengurangi standar-standar
kehidupan dan menimbulkan risiko pengangguran lebih tinggi.

DAMPAK NEGATIF NUKLIR


Kasus penyakit radiasi nuklir mulai booming sejak terjadinya ledakan bom atom Hiroshima
dan Nagasaki di Jepang. Yang lebih dahsyat adalah ketika pembangkit listrik tenaga nuklir
Chernobyl di Ukraina meledak dan meluluhlantakkan kota tersebut.

Reaktor nuklir yang rusak mengeluarkan bahan yodium radioaktif dan cesum. Bahan tersebut
dipercaya menyebabkan ratusan ribu pekerja PLTN Chernobyl meninggal, baik saat kejadian
atau karena penyakit radiasi nuklir yang timbul setelah insiden tersebut.

Dampak buruk radiasi nuklir terhadap kesehatan tubuh antara lain:

1. Hancurnya sel-sel tubuh

Energi radiasi nuklir dosis tinggi dapat menyebabkan sel-sel tubuh rusak, sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi. Daerah tubuh yang paling rentan mengalami kerusakan
akibat paparan radiasi nuklir dosis tinggi adalah lambung, usus, mulut, pembuluh darah, dan
sel-sel yang memproduksi darah di sumsum tulang.

Kerusakan yang terjadi di sumsum tulang akan mengakibatkan tubuh tak mampu melawan
infeksi atau penyakit. Ketika hal ini terjadi, maka radiasi nuklir berisiko tinggi untuk merenggut
nyawa seseorang.

2. Kanker

Banyak studi yang menunjukkan bahwa orang yang sering terpapar radiasi nuklir, terutama
anak-anak dan orang dewasa muda, berisiko besar terkena kanker. Beberapa penyakit kanker
tersebut adalah kanker darah, kanker paru-paru, kanker kulit, kanker tulang, kanker payudara,
kanker tiroid, dan kanker otak.

3. Gangguan tumbuh kembang anak

Efek radiasi nuklir juga berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak, terutama perkembangan
otak dan sarafnya. Paparan radiasi nuklir pada janin dapat menyebabkan bayi terlahir cacat,
baik cacat fisik maupun cacat mental.

4. Kerusakan jaringan kulit

Dampak buruk radiasi nuklir juga bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit. Orang
yang terpapar radiasi nuklir dosis tinggi akan mengalami kulit terbakar, lecet dan luka, bahkan
kanker kulit.

HAMBATAN HAMBATAN NUKLIR DI INDOENSAI


Tenaga Nuklir kian ramai dibicarakan dalam setiap pertemuan-pertemuan penting di berbagai
belahan dunia. Indonesia pun turut andil dalam pengembangannya. Bila dilihat dari sejarah dan
pengalaman bangsa Indonesia, sebenarnya nuklir bukanlah barang baru bagi Indonesia.
Terbukti pada tahun 50-an Presiden pertama Indonesia Soekarno sudah mulai mewujudkan visi
tentang energi nuklir, dengan harapan Indonesia akan diakui oleh dunia internasional di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Alasan utama Indonesia dalam pengembangan PLTN adalah
kebutuhan energi yang besar oleh masyarakat Indonesia dengan populasi penduduk yang
sangat padat.

Banyak masyarakat Indonesia yang menentang pembangunan PLTN karena dianggap hanya
akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Setiap permasalahan
memiliki solusi, sikap optimistis perlu diterapkan untuk proyek besar seperti ini. Para peneliti
yang bekerja pada BATAN (Badan Peneliti Atom Nasional) melalui sarana dan fasilitas yang
ada melakukan riset teknologi nuklir untuk pengembangan industri nuklir seperti teknologi
reaktor dan keselamatan nuklir dengan menggunakan reaktor riset berdaya 30 MWth, fabrikasi
bahan bakar nuklir, pengelolaan limbah radioaktif, keselamatan radiasi dan lingkungan
dilakukan dalam rangka persiapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN).Adapun dasar pertimbangan pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik yang
lebih jelas dan tegas, tercantum pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Nasional.

rahnya radioisotop ini memang harus lebih murah, biar terjangkau sama masyarakat kita.
Sekarang masyarakat kita kan lebih banyak berobat keluar negeri, ke Singapura, yang memang
di sana mungkin lebih murah juga untuk pengecekan fungsi tubuh, organ-organ dan
sebagainya.. SDM juga jadi kendala. Doktor nuklir kan juga sedikit, belum banyak. Masyarakat
kita masih sedikit yang sadar itu.

Lantas, bisakah PLTN masuk prioritas utama pengembangan energi di Indonesia? Menurut
Jonan pemerintah belum memikirkan hal tersebut mengingat saat ini fokus mengembangkan
energi baru terbarukan.

Saya pikir prioritasnya kita lebih ke energi baru terbarukan, karena investasinya lebih rendah,
dan sumber daya (Energi) masih banyak sekali. Jadi sementara itu dulu (Memprioritaskan
energi baru terbarukan)," ucapnya.

Seperti diberitakan detikFinance sebelumnya, opsi nuklir sebagai pilihan terakhir dalam
Kebijakan Energi Nasional, diterjemahkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)
meliputi beberapa langkah.

LOKASI YANG COCOK BUAT PLTN


Listrik dari tenaga nuklir di Indonesia masih menjadi pro dan kontra. Meski begitu, Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), sempat melakukan beberapa kajian terkait lokasi
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.

BATAN telah menemukan beberapa daerah yang berpotensi untuk dibangun PLTN, seperti di
Pulau Bangka.
"Kalau yang dilakukan sekarang ini kan BATAN tidak boleh mengoperasikan komersial. Yang
dilakukan BATAN adalah mencari lokasi. Di Bangka itu sudah dilakukan penelitian tempatnya
yang bisa dipakai, satu di Bangka Barat satunya di Bangka Selatan," jelas Kepala Pusdiklat
Batan sudi Ariyanto saat dihubungi detikFinance, Jumat (29/4/2016).

Tak berhenti di situ, BATAN juga menemukan daerah lainnya yang berpotensi untuk dibangun
PLTN, yaitu Kalimantan. Pemilihan Kalimantan didasarkan pada letak geografisnya yang
aman dari potensi genpa, ditambah lagi adanya temuan potensi uranium di Kalan, Kalimantan
Barat.

"Kalimantan bagus juga geologinya, karena dia termasuk daerah yang stabil kemudian kejadian
kegempaannya relatif lebih kecil," tutur Sudi

Namun, apabila potensi uranium tidak mencukupi di kedua wilayah tersebut, BATAN akan
mengusahakan untuk mendapatkan pasokan dari daerah lain di Indonesia yang sampai saat ini
masih terus diteliti.

"Kalau potensi tidak ditemukan ya bisa dipakai dari tempat yang lain. PLTN-nya digolkan dulu
baru mikirin bahan bakarnya," imbuh Sudi.

Sampai saat ini BATAN masih terus berupaya mencari alternatif energi dari nuklir yang
kemudian dapat digunakan sebagai bahan bakar PLTN. (wdl/wdl)

6 Tragedi Nuklir Paling Mengerikan di


Dunia. Kota-Kota Harus Ditinggalkan
Selamanya Karena Radiasi
2 years ago By Galih Fajar

 743 Shares



Tragedi Nuklir via https://www.theguardian.com

Meski hanya sebatas tahu, tampaknya banyak orang sadar betapa berbahayanya nuklir.
Saking bahayanya, senjata nuklir hanya boleh dikembangkan dan dimiliki secara legal oleh
lima negara saja: AS, Inggris, Rusia, Perancis, dan Cina. Setelah bom nuklir
meluluhlantahkan Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945, para pemimpin dunia sepertinya
‘kapok’ dan sepakat untuk tak lagi menggunakan senjata nuklir dalam kondisi apapun.

Nuklir memang bisa dikembangkan jadi senjata pemusnah massal yang sangat mengerikan.
Makanya negara-negara kecil dan terisolir seperti Korea Utara seringkali menggunakan
‘kartu’ nuklir untuk mengancam negara-negara lain. Meskipun berbahaya, nuklir juga bisa
diolah jadi energi yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Tapi risiko pengolahan
nuklir ini memang sangat besar. Sekalinya ada insiden atau kecelakaan nuklir, banyak kota
yang harus sepenuhnya ditinggalkan selamanya karena radiasi. Nah kali ini Hipwee News &
Feature ingin membawa kalian untuk melihat insiden-insiden nuklir terparah di dunia. Biar
tambah waspada aja!

1. Fukushima Daichi. Akibat gempa dan tsunami besar di Jepang tahun 2011,
reaktor nuklir besar di kota Fukushima meledak dan menyebabkan 500 ribu
warga sekitar harus dievakuasi
Perintah evakuasi itu akhirnya dicabut pada tahun 2015, tapi kebanyakan yang kembali hanya
manula via www.hongkongfp.com

Advertisement

Setelah ditinggalkan selama lebih dari empat tahun, pemerintah Jepang mencabut perintah
evakuasi pada tahun 2015. Kota Fukushima akhirnya dinilai cukup aman untuk kembali
ditinggali. Namun kebanyakan warga masih sangsi dan takut akan dampak radiasi.
Kebanyakan hanya kelompok manula yang ingin menghabiskan sisa hidupnya di kampung
halaman, memutuskan untuk kembali. Menurut International Nuclear and Radiological
Event Scale (INES), bencana nuklir di Jepang ini termasuk kategori 7 alias yang terparah.
2. Chernobyl. Tragedi meledaknya reaktor nuklir Chernobyl di Ukraina pada
tahun 1986, masih jelas membekas. Zona eksklusif dalam radius 30 km, masih
tidak bisa dihuni hingga saat ini
Kota Pripyat yang dulunya memiliki 50 ribu penduduk, jadi kota hantu sejak tahun 1986 via
telegraph.co.uk

Sudah lebih dari tiga dekade lamanya, meledaknya reaktor nuklir Chernobyl disebut-sebut
sebagai tragedi nuklir terparah dalam sejarah. Seperti Fukushima, INES juga
mengkategorikan kecelakaan nuklir Chernobyl sebagai level 7. Dari 200 orang yang terkena
kontaminasi nuklir parah pada tahun 1986, 32 diantaranya meninggal dalam waktu tiga bulan
saja. Meski mungkin tidak terlihat dengan mata telanjang, radiasi nuklir itu sangat berbahaya
bagi tubuh manusia. Yang lebih mengerikan lagi, dampak radiasi nuklir itu juga biasanya
jangka panjang.

Radiasi nuklir menyerang sel dalam tubuh dan seringkali menyebabkan pertumbuhan sel
yang tidak normal. Makanya banyak orang yang sudah terkena dampak nuklir akhirnya
meninggal karena pertumbuhan sel ganas seperti kanker. Karena hal itu jugalah, jumlah resmi
korban tragedi Chernobyl yang terjadi 31 tahun lalu masih diperdebatkan hingga saat ini.
Selain dampak kesehatan, lebih dari 350 ribu warga dari kota-kota sekitar seperti Pripyat
harus direlokasi. Katanya sih hewan-hewan liar sudah mulai terlihat, tapi sepertinya kawasan
ini masih tidak aman untuk ditinggali manusia.
ADVERTISEMENT
3. Kyshtym. Bukan cuma reaktor nuklir aktif saja yang berbahaya, peristiwa
meledaknya limbah nuklir pada tahun 1957 di Uni Soviet ini masuk kategori
INES 6

Patung untuk mengingat tragedi Kyshtym, 10 ribu orang dievakuasi dan 200 meninggal
karena kanker via seanmunger.files.wordpress.com

4. Three Mile Island. Karena kesalahan teknis dan kelalaian manusia, reaktor
nuklir di kota Pennsylvania AS meleleh sebagian pada tahun 1979.
Akibatnya, 140 ribu orang harus dievakuasi
Meski tak ada korban jiwa yang terkonfirmasi, kecelakaan level INES 5 ini menyulut banyak
protes untuk menghentikan program nuklir via tribwpmt.files.wordpress.com

5. Windscale. Kebakaran di reaktor nuklir pertama Inggris di kota


Cumberland pada tahun 1979, menyebabkan munculnya awan berisi materi
radioaktif selama berbulan-bulan
Produk-produk dari peternakan di sekitar, dilarang dijual karena terkena radiasi kecelakan
nuklir level 5 via history.com

6. Tokaimura. Kecelakaan nuklir level 4 INES terjadi di Jepang pada tahun


1999 karena kurangnya prosedur keamanan. Terkena material nuklir secara
langsung, dua pegawai meninggal karena radiasi nuklir terbesar yang pernah
diderita seseorang
Salah satu korban, Hisashi Ouchi. Kromosom dan sistem kekebalan tubuhnya hancur via
daum.ne

Berbeda dengan tragedi lain yang mungkin masif secara cakupan, kecelakaan nuklir pada
tahun 1999 di Jepang ini bisa dibilang cukup terisolasi. Akibat kurangnya standar keamanan
dalam pengolahan materi nuklir yang sangat radioaktif, tiga pegawai reaktor Tokaimura
terpapar material radiokatif secara langsung. Bahkan radiasi yang diderita salah satu pegawai
bernama Hisashi Ouchi, disebut sebagai radiasi nuklir terbesar yang pernah dialami seorang
manusia dalam sejarah. Besarnya radiasi nuklir Ouchi, bahkan digambarkan sama besarnya
dengan berdiri di titik pusat jatuhnya bom Hiroshima.

Kulit sekujur tubuhnya mengelupas dan seluruh organ internalnya hancur secara perlahan-
lahan. Kasus ini juga sempat mengundang perdebatan etis karena tim dokter berusaha terus
mempertahankan Ouchi meski kondisinya sangat memprihatinkan. Setelah 83 hari, berkali-
kali transplantasi kulit, dan berbagai kegagalan organ, akhirnya tim dokter dan keluarga
‘melepaskan’ Ouchi. Beberapa orang bahkan menyebutnya sebagai kematian terburuk dalam
sejarah. Kisah ini sampai diangkat sebagai buku berjudul ‘A Slow Death: 83 Days of
Radiation Sickness‘
PENGOLAHAN LIMBAH

Pretreatment limbah radioaktif adalah langkah awal pengelolaan limbah yang terjadi setelah
limbah dihasilkan. Terdiri dari pemilahan pengaturan dengan bahan kimia, dekontaminasi, dan
kemungkinan saat penyimpanan sementara. Langkah ini penting karena akan memberikan
beberapa hal untuk pemisahan limbah radioaktif atau pengambilan kembali dengan proses atau
pembuangan sebagai non-radioaktif. Pengelolaan limbah radioaktif bertujuan meningkatkan
keselamatan dan tekno ekonomi karena perubahan karakteristik limbah. Dasar konsep
pengelolaan ini adalah reduksi volume (insenerator dan kompaksi untuk limbah padat) dan
pemisahan radionuklirda cair (evaporasi, filtrasi dan penukar ion). Dan perubahan komposisi
(pengendapan menggunakan bahan kimia khusus). Kondisioning limbah radioaktif melibatkan
pengolahan yang merubah limbah radioaktif kedalam bentuk yang sesuai dengan
penanganannya, transportasi, penyimpanan sementara dan penimpanan permanen. Proses
tersebut meliputi immobilisasi penempatan dalam kontainer. Metode immobilisasi meliputi
pemadatan dalam semen atau bitumen untuk limbah aktivitas rendah, cair dan fitrivikasi untuk
limbah aktivitas tinggi dalam gelas atau matriks gelas. Penyimpanan akhir adalah sistim
pengelolaan limbah yang paling akhir, hal ini terdiri dari penempatan limbah yang mempunyai
jaminan keselamata, sistim multi barrier akan memberikan jaminan keselamatan terlepasnya
radionuklida kedalam lingkungan.

Ada dua jenis limbah yang dihasilkan oleh operasional PLTN yaitu limbah aktivitas tinggi dan
limbah aktivitas rendah. Bahan bakar bekas PLTN (spenfuel termasuk kelompok aktivitas
tinggi. Apabila bahan bakar bekas diambil dari reaktor, maka diperlukan penggantian bahan
bakar yang baru dan bahan bakar bekas disimpan dalam kolam bahan bakar bekas dalam wadah
dan waktu tertentu. Bahan bakar bekas tersebut diatur temperaturnya karena adanya peluruhan
hasil belah dan radiasi.

limbah aktivitas rendah:

• Limbah dengan jumlah bahan radioaktif yang lebih kecil

• Tidak ada bahan bakar nuklir (SNF)

• Termasuk lab terkontaminasi pakaian, sarung tangan, dan alat-alat (tingkat


radioaktivitas rendah)

• 90% dari limbah nuklir adalah LLW tidak HLW


Limbah tingkat tinggi / High Level Waste (HLW) :

High-Level Waste (HLW) dihasilkan dari pembakaran bahan bakar uranium dalam sebuah
reaktor nuklir

Limbah jenis ini mengandung produk fisi nuklir dan elemen transuranik yang dihasilkan dalam
inti reactor

Limbah ini sangat radioaktif dan memancarkan panas yang tinggi, limbah jenis ini
membutuhkan pendinginan dan perlindungan / shielding

Memiliki energi panas diatas 2kW/m3 dan bisa disebut sebagai “abu” dari “pembakaran”
Uranium. Limbah ini mengandung lebih dari 95% dari keseluruhan radioaktifitas yang
dihasilkan dalam proses pembangkit tenaga listrik

Selain itu ada 3 metode lain yang dapat digunakan untuk membuang limbah radioaktif
yaitu:

1. Pengenceran dan penyebaran (Dilute and Disprese): Limbah dengan konsentrasi rendah
dilepas ke udara, air atau tanah untuk diencerkan atau dilarutkan sampai ke tingkat yang aman.

2. Penundaan dan Perusakan (Delay and Decay): Dapat digunakan untuk limbah radioaktif
dengan waktu paro (half-lives) relatif singkat. Zat-zat tersebut disimpan dalam bentuk cair atau
lumpur di dalam tangki. Setelah 10-20 kali waktu paronya, zat-zat tersebut mengalami
perusakan atau pmbusukan ke tingkat yang tidak berbahaya atau kemudian dapat diencerkan
dan disebarkan ke lingkungan.

3. Konsentrasi dan Pengepakan (Concentration and Containment): digunakan untuk limbah


radioaktif yang sangat toksik dengan dengan waktu yang panjang. Limbah tersebut harus
disimpan dalam puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun, tergantung dari komposisinya. Zat-
zatnya tidak hanya sangat radioaktif tapi juga bersuhu yang sangat panas.

Anda mungkin juga menyukai