KEUANGAN BERKELANJUTAN
INDONESIA (TKBI)
Direktorat Keuangan Berkelanjutan (DUKB)
Departemen Surveillance dan Kebijakan
Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi (DSKT)
Otoritas Jasa Keuangan
2024
OUTLINE
• Latar Belakang (3)
• Kerangka dan Elemen TKBI (4-8)
• Pedoman Penggunaan TKBI (9-10)
• Aktivitas di Sektor Energi (12-15)
• Peralihan THI ke TKBI dan Pengembangan
TKBI ke Depan (16)
2
• Lampiran
Latar Belakang
Landasan Hukum TKBI Perkembangan Nasional dan Internasional
Inklusif
3 TKBI dirancang untuk dapat diterapkan pada berbagai skala pengguna
(korporasi/non-UMKM dan UMKM).
• Menyempurnakan standar definisi aktivitas ekonomi agar sejalan dengan Pengkinian secara bertahap → Tahun 2024 dimulai
TPB/SDGs yang menyelaraskan aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan dengan sektor energi, (sejalan dengan perkembangan
sosial. kebijakan di nasional dan kawasan)
• Meminimalkan multitafsir, greenwashing, social washing, dan impact Aktivitas Pengadaan Listrik, Gas,
washing dengan kerangka yang berbasis sains. 1
Uap/Air Panas dan Udara Dingin
• Meningkatkan alokasi modal dan pembiayaan berkelanjutan dalam termasuk percepatan pengakhiran masa
mendukung pencapaian target NZE Indonesia. operasional PLTU Batu Bara
• Menjadi dasar dalam pengembangan kebijakan keberlanjutan antara lain
pelaporan keberlanjutan, insentif dan disinsentif, dan pengembangan/inovasi 2 Aktivitas Pertambangan dan
produk dan/atau jasa Keuangan Berkelanjutan. Penggalian yang memuat mineral kritis
yang mendukung teknologi energi bersih
• Meningkatkan akses, literasi, dan inklusi produk/jasa berkelanjutan melalui dan transisi menuju NZE (green metals)
perluasan pengguna yang mencakup UMKM dan non-UMKM, yang pada
gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi. Enabling activities seperti CCS; penelitian, pengembangan,
dan inovasi untuk teknologi CCS; dan jasa
• Sebagai perwujudan sinergi lintas sektor dengan berbagai pemangku
konservasi/efisiensi energi .
kepentingan dalam mendukung upaya Keuangan Berkelanjutan di Indonesia
Untuk sektor NDC lainnya akan dikembangkan pada tahun-
termasuk memenuhi target Indonesia di berbagai komitmen global.
tahun berikutnya. 4
Kerangka dan Elemen TKBI
Technical Screening Criteria sekumpulan kriteria yang digunakan
untuk menilai apakah suatu aktivitas ekonomi berkontribusi secara
substansial dan memenuhi tujuan lingkungan yang telah
ditentukan berdasarkan ambang batas tertentu.
• Nature of the Activity: Suatu kegiatan yang secara otomatis
dianggap sesuai dan memenuhi klasifikasi karena kontribusi
aktivitas tersebut terbukti mendukung net zero emission
• Kuantitatif: Impact based/relative improvement, Kinerja
lingkungan, Best in class performance. Contoh: ukuran emisi
• Kualitatif: Practice Based dan Process based. Contoh:
Sertifikasi, PROPER-KLHK
Aktivitas yang mendukung EO3 harus sesuai dengan prinsip-prinsip berikut ini, Strategi & Operasi, Penyesuaian Model Bisnis.
sekaligus secara bersamaan memastikan upaya untuk meminimalkan atau 1. Menggunakan energi baru dan terbarukan, sumber daya berbasis hayati, atau bahan daur ulang lainnya untuk
menghilangkan dampak negatif terhadap ekosistem alami dan mengurangi tingkat ekstraksi sumber daya.
keanekaragaman hayati: 2. Menggunakan pertimbangan dan spesifikasi dengan orientasi jangka panjang (future-proof) dan berkelanjutan untuk
1. Mendorong restorasi ekosistem dan/atau memfasilitasi perlindungan merancang dan memproduksi produk, aset, atau teknologi yang mendukung strategi ekonomi sirkular:
ekosistem. a. Dirancang untuk jangka panjang, efisien terhadap sumber daya, berdaya tahan tinggi, fungsional, modular, dapat
2. Menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi diperbaharui, dan mudah untuk dibongkar serta diperbaiki;
ekosistem dan keanekaragaman hayati. b. Menggunakan bahan yang dapat didaur ulang atau terurai secara hayati.
3. Menegakkan dan memberdayakan kebijakan yang ada terkait dengan c. Menggantikan zat-zat dalam bahan dan produk di sepanjang siklus hidupnya dengan alternatif yang lebih aman dan
perlindungan kawasan alami. dapat ditelusuri.
4. Menerapkan praktik-praktik penebangan yang berkelanjutan dan 3. Mengoptimalkan pengelolaan limbah, termasuk pengelolaan dan pengurangan limbah dari (i) ekstraksi mineral, dan (ii)
memastikan bahwa produk kayu berasal dari hutan yang dikelola secara konstruksi dan pembongkaran bangunan.
lestari. 4. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan/atau memperluas penggunaan produk, termasuk melalui:
5. Berkontribusi secara substansial terhadap perlindungan lingkungan dari a. Penggantian bahan mentah dengan bahan baku sekunder atau produk sampingan, baik secara penuh maupun
polusi dengan meningkatkan kualitas udara, air, dan/atau tanah, termasuk sebagian;
pembersihan sampah dan polusi lainnya. b. Perbaikan (repair), penggunaan kembali (reuse), donasi, penjualan kembali (resale), kegiatan daur ulang;
6. Berkontribusi secara substansial untuk mencapai status lingkungan yang c. Menggunakan kembali (repurposing), memperbarui (refurbishing), memproduksi ulang (remanufacturing), membongkar
baik dari Badan Air, melalui mekanisme perlindungan, pelestarian, atau (disassembling), meningkatkan (upgrading) dan memperbaiki (repairing), dan berbagi produk (sharing of products).
restorasi; termasuk meningkatkan kegiatan pengelolaan dan efisiensi air, 5. Menawarkan produk sebagai layanan, antara lain: penyewaan, pay-per-use, langganan, atau deposit return schemes
serta mendukung penggunaan air yang berkelanjutan melalui perlindungan untuk mengurangi permintaan produk baru termasuk bahan baku yang digunakannya.
jangka panjang dari sumber daya air yang tersedia. 6. Menyediakan opsi yang lebih bersih dan efisien untuk pembuangan limbah, termasuk meminimalkan pembakaran
limbah, dan pembuangan ke tempat pembuangan akhir.
Contoh Kriteria EO3
Enablers: Memfasilitasi Transisi
1. Memiliki dan menerapkan Environmental/Social Impact Analysis (EIA/ESIA) 1. Mengembangkan dan/atau meningkatkan sumber daya/infrastruktur pengelolaan limbah untuk penggunaan kembali
atau Persetujuan Lingkungan/Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan daur ulang, sehingga dapat meningkatkan efisiensi sumber daya dan memastikan bahan yang didaur ulang sebagai
(AMDAL)/Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan bahan baku sekunder berkualitas tinggi.
Lingkungan Hidup (UKL-UPL)/Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan 2. Berinvestasi terhadap penelitian dan pengembangan (research and development) serta berbagi pengetahuan untuk
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL). meningkatkan keahlian dalam ekonomi sirkular dan/atau melaksanakan proyek percontohan terkait ekonomi sirkular.
2. Melaksanakan pengelolaan flora dan fauna yang dilindungi dan/atau langka,
terancam punah, dan endemik yang terdokumentasi sesuai ketentuan Contoh Kriteria EO4
dan/atau hasil riset ilmiah/studi biodiversitas. 1. Menerapkan SNI 8424 : 2017 Resin (PET) Daur Ulang.
2. Melakukan Life Cycle Assessment untuk produk, material, proses, atau Aktivitas terkait lainnya.
7
Kerangka dan Elemen TKBI – EC
Setiap Aktivitas yang akan diklasifikasikan dalam taksonomi juga harus memenuhi persyaratan EC. Persyaratan EC berlaku baik untuk penilaian taksonomi yang
menggunakan pendekatan TSC maupun SDT.
Tiga Fokus Social Aspect
EC 1: DNSH
Perlindungan dan Penghormatan Hak Asasi Manusia
Opsi 1 2
Sudut Relevansi antara bisnis inti dari aktivitas Penyelarasan dengan pedoman dari
Pandang ekonomi yang dimiliki pengguna TKBI pemerintah atau regulator terkait.
dengan EO yang ingin dicapai.
Pertimbangan EO mana yang paling sejalan dengan Apakah pemerintah atau regulator
fokus strategis dan/atau kegiatan utama terkait telah mengeluarkan
dari aktivitas ekonomi yang dimiliki? kebijakan/pedoman/peta
a. EO mana yang relevan dengan jalan/ketentuan yang mengatur atau
produk dan/atau jasa yang dihasilkan memberikan arahan bahwa aktivitas
oleh aktivitas ekonomi yang dimiliki? ekonomi yang dimiliki relevan dengan
b. EO mana yang paling terdampak dari EO tertentu? (misalnya mengacu
aktivitas ekonomi yang dimiliki? pada dokumen NDC, Long-Term
Strategy for Low Carbon and Climate
Resilience, dan lainnya).
4. Memastikan skala aktivitas ekonomi dari pengguna TKBI
Memastikan skala aktivitas ekonomi dari pengguna TKBI (korporasi/non-UMKM atau UMKM).
Apabila korporasi/non-UMKM, maka penilaian dilakukan menggunakan pendekatan TSC,
sementara apabila UMKM, maka penilaian dilakukan menggunakan pendekatan SDT.
5. Menilai pemenuhan kriteria berdasarkan Tujuan Lingkungan Utama
Pengguna taksonomi melakukan penilaian pemenuhan kriteria berdasarkan tujuan lingkungan
utama dan pendekatan penilaian yang sesuai. Penilaian juga dilakukan untuk aspek Do No
Significant Harm, Remedial Measures to Transition, serta Aspek Sosial.
9
Penilaian Technical Screening Criteria (TSC)
Alur Penilaian TSC
Penilaian TKBI untuk TSC
• Pengguna TKBI melakukan penilaian
pemenuhan kriteria dengan melihat
batasan/indikator/persyaratan
sebagaimana tercantum pada EO utama
yang telah dipilih.
• Selain memenuhi kriteria pada EO utama,
aktivitas juga harus memenuhi kriteria
Do No Significant Harm (DNSH) untuk
tujuan lingkungan lainnya.
• Apabila kriteria “Hijau” dari EO utama
yang dipilih terpenuhi, maka langkah
selanjutnya yang perlu dipastikan oleh
pengguna TKBI adalah pemenuhan
terhadap kriteria DNSH.
• Apabila belum memenuhi kriteria DNSH,
maka aktivitas harus memiliki Remedial
Measure to Transition (RMT)/ upaya
perbaikan yang telah dilakukan dengan
diharapkan dapat meminimalkan dampak
negatif terhadap EO lain.
• Dalam hal belum terdapat RMT atau
aktivitas ekonomi masih
merugikan/berdampak negatif terhadap
EO lainnya, maka pengguna TKBI perlu
memastikan bahwa telah terdapat
rencana implementasi RMT yang akan
dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun.
• Apabila belum memiliki rencana upaya
perbaikan, maka Aktivitas dinilai “Tidak
Memenuhi Klasifikasi” (bukan “Hijau
ataupun Transisi”).
10
Penilaian Sector-agnostic Decision Tree (SDT)
Penilaian TKBI untuk SDT
Alur Penilaian SDT
• Penilaian SDT digunakan untuk UMKM dan dilakukan berdasarkan pada
pemenuhan prinsip umum dari tiap-tiap EO dengan menggunakan guiding
question masing-masing sebagai alat bantu untuk memastikan bahwa prinsip
umum EO telah terpenuhi.
• Selain memenuhi kriteria pada EO utama, Aktivitas juga harus memenuhi
kriteria Do No Significant Harm (DNSH) untuk tujuan lingkungan lainnya
dengan menggunakan guiding questions.
• Apabila belum memenuhi kriteria DNSH, maka aktivitas harus memiliki Remedial
Measure to Transition (RMT)/ upaya perbaikan yang telah dilakukan dengan
diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif terhadap EO lain.
• Dalam hal belum terdapat RMT atau aktivitas ekonomi masih
merugikan/berdampak negatif terhadap EO lainnya, maka pengguna TKBI perlu
memastikan bahwa telah terdapat rencana implementasi RMT yang akan
dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun.
• Apabila belum memiliki rencana upaya perbaikan, maka Aktivitas dinilai “Tidak
Memenuhi Klasifikasi” (bukan “Hijau ataupun Transisi”).
11
Aktivitas di Sektor Energi (1/4)
Aktivitas Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin Aktivitas Pertambangan dan Penggalian
KODE KBLI NAMA KBLI KETERANGAN
KODE KBLI NAMA KBLI KETERANGAN
Kriteria kuantitatif akan menggunakan pengukuran lifecycle emissions. Namun demikian, untuk tahap awal memperhatikan kesiapan industri di Indonesia saat ini terutama terkait pengukuran emisi, maka diterapkan masa transisi
bagi pelaku usaha yang belum dapat memenuhi pengukuran lifecycle emissions untuk dapat menggunakan pengukuran Scope 1 - direct emission sampai dengan tahun 2028 (atau lebih awal). 12
Aktivitas di Sektor Energi (2/4)
Aktivitas Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin
Dasar Penetapan (Rationale) TSC:
1. TSC untuk pengukuran emisi pada dasarnya mengikuti skenario 2. Untuk pembangkit listrik tenaga air, terdapat penyesuaian dari ATSF pada kriteria kuantitatif
ATSF version 2: power density. Berdasarkan kajian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
a. TSC untuk “Hijau” ditetapkan agar konsisten dengan tentang Metodologi Penghitungan Reduksi Emisi dan/atau Peningkatan Serapan GRK pada
taksonomi internasional lainnya. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan Waduk, maka power density yang
digunakan adalah >4 W/m2.
b. TSC untuk “Transisi” ditetapkan berdasarkan proyeksi emisi masa
depan untuk semua pembangkit listrik di Asia Tenggara 3. Terdapat beberapa Aktivitas yang belum memiliki kode KBLI dan sementara akan ditempatkan
berdasarkan IEA Sustainable Development Scenario (SDS). pada KBLI terdekat sebagai berikut:
c. Pertimbangan lainnya: meskipun dalam masa transisi terdapat 2 No Aktivitas Penempatan KBLI terdekat* Dasar Penetapan TSC
(dua) pengukuran emisi yang dapat dipilih oleh pengguna sesuai 1 Percepatan pengakhiran [35101] Pembangkitan ATSF version 2 dan
dengan kesiapannya, namun untuk kriteria kuantitatif masih masa operasional PLTU Tenaga Listrik kebijakan/peraturan
menggunakan batasan angka TSC yang sama (100gCO2e/KWh). perundangan yang berlaku
Hal ini mempertimbangkan aktivitas pembangkitan dengan di Indonesia.
sumber energi dari EBT berada di angka Scope 1 - direct emission 2 Storage of Electricity [35101] Pembangkitan ATSF version 2 dan praktik
<100gCO2e/KWh yang mana secara ukuran sejalan dengan Tenaga Listrik terbaik di internasional.
klasifikasi “Hijau” menggunakan lifecycle emission 3 Jasa Konservasi/Efisiensi [35104] Aktivitas Penunjang Kementerian terkait dan
<100gCO2e/KWh (Sumber: IPCC Fifth Assessment Report (AR5), Energi Kelistrikan kebijakan/peraturan
2014). Dengan demikian, ukuran yang digunakan: perundangan yang berlaku
di Indonesia.
Klasifikasi Lifecycle Emission* Scope 1 - Direct Emission** 4 Carbon Capture and [06100] Pertambangan ATSF version 2 dan
Hijau <100gCO2e/KWh <100gCO2e/KWh Storage (CCS) Minyak Bumi, atau kebijakan/peraturan
Transisi <510gCO2e/KWh <510gCO2e/KWh perundangan yang berlaku
[06201] Pertambangan Gas
di Indonesia.
Alam
*) TSC sebagaimana ATSF v2
5 Penelitian, Pengembangan, [09100] Aktivitas Penunjang Praktik terbaik di
**) Mempertimbangkan kondisi di Indonesia (dalam jangka waktu tertentu) dan Inovasi untuk Pertambangan Minyak Bumi internasional
teknologi terkait CCS Dan Gas Alam
*) Berdasarkan diskusi dan kesepakatan dengan kementerian.
Catatan: Aktivitas angka 3, 4, dan 5 dalam tabel di atas merupakan enabling activities yang
meningkatkan kinerja sektor dan/atau Aktivitas lain serta tidak menimbulkan risiko terhadap EO.
13
Aktivitas di Sektor Energi (3/4)
Highlight Aktivitas Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin yang memiliki peranan selama periode transisi di Indonesia:
1. Aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara dalam TBI 2. Aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Percepatan pengakhiran masa PLTU Existing dan PLTU New (RUPTL dan • Sejalan dengan Rancangan Peraturan Kebijakan Energi Nasional, salah satunya
operasional PLTU terintegrasi dengan industri) memaksimalkan peran nuklir sepanjang keekonomiannya terpenuhi dengan target
0,4% pada tahun 2032 dan meningkat secara bertahap hingga 9,7% pada tahun
• ATSF v2: Taksonomi regional pertama di • Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2022 2060.
dunia yang telah mempertimbangkan secara tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan • Beberapa taksonomi global telah memasukkan PLT Nuklir:
menyeluruh upaya percepatan pengakhiran untuk Penyediaan Tenaga Listrik (Perpres 112/2022), di EU Taxonomy
masa operasional PLTU (coal phase-out), mana pengembangan PLTU baru dilarang kecuali untuk: ✓ By including nuclear energy in the taxonomy, the European Union has signaled the
dapat berperan dalam dekarbonisasi untuk a. PLTU yang telah ditetapkan dalam Rencana Usaha importance of advancing nuclear projects.
mendukung tujuan Paris Agreement, serta Penyediaan Tenaga Listrik sebelum berlakunya Peraturan
menjadi tools untuk transisi. ✓ Many Europeans nations, including France, Poland, Czech Republic, Romania and
Presiden ini; The Netherlands, have made the commitment to expand nuclear generation in
• Energy Transition Mechanism (ETM): Skema b. PLTU yang memenuhi persyaratan:
Fasilitas Pengurangan Emisi Karbon (Carbon order to achieve climate and energy security.
Reduction Facility) yaitu skema yang 1) Terintegrasi dengan industri yang dibangun Korea Taxonomy
digunakan untuk pensiun dini PLTU di berorientasi untuk peningkatan nilai tambah sumber ✓ Nuclear was included in the new draft on condition accident-tolerant fuel (ATF) is
Indonesia daya alam atau termasuk dalam Proyek Strategis used by 2031 and detailed planning is undertaken for construction of a high-level
Nasional yang memiliki kontribusi besar terhadap
• Just Energy Transition Partnership (JETP): penciptaan lapangan kerja dan/atau pertumbuhan
radioactive waste disposal facility.
Fokus pada peningkatan energi terbarukan ekonomi nasional; ✓ These requirements are applied to every nuclear power plant with a construction or
dan transisi dari energi batu bara operation permit valid in or before 2045.
2) Berkomitmen untuk melakukan pengurangan emisi
• GFANZ Managed Phaseout Program: GRK minimal 35% dalam jangka waktu 10 tahun sejak UK Taxonomy Initiatives
melibatkan LJK dalam mendukung PLTU beroperasi dibandingkan dengan ratarata emisi Nuclear power is to be classed as “environmentally sustainable” in the UK’s green
pembiayaan upaya pensiun dini aset-aset PLTU di Indonesia pada tahun 2021 melalui taxonomy, giving it access to the same investment incentives as renewable energy,
14
beremisi tinggi seperti PLTU Batu Bara. pengembangan teknologi, carbon offset, dan/atau
• Kajian dan laporan lainnya: Laporan bauran Energi Terbarukan; dan 3. Carbon Capture and Storage (CCS) dan Penelitian, Pengembangan, dan
gabungan dari Rocky Mountain Institute 3) Beroperasi paling lama sampai dengan tahun 2050. Inovasi untuk teknologi terkait CCS
(RMI), Carbon Tracker, dan Sierra Club; dan
Climate Bonds Initiative (CBI), Climate Policy • Masukan dari berbagai stakeholder terkait peranan • Sejalan dengan kebijakan nasional:
Initiative (CPI), dan RMI - Joint Paper on penting PLTU Batu dalam supply chain di industri
✓ Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2024 tentang
Guidelines for Financing Credible Coal manufaktur teknologi energi bersih (contoh: baterai kendaraan
listrik, panel surya, dan sebagainya) dengan pertimbangan Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon; dan
Transition pada Nov’ 2022.
kepastian dan kestabilan supply energi, harga yang masih ✓ Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 2
kompetitif, dan keterbatasan ketersediaan jaringan listrik. Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, Serta
Kriteria ketat Maksimal Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon Pada Kegiatan Usaha Hulu
Klasifikasi “Hijau” Minyak dan Gas Bumi.
Detail TSC
pada Klasifikasi “Transisi” – TSC pada Lampiran • Taksonomi global telah memasukkan Aktivitas CCS a.l: EU Taxonomy, ATSF v2,
Klasifikasi “Transisi” Lampiran Singapore Taxonomy, dll
14
Aktivitas di Sektor Energi (4/4)
Aktivitas Pertambangan dan Penggalian
Dasar Penetapan (Rationale) TSC:
Aktivitas Pertambangan dan Penggalian Mineral Kritis yang Mendukung Teknologi Energi Bersih dan Transisi Menuju NZE
Terdapat dinamika global yang mulai mendiskusikan peran penting Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral • Kriteria kuantitatif menggunakan
beberapa aktivitas yang mendorong transisi energi termasuk (KESDM) No. 296.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang Penetapan Jenis pendekatan angka target penurunan emisi
critical minerals dalam mencapai ekonomi yang berkelanjutan dan Komoditas yang Tergolong Dalam Klasifikasi Mineral Kritis, terdapat sektor energi yang bersumber dari dokumen
mengejar target dekarbonisasi. 47 jenis mineral kritis di Indonesia, 15 diantaranya merupakan mineral Enhanced NDC Indonesia yaitu:“Memiliki peta
kritis yang mendukung teknologi energi bersih dan transisi menuju jalan pengurangan emisi yang
Di tahun 2021, International Energy
NZE (green metals). Mempertimbangkan: terverifikasi/tervalidasi dan mengurangi emisi
Agency (IEA) dalam laporannya “The Role Kriteria ketat
of Critical Minerals in Clean Energy a. Belum terdapat taksonomi global yang memasukkan aktivitas GRK (lifecycle emissions) sekurang-kurangnya
Klasifikasi
Transition”, pertambangan dan penggalian termasuk mineral kritis yang 12,5% dari Business as Usual pada tahun 2030
“Transisi”
mendukung teknologi energi bersih dan transisi menuju NZE dalam TSC pada atau berdasarkan ketetapan/ketentuan
telah memberikan analisis yang komprehensif mengenai pesatnya taksonomi; Maksimal Lampiran pemerintah”.
penerapan teknologi energi bersih sebagai bagian dari transisi b. Nature dari aktivitas pertambangan dan penggalian; dan
• Kriteria kualitatif didasarkan pada kebijakan
energi berdampak pada peningkatan permintaan mineral secara c. Aktivitas mineral kritis yang mendukung teknologi energi bersih dan dan peraturan perundang-undangan yang
signifikan. transisi menuju NZE lebih sejalan dengan definisi klasifikasi “Transisi”
Dalam Laporan Energy Transition Commission berlaku di Indonesia.
(mendorong Aktivitas lain untuk berkelanjutan).
(Juli, 2023) yang dikutip pula oleh The
Economist (September, 2023), dijelaskan Pemetaan Mineral Kritis yang Mendukung Teknologi Energi Bersih dan Transisi Menuju NZE (Green Metlas) – berdasarkan KESDM
bahwa transisi energi membutuhkan jumlah
Referensi
teknologi energi bersih yang cukup besar. No Nama Mineral Kritis/Komoditas Tambang
IEA ETC Amerika Uni Eropa Australia
Sampai dengan 2030, kebutuhan belanja modal tahunan 1. Galena/Timbal/Timah Hitam/Plumbum Ya - - - -
diperkirakan meningkat dua kali lipat menjadi USD300 miliar untuk 2. Aluminium/Bauksit Ya Ya Ya Ya Ya
mengisi kesenjangan pasokan dalam menciptakan teknologi energi 3. Tembaga Ya Ya Ya Ya Ya
bersih. Oleh karena itu, keberadaan mineral kritis menjadi sangat
4. Nikel Ya Ya Ya Ya Ya
signifikan dan tidak tergantikan dalam mendukung pencapaian
5. Seng/Zinc Ya - - - Ya
net zero emission.
6. Lithium Ya Ya Ya Ya Ya
Sejalan dengan COP28 di Dubai yang
7. Silika/Pasir Kuarsa Ya Ya Ya Ya Ya
menghasilkan kesepakatan, salah satunya
8. Kobal Ya Ya Ya Ya Ya
untuk meningkatkan kapasitas energi
terbarukan menjadi 3 kali lipat secara
9. Besi - - - - -
global dan efisiensi energi 2 kali lipat 10. Mangan Ya - Ya Ya Ya
rata-rata global sampai tahun 2030. 11. Logam Tanah Jarang Ya - Ya Ya Ya
12. Platinum Ya Ya Ya Ya Ya
Upaya tersebut mendorong kontribusi semua pihak sebagai 13. Kadmium Ya - - - -
upaya global dengan cara yang ditentukan pada jalur nasional. 14. Galium Ya - Ya Ya Ya
Tanpa kehadiran mineral kritis tertentu yang berperan 15. Tellurium Ya - Ya - Ya
signifikan sebagai bahan baku untuk mendukung teknologi
Notes: Aktivitas Pertambangan dan Penggalian selain green metals saat ini belum dimasukkan ke dalam TKBI. Namun, akan memperhatikan perkembangan
energi bersih dan transisi, maka target NZE sulit untuk
nasional dan internasional ke depan.
dicapai.
15
Peralihan THI ke TKBI dan Pengembangan TKBI ke Depan
Peralihan THI ke TKBI Keterkaitan dengan Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Lainnya