Anda di halaman 1dari 7

MA in DTC

POLICY BRIEF
Desember, 2022

Masa Depan Sektor Transportasi:


Memproyeksikan Arah Kebijakan
Mobil Listrik Indonesia

Dewan Redaksi
Larasati Budiyani XXXXX
Luky Maulana Firmansyah XXXXX
Ibrahim Muhammad Ramadhan XXXXX

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Univeristas Gadjah Mada
Alamat, : Jl. Sosio Yusticia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281. Telp, : (0274) 563362. Faks, : (0274) 563362
ext 222. E-mail, : fisipol@ugm.ac.id.
Executive Summary

Pemerintah Indonesia tidak berkenan lagi melakukan ekspor bijih sebagai bahan mentah, karena
bernilai rendah sehingga terkesan hanya ”mengekspor tanah air” tanpa terjadinya multiplier effect di
tanah air Indonesia.

Produsen sektor nikel saat ini dapat memasarkan bijih nikel di pasar dalam negeri, dengan harga
standar HPM (Harga Patokan Mineral) yang cukup menarik karena HPM telah disesuaikan sejak 2021.

Produk feronikel (produk olahan bijih nikel) dari Indonesia sepenuhnya diserap oleh pelanggan di
pasar ekspor dengan profil pelanggan sebagian besar merupakan industri baja tahan karat yang
tersebar di Asia Timur dan Asia Selatan.

A. Latar Belakang

Ikhtiar untuk mempercepat transisi menuju Urgensi untuk mempercepat adopsi mobil
kendaraan listrik (electric vehicle/EV) listrik ini tentu datang dari perkara lingkungan
menggema di ranah global dalam beberapa di sektor transportasi. Menurut data dari
tahun belakangan. Indonesia pun termasuk Institute for Essential Services Reform (IESR)
sebagai negara yang memiliki target ambisius (2019), sektor transportasi menjadi
dalam mengadopsi EV. Pemerintah bahkan penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK)
mematok pada 2030 tingkat adopsi kendaraan dengan persentase mencapai 27 persen. Pada
listrik, termasuk mobil listrik dan sepeda lain sisi, pemerintah Indonesia di bawah
listrik, akan mencapai 80 persen (detik.com, Konvesi Kerangka Kerja PBB tentang
2022). Namun, kebijakan untuk mendorong Perubahan Iklim (UNFCC) menjanjikan
transisi menuju transportasi berkelanjutan ini penurunan emisi GRK secara keseluruhan
masih dalam tahap awal, dan belum mencapai 29 persen (Mahalana & Yang, 2021).
memberikan dampak yang signifikan.
Namun, perkembangan mobil listrik di
Riset yang berbasis policy brief ini lantas akan Indonesia masih dalam tahap awal. Sebagai
menganalisis bagaimana langkah Indonesia bukti, seturut laporan McKinsey (2022), pada
dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik 2021, tingkat adopsi EV di Indonesia baru
dengan fokus pada mobil listrik. Kajian ini mencapai 0,1 persen. Sedangkan, di Cina
berupaya untuk memberikan rekomendasi penetrasi EV mencapai 16,1 persen, Korea
kebijakan perihal dorongan terhadap adopsi Selatan 6,5 persen, dan Australia 2,9 persen.
mobil listrik. Rekomendasi ini datang dari dua Namun, Indonesia diprediksi akan menjadi
perkara: ikhtiar untuk mendorong transformasi pasar mobil listrik terbesar ketiga di Asia pada
industri otomotif, serta menstimulasi pasar EV. 2030. Negara ini juga memiliki kesiapan karena
Penelitian ini secara keseluruhan akan sudah menjadi hub bagi produksi kendaraan
memproyeksikan ihwal arah kebijakan yang roda empat di kawasan.
ideal dalam sektor ini.
Tentu, Indonesia tak bisa lagi menerapkan
kebijakan yang business as usual untuk

2
mendorong penetrasi mobil listrik. Sejauh ini, Indonesia memiliki hubungan erat khususnya
pemerintah baru merilis satu regulasi yang pada komoditas nikel. Beberapa pelaku
akan mengatur jalannya pengembangan EV industri negara pengimpor Nikel melakukan
secara nasional, yakni Peraturan Presiden gugatan atas pilihan Indonesia yang
Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan memberlakukan praktik peniadaan ekspor
Program Kendaraan Motor Listrik Berbasis nikel. Berdasarkan hal tersebut, terdapat
Baterai untuk Transportasi Jalan. Dari sisi proyeksi terhadap konsekuensi yang akan
ekosistem, industri, pemerintah bertekad dihadapi oleh Indonesia di masa mendatang.
untuk membentuk holding baterai kendaraan Proyeksi tersebut yakni adanya kemungkinan
listrik melalui Indonesia Battery Corporation keberlanjutan peniadaan ekspor komoditas
(IBC). nikel ataupun sebaliknya.

Namun, saat naskah kebijakan ini ditulis, Ketergantungan impor nikel oleh pelaku
pemerintah mesti menghadapi ganjalan dari industri Negara lain perlu untuk diikuti oleh
sisi upaya untuk menyediakan bahan baku pemberlakuan praktik kebijakan pembatasan
baterai untuk mobil listrik, yakni nikel. ekspor khusus komoditas nikel. Hal tersebut
Pasalnya, Indonesia kalah dengan Uni Eropa karena nikel banyak digunakan dalam
dalam gugatan larangan ekspor bijih nikel di produksi barang berteknologi tinggi di sektor
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Presiden strategis namun memiliki sedikit komoditas
Joko Widodo pun telah mengeluarkan yang mampu menjadi bahan substitusi dalam
pernyataan bahwa akan mengajukan banding jangka pendek maupun menengah. Indonesia
atas perkara tersebut (Sekretariat Kabinet, tercatat sebagai negara terbesar ketiga
2022). Dalam hal ini, akan dilihat bagaimana penghasil mineral logam nikel setelah Rusia
ikhtiar pemerintah Indonesia mengolah nikel dan Kanada. Indonesia sebagai negara
menjadi bernilai tambah untuk membuat produsen nikel pada dasarnya berkemampuan
baterai mobil listrik. untuk dapat mengontrol harga dan jumlah
komoditas yang disediakan di pasar global.
B. Pendekatan dan Hasil
1. Kebijakan produksi nikel dalam Pembatasan ekspor dapat diwujudkan dalam
negeri (ke perusahaan baterai, berbagai bentuk. Pembatasan ekspor pun
otomotif? dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
2. Ekosistem (perusahaan bisa berbeda di setiap negara. Hal tersebut karena
produksi baterai/motor listrik) tidak ada mekanisme formal secara
3. Infrastruktur internasional. Kebijakan pembatasan ekspor
4. Dampak larangan (Plus minus kalah dapat berupa pembatasan ekspor kuantitatif
WTO) (kuota) yakni pembatasan volume nikel yang
dikenakan oleh Indonesia sebagai negara
Pembatasan ekspor pada dasarnya diterapkan pengekspor nikel. Salah satu bentuk
karena berbagai alasan seperti perlindungan pembatasan ekspor yang paling banyak
lingkungan, perlindungan industri hilir dan digunakan di beberapa negara adalah pajak
sebagai tanggapan atas ketidaksempurnaan atau bea ekspor. Pajak ekspor dapat berupa
pasar komoditas secara global. Dalam hal ini, pajak ad valorem yakni pajak yang

3
berdasarkan persentase dari nilai produk,
dibayar per unit atau per berat produk Salah satu contohnya adalah penolakan
tertentu. Oleh karena itu, perlu untuk konsumen karena ketidakmampuan
dilengkapi dengan pemberlakuan pajak ekspor persaingan harga di pasar. Hambatan berupa
mentah, pemberian potongan pajak bagi nikel harga awal yang tinggi dapat ditanggulangi
olahan hingga penetapan harga ekspor dengan eksistensi insentif dari pemerintah
minimum. seperti intervensi keuangan dan intervensi
regulasi. Intervensi berbasis regulasi dapat
Selanjutnya, dalam hal administrasi diwujudkan melalui pengetatan regulasi emisi
dibutuhkan juga serangkaian persyaratan gas buang kendaraan konvensional hingga
perizinan ekspor yang sangat ketat. Seperti, penciptaan insentif fiskal dan nonfiskal untuk
adanya keharusan menjadi eksportir terdaftar mendukung percepatan industrialisasi sektor
dan bersertifikasi dengan prosedur yang rumit kendaraan listrik. Sedangkan insentif
dan mahal. Hal tersebut digunakan untuk keuangan dapat diwujudkan dengan insentif
dapat meminimalisir kuantitas eksportir yang pembelian melalui skema peniadaan pajak
dapat melakukan penjualan produk ke Negara dan kemudahan kredit bagi konsumen. Hal
lain. Pembatasan ekspor pun perlu diterapkan tersebut mengingat konsumen produk Electric
untuk mendukung pencapaian tujuan sosial Vehicle termasuk berpartisipasi dalam
seperti perlindungan sosial dan konservasi perwujudan komitmen pengurangan emisi gas
sumber daya alam. Oleh karena itu, untuk rumah kaca dan pencapaian net zero carbon.
menjamin keberlangsungan akses masa depan
maka perlu menerapkan skema pajak Selanjutnya, dibutuhkan juga adanya
lingkungan baik bagi pihak eksportir maupun peningkatan kepercayaan terhadap
importir. kendaraan. Selain melalui penekanan promosi
minimnya biaya perawatan, biaya bahan bakar
5. Insentif Bagi Kendaraan Listrik dan biaya minyak pelumas namun aspek
penting lainnya yakni adanya bukti
Eksistensi EV telah menyebabkan perubahan keberagaman design dan fitur teknologi EV
besar dan tantangan terhadap industri dapat beradaptasi dengan kondisi geografis
otomotif secara global. Pasar dari kendaraan Indonesia. Pihak pemerintah dan sektor
bertenaga baterai yakni electric vehicle mulai industri harus mampu berkolaborasi dalam
menunjukkan tren yang positif meskipun penyediaan fasilitas pendukung EV yang
belum sepenuhnya mampu mengambil alih mudah untuk diakses konsumen. Seperti
pasar kendaraan konvensional. Akan tetapi, kemudahan dalam mengakses infrastruktur
terdapat data bahwa Indonesia diperkirakan publik untuk pengisian ulang daya bagi
selain berpotensi mampu memproduksi kendaraan hingga penyebarluasan pasar
namun juga berpotensi menjadi pasar bagi EV. komponen dan suku cadang EV. Hal tersebut
Oleh karena itu, dalam rangka menangkap dikarenakan baik komponen keras maupun
momentum dan mengadopsi Electric Vehicle perangkat lunak EV merupakan elemen
maka membutuhkan kemampuan dalam penting yang menunjukkan keunggulan nilai
mengatasi berbagai hambatan yang berpotensi EV.
hadir di level industri hingga pasar.

4
6. Industrial Transformation
7. Pasar Electric Vehicle Dalam Negeri
Sumber Kajian :
C. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kajian Mandiri : “Masa Depan Sektor
Konsep pengembangan manufaktur kendaraan Transportasi : Analisis Transformasi Industri
listrik di Indonesia harus sejalan dengan Kendaraan Listrik di Berbagai Negara”
pencapaian pembangunan berkelanjutan. Hal
tersebut bermakna bahwa pengembangan Daftar Pustaka
industri tidak hanya bertumpu dan berfokus
Korinek, J. and J. Kim (2010), "Export
pada kemajuan dari segi ekonomi melainkan
Restrictions on Strategic Raw Materials and
harus dapat mendukung kegiatan ekonomi
Their Impact on Trade", OECD Trade Policy
yang berbasis pada kelestarian lingkungan dan
Papers, No. 95, OECD Publishing, Paris,
keberlanjutan sumber daya alam. Mengingat
https://doi.org/10.1787/5kmh8pk441g8-en.
generasi selanjutnya memiliki hak dalam
pemanfaatan sumber daya alam guna proses Korinek and Kim, 2010. Restrictions on
pembangunan selanjutnya. Strategic Raw Materials and Their Impact on
Trade, OECD Trade Policy Working Papers 95,
Disamping itu, perlu
OECD Publishing, Paris (2010)
mempertimbangkan adanya jaminan
keterlibatan masyarakat dalam http://dx.doi.org/10.1787/5kmh8pk441g8-en.
pengembangan dan penguasaan teknologi.
Hak paten dimiliki oleh Indonesia. Kepemilikan
saham sebagian besar dimiliki oleh pihak
Indonesia baik pemerintah ataupun investor
ritel.

5
6
7

Anda mungkin juga menyukai