Anda di halaman 1dari 8

NOTULEN

G20 WEBINAR SERIES KESDM – UNIDO- IEA

“Energy Efficiency: Scaling-Up Strategies for Sustainable


and Decarbonized Industry”

Jakarta, 29 Juni 2022


Pukul 14.00-16.30 WIB

1. Acara webinar series G20 “Energy Efficiency: Scaling-up Strategies for sustainable and
decarbonized industry” dilaksanakan melalui aplikasi webex dan dihadiri oleh 273
peserta dan 450 peserta bergabung melalui kanal Youtube Kementerian ESDM. Peserta
yang menghadiri webinar merupakan perwakilan negara anggota G20, kedutaan negara
sahabat, lembaga mitra pembangunan, kementerian dan lembaga, pemerintah daerah,
BUMN, asosiasi dan akademisi.

2. Webinar “Energy Efficiency: Scaling-up Strategies for sustainable and decarbonized


industry” dibuka melalui pemberian opening remarks oleh:

a. Bapak Yudo Dwinanda Priaadi, Chair of ETWG 2022 Indonesia

Pada pertemuan ETWG kedua yang dilaksanakan di Labuan Bajo dalam penyusunan
dokumen Bali Compact, energi efisiensi menjadi salah satu poin penting dalam transisi
energi. Manfaat dari melakukan peningkatan efisiensi energi antara lain:

(1) Energi efisiensi dapat memberikan kontribusi sebanyak 40% dari total
pengurangan emisi karbon yang dibutuhkan untuk pencapaian Paris Agreement.

(2) Energi efisiensi dapat mendorong industry untuk lebih efisien dan berkelanjutan.
Menurut UNIDO, 70% emisi GRK disumbang dari 5 industri besar, salah satunya
semen, besi dan aluminium.

(3) Energi efisiensi akan menjadi kunci dalam transisi energi yang adil dan
terjangkau. Energi efisiensi dapat menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak 3,1
juta hingga 2030.

(4) Perkembangan energi efisiensi cukup lambat dimana intensitas energi hanya
meningkat sebanyak 0,5% pada tahun 2020 dan 1,9% pada tahun 2021.

(5) Energi efisiensi juga menjadi kunci dalam krisis energi, karena energi efisiensi
adalah salah satu aksi yang paling mungkin dilakukan.
b. Mr. Nicola Bazani, Chair of ETWG G20 2021 Italia

Berdasarkan analisis dari IEA, konsumsi energi di industri menyumbang 40% dari total
konsumsi energi yang saat ini masih didominasi oleh bahan bakar fosil. Implementasi
teknologi bersih salah satunya green hydrogen menjadi kunci dalam mengurangi emisi
GRK pada industry. Efisiensi energi sebagai bahan bakar pertama menjadi salah satu
target prioritas Italia dengan target pengurangan konsumsi energi sebesar 1,3 MTOE
hingga tahun 2030. Untuk mencapai target ini Italia menerapkan beberapa aksi antara
lain pemberian keringanan pajak, white certificate, pendanaan nasional untuk efisiensi
energi dan juga penerapan teknologi digital pada industry. Italia juga berperan aktif
dalam green hydrogen dengan untuk mendukung program G7 untuk dekarbonisasi
industry.

c. Mr Tareq Emtairah, Director Department of Energy UNIDO

Industri memegang peranan penting dalam transisi energi dalam hal industry
merupakan emitter terbesar GRK. Industri sendiri juga terpengaruh oleh perubahan
iklim terkait terganggunya supply chain, meningkatnya biaya asuransi, masalah
ketenagakerjaan dan lain sebagainya. Industri berpotensi untuk menjadi aktor utama
dalam transformasi energi melalaui penerapan efisiensi energi, namun hal ini
terhalang oleh adanya kesenjangan antara kebutuhan modal dan investasi dalam
proyek-proyek efisiensi energi. Karena itu perlu usaha untuk menarik investasi
efisiensi energi serta pendampingan teknis dalam pengembangan usaha terutama di
industry kecil dan menengah.

3. Webinar dilanjutkan dengan keynote speech dari Bapak Dadan Kusdiana selaku Dirjen
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi yang memaparkan bahwa efisiensi
energi adalah potensi yang dimiliki oleh semua negara dalam jumlah yang melimpah.
Efisiensi energi dapat memberikan sumbangsih dalam penurunan emisi karbon.
Indonesia sendiri telah mencanangkan target untuk mengurangi intensitas energi sebesar
1% pertahun hingga tahun 2025. Usaha yang telah dilakukan untuk mencapai target ini
antara lain:
a. Standardisasi dan labelling untuk peralatan listrik
b. Implementasi teknologi hemat energi contohnya motor listrik dan kompor induksi
c. Implementasi manajemen energy
d. Impelementasi energi konservari di bisnis dengan mendorong pelaksanaan ESCO
e. Sosialisasi dan pemberian penghargaan
Namun, pencapaian target ini masih menemui hambatan salah satunya kurangnya
pendanaan pada proyek-proyek efisiensi energi. Selain itu diperlukan pula insentif pada
proyek efisiensi energi contohnya dengan pemberian keringanan pajak dan pinjaman
bunga rendah.
4. Webinar dianjutkan dengan Diskusi Panel 1 yang dimoderatori oleh Ms Melanie Slade
selaku Senior Programme Manager, Energy Efficiency in Emerging Economies, IEA.
Diskusi Panel 1 ini mengangkat tema “Efficiency First: A New Paradigm for The Global
Energy System/ A Case for Higher Ambition”. Sebagai pembuka, Ms. Slade
memaparkan bahwa pada tahun 2021 terjadi kenaikan emisi CO2 tertinggi yang
disebabkan oleh penggunaan batu bara. Menurut roadmap transisi energi menuju Net
Zero Emission yang dicanangkan oleh IEA, 40 dari 400 milestone menuju NZE berkaitan
dengan efisiensi energi. Dengan melakukan efisiensi energi, ekonomi global dapat
meningkat hingga 40% hingga tahun 2030. Apabila energi efisiensi tidak dilakukan maka
kebutuhan terhadap energi dapat meningkat hingga 30% pada tahun 2030. Langkah
yang dapat diambil pemerintah untuk meningkatkan efisiensi energi antara lain dengan
menerbitkan paket kebijakan dan juga pemberian insentif yang mendukung efsiensi
energi.
Selanjutnya dilakukan panel diskusi dengan pembicara:
a. Ms. Isabel Apolinário, Head of Tariffs, Prices and Energy Efficiency Division, Energy
Services Regulatory Authority, Portugal: The role of demand-side management in
avoiding energy supply system costs
Efisiensi energi diperlukan bukan hanya untuk menjaga kelestarian lingkungan tapi
juga untuk mengurangi biaya produksi energi. Dengan meningkatnya biaya energi,
Pemerintah harus memastikan keseimbangan antara ketersediaan dan
keterjangkauan energi. Pemerintah dapat menyediakan insentif yang memeiliki
tujuan yang searah dengan target efisiensi energi. Sebagai contoh seperti yang
dilakukan oleh Portugal dimana dilakukan program efisiensi energi untuk konsumen
yang menerapkan efisiensi energi. Dari pengajuan yang masuk kemudian dipilih
usaha-usaha terbaik yang dilakukan untuk menerapkan efisiensi energi untuk
mendapatkan insentif.
b. Ms. Mada Ayu Habsari, The Indonesian Conservation and Energy Efficiency Society
(MASKEEI) Unlocking Financial for ESCOs using Insurance Scheme
Skema ESCO sulit berkembang di Indonesia karena tidak mempunyai payung
hokum, terbatasnya pendanaan, model bisnisnya yang bersifat jangka pendek,
terbatasnya pilihan penyedia teknologi, dan ekosistem yang belum berkembang.
Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan percontohan terhadap bisnis model
yang diterapkan di Amerika Serikat yang menggunakan energy saving insurance
untuk melindungi klien dan investor. Karena dengan adanya asuransi maka apabila
timbul masalah dapat ditanggung oleh asuransi.
Program yang dilakukan MASKEEI saat ini antara lain: berkolaborasi dengan
Pemerintah dan KADIN, pembangunan kapasitas dan komunitas, implementasi dan
standardisasi proyek, kolaborasi stakeholder melalui FGD.
c. Mr. Vicente Hurtado Roa, European Commission, Head of Unit C2 ‘Indirect Taxes
other than VAT’, How can the new EU Carbon Border Adjustment Mechanism
incentivize and supportenergy savings?
European Comission mencanangkan European Green Deal yang merupakan
program dari Uni Eropa untuk dapat mencapai karbon netral pada tahun 2050. Uni
Eropa juga melakukan penerbitan inisiatif paket kebijakan yang menargetkan
pengurangan emisi karbon sebesar 55% pada tahun 2030 dimana beberapa di
antaranya terkait dengan efisiensi energi. Terkait dengan Carbon Border Adjustment
Mechanism (CBAM) yag merupakan mekanisme yang memastikan harga karbon
bersifat sama meskipun berbeda wilayah. Penerapan CBAM dapat mengurangi
bahan bakar yang digunakan untuk memproduksi barang. Lingkup dari penerapan
CBAM akan terus ditingkatkan setelah dilakukan perundingan dan koordinasi dengan
parlemen dan stakeholder terkait.
d. Ms. Giorgia Pasqualetto, Energy Efficiency and CoolingSpecialist, SEforALL: Mission
Efficiency: Elevate. Support. Invest
Efisiensi energi merupakan langkah yang dengan biaya paling efektif. Disamping itu
efisiensi energi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan juga mendorong
persaingan sehat di dunia industry. Terdapat potensi investasi besar di bidang
efisiensi energi di industry yang belum tergarap. Inisiatif Mission Efficiency
diluncurkan untuk mempersatukan usaha efisiensi energi untuk menciptakan aksi
berskala global Inisatif ini melibatkan 16 negara di mana beberapa merupakan
anggota G20. Mission efficiency mendorong negara-negara untuk dapat menetapkan
target ambisus, menyelaraskan pendanaan, menciptakan lingkungan yang baik
untuk investasi dan memfasilitasi kerja sama antar negara dan daerah pada proyek-
proyek efisiensi energi.
e. Mr. Jalel Chabchoub, Chief Investment Officer, Energy Efficiency Expert Renewable
energy & Energy efficiency Department, African Development Bank
Untuk memaksimalkan pemanfaatan efisiensi energi yang berkelanjutan harus
dilakukan identifikasi potensi dan tantangan pengembangan efisiensi energi pada
masing-masing negara. Sebagai contoh di Afrika, beberapa tantangan yang ada
antara lain kurangnya kapasitas teknis dalam melaksanakan audit energi, serta
kurangnya payung kebijakan dan regulasi yang mendukung dari Pemerintah.
Pengembangan Super ESCO di Afrika bertujuan tidak hanya untuk menurunkan
tagihan energi Pemerintah tapi juga untuk menciptakan peluang mekanisme
pendanaan saat proyek efisiensi energi mulai berkembang. Untuk mendorong super
ESCO ini maka diperlukan dukungan antara lain: memulai aliran efisiensi energi,
meningkatkan pemahaman, menyediakan lingkungan yang memadai, melaksanakan
pembangunan kapasitas dan memberikan pendanaan mula sebagai katalis untuk
pendanaan selanjutnya.
f. Ms. Charlotte Wang, Founder and Chief Executive of EQUOTA, Digital solutions for
optimizing energy performance management
Equota adalah platform digital yang menggunakan teknologi dan big data dalam
usahanya untuk melakukan reformasi energi. Equota menyediakan optimalisasi
pemeliharan dan manajemen karbon untuk industry yang memenerlukan banyak
energi. Equata menawarkan tiga produk yaitu: Empact (platform manajemen energi),
Opmi (platform optimalisasi energi), dan Sami (platform pemeliharaan). Dengan
menggunakan produk ini mampu melakukan penghematan energi sebesar 5 – 15%
pada sisi konsumen dan 1-5% pada sisi produksi. Pada pengemambangan pertama,
Equota akan mengidentifikasi target grup yang terbaik kemudian dilanjutkan dengan
penentuan platform yang tepat untuk membantu klien melakukan optimalisasi
kemudian pada tahap selanutnya adalah mengkombinasikan hardware dan software
untuk dapat menciptakan algoritma terbaik bagi industry.

5. Webinar dianjutkan dengan Diskusi Panel 2 yang dimoderatori oleh Ms Ilina Stefanova
selaku International Project Coordinator of UNIDO. Diskusi Panel 2 ini mengangkat tema
“Industrial Energy Efficiency: How to Raise The Pace of Change”

a. Mr. Aang Darmawan, Country Manager Indonesia, Southeast Asia Energy Transition
Partnership: Best practices from Energy Efficiency Innovation Window.

ETP diluncurkan pada November 2020 dimana UNOPS berperan sebagai Jangka
waktu proyek ETP akan fund managers. dilaksanakan pada tahun 2020-2025. ETP
beroperasi di 3 negara yaitu: Indonesia, Filipina dan Vietnam.
ETP mengusung 4 pilar utama yaitu: (1) Penyelarasan kebijakan dengan komitmen
pencegahan perubahan iklim, (2) Mengurangi resiko proyek EBT dan efisiensi energi,
(3) Memperluas infrastruktur yang berkelanjutan, (4) Peningkatan kapasitas dan
pengetahuan.
Melakukan identifikasi terhadap tantangan yang dihadapi efisiensi energi antaranya
pengetahuan pasar yang rendah, fasilitas pemerintahan terkait efisiensi energi yang
rendah, kapasitas teknis yang kurang, pendanaan yang kecil dan implementasi
efisiensi energi yang rendah.
Hibah dibutuhkan untuk training dan sertifikasi untuk professional, mengurangi resiko
bagi sector swasta, pengembangan proyek yang bankable dan formulasi kebijakan
yang mendukung.

b. Ms. Elina Kamenitzer, Department Director, Operations Support & Climate, European
Investment Bank: Private Finance for Energy Efficiency (PF4EE) instrument – a
replicable multi-tool.

Startegi pendanaan dari EIB adalah berfokus melalui kebijakan dan pendanaan.
Mempercepat kemerdekaan energi di Uni Eropa melalui program REPowerEU.
Selain itu terdapat PF4EE program yang berfokus pada menyediakan dukungan
untuk industry skala kecil dan menengah, menyediakan pendanaan bagi industry
kecil dan menengah, meningkatkan kapasitas, dan meningkatkan kesempatan bisnis
efisiensi energi agar lebih berkelanjutan. Dilakukan melalui: (1) Risk sharing capacity
untuk mengurangi resiko investasi EE dan (2) Expert support untuk mengembangkan
proyek EE.
Tanggapan dari masyarakat cenderung positif tapi masih kurang cepat karena
akselerasi bergantung pada kesiapan dan kemauan dari pasar, tumpang tindih
dengan program efisiensi energi lain, serta kompatibilitas dengan program hibah
yang dituju.

c. Mr. Rasmus Tengvad, Head of Division - Centre for Energy Efficiency, Danish Energy
Agency: Accelerating implementation of EE in the industry through Voluntary
Agreement Scheme: Learnings from Denmark.

Denmark telah melakukan usaha efisiensi energi sejak tahun 1970, pada awalnya
usaha efisiensi energi berfokus untuk mengatasi krisis minyak, kemudian berkembang
untuk mengurangi sampah, selanjtnya efisiensi energi makin berkembang agar dapat
bermanfaat bagi ekonomi dan lingkungan.
Proyek efisiensi energi juga bermanfaat dengan menciptakan lapangan pekerjaan,
meningkatkan keamanan energi, meningkatkan persaingan internasional yang sehat.
Cara penerapan efisiensi energi pada industry di Denmark antara lain menyediakan
paket kebijakan yang dinilai lebih efektif, penyediaan kemudahan pajak, yang akan
diperkenalkan pada tahun 2025.
Denmark juga memperkenalkan voluntary scheme yaitu program yang menawarkan
keringanan pajak bagi bisnis yang menetapkan target program efisiensi energi.
Program-program yang diunggulkan adalah program yang bersifat cost effective
investment. Program ini diikuti oleh 102 perusahaan yang setara dengan 7-10 % dari
konsumsi energy Denmark.

d. Mr. Mason Wallick, Managing Director & CEO, Clime Capital: De-risking investments
in energy efficiency

Seacef: adalah pendanaan yang diluncurkan pada tahun 2020 dan telah mendanai 7
proyek. Pendanaan Seacef berfokus tidak hanya pada proyek efisiensi energi tapi
Seacaf juga mendukung pengembangan EBT. Target market Seacef adalah
Indonesia, Filipina dan Vietnam. Seacef bekerja sama dengan berbagai stakeholder
untuk menciptakan iklim pendanaan yang paling baik.

Terkait dengan kualifikasi proyek dilihat dari climate impact, di mana biasanya proyek
efisiensi energi akan mendapatkan skor yang tinggi, Kualifikasi juga diniali dari
bagaimana kelayakan dari proyek yang akan dijalankan

Seacef bekerja sama dengan Tara dan ETP untuk mendapatkan pendanaan dan
mereka juga menyediakan early stage support. Seacef juga melakukan mobilitas
pendanaan untuk mengurangi resiko proyek efisiensi energi dengan menggerakkan
pendanaan dari bank komersial seperti contohnya UOB.
e. Ms. Petro de Wet, Senior Project Liaison Media UNIDO: Highlights and Impact of the
UNIDO-led Industrial Energy Efficiency Project in South Africa

UNIDO memulai program efisiensi energi pada saat pemadaman listrik


berkepanjangan di Afrika Selatan pada tahun 2008. Tahap pertama dari proyek ini
dilaksanakan dari 2010-2015 dan terdiri dari 4 komponen yaitu dukungan terhadap
proyek efisiensi energi, dukungan untuk pembangunan kapasitas, optimalisasi system
energi dan peningkatan pengetahuan.

Program ini telah memenangkan berbagai penghargaan salah satunya 2020 Global
Engineering Project of The Year. Dari pelaksanaan proyek ini didapatkan
penghematan energi kumulatif sebesar 6.5 TWh, pengurangan CO2 sebesar 6.4
Million ton CO2 dan penghematan biaya sebesar 5,3 milyar dollar Afrika Selatan.
Selain itu dari pembangunan kapasitas telah dilatih 6330 profesional, 314 experts, 199
local trainer. Gender mainstream diperkenalkan pada proyek dan saat ini 35—45%
trainer berejenis kelamin perempuan.

f. Mr. Abhay Bakre, Director General, Bureau of Energy Efficiency, India: Partial Risk
Guarantee Fund for Energy Efficiency and PAT Scheme, Best examples from India.

Dukungan terhadap implementasi efisiensi energi di India dilakukan dengan cara


menciptakan iklim investasi yang baik melalui penyediaan kebijakan yang mendukung
seperti Energy Conservation Act dan National Action Plan on Climate Change

Kegiatan efisiensi energi di industry dilakukan dengan melakukan evaluasi specific


energy consumption pada tiap sektor, setelah itu target efisiensi energi ditetapkan
kemudian mendorong implementasi teknologi ungtuk memenuhi target tersebut.
Melalui Perform Achieve Target (PAT) program: instrument peraturan untuk
melakukan penghematan enegi. Lebih dari 50% dari industry melaksanakan program
PAT yang meliputi 13 sektor seperti aluminium, semen, pupuk, dan lain-lain. Melalui
PAT didapatkan penghematan energi sebesar 22,75 MTOE, pengurangan emisi CO2
sebesar 99 juta ton of CO2, dan penghematan biaya sebesar 40,945 milyar krore.

6. Acara ditutup oleh Bapak Prahoro Yulijanto Nurtjahyo selaku G20 2022 ETWG Co-Chair,
dengan menyampaikan beberapa kesimpulan yang didapat dari diskusi antara lain:

a. Efisiensi energi sebagai bahan bakar pertama akan sangat berkontribusi dalam
pengurangan emisi GRK terutama di industry berat seperti besi, semen dan lain
sebagainya.

b. Peningkatan efisiensi harus didukung dengan teknologi yang kreatif dan inovatif.
Efisiensi energi yang didukung dengan pengembangan smart grid dan EBT akan
mendorong penilitian, pengembangan dan implementasi teknologi bersih.
c. Komunitas internasional harus melakukan tindakan untuk meningkatkan efisiensi
energi melalui peningkatan investasi dan pemberian insentif pada proyek efisiensi
energi.

d. Energi efisiensi akan menjadi pemersatu dalam bidan ekonomi dan social antar
anggota G20 yang dapat mempercepat transisi menuju energi bersih.

Anda mungkin juga menyukai