Anda di halaman 1dari 17

TAKSONOMI UNTUK

KEUANGAN BERKELANJUTAN
INDONESIA (TKBI)
Direktorat Keuangan Berkelanjutan (DUKB)
Departemen Surveillance dan Kebijakan
Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi (DSKT)
Otoritas Jasa Keuangan
2024
OUTLINE
• Latar Belakang (3)
• Kerangka dan Elemen TKBI (4-8)
• Pedoman Penggunaan TKBI (9-10)
• Aktivitas di Sektor Energi (12-15)
• Peralihan THI ke TKBI dan Pengembangan
TKBI ke Depan (16)
2

• Lampiran
Latar Belakang
Landasan Hukum TKBI Perkembangan Nasional dan Internasional

Undang-Undang Dasar Negara Republik


1 Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)

Paris Agreement dan Ratifikasinya di


2 Presidensi G20 2022 dan Keketuaan
Indonesia ASEAN 2023 mencapai hasil konkrit antara
lain mendorong transisi energi Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4


ASEAN Taxonomy
3 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan for Sustainable
Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) Finance version 2
(ATSF v2) dengan
fokus sektor
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
pertama yakni
4 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan sektor energi
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor


5 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 Diperlukan upaya konkret pengurangan emisi GRK TKBI merupakan klasifikasi aktivitas ekonomi
dengan cepat dan berkelanjutan sejalan dengan pathway yang mendukung upaya dan Tujuan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1,5°C (dengan cara yang ditentukan secara nasional, Pembangunan Berkelanjutan Indonesia yang
6 111 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan
mempertimbangkan Paris agreement, serta kondisi,
pendekatan dan jalur nasional yang berbeda-beda),
mencakup aspek ekonomi, lingkungan hidup,
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan antara lain meningkatkan kapasitas energi terbarukan 3
dan sosial. TKBI digunakan sebagai panduan
kali lipat secara global dan efisiensi energi 2 kali lipat untuk meningkatkan alokasi modal dan
rata-rata global sampai tahun 2030. pembiayaan berkelanjutan dalam mendukung
pencapaian target net zero emission Indonesia.
3
Prinsip, Tujuan, dan Ruang Lingkup TKBI
Prinsip TKBI Ruang Lingkup TKBI
Fokus sektor dalam TKBI akan mengacu pada NDC related sector (serta perubahannya)
Scientific dan Credible
1 TKBI mempertimbangkan praktik terbaik (kebijakan, ilmu pengetahuan, Proyeksi Business as Usual (BAU) dan penurunan emisi sektor NDC
dan teknologi) di tingkat nasional dan/atau internasional.

Interoperable dan Mendukung Kepentingan Nasional


2 TKBI mempertimbangkan taksonomi yang berlaku pada tataran
internasional dan kawasan (interoperability), dalam rangka memfasilitasi
transisi Indonesia yang bertahap dan berkeadilan (just transition).

Inklusif
3 TKBI dirancang untuk dapat diterapkan pada berbagai skala pengguna
(korporasi/non-UMKM dan UMKM).

Tujuan TKBI Sumber: Enhanced NDC Indonesia, 2022

• Menyempurnakan standar definisi aktivitas ekonomi agar sejalan dengan Pengkinian secara bertahap → Tahun 2024 dimulai
TPB/SDGs yang menyelaraskan aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan dengan sektor energi, (sejalan dengan perkembangan
sosial. kebijakan di nasional dan kawasan)
• Meminimalkan multitafsir, greenwashing, social washing, dan impact Aktivitas Pengadaan Listrik, Gas,
washing dengan kerangka yang berbasis sains. 1
Uap/Air Panas dan Udara Dingin
• Meningkatkan alokasi modal dan pembiayaan berkelanjutan dalam termasuk percepatan pengakhiran masa
mendukung pencapaian target NZE Indonesia. operasional PLTU Batu Bara
• Menjadi dasar dalam pengembangan kebijakan keberlanjutan antara lain
pelaporan keberlanjutan, insentif dan disinsentif, dan pengembangan/inovasi 2 Aktivitas Pertambangan dan
produk dan/atau jasa Keuangan Berkelanjutan. Penggalian yang memuat mineral kritis
yang mendukung teknologi energi bersih
• Meningkatkan akses, literasi, dan inklusi produk/jasa berkelanjutan melalui dan transisi menuju NZE (green metals)
perluasan pengguna yang mencakup UMKM dan non-UMKM, yang pada
gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi. Enabling activities seperti CCS; penelitian, pengembangan,
dan inovasi untuk teknologi CCS; dan jasa
• Sebagai perwujudan sinergi lintas sektor dengan berbagai pemangku
konservasi/efisiensi energi .
kepentingan dalam mendukung upaya Keuangan Berkelanjutan di Indonesia
Untuk sektor NDC lainnya akan dikembangkan pada tahun-
termasuk memenuhi target Indonesia di berbagai komitmen global.
tahun berikutnya. 4
Kerangka dan Elemen TKBI
Technical Screening Criteria sekumpulan kriteria yang digunakan
untuk menilai apakah suatu aktivitas ekonomi berkontribusi secara
substansial dan memenuhi tujuan lingkungan yang telah
ditentukan berdasarkan ambang batas tertentu.
• Nature of the Activity: Suatu kegiatan yang secara otomatis
dianggap sesuai dan memenuhi klasifikasi karena kontribusi
aktivitas tersebut terbukti mendukung net zero emission
• Kuantitatif: Impact based/relative improvement, Kinerja
lingkungan, Best in class performance. Contoh: ukuran emisi
• Kualitatif: Practice Based dan Process based. Contoh:
Sertifikasi, PROPER-KLHK

Sector-agnostic Decision Tree (SDT) adalah pendekatan


penilaian yang bersifat principle-based berupa decision tree
(pohon keputusan) yang dikembangkan berdasarkan kriteria
spesifik tujuan lingkungan dan dilengkapi dengan pertanyaan
Klasifikasi TKBI panduan (guiding questions).
Environmental Objectives (EO) Essential Criteria (EC) Klasifikasi Prinsip Umum Penjelasan

EO1: Climate Change Mitigation EC1: Do No Significant Harm (DNSH)


Hijau Sejalan dengan komitmen untuk menjaga kenaikan suhu Aktivitas yang memenuhi kriteria “Hijau” pada salah
Berfokus pada decarbonisation pathway, Suatu aktivitas yang berkontribusi pada suatu global di bawah 1.5°C yang sejalan dengan Paris Agreement, satu EO dan seluruh kriteria esensial, yaitu:
aktivitas sejalan dengan komitmen menjaga EO, tidak boleh merugikan, berdampak buruk, termasuk mempertimbangkan target net zero emission a) Tidak menyebabkan kerusakan/kerugian (DNSH)
kenaikan suhu global di bawah 1.5° C sesuai atau menyebabkan kerusakan bagi EO lainnya. Indonesia tahun 2060 (atau lebih awal) dan memenuhi aspek bagi EO lainnya. Apabila menyebabkan
Paris Agreement.
sosial. kerusakan/kerugian maka melakukan aktivitas
EC2: Remedial Measures to Transition (RMT)
EO 2: Climate Change Adaptation Langkah untuk memastikan bahwa setiap remediasi/perbaikan (RMT) dan telah memastikan
Bertujuan mengurangi efek negatif dari kerusakan/ kerugian aktual maupun potensial bahwa tidak menyebabkan kerusakan/kerugian
perubahan iklim dan meningkatkan yang bersifat signifikan dapat dihilangkan atau bagi EO lainnya; dan
ketahanan terhadap dampak fisik yang diminimalkan.
merugikan dari perubahan iklim saat ini dan b) Memenuhi seluruh aspek sosial.
masa depan. EC3: Social Aspects (SA) Transisi Aktivitas yang saat ini belum sejalan dengan komitmen untuk Aktivitas yang memenuhi kriteria “Transisi” pada
Memenuhi aspek sosial yang telah ditetapkan: menjaga kenaikan suhu global, belum berada pada jalur net salah satu EO dan memenuhi sebagian dari EC, yaitu:
EO 3: Protection of Healthy Ecosystems 1.Perlindungan dan Penghormatan Hak zero emission, namun: a) Masih menyebabkan kerusakan/kerugian (DNSH)
and Biodiversity Asasi Manusia • Bergerak menuju klasifikasi “Hijau” dalam jangka waktu bagi EO lainnya meskipun telah melakukan
Berfokus pada konservasi, restorasi, dan 2.Ketenagakerjaan mencakup: Pekerjaan
perlindungan ekosistem alami dan Layak, Pencegahan Kerja Paksa, Perlindungan
tertentu; aktivitas remediasi/perbaikan (RMT);
keanekaragaman hayati. terhadap Pekerja Perempuan dan Anak serta • Memfasilitasi pengurangan emisi yang signifikan dalam b) Memiliki rencana perbaikan ke depan; dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia jangka pendek atau menengah dengan batas waktu tertentu; c) Memenuhi seluruh aspek sosial.
EO 4: Resource Resilience and the 3.Dampak terhadap masyarakat yang tinggal atau
Transition to a Circular Economy dekat dengan investasi, mencakup:
penciptaan lapangan kerja, upaya dalam
• Mendorong Aktivitas lain untuk berkelanjutan.
Berfokus pada materialitas suatu aktivitas
mengurangi kemiskinan (poverty alleviation), dan memenuhi aspek sosial.
dan dampaknya terhadap operasional
bisnis, melalui penerapan prinsip dan pertumbuhan ekonomi
5
sirkularitas.
Kerangka dan Elemen TKBI – EO (1/2)
TKBI mendefinisikan EO sebagai target kinerja lingkungan prioritas yang ingin dicapai dengan rincian prinsip umum EO sebagai berikut

Prinsip Umum Kriteria EO1


1. Aktivitas telah sejalan dengan komitmen untuk menjaga kenaikan suhu global di Contoh Kriteria EO1
bawah 2°C dan berusaha membatasinya hingga 1.5°C sebagaimana tertuang dalam 1. Emisi lifecycle GRK dari seluruh fasilitas
Paris Agreement. pembangkit listrik
2. Aktivitas yang belum rendah emisi perlu menunjukkan atau memastikan bahwa 2. Memiliki prosedur pengelolaan dan
terdapat upaya untuk mencegah atau mengurangi pengeluaran emisi GRK pemantauan serta rencana cadangan dalam
sejalan dengan best practices yang relevan dibandingkan dengan skenario baseline hal terjadi kebocoran gas metana.
tanpa tindakan mitigasi/BAU.

Prinsip Umum Kriteria EO2


1. Berkontribusi pada pengurangan risiko fisik* terkait iklim yang bersifat material
serta perubahannya sejak saat ini sampai dengan masa depan. Contoh Kriteria EO2
2. Melakukan impact assessments dalam berbagai skenario iklim untuk memberikan 1. Aktivitas telah mengimplementasikan solusi
adaptasi (fisik ataupun non-fisik) yang
pemahaman yang lebih baik tentang efektivitas dan manfaat suatu Aktivitas.
dapat mengurangi risiko iklim yang material
3. Dapat mendorong upaya adaptasi bagi Aktivitas lainnya. melalui Climate Risk Vulnerability
4. Tidak berdampak buruk terhadap upaya adaptasi/meningkatkan risiko fisik dari Assessment (CRVA).
pemangku kepentingan lainnya. 2. Memiliki kemampuan (fasilitas atau
5. Solusi adaptasi harus bersifat spesifik (lokasi dan konteks) serta harus dinilai dan peralatan atau prosedur) untuk dapat
diurutkan berdasarkan prioritas dengan menggunakan proyeksi iklim terbaik yang mendukung operasional Aktivitas apabila
tersedia untuk mencegah dan/atau mengurangi dampak buruk terhadap manusia, terjadi bencana (misalnya banjir, badai,
kenaikan suhu/temperatur tinggi,
alam, atau aset.
danlainnya).
*) Risiko fisik adalah potensi risiko yang dipicu oleh dampak iklim seperti banjir, topan,
suhu panas, kebakaran, kenaikan permukaan laut, dan lainnya yang menimbulkan
kerugian ekonomi dan keuangan. Risiko fisik berdampak pada aset fisik dan non
bangunan serta perubahan kondisi lingkungan hidup (OJK, 2022).
6
Kerangka dan Elemen TKBI – EO (2/2)
Prinsip Umum Kriteria EO3 Prinsip Umum Kriteria EO4

Aktivitas yang mendukung EO3 harus sesuai dengan prinsip-prinsip berikut ini, Strategi & Operasi, Penyesuaian Model Bisnis.
sekaligus secara bersamaan memastikan upaya untuk meminimalkan atau 1. Menggunakan energi baru dan terbarukan, sumber daya berbasis hayati, atau bahan daur ulang lainnya untuk
menghilangkan dampak negatif terhadap ekosistem alami dan mengurangi tingkat ekstraksi sumber daya.
keanekaragaman hayati: 2. Menggunakan pertimbangan dan spesifikasi dengan orientasi jangka panjang (future-proof) dan berkelanjutan untuk
1. Mendorong restorasi ekosistem dan/atau memfasilitasi perlindungan merancang dan memproduksi produk, aset, atau teknologi yang mendukung strategi ekonomi sirkular:
ekosistem. a. Dirancang untuk jangka panjang, efisien terhadap sumber daya, berdaya tahan tinggi, fungsional, modular, dapat
2. Menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi diperbaharui, dan mudah untuk dibongkar serta diperbaiki;
ekosistem dan keanekaragaman hayati. b. Menggunakan bahan yang dapat didaur ulang atau terurai secara hayati.
3. Menegakkan dan memberdayakan kebijakan yang ada terkait dengan c. Menggantikan zat-zat dalam bahan dan produk di sepanjang siklus hidupnya dengan alternatif yang lebih aman dan
perlindungan kawasan alami. dapat ditelusuri.
4. Menerapkan praktik-praktik penebangan yang berkelanjutan dan 3. Mengoptimalkan pengelolaan limbah, termasuk pengelolaan dan pengurangan limbah dari (i) ekstraksi mineral, dan (ii)
memastikan bahwa produk kayu berasal dari hutan yang dikelola secara konstruksi dan pembongkaran bangunan.
lestari. 4. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan/atau memperluas penggunaan produk, termasuk melalui:
5. Berkontribusi secara substansial terhadap perlindungan lingkungan dari a. Penggantian bahan mentah dengan bahan baku sekunder atau produk sampingan, baik secara penuh maupun
polusi dengan meningkatkan kualitas udara, air, dan/atau tanah, termasuk sebagian;
pembersihan sampah dan polusi lainnya. b. Perbaikan (repair), penggunaan kembali (reuse), donasi, penjualan kembali (resale), kegiatan daur ulang;
6. Berkontribusi secara substansial untuk mencapai status lingkungan yang c. Menggunakan kembali (repurposing), memperbarui (refurbishing), memproduksi ulang (remanufacturing), membongkar
baik dari Badan Air, melalui mekanisme perlindungan, pelestarian, atau (disassembling), meningkatkan (upgrading) dan memperbaiki (repairing), dan berbagi produk (sharing of products).
restorasi; termasuk meningkatkan kegiatan pengelolaan dan efisiensi air, 5. Menawarkan produk sebagai layanan, antara lain: penyewaan, pay-per-use, langganan, atau deposit return schemes
serta mendukung penggunaan air yang berkelanjutan melalui perlindungan untuk mengurangi permintaan produk baru termasuk bahan baku yang digunakannya.
jangka panjang dari sumber daya air yang tersedia. 6. Menyediakan opsi yang lebih bersih dan efisien untuk pembuangan limbah, termasuk meminimalkan pembakaran
limbah, dan pembuangan ke tempat pembuangan akhir.
Contoh Kriteria EO3
Enablers: Memfasilitasi Transisi
1. Memiliki dan menerapkan Environmental/Social Impact Analysis (EIA/ESIA) 1. Mengembangkan dan/atau meningkatkan sumber daya/infrastruktur pengelolaan limbah untuk penggunaan kembali
atau Persetujuan Lingkungan/Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan daur ulang, sehingga dapat meningkatkan efisiensi sumber daya dan memastikan bahan yang didaur ulang sebagai
(AMDAL)/Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan bahan baku sekunder berkualitas tinggi.
Lingkungan Hidup (UKL-UPL)/Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan 2. Berinvestasi terhadap penelitian dan pengembangan (research and development) serta berbagi pengetahuan untuk
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL). meningkatkan keahlian dalam ekonomi sirkular dan/atau melaksanakan proyek percontohan terkait ekonomi sirkular.
2. Melaksanakan pengelolaan flora dan fauna yang dilindungi dan/atau langka,
terancam punah, dan endemik yang terdokumentasi sesuai ketentuan Contoh Kriteria EO4
dan/atau hasil riset ilmiah/studi biodiversitas. 1. Menerapkan SNI 8424 : 2017 Resin (PET) Daur Ulang.
2. Melakukan Life Cycle Assessment untuk produk, material, proses, atau Aktivitas terkait lainnya.
7
Kerangka dan Elemen TKBI – EC
Setiap Aktivitas yang akan diklasifikasikan dalam taksonomi juga harus memenuhi persyaratan EC. Persyaratan EC berlaku baik untuk penilaian taksonomi yang
menggunakan pendekatan TSC maupun SDT.
Tiga Fokus Social Aspect
EC 1: DNSH
Perlindungan dan Penghormatan Hak Asasi Manusia

Penilaian DNSH terhadap EO lainnya merupakan bagian dari


Mendorong pemenuhan prinsip dasar hak asasi manusia dan kebebasan dasar
penentuan klasifikasi suatu Aktivitas dan dilakukan setelah
sebagaimana Konvensi ILO dan/atau peraturan perundang-undangan.
memastikan kontribusi suatu Aktivitas terhadap tujuan
spesifik EO tertentu. DNSH berlaku secara umum untuk seluruh
sektor/jenis serta kategori Aktivitas sepanjang relevan. Ketenagakerjaan mencakup pekerjaan layak, pencegahan
kerja paksa, perlindungan terhadap pekerja perempuan dan
anak, serta pengembangan sumber daya manusia
EC 2: RMT
Mendorong hak-hak pekerja dan larangan kerja paksa, termasuk namun tidak terbatas
Jika setelah penilaian DNSH didapatkan hasil bahwa suatu pada eksploitasi, perdagangan manusia, kekerasan dan penganiayaan; perlindungan
Aktivitas menyebabkan kerugian yang signifikan bagi EO terhadap pekerja perempuan dan anak; dan memiliki program pengembangan SDM
lainnya, maka RMT harus dilakukan. Implementasi RMT perlu (pelatihan, peningkatan skill, dll).
direncanakan dengan efektif, sehingga dapat menghilangkan
seluruh kerugian yang signifikan dalam waktu 5 tahun sejak
Dampak terhadap masyarakat yang tinggal dekat dengan
tanggal penilaian.
investasi, mencakup penciptaan lapangan kerja, upaya dalam
mengurangi kemiskinan (poverty alleviation), dan
pertumbuhan ekonomi
EC 3: SA
• Pengelolaan dampak terkait investasi terhadap masyarakat/komunitas yang tinggal
Taksonomi juga perlu melibatkan kepatuhan suatu Aktivitas di daerah berisiko dengan mendorong langkah-langkah inklusif dan terarah untuk
terhadap aspek sosial. Persyaratan utama penilaian SA adalah mengurangi dampak investasi pada populasi rentan.
untuk memenuhi peraturan perundang-undangan terkait • Memperkuat kapasitas kelembagaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
aspek sosial yang relevan. Penilaian SA dilakukan di tingkat terkena dampak.
perusahaan (company-level), karena kebijakan sosial umumnya • Mendorong upaya pengentasan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja dan
dibuat di tingkat perusahaan. program pemberdayaan di lingkungan sekitar investasi.
• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi inklusif.
8
Penilaian Umum TKBI
Alur Umum Penilaian TKBI Tahapan Penilaian Umum TKBI
1. Melakukan identifikasi berdasarkan kode KBLI yang dimiliki
Pengguna taksonomi melakukan identifikasi aktivitas ekonomi yang sesuai dengan daftar
aktivitas dalam KBLI.
2. Melakukan pemilihan penilaian berdasarkan TKBI atau THI
Pada masa transisi, Aktivitas yang belum ditetapkan dalam TKBI akan tetap menggunakan
kriteria THI sampai dengan telah selesainya pengembangan TSC untuk seluruh Aktivitas.
3. Menentukan titik awal Tujuan Lingkungan (EO)
a. Pengguna taksonomi menentukan Tujuan Lingkungan utama yang ingin dicapai
berdasarkan relevansinya dengan aktivitas usaha yang dimiliki.
b. Titik awal tersebut digunakan sebagai acuan kriteria mana yang perlu dipenuhi oleh
pengguna taksonomi sebagaimana tabel berikut:

Opsi 1 2
Sudut Relevansi antara bisnis inti dari aktivitas Penyelarasan dengan pedoman dari
Pandang ekonomi yang dimiliki pengguna TKBI pemerintah atau regulator terkait.
dengan EO yang ingin dicapai.
Pertimbangan EO mana yang paling sejalan dengan Apakah pemerintah atau regulator
fokus strategis dan/atau kegiatan utama terkait telah mengeluarkan
dari aktivitas ekonomi yang dimiliki? kebijakan/pedoman/peta
a. EO mana yang relevan dengan jalan/ketentuan yang mengatur atau
produk dan/atau jasa yang dihasilkan memberikan arahan bahwa aktivitas
oleh aktivitas ekonomi yang dimiliki? ekonomi yang dimiliki relevan dengan
b. EO mana yang paling terdampak dari EO tertentu? (misalnya mengacu
aktivitas ekonomi yang dimiliki? pada dokumen NDC, Long-Term
Strategy for Low Carbon and Climate
Resilience, dan lainnya).
4. Memastikan skala aktivitas ekonomi dari pengguna TKBI
Memastikan skala aktivitas ekonomi dari pengguna TKBI (korporasi/non-UMKM atau UMKM).
Apabila korporasi/non-UMKM, maka penilaian dilakukan menggunakan pendekatan TSC,
sementara apabila UMKM, maka penilaian dilakukan menggunakan pendekatan SDT.
5. Menilai pemenuhan kriteria berdasarkan Tujuan Lingkungan Utama
Pengguna taksonomi melakukan penilaian pemenuhan kriteria berdasarkan tujuan lingkungan
utama dan pendekatan penilaian yang sesuai. Penilaian juga dilakukan untuk aspek Do No
Significant Harm, Remedial Measures to Transition, serta Aspek Sosial.
9
Penilaian Technical Screening Criteria (TSC)
Alur Penilaian TSC
Penilaian TKBI untuk TSC
• Pengguna TKBI melakukan penilaian
pemenuhan kriteria dengan melihat
batasan/indikator/persyaratan
sebagaimana tercantum pada EO utama
yang telah dipilih.
• Selain memenuhi kriteria pada EO utama,
aktivitas juga harus memenuhi kriteria
Do No Significant Harm (DNSH) untuk
tujuan lingkungan lainnya.
• Apabila kriteria “Hijau” dari EO utama
yang dipilih terpenuhi, maka langkah
selanjutnya yang perlu dipastikan oleh
pengguna TKBI adalah pemenuhan
terhadap kriteria DNSH.
• Apabila belum memenuhi kriteria DNSH,
maka aktivitas harus memiliki Remedial
Measure to Transition (RMT)/ upaya
perbaikan yang telah dilakukan dengan
diharapkan dapat meminimalkan dampak
negatif terhadap EO lain.
• Dalam hal belum terdapat RMT atau
aktivitas ekonomi masih
merugikan/berdampak negatif terhadap
EO lainnya, maka pengguna TKBI perlu
memastikan bahwa telah terdapat
rencana implementasi RMT yang akan
dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun.
• Apabila belum memiliki rencana upaya
perbaikan, maka Aktivitas dinilai “Tidak
Memenuhi Klasifikasi” (bukan “Hijau
ataupun Transisi”).
10
Penilaian Sector-agnostic Decision Tree (SDT)
Penilaian TKBI untuk SDT
Alur Penilaian SDT
• Penilaian SDT digunakan untuk UMKM dan dilakukan berdasarkan pada
pemenuhan prinsip umum dari tiap-tiap EO dengan menggunakan guiding
question masing-masing sebagai alat bantu untuk memastikan bahwa prinsip
umum EO telah terpenuhi.
• Selain memenuhi kriteria pada EO utama, Aktivitas juga harus memenuhi
kriteria Do No Significant Harm (DNSH) untuk tujuan lingkungan lainnya
dengan menggunakan guiding questions.
• Apabila belum memenuhi kriteria DNSH, maka aktivitas harus memiliki Remedial
Measure to Transition (RMT)/ upaya perbaikan yang telah dilakukan dengan
diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif terhadap EO lain.
• Dalam hal belum terdapat RMT atau aktivitas ekonomi masih
merugikan/berdampak negatif terhadap EO lainnya, maka pengguna TKBI perlu
memastikan bahwa telah terdapat rencana implementasi RMT yang akan
dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun.
• Apabila belum memiliki rencana upaya perbaikan, maka Aktivitas dinilai “Tidak
Memenuhi Klasifikasi” (bukan “Hijau ataupun Transisi”).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan,


Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
kriteria UMKM meliputi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.

Penerapan TKBI pada UMKM akan diberlakukan secara bertahap,


yang dimulai dengan kategori “Usaha Menengah”

11
Aktivitas di Sektor Energi (1/4)
Aktivitas Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin Aktivitas Pertambangan dan Penggalian
KODE KBLI NAMA KBLI KETERANGAN
KODE KBLI NAMA KBLI KETERANGAN

07101 Pertambangan Pasir Besi Besi


35101 Pembangkitan Tenaga Listrik • Pembangkit listrik tenaga surya
• Pembangkit listrik tenaga angin Besi
07102 Pertambangan Bijih Besi
• Pembangkit listrik tenaga gelombang laut
• Pembangkit listrik tenaga air 07292 Pertambangan Bijih Timah Hitam Galena/Timbal/Timah Hitam/Plumbum
• Pembangkit listrik tenaga panas bumi Aluminium/Bauksit
07293 Pertambangan Bijih Bauksit/Aluminium
• Pembangkit listrik tenaga bioenergi
• Pembangkit listrik tenaga gas 07294 Pertambangan Bijih Tembaga Tembaga
• Pembangkit listrik tenaga uap (batu bara), termasuk
07295 Pertambangan Bijih Nikel Nikel
Percepatan pengakhiran masa operasional PLTU
• Pembangkit listrik tenaga nuklir 07296 Pertambangan Bijih Mangan Mangan
• Pembangkit listrik tenaga gas hidrogen
07299 Pertambangan Bahan Galian • Seng/Zinc
• Storage of Electricity
Lainnya Yang Tidak Mengandung • Lithium
Bijih Besi • Kobal
35102 Transmisi Tenaga Listrik
• Platinum
• Kadmium
35103 Distribusi Tenaga Listrik
• Galium
• Tellurium
Aktivitas Penunjang • Aktivitas Penunjang Kelistrikan
35104 08995 Penggalian Kuarsa/Pasir Kuarsa Silika/Pasir Kuarsa
Kelistrikan • Jasa Konservasi/Efisiensi Energi

08999 Pertambangan dan Penggalian Logam Tanah jarang


35202 Distribusi Gas Alam Dan
Lainnya YTDL
Buatan
09900 Aktivitas Penunjang Pertambangan
35301 Pengadaan Uap/Air • Berasal dari energi surya
Dan Penggalian Lainnya
Panas dan Dingin • Berasal dari energi panas bumi
• Berasal dari bahan bakar gas dan cair non-fosil terbarukan 06100 Pertambangan Minyak Bumi
CCS
(renewable non-fossil gaseous and liquid fuels)
06201 Pertambangan Gas Alam
• Berasal dari fossil gas
• Berasal dari limbah panas 09100 Aktivitas Penunjang Pertambangan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi
• Menggunakan pompa panas listrik (electric heat pump) Minyak Bumi Dan Gas Alam untuk teknologi terkait CCS

Kriteria kuantitatif akan menggunakan pengukuran lifecycle emissions. Namun demikian, untuk tahap awal memperhatikan kesiapan industri di Indonesia saat ini terutama terkait pengukuran emisi, maka diterapkan masa transisi
bagi pelaku usaha yang belum dapat memenuhi pengukuran lifecycle emissions untuk dapat menggunakan pengukuran Scope 1 - direct emission sampai dengan tahun 2028 (atau lebih awal). 12
Aktivitas di Sektor Energi (2/4)
Aktivitas Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin
Dasar Penetapan (Rationale) TSC:
1. TSC untuk pengukuran emisi pada dasarnya mengikuti skenario 2. Untuk pembangkit listrik tenaga air, terdapat penyesuaian dari ATSF pada kriteria kuantitatif
ATSF version 2: power density. Berdasarkan kajian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
a. TSC untuk “Hijau” ditetapkan agar konsisten dengan tentang Metodologi Penghitungan Reduksi Emisi dan/atau Peningkatan Serapan GRK pada
taksonomi internasional lainnya. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan Waduk, maka power density yang
digunakan adalah >4 W/m2.
b. TSC untuk “Transisi” ditetapkan berdasarkan proyeksi emisi masa
depan untuk semua pembangkit listrik di Asia Tenggara 3. Terdapat beberapa Aktivitas yang belum memiliki kode KBLI dan sementara akan ditempatkan
berdasarkan IEA Sustainable Development Scenario (SDS). pada KBLI terdekat sebagai berikut:
c. Pertimbangan lainnya: meskipun dalam masa transisi terdapat 2 No Aktivitas Penempatan KBLI terdekat* Dasar Penetapan TSC
(dua) pengukuran emisi yang dapat dipilih oleh pengguna sesuai 1 Percepatan pengakhiran [35101] Pembangkitan ATSF version 2 dan
dengan kesiapannya, namun untuk kriteria kuantitatif masih masa operasional PLTU Tenaga Listrik kebijakan/peraturan
menggunakan batasan angka TSC yang sama (100gCO2e/KWh). perundangan yang berlaku
Hal ini mempertimbangkan aktivitas pembangkitan dengan di Indonesia.
sumber energi dari EBT berada di angka Scope 1 - direct emission 2 Storage of Electricity [35101] Pembangkitan ATSF version 2 dan praktik
<100gCO2e/KWh yang mana secara ukuran sejalan dengan Tenaga Listrik terbaik di internasional.
klasifikasi “Hijau” menggunakan lifecycle emission 3 Jasa Konservasi/Efisiensi [35104] Aktivitas Penunjang Kementerian terkait dan
<100gCO2e/KWh (Sumber: IPCC Fifth Assessment Report (AR5), Energi Kelistrikan kebijakan/peraturan
2014). Dengan demikian, ukuran yang digunakan: perundangan yang berlaku
di Indonesia.
Klasifikasi Lifecycle Emission* Scope 1 - Direct Emission** 4 Carbon Capture and [06100] Pertambangan ATSF version 2 dan
Hijau <100gCO2e/KWh <100gCO2e/KWh Storage (CCS) Minyak Bumi, atau kebijakan/peraturan
Transisi <510gCO2e/KWh <510gCO2e/KWh perundangan yang berlaku
[06201] Pertambangan Gas
di Indonesia.
Alam
*) TSC sebagaimana ATSF v2
5 Penelitian, Pengembangan, [09100] Aktivitas Penunjang Praktik terbaik di
**) Mempertimbangkan kondisi di Indonesia (dalam jangka waktu tertentu) dan Inovasi untuk Pertambangan Minyak Bumi internasional
teknologi terkait CCS Dan Gas Alam
*) Berdasarkan diskusi dan kesepakatan dengan kementerian.
Catatan: Aktivitas angka 3, 4, dan 5 dalam tabel di atas merupakan enabling activities yang
meningkatkan kinerja sektor dan/atau Aktivitas lain serta tidak menimbulkan risiko terhadap EO.

13
Aktivitas di Sektor Energi (3/4)
Highlight Aktivitas Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin yang memiliki peranan selama periode transisi di Indonesia:
1. Aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara dalam TBI 2. Aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Percepatan pengakhiran masa PLTU Existing dan PLTU New (RUPTL dan • Sejalan dengan Rancangan Peraturan Kebijakan Energi Nasional, salah satunya
operasional PLTU terintegrasi dengan industri) memaksimalkan peran nuklir sepanjang keekonomiannya terpenuhi dengan target
0,4% pada tahun 2032 dan meningkat secara bertahap hingga 9,7% pada tahun
• ATSF v2: Taksonomi regional pertama di • Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2022 2060.
dunia yang telah mempertimbangkan secara tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan • Beberapa taksonomi global telah memasukkan PLT Nuklir:
menyeluruh upaya percepatan pengakhiran untuk Penyediaan Tenaga Listrik (Perpres 112/2022), di EU Taxonomy
masa operasional PLTU (coal phase-out), mana pengembangan PLTU baru dilarang kecuali untuk: ✓ By including nuclear energy in the taxonomy, the European Union has signaled the
dapat berperan dalam dekarbonisasi untuk a. PLTU yang telah ditetapkan dalam Rencana Usaha importance of advancing nuclear projects.
mendukung tujuan Paris Agreement, serta Penyediaan Tenaga Listrik sebelum berlakunya Peraturan
menjadi tools untuk transisi. ✓ Many Europeans nations, including France, Poland, Czech Republic, Romania and
Presiden ini; The Netherlands, have made the commitment to expand nuclear generation in
• Energy Transition Mechanism (ETM): Skema b. PLTU yang memenuhi persyaratan:
Fasilitas Pengurangan Emisi Karbon (Carbon order to achieve climate and energy security.
Reduction Facility) yaitu skema yang 1) Terintegrasi dengan industri yang dibangun Korea Taxonomy
digunakan untuk pensiun dini PLTU di berorientasi untuk peningkatan nilai tambah sumber ✓ Nuclear was included in the new draft on condition accident-tolerant fuel (ATF) is
Indonesia daya alam atau termasuk dalam Proyek Strategis used by 2031 and detailed planning is undertaken for construction of a high-level
Nasional yang memiliki kontribusi besar terhadap
• Just Energy Transition Partnership (JETP): penciptaan lapangan kerja dan/atau pertumbuhan
radioactive waste disposal facility.
Fokus pada peningkatan energi terbarukan ekonomi nasional; ✓ These requirements are applied to every nuclear power plant with a construction or
dan transisi dari energi batu bara operation permit valid in or before 2045.
2) Berkomitmen untuk melakukan pengurangan emisi
• GFANZ Managed Phaseout Program: GRK minimal 35% dalam jangka waktu 10 tahun sejak UK Taxonomy Initiatives
melibatkan LJK dalam mendukung PLTU beroperasi dibandingkan dengan ratarata emisi Nuclear power is to be classed as “environmentally sustainable” in the UK’s green
pembiayaan upaya pensiun dini aset-aset PLTU di Indonesia pada tahun 2021 melalui taxonomy, giving it access to the same investment incentives as renewable energy,
14
beremisi tinggi seperti PLTU Batu Bara. pengembangan teknologi, carbon offset, dan/atau
• Kajian dan laporan lainnya: Laporan bauran Energi Terbarukan; dan 3. Carbon Capture and Storage (CCS) dan Penelitian, Pengembangan, dan
gabungan dari Rocky Mountain Institute 3) Beroperasi paling lama sampai dengan tahun 2050. Inovasi untuk teknologi terkait CCS
(RMI), Carbon Tracker, dan Sierra Club; dan
Climate Bonds Initiative (CBI), Climate Policy • Masukan dari berbagai stakeholder terkait peranan • Sejalan dengan kebijakan nasional:
Initiative (CPI), dan RMI - Joint Paper on penting PLTU Batu dalam supply chain di industri
✓ Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2024 tentang
Guidelines for Financing Credible Coal manufaktur teknologi energi bersih (contoh: baterai kendaraan
listrik, panel surya, dan sebagainya) dengan pertimbangan Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon; dan
Transition pada Nov’ 2022.
kepastian dan kestabilan supply energi, harga yang masih ✓ Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 2
kompetitif, dan keterbatasan ketersediaan jaringan listrik. Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, Serta
Kriteria ketat Maksimal Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon Pada Kegiatan Usaha Hulu
Klasifikasi “Hijau” Minyak dan Gas Bumi.
Detail TSC
pada Klasifikasi “Transisi” – TSC pada Lampiran • Taksonomi global telah memasukkan Aktivitas CCS a.l: EU Taxonomy, ATSF v2,
Klasifikasi “Transisi” Lampiran Singapore Taxonomy, dll
14
Aktivitas di Sektor Energi (4/4)
Aktivitas Pertambangan dan Penggalian
Dasar Penetapan (Rationale) TSC:
Aktivitas Pertambangan dan Penggalian Mineral Kritis yang Mendukung Teknologi Energi Bersih dan Transisi Menuju NZE
Terdapat dinamika global yang mulai mendiskusikan peran penting Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral • Kriteria kuantitatif menggunakan
beberapa aktivitas yang mendorong transisi energi termasuk (KESDM) No. 296.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang Penetapan Jenis pendekatan angka target penurunan emisi
critical minerals dalam mencapai ekonomi yang berkelanjutan dan Komoditas yang Tergolong Dalam Klasifikasi Mineral Kritis, terdapat sektor energi yang bersumber dari dokumen
mengejar target dekarbonisasi. 47 jenis mineral kritis di Indonesia, 15 diantaranya merupakan mineral Enhanced NDC Indonesia yaitu:“Memiliki peta
kritis yang mendukung teknologi energi bersih dan transisi menuju jalan pengurangan emisi yang
Di tahun 2021, International Energy
NZE (green metals). Mempertimbangkan: terverifikasi/tervalidasi dan mengurangi emisi
Agency (IEA) dalam laporannya “The Role Kriteria ketat
of Critical Minerals in Clean Energy a. Belum terdapat taksonomi global yang memasukkan aktivitas GRK (lifecycle emissions) sekurang-kurangnya
Klasifikasi
Transition”, pertambangan dan penggalian termasuk mineral kritis yang 12,5% dari Business as Usual pada tahun 2030
“Transisi”
mendukung teknologi energi bersih dan transisi menuju NZE dalam TSC pada atau berdasarkan ketetapan/ketentuan
telah memberikan analisis yang komprehensif mengenai pesatnya taksonomi; Maksimal Lampiran pemerintah”.
penerapan teknologi energi bersih sebagai bagian dari transisi b. Nature dari aktivitas pertambangan dan penggalian; dan
• Kriteria kualitatif didasarkan pada kebijakan
energi berdampak pada peningkatan permintaan mineral secara c. Aktivitas mineral kritis yang mendukung teknologi energi bersih dan dan peraturan perundang-undangan yang
signifikan. transisi menuju NZE lebih sejalan dengan definisi klasifikasi “Transisi”
Dalam Laporan Energy Transition Commission berlaku di Indonesia.
(mendorong Aktivitas lain untuk berkelanjutan).
(Juli, 2023) yang dikutip pula oleh The
Economist (September, 2023), dijelaskan Pemetaan Mineral Kritis yang Mendukung Teknologi Energi Bersih dan Transisi Menuju NZE (Green Metlas) – berdasarkan KESDM
bahwa transisi energi membutuhkan jumlah
Referensi
teknologi energi bersih yang cukup besar. No Nama Mineral Kritis/Komoditas Tambang
IEA ETC Amerika Uni Eropa Australia
Sampai dengan 2030, kebutuhan belanja modal tahunan 1. Galena/Timbal/Timah Hitam/Plumbum Ya - - - -
diperkirakan meningkat dua kali lipat menjadi USD300 miliar untuk 2. Aluminium/Bauksit Ya Ya Ya Ya Ya
mengisi kesenjangan pasokan dalam menciptakan teknologi energi 3. Tembaga Ya Ya Ya Ya Ya
bersih. Oleh karena itu, keberadaan mineral kritis menjadi sangat
4. Nikel Ya Ya Ya Ya Ya
signifikan dan tidak tergantikan dalam mendukung pencapaian
5. Seng/Zinc Ya - - - Ya
net zero emission.
6. Lithium Ya Ya Ya Ya Ya
Sejalan dengan COP28 di Dubai yang
7. Silika/Pasir Kuarsa Ya Ya Ya Ya Ya
menghasilkan kesepakatan, salah satunya
8. Kobal Ya Ya Ya Ya Ya
untuk meningkatkan kapasitas energi
terbarukan menjadi 3 kali lipat secara
9. Besi - - - - -
global dan efisiensi energi 2 kali lipat 10. Mangan Ya - Ya Ya Ya
rata-rata global sampai tahun 2030. 11. Logam Tanah Jarang Ya - Ya Ya Ya
12. Platinum Ya Ya Ya Ya Ya
Upaya tersebut mendorong kontribusi semua pihak sebagai 13. Kadmium Ya - - - -
upaya global dengan cara yang ditentukan pada jalur nasional. 14. Galium Ya - Ya Ya Ya
Tanpa kehadiran mineral kritis tertentu yang berperan 15. Tellurium Ya - Ya - Ya
signifikan sebagai bahan baku untuk mendukung teknologi
Notes: Aktivitas Pertambangan dan Penggalian selain green metals saat ini belum dimasukkan ke dalam TKBI. Namun, akan memperhatikan perkembangan
energi bersih dan transisi, maka target NZE sulit untuk
nasional dan internasional ke depan.
dicapai.
15
Peralihan THI ke TKBI dan Pengembangan TKBI ke Depan
Peralihan THI ke TKBI Keterkaitan dengan Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Lainnya

Aktivitas ekonomi masuk ke dalam cakupan THI


dan TKBI Sustainability Bursa Karbon
• Maka pendekatan penilaian yang dilakukan Disclosure & Reporting
adalah pendekatan dan mekanisme penilaian Indikator green/sustainable performance carbon offset sebagai salah satu upaya
pada TKBI. dalam pengungkapan keberlanjutan entitas pengurangan emisi GRK entitas yang
yang sejalan dengan Pilar Metriks dan Target digunakan untuk memenuhi TSC– kuantitatif
• Sebagai contoh, aktivitas transmisi tenaga
pada IFRS S2 – Climate-related disclosure (menggunakan lifecycle emission).
listrik [35102] tercantum dalam THI dan TKBI.
standard
Maka dari itu, pengguna TKBI harus menilai
Aktivitas tersebut menggunakan mekanisme Climate Risk Management and
penilaian pada TKBI. Efek Bersifat Utang dan Sukuk Scenario Analysis (CRMS)
Berlandaskan Keberlanjutan (EBUS)
Data TKBI dapat digunakan sebagai
Aktivitas ekonomi masuk ke dalam cakupan THI salah satu acuan untuk menetapkan pendukung CRMS
namun tidak terdapat dalam TKBI persyaratan EBUS
• Maka penilaian dilakukan dengan menggunakan
mekanisme dan kriteria pada THI. Misalnya Rencana Pengembangan TKBI ke depan
pada aktivitas pertanian jagung [01111] yang
tercakup pada THI dan tidak masuk dalam TKBI, Grandfathering dan Sunsetting Sektor NDC Lainnya
maka penilaian masih menggunakan mekanisme
THI. Grandfathering: istilah yang Sunsetting: merupakan proses di mana
• Definisi klasifikasi “Hijau”, “Kuning”, “Merah” digunakan dalam taksonomi TSC untuk klasifikasi tertentu telah
dalam THI berbeda dengan “Hijau”, “Transisi” yang menjadi dasar berakhir dan tidak dapat digunakan lagi, Transportasi, Konstruksi&Real
dan “Tidak Memenuhi Klasifikasi” dalam TKBI. klasifikasi suatu instrumen sebagai contoh TSC pada tahun 2040 untuk Estate, dan FOLU (2024-2025)
Namun demikian, dalam masa transisi, keuangan setelah TSC Aktivitas tertentu sudah tidak berlaku lagi
pelaporan klasifikasi “Hijau”, “Kuning”, diubah atau Aktivitas yang karena berdasarkan perkembangan ilmu
“Merah” dapat dipersamakan dengan “Hijau”, menerapkannya telah pengetahuan, teknologi dan prioritas
“Transisi” dan “Tidak Memenuhi Klasifikasi”. dihentikan dalam periode transisi, aktivitas tersebut telah beralih
Agriculture, IPPU dan
waktu tertentu. menuju NZE atau bergerak menuju 1.5oC. Limbah/Waste (2025-2026)
Aktivitas ekonomi tidak masuk ke dalam
cakupan THI namun terdapat dalam TKBI
Maka pendekatan penilaian yang dilakukan adalah Akan dikembangkan pada pengkinian
penilaian TKBI. Contoh: aktivitas percepatan taksonomi ke depan.
pengakhiran masa operasional PLTU Batu Bara
16
17
TERIMA KASIH
Departemen Surveillance dan Kebijakan
Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi (DSKT) | 2024
sustainablefinance@ojk.go.id
http://gapura.ojk.go.id/tkbi2024

Anda mungkin juga menyukai