Masukan IESR
untuk Presiden Joko Widodo
September 2021
Melalui studi Deep Decarbonization of Indonesia’s Energy System yang dikeluarkan oleh
Farah Vianda
Staf Program Institute for Essential Services Reform (IESR), untuk mencapai target Perjanjian Paris
Ekonomi Hijau, IESR netral karbon pada 2050, Indonesia harus mencapai puncak emisi di sektor energi
farah@iesr.or.id
pada tahun 2030 dan bauran energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan mencapai
Ronald Julion 45%. Sektor energi sendiri harus mengurangi penurunan emisi sebesar 314 juta ton
Peneliti Muda, IESR
ronald@iesr.or.id CO2e untuk dapat mencapai target penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030
sesuai dengan komitmen Indonesia pada Persetujuan Paris.
IESR memberikan beberapa masukan yang dapat digunakan oleh Pemerintah Indonesia dalam
menguatkan NDC melalui pengurangan emisi di sektor energi:
Selain itu, biaya investasi teknologi CCS/CCUS masih tinggi serta teknologi co-firing yang terintegrasi
dengan CCS/CCUS hanya mampu mengurangi sedikit emisi dari batubara. Dengan semakin
kompetitifnya harga PLTS, penggunaan teknologi CCS/CCUS jauh lebih mahal terutama dalam
mengurangi emisi GRK. Namun perlu adanya keharusan pemenuhan TKDN dalam komponen modul
surya serta peningkatan minat masyarakat untuk mengembangkan rantai pasok material modul
surya di Indonesia.
6. Kurangnya penjelasan basis dan hasil proyeksi dari model yang digunakan
Berdasarkan penjelasan pada basis proyeksi yang ditawarkan, tidak tercantum secara transparan
dasar penggunaan asumsi, baik secara teknis maupun ekonomis. Seperti halnya perbedaan nilai PDB
yang digunakan dengan KEN, alasan implementasi CCS/CCUS, serta perbedaan asumsi yang dipakai
antar skenario CPOS, TRNS, dan LCCP. Selain itu, penjelasan hasil proyeksi hanya diberikan untuk
skenario LCCP pada tahun 2050 serta tidak ada informasi lebih lanjut mengenai angka proyeksi yang
dihasilkan serta kesempatan masuknya teknologi baru. Sebagai contoh, bauran batubara yang
mencapai 38%, jumlah intensitas karbon dari pembangkit listrik yang mencapai 104 gram CO2/kWh,
serta tidak adanya penggunaan energi baru seperti hydrogen. Informasi tambahan juga tidak
disertakan terkait penggunaan biofuel yang lebih dominan dibandingkan kendaraan listrik.
Kurangnya transparansi mengenai asumsi yang digunakan akan menyulitkan akademisi, pembuat
kebijakan, atau masyarakat secara umum dalam mempelajari dokumen ini.
IESR IESR adalah think-tank di bidang energi dan lingkungan. IESR Jalan Tebet Barat Dalam VIII No. 20
mendorong transformasi menuju sistem energi berkelanjutan Jakarta Selatan 12810 | Indonesia
dengan melakukan advokasi kebijakan publik yang bertumpu pada T: +62 21 2232 3069
Institute for kajian berbasis data dan saintifik, melakukan asistensi dan F: +62 21 8317 073
Essential Services pengembangan kapasitas, serta membangun kemitraan strategis
Reform dengan aktor-aktor non-pemerintah.