Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PERUSAHAAN

ELEKTRONIK SETELAH PELAKSANAAN LIBERALISASI ACFTA

Structure, Conduct and Performance Analysis of Indonesia’s Electronic


Industry After the Implementation of the ACFTA

Adrian Lubis1, Alla Asmara2


1
Pusat Pengkajian Kebijakan Perdagangan Internasional, Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan-RI
Jl. M.I. Ridwan Rais No.5 Jakarta Pusat, adrian.lubis@kemendag.go.id
2
Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB

Naskah diterima : 8 Februari 2012


Naskah diterbitkan : 27 Desember 2012

Abstrak

Kajian ini merupakan penilaian dampak kesepakatan perdagangan barang ASEAN–


China FTA (ACFTA) bagi Indonesia dan Cina. Pendekatan kuantitatif dengan analisis
ekonometrik digunakan untuk menilai pengaruh dari ACFTA terhadap kedua pihak dari sisi
kontribusi ekspor dan pertumbuhannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa Indonesia belum
memanfaatkan secara optimal skema ACFTA sehingga memperoleh manfaat lebih sedikit
dibandingkan Cina. Sebagai dampak keikutsertaan dalam ACFTA, ekspor Indonesia ke
Cina meningkat sebesar US$ 116 juta per tahun atau 5,83% per tahun. Sementara ekspor
Cina ke Indonesia sebesar US$ 5,6 miliar per tahun atau 18,55% per tahun. Untuk itu,
Indonesia harus berupaya lebih agresif mengimbangi Cina antara lain melalui kesepakatan
bilateral, penguasaan standar nasional Cina, meminimalkan dampak penyesuaian sektoral
di lima sektor yang paling terpengaruh dan memanfaatkan secara optimal kebijakan anti
dumping.
Kata kunci : Kawasan Perdagangan Bebas, Perdagangan Preferensial, Penilaian
Dampak, Ekspor

Abstract

This study acts as an impact assessment on ACFTA Trade in Goods Agreement toward
two countries: Indonesia and China. A quantitative approach of econometric analysis
is employed to assess the effect of ACFTA to the two countries from two sides: export
contribution and its growth. The result shows that Indonesia has enjoyed less benefits than
China from the ACFTA preferential tariff. Joining ACFTA Indonesia performed an increase
in export to China by US$ 116 million per year or 5.83% increase per annum. Meanwhile,
China’s export to Indonesia amounted to US$ 5.6 billion per year or increase 18.55% per
annum. It is suggested that Indonesia should work more aggressively to balance the ACFTA
benefit such as through bilateral agreement, China national standard acquisition, minimizing
sectoral adjustment impact in the five most affected sectors and optimizing anti-dumping
policy.
Keyword : Free Trade Area, Preferential Trade, Impact Assessment, Export

JEL Classification : F13, F15, F17

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 151


PENDAHULUAN Rencana pengembangan produk
Salah satu klaster industri konsumsi elektronik menghadapi
yang difokuskan untuk mendorong tantangan berat mengingat besarnya
pertumbuhan ekonomi hingga di pangsa produk elektronik konsumsi
atas 7% adalah industri elektronika impor di Indonesia. Namun, sebagian
dan komponen elektronika (KADIN, pengusaha meyakini bahwa liberalisasi
2007). Disamping berkontribusi membantu mereka memperoleh
terhadap pembentukan PDB, industri alternatif bahan baku murah, terutama
elektronika dan komponen elektronika bahan baku dari Cina yang dapat
juga berperan dalam penciptaan menjadi substitusi bagi bahan baku
devisa melalui ekspor. Klaster industri impor dari negara lain (Lubis et.al.,
elektronika dan komponen elektronika 2011). Menyadari kondisi tersebut,
pada tahun 2004 mencapai nilai ekspor untuk mendukung keberhasilan
US$ 6,57 miliar dan meningkat hingga pengembangan produk elektronik
US$ 8,27 miliar pada tahun 2008. tersebut, perlu dianalisis dampak
Dengan capaian nilai tersebut, pangsa liberalisasi terhadap struktur, perilaku
ekspor klaster elektronika dan komponen dan kinerja perusahaan elektronik
sebesar elektronika adalah sebesar 7% setelah pelaksanaan liberalisasi ASEAN
terhadap total ekspor sektor industri dan China Free Trade Agreement (ACFTA).
menduduki posisi kelima setelah industri
pengolahan kelapa sawit, besi baja dan TINJAUAN PUSTAKA
otomotif, tekstil dan pengolahan karet Konsep Liberalisasi
(Kementerian Perindustrian, 2011). Berdasarkan teori perdagangan
Sehubungan dengan internasional, motivasi utama untuk
pengembangan klaster tersebut, melakukan perdagangan internasional
Kementerian Peridustrian telah adalah mendapatkan gains from
menyusun rencana pengembangan trade (Salvatore, 1997). Landasan
produk industri elektronik selama 2010 teori perdagangan internasional yang
yang terdiri dari penyejuk ruangan, lampu melatarbelakangi terjadinya liberalisasi
hemat energi, pompa air dan pemutar antara lain teori keunggulan komparatif.
DVD yang selanjutnya dikembangkan David Ricardo menyempurnakan
menjadi televisi, kulkas dan oven teori keunggulan absolut dari Adam
microwave pada tahun 2015. Adapun Smith dengan mengemukakan
produk yang akan dikembangkan teori keunggulan komparatif. Agar
tersebut tergolong dalam produk dapat memperoleh keuntungan dari
elektronik konsumsi dan merupakan perdagangan dengan negara lain, suatu
bagian dari golongan Harmonized negara akan melakukan spesialisasi
System (HS) 85 (Kementerian dalam memproduksi komoditi yang
Perindustrian, 2011). dapat dilakukan lebih efisien (memiliki

152 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


keunggulan absolut) dan mengimpor nasional, salah satunya sektor
komoditi yang kurang efisien elektronik dan terdapat indikasi dumping
(mengalami kerugian absolut). Konsep untuk beberapa produk tertentu.
yang dipopulerkan oleh David Ricardo Berkaitan dengan kebijakan
mengenai keunggulan komparatif ini perdagangan dan industrialisasi yang
menyatakan bahwa perdagangan yang diambil oleh suatu negara, maka
saling menguntungkan antar kedua secara garis besar dapat dibagi
negara masih dapat berlangsung dalam dua kelompok yaitu kebijakan
sekalipun suatu negara mengalami substitusi impor atau ekspansi ekspor.
ketidakunggulan absolut untuk Substitusi impor sering dikaitkan
memproduksi dua komoditi jika dengan kebijakan proteksi dan ekspansi
dibandingkan dengan negara lain ekspor berhubungan dengan kebijakan
(Salvatore, 1997). liberalisasi. Ogujiuba, Nwogwugwu dan
Chirathivat, (2002) dan Park Dike (2011) mengungkapkan bahwa
et.al (2008) menemukan bahwa Industrialisasi Substitusi Impor (ISI)
liberalisasi ACFTA akan meningkatkan merupakan learning process. Fase
kinerja perdagangan antara kedua substitusi impor merupakan basis
negara, namun karena Cina jauh pengembangan teknologi dan bisnis
lebih siap dengan daya saing lebih internasional. Negara-negara Asia
tinggi, menyebabkan pertumbuhan Timur, seperti Korea Selatan dan Taiwan,
kinerja ekspor Cina, akan jauh lebih menggunakan ISI untuk meningkatkan
tinggi dibandingkan negara ASEAN. kompetensi teknologi industri.
Sementara itu, temuan awal Temuan Kim, et.al (1995),
dari Kementerian Perdagangan mengungkapkan bahwa mulai tahun
mengungkapkan bahwa liberalisasi 1962 Pemerintah Republik Korea
ACFTA memberikan peluang lebih memilih untuk mengadopsi
peningkatan ekspor dan investasi dari strategi promosi ekspor dibandingkan
Cina namun perlu diikuti pengamanan kebijakan substitusi impor. Pemerintah
pasar domestik, peningkatan daya memberikan dukungan yang sangat
saing global dan penguatan ekspor besar bagi perusahaaan eksportir
melalui pelatihan dan investasi untuk dengan memberikan berbagai insentif,
meningkatkan nilai tambah (Lubis termasuk perlakuan istimewa dalam
et.al., 2011). Hal ini berbeda dengan alokasi kredit dan pajak. Hal serupa
temuan dari Kementerian Perindustrian diungkapkan oleh Harvie dan Lee (2003)
(2010) yang mengungkapkan bahwa yang menyatakan bahwa transformasi
liberalisasi ACFTA berdampak buruk dan pertumbuhan ekonomi Korea
terhadap kinerja beberapa industri Selatan yang mengesankan selama

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 153


periode 1962-1989 didorong oleh adopsi yang pada akhirnya menentukan
pertumbuhan ekonomi dan strategi keragaan atau kinerja (performance)
industrialisasi yang berorientasi ekspor. industri tersebut. Struktur biasanya
diukur dengan rasio konsentrasi.
Konsep Structure Conduct Perilaku antara lain dilihat dari tingkat
Performance (SCP) persaingan ataupun kolusi antar
Dasar paradigma SCP dicetuskan produsen. Keragaan atau kinerja suatu
oleh Mason (1939) yang mengemukakan industri diukur antara lain dari derajat
bahwa struktur (structure) suatu industri inovasi, efisiensi dan profitabilitas.
akan menentukan bagaimana para Hubungan SCP disajikan pada Gambar 1.
pelaku industri berperilaku (conduct)

Structure Conduct Performance

Gambar 1. Pendekatan Structure Conduct Performance (SCP)


Sumber: Mason (2009)

Hasibuan (1993) menjelaskan merupakan gabungan pangsa pasar


bahwa struktur pasar menggambarkan dari perusahaan-perusahaan oligopoli
pangsa pasar dari perusahaan- dimana mereka menyadari adanya
perusahaan. Struktur pasar merupakan saling ketergantungan. Pangsa pasar
kunci penting dari pola konsep merupakan indikator tunggal yang
konvensional dalam ekonomi industri. menunjukkan tingkatan kekuatan
Struktur pasar juga mempengaruhi monopoli pada suatu industri. Pangsa
perilaku dari perusahaan. Struktur dan pasar yang lebih besar mengarah pada
perilaku akhirnya akan mempengaruhi kekuatan monopoli, sedangkan pangsa
kinerja pasar. Aspek utama dari struktur, pasar yang lebih kecil menunjukkan hal
perilaku dan kinerja adalah determinan- yang sebaliknya (Jaya, 2001).
determinan yang membentuk struktur Hasibuan (1993) menjelaskan
itu sendiri, yaitu skala ekonomi dan bahwa kinerja pasar atau industri adalah
disekonomi. hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur
Jaya (2001) menjelaskan bahwa dan perilaku industri. Lebih lanjut Jaya
pasar dapat diartikan sebagai suatu (2001) menjelaskan bahwa kinerja
kelompok penjual dan pembeli yang industri biasanya dipusatkan pada tiga
saling bertransaksi, mempertukarkan aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan
barang yang dapat disubstitusikan. teknologi dan kesinambungan dalam
Konsentrasi atau pemusatan distribusi (keadilan).

154 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


METODE PENELITIAN ISP merupakan indikator untuk
Metode Analisis mengetahui pola perdagangan dan
Sesuai dengan tujuan dalam studi pentahapan industrialisasi suatu
ini, maka metode analisis data yang komoditas berdasarkan periode,
akan digunakan adalah sebagai berikut: sehingga kinerja komoditas tersebut
dapat diukur. Adapun tahap-tahap
1. Analisis Deskriptif perkembangan komoditas berdasarkan
Analisis deskriptif digunakan ISP adalah:
dalam mendeskripsikan kondisi aktual a. Tahap Pengenalan; suatu produk
industri elektronika saat ini. Deskripsi dapat diperkenalkan ke dalam suatu
terhadap kondisi spesifik dari setiap negara melalui impor, konsumsi
industri dilakukan berdasarkan hasil domestik berkembang perlahan dan
survei. Hal yang lebih difokuskan dalam produk domestik masih sederhana,
analisis deskriptif ini adalah identifikasi ditandai nilai ISP -1 sampai - 0,5.
komponen utama dan permasalahan (catatan: nilai ISP -1 artinya semua
utama yang dihadapi oleh setiap industri. produk di impor, belum ada ekspor)
b. Tahap Substitusi Impor; produk
2. Analisis Kinerja Perdagangan domestik mulai menggantikan
Untuk menganalisis kinerja barang-barang impor, nilai impor
perdagangan yang dicapai oleh sektor mulai berkurang, ekspor mulai
industri elektronika maka digunakan meningkat, nilai ISP -0.5 sampai 0
Indeks Spesialisasi Perdagangan (catatan: nilai ISP = 0 berarti sudah
(ISP). Indeks Spesialisasi Perdagangan seimbang impor dengan ekspor)
digunakan untuk  menganalisis posisi komoditas.
atau tahapan perkembangan suatu c. Tahap Perluasan Ekspor; pada
produk (Kementerian Perdagangan, tahap ini persaingan ekspor menjadi
2011). ISP ini juga digunakan untuk lebih ketat, nilai ISP berkisar antara
menggambarkan apakah untuk produk 0 sampai 0,8
elektronika, Indonesia cenderung d. Tahap Pematangan/pendewasaan;
menjadi negara eksportir atau importir. pada tahap ini ekspor mempunyai
Secara matematika, ISP dapat daya saing tinggi, ditandai dengan
dirumuskan sebagai berikut: nilai ISP 0,8 sampai 1 (catatan: bila
nilai ISP =1 berarti tidak ada impor).

Untuk mengukur besarnya


perdagangan intra-industri pada suatu
Dimana : X = impor, M= impor komoditi digunakan Intra-Industry Trade
Index (IIT). Dasar pengukuran IIT ini

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 155


adalah Grubel-Lloyd Index (GL). GL industri elektronika diukur berdasarkan
mengukur proporsi perdagangan intra- skala likert dari 1 sampai 5. Nilai 1
industri sebagai persentase dari total menunjukkan penilaian terendah dan
perdagangan. Rumus perhitungan IIT nilai 5 menunjukkan penilaian tertinggi.
sebagai berikut: Semakin rendah nilai yang dicapai

IIT = 1 −
∑ X − M x100 menunjukkan kondisi yang semakin

∑ (X + M ) buruk sedangkan pencapaian nilai yang


semakin tinggi menunjukkan kondisi
Nilai IIT digunakan untuk
yang semakin baik.
menganalisis tingkat integrasi dan
Pembahasan dalam bagian ini
keterkaitan perdagangan antara produk
menyajikan bagaimana dampak dari
industri elektronika Indonesia dengan
adanya liberalisasi perdagangan pada
negara lain. Integrasi yang tinggi
industri elektronik. Analisis dampak
menunjukkan keterkaitan yang erat di
liberalisasi perdagangan terhadap
antara negara-negara tersebut. Nilai
industri elektronika Indonesia dilakukan
IIT yang tinggi menunjukkan adanya
dengan pendekatan SCP. Dalam struktur,
keterkaitan yang bersifat dua arah
aspek yang dianalisis meliputi aspek
(two-way trade) dimana Indonesia
pasar, input utama dan pemodalan.
melakukan ekspor dan impor produk
Untuk dimensi perilaku, aspek yang
industri elektronika. Sementara itu, nilai
dianalisis meliputi: perilaku penentuan
IIT yang kecil menunjukkan adanya
harga, kemitraan dan perilaku terkait
keterkaitan yang bersifat satu arah (one-
produk. Untuk dimensi kinerja, aspek
way trade) dimana Indonesia hanya
yang dianalisis meliputi: efisiensi, daya
berperan sebagai negara eksportir atau
saing, keuntungan dan penciptaan
importir untuk produk elektronika. Nilai
teknologi.
IIT yang cenderung semakin menurun
menunjukkan bahwa untuk produk
Data
elektronika keterkaitan perdagangan
Data utama yang digunakan dalam
yang ada cenderung bersifat satu arah
penelitian ini adalah data primer. Data
dan Indonesia cenderung lebih menjadi
primer diperoleh melalui mini survei
importir (Lubis et.al., 2011).
kepada beberapa industri dan Focus
Group Discussion (FGD). Disamping itu
3. Analisis Structure Conduct
juga dihimpun data sekunder pendukung
Performance
berupa data nilai ekspor, nilai impor dan
Analisis SCP yang dikembangkan
Gross Domestic Product (GDP) dari
dalam kajian ini didasarkan atas hasil
berbagai sumber yaitu Kementerian
survei dan bersifat deskriptif kualitatif.
Perdagangan dan Badan Pusat Statistik
Perubahan struktur, perilaku dan kinerja
(BPS).

156 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


1. Mini Survei 2. Focus Group Discussion (FGD)
Penghimpunan data primer dalam FGD merupakan metode yang
penelitian didesain sebagai suatu mini dapat digunakan untuk menghimpun
survei terhadap industri elektronika. informasi berkaitan dengan masalah
Dalam mini survei dilakukan wawancara dan alternatif pemecahannya pada
terhadap responden yang merupakan pelaksanaan suatu program/kegiatan
pelaku usaha dalam industri elektronika. yang secara langsung melibatkan
Sampel atau responden dalam mini stakeholder dari kegiatan/program
survei umumnya ditentukan melaui tersebut secara aktif. FGD dilaksanakan
metode non-probability sampling. Oleh dengan melibatkan pelaku usaha industri
karena itu, penarikan contoh dalam elektronika, Kementerian Perindustrian
penelitian ini dilakukan melalui teknik dan Kementerian Perdagangan. FGD
purposive sampling. Purposive sampling ini juga ditunjuk untuk merumuskan
adalah teknik penarikan contoh dimana pandangan stake holder terhadap
contoh dipilih berdasarkan pertimbangan tingkat kepentingan berbagai aspek
karakteristik contoh tertentu yang sesuai dari suatu permasalahan yang dikaji.
dengan tujuan penelitian (Juanda, Penentuan tingkat kepentingan dari
2009). Dengan menggunakan teknik ini berbagai aspek tersebut dilakukan
diperoleh beberapa perusahaan dalam dengan memperbandingkan suatu
industri elektronika yang akan mewakili aspek dengan aspek lainnya. Dengan
industri elektronika di Indonesia. demikian dapat dirumuskan tingkat
Industri elektronika yang disurvei kepentingan dari setiap aspek dan hasil
meliputi industri yang menghasilkan tersebut digunakan sebagai dasar dalam
produk berupa pompa listrik, lampu perumusan alternatif kebijakan.
hemat energi, air conditioner dan
televisi. Pemilihan responden dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan mengambil tiga perusahaan Kinerja Perdagangan Industri
terbesar untuk setiap produk di sentra Elektronika Indonesia
elektronik nasional yaitu Batam, Banten Kinerja perdagangan industri
(khususnya Tangerang), Jawa Tengah elektronika Indonesia ditunjukkan
dan Jawa Timur. Adapun responden berdasarkan ISP dan IIT. Perkembangan
yang diwawancara adalah pemilik, ISP dan IIT industri elektronika Indonesia
manajer penjualan dan manajer selama periode 2000-2010 ditunjukkan
produksi dari perusahaan tersebut. pada Gambar 2.
Informasi dari responden diharapkan
memberikan masukan atas perubahan
SCP perusahaan sebelum dan setelah
liberalisasi.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 157


Gambar 2. Kinerja Perdagangan Industri Elektronika Indonesia

Sumber : Pusdata (2012), diolah

Berdasarkan Gambar 2 diketahui periode 2006-2010 produk elektronika


bahwa capaian nilai ISP produk industri Indonesia masuk dalam kategori
elektronika Indonesia bernilai negatif dan tahap pengenalan. Kondisi tersebut
menunjukkan perkembangan capaian menunjukkan bahwa kemampuan
nilai negatif yang semakin besar. Hal bersaing industri elektronika Indonesia
ini menunjukkan bahwa nilai impor cenderung semakin menurun
industri elektronika semakin lebih tinggi dibandingkan produk elektronika dari
dibandingkan nilai ekspornya dan untuk negara lain.

Gambar 3. Hubungan Perkembangan GDP dan Defisit Perdagangan


Indonesia

Sumber : Pusdata (2012), diolah

158 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


Hasil ini sejalan dengan korelasi yang dilakukan cenderung lebih tinggi
GDP dan defisit perdagangan produk dibandingkan capaian ekspor. Hal ini
elektronika (Gambar 3). Semakin besar terlihat dari nilai impor tahun 2000
GDP Indonesia, semakin besar defisit mencapai US $ 800 juta dan menjadi
perdagangan produk elektronik. Kondisi US $ 3.300 juta pada tahun 2009,
ini menunjukkan bahwa Indonesia sedangkan nilai ekspor pada tahun 2000
lebih berperan sebagai pasar produk mencapai US $ 200 juta dan meningkat
elektronik bagi negara lain dibandingkan pada tahun 2009 menjadi US $ 3.100
sebagai produsen. juta. Kondisi ini baru berbalik pada tahun
Perkembangan kinerja perdagangan 2010, dimana nilai ekspor lebih besar
Indonesia-Cina untuk produk elektronika dari impor, dengan ekspor mencapai
(HS 85) ditunjukkan pada Gambar 4. US $ 4.800 juta, sedangkan impor
Berdasarkan gambar tersebut diketahui mencapai US $ 4.600 juta. Adapun
bahwa selama periode 2000-2009 tren perubahan kondisi ini disebabkan
ekspor produk elektronika Indonesia masuknya investasi produk konsumsi
ke Cina cenderung terus mengalami elektronik di Indonesia, khususnya
peningkatan. Namun demikian, impor produk televisi dan lemari es.

Gambar 4. Kinerja Perdagangan Produk Elektronika (HS 85) Indonesia dan Cina
Sumber : Pusdata (2012), diolah

Sementara itu apabila dikaji bagi produk elektronika Indonesia. Di


berdasarkan pangsa ekspor, diketahui sisi lain, perkembangan ekspor Cina
bahwa pangsa ekspor produk ke Indonesia relatif stabil di bawah 5%.
elektronika Indonesia ke Cina memiliki Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
tren peningkatan. Hal ini menunjukkan bukan merupakan pasar utama bagi
bahwa Cina merupakan salah satu produk elektronika Cina.
negara tujuan ekspor yang penting

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 159


Karakteristik Industri Elektronika tergolong dalam kelompok produk
Terpilih medium technology. Komponen
1. Pompa Air yang diperlukan untuk memproduksi
Pompa air merupakan salah microwave terdiri dari: plat alumunium,
satu produk industri elektronika yang magnetron, wave guide (pengatur
tergolong dalam kelompok produk kematangan) dan control circuit.
low technology. Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil survei diketahui
wawancara dengan pelaku usaha bahwa seluruh komponen tersebut
diketahui bahwa dua komponen penting masih diimpor dari Cina dan Uni Eropa.
dalam pompa air adalah impeler (plat Semenjak ACFTA, perusahaan beralih
besi) dan casing. Kedua komponen mengimpor bahan baku dari Cina karena
tersebut belum mampu diproduksi oleh harga bahan baku yang lebih murah
pengrajin kecil. Secara nasional hanya dengan spesifikasi sama. Sementara itu,
ada satu produsen nasional yang dapat bahan baku domestik yang digunakan
memproduksi impeler dan casing. dalam produksi microwave adalah
Permasalahan utama yang dihadapi kabel. Di samping itu, sumberdaya
produsen nasional dalam menghasilkan domestik lainnya adalah tenaga
produk pompa air adalah produktifitas kerja dan pengepakan. Terbatasnya
dalam memproduksi impeler dan casing penggunaan bahan baku domestik
jauh lebih rendah dibandingkan produsen dalam produksi microwave disebabkan
Cina. Hal ini menyebabkan daya saing oleh permasalahan kualitas yaitu bahan
produk pompa air yang dihasilkan baku domestik yang dihasilkan tidak
juga akan lebih rendah dibandingkan mampu memenuhi spesifikasi yang
produk pompa air impor dari Cina. diperlukan oleh produsen microwave.
Upaya peningkatan produktifitas dapat Salah satu responden memproduksi
dilakukan jika menggunakan mesin oven microwave untuk kapal pesiar,
berkapasitas besar. Namun demikian, hotel dan restoran. Daya saing utama
menurut sebagian pengusaha, pasokan perusahaan dalam negeri dalam
daya listrik yang terbatas menghambat memproduksi microwave terletak
hal tersebut. Hal ini menunjukkan pada design produk. Oleh sebab itu
bahwa ketersediaan pasokan listrik juga peningkatan perlindungan hak cipta,
menjadi prasyarat bagi peningkatan khususnya paten terhadap design yang
produktivitas dan daya saing produk dihasilkan sangat diharapkan oleh
pompa air. pelaku usaha.

2. Microwave 3. Televisi
Microwave merupakan salah Televisi merupakan salah satu
satu produk industri elektronika yang produk industri elektronika yang

160 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


tergolong dalam kelompok produk high Kedua komponen tersebut merupakan
technology. Responden yang disurvei komponen yang sangat vital dalam
adalah perusahaan perakit televisi dan industri pemutar DVD. Bahan baku
penghasil komponen televisi. Salah lokal yang digunakan antara lain casing,
satu responden dari perusahaan rakitan kabel, speaker, tenaga kerja dan
pernah berusaha memproduksi televisi pengepakan. Daya saing industri dapat
merek nasional. Permasalahan utama ditingkatkan melalui peningkatan skala
dalam memproduksi televisi merek usaha. Untuk peningkatan skala usaha
nasional adalah belum tersedia industri tersebut dibutuhkan pasokan listrik yang
tabung katoda/layar plasma dan industri lebih besar.
semikonduktor lokal. Bahan baku lokal
yang digunakan meliputi: casing, kabel, Dampak Liberalisasi Perdagangan
speaker, tenaga kerja dan pengepakan. terhadap Industri Elektronika
Bagi industri televisi rakitan, daya Indonesia
saing Indonesia dapat ditingkatkan 1. Analisis Struktur Industri
jika bahan baku utama dapat ditekan Analisis struktur (structure analysis)
harganya, antara lain resin. Daya merupakan analisa untuk melihat
saing juga dapat ditingkatkan jika tingkat persaingan suatu produk yang
skala usaha dapat ditingkatkan, namun ada di dalam pasar. Struktur pasar
membutuhkan pasokan listrik yang lebih menjadi dasar dari perilaku dan kinerja
besar. perusahaan di dalam suatu industri.
Struktur industri elektronik diketahui
4. Pemutar DVD dengan menganalisa sejumlah aspek
Pemutar DVD merupakan salah terkait dengan aspek pasar, aspek
satu produk industri elektronika yang input utama dan aspek permodalan.
tergolong dalam kelompok produk Untuk melihat perbandingan
high technology. Responden yang kondisi industri sektor elektronik
disurvei adalah perusahaan perakit sebelum dan setelah liberalisasi,
pemutar DVD. Komponen yang terkait dilakukan mini survei terhadap enam
dengan membaca data DVD masih perusahaan dalam industri elektronika.
diimpor antara lain dari Malaysia Dampak liberalisasi terhadap
maupun Uni Eropa. Sedangkan pelat dimensi struktur industri elektronika
semikonduktor masih diimpor dari Cina. Indonesia disajikan pada Gambar 5.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 161


Sumber alterna
Modal

Kemudahan dalam memperoleh

Ketersediaan di Perusahaan

Sumber domes
Input Utama

Kemudahan dalam memperoleh

Ketersediaan di Perusahaan

Penguasaan pasar lokal


Pasar

Cakupan wilayah pemasaran

Permintaan pasar

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50

Setelah Liberalisasi Sebelum Liberalisasi

Gambar 5. Analisis Struktur Industri Sektor Elektronik Sebelum dan Setelah


Liberalisasi

Sumber : Pusdata (2012), diolah

Berdasarkan Gambar 5 diketahui dalam menguasai pasar lokal cenderung


bahwa secara umum liberalisasi yang menurun drastis dengan adanya
terjadi menyebabkan kondisi pasar liberalisasi. Hal tersebut ditunjukkan
dan pemodalan yang dihadapi industri oleh capaian skor yang menurun yaitu
elektronika nasional cenderung lebih dari 3,83 (sebelum liberalisasi) menjadi
buruk dibandingkan sebelum adanya hanya 1,67 (setelah liberalisasi). Hal
liberalisasi. Hal ini disebabkan hilangnya ini menunjukkan bahwa liberalisasi
sebagian pasar produk akhir karena menyebabkan penurunan kemampuan
kalah bersaing dengan produk impor. perusahaan nasional dalam menguasai
Namun demikian, untuk aspek input pasar lokal/domestik.
utama, liberalisasi memberikan dampak Sebelum liberalisasi cakupan
positif, khususnya dalam hal kemudahan wilayah pemasaran produk industri
dalam memperoleh dan ketersediaan elektronik nasional dinilai sudah baik
input utama di dalam perusahaan. dengan skor 4,0. Namun setelah
Secara umum, perkembangan adanya liberalisasi, kondisinya menjadi
sejumlah variabel dari aspek pasar jauh lebih buruk dengan capaian skor
setelah adanya liberalisasi menunjukkan 2,83. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi yang tidak lebih baik. liberalisasi memberikan dampak yang
Kemampuan perusahaan domestik besar terhadap cakupan wilayah

162 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


pemasaran sehingga cakupan wilayah liberalisasi). Hasil ini menunjukkan
pemasaran produk elektronik nasional bahwa liberalisasi memberikan dampak
menjadi semakin terbatas. Hal serupa positif bagi pemenuhan kebutuhan
juga terjadi pada kondisi perkembangan input utama. Hal serupa juga dijumpai
permintaan pasar yang dihadapi industri terkait ketersediaan input utama di
nasional. Perkembangan permintaan perusahaan. Skor ketersedian input
pasar sebelum liberalisasi terbilang utama di perusahaan meningkat dari
sangat baik dengan nilai 4,17 dan 3,67 (sebelum liberalisasi) menjadi 3,83
menurun drastis menjadi 2,50 setelah (setelah liberalisasi).
adanya liberalisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Dalam hal ketersediaan input liberalisasi tidak memberikan pengaruh
utama sumber domestik, terjadi terhadap sumber alternatif pemodalan
perubahan kondisi yang signifikan industri elektronika. Hal tersebut
dengan adanya liberalisasi. Saat ditunjukkan oleh capaian skor yang
sebelum liberalisasi, ketersediaan input sama baik sebelum maupun setelah
utama sumber domestik cukup tinggi liberalisasi yaitu sebesar 3,33.
dengan skor 3,33. Namun setelah Berbeda dengan variabel alternatif
liberalisasi kondisinya menjadi sangat pemodalan, untuk kemudahan dalam
tidak baik dengan skor 1,17. Hal ini memperoleh modal dan ketersediaan
menunjukkan bahwa adanya liberalisasi modal perusahaan menunjukkan
menyebabkan ketersediaan input utama perkembangan yang dinilai semakin
sumber domestik semakin rendah dan tidak baik pada saat setelah
perusahaan cenderung menggunakan liberalisasi. Kondisi sebelum liberalisasi
input yang bersumber dari impor. Faktor (skor 3,5) dinilai lebih baik dibandingkan
utama yang menyebabkan hal ini terjadi dengan setelah liberalisasi (skor 3,0).
adalah harga input sumber impor yang Hal ini menunjukkan bahwa adanya
relatif lebih murah dibandingkan input liberalisasi menyebabkan kurang
sumber domestik. mudahnya industri elektronik dalam
Hal berbeda dijumpai dalam hal memenuhi kebutuhan pemodalan.
kemudahan memenuhi kebutuhan input Demikian halnya dengan ketersediaan
utama. Hasil penelitian menunjukkan modal di perusahaan. Liberalisasi
bahwa liberalisasi memberikan menyebabkan jumlah modal yang
kemudahan bagi perusahaan nasional tersedia di setiap perusahaan umumnya
dalam memenuhi kebutuhan input lebih kecil dibandingkan dengan
utama. Hal tersebut ditunjukkan dengan sebelum liberalisasi. Hal ini diduga
capaian skor 3,17 (sebelum liberalisasi) terkait dengan kemampuan perusahaan
meningkat menjadi 4,17 (setelah dalam memperoleh keuntungan serta

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 163


tingkat persaingan yang semakin tinggi. dianalisis menunjukkan perubahan
Kemampuan menghasilkan keuntungan kondisi kearah yang lebih baik
yang menurun akan menyebabkan setelah adanya liberalisasi. Dalam hal
ketersediaan modal di perusahaan penerapan sertifikasi mutu produk,
menjadi semakin terbatas. sebelum liberalisasi kondisi dari
penerapan sertifikasi mutu produk sudah
2. Analisis Perilaku Industri cukup baik, namun menjadi sangat baik
Dalam analisis perilaku studi ini kondisinya setelah terjadi liberalisasi.
ditemukan perilaku industri elektronika Hal tersebut ditunjukkan oleh capaian
sebelum dan setelah liberalisasi skor yang meningkat dari 3,17 (sebelum
(Gambar 6). Gambar 6 memperlihatkan liberalisasi) menjadi 4,50 (setelah
bahwa terjadi perubahan kondisi liberalisasi). Hal ini menunjukkan bahwa
sebelum dan setelah terjadi liberalisasi, dengan adanya liberalisasi memberikan
baik perubahan menjadi lebih baik dampak bagi industri elektronika dengan
maupun menjadi tidak lebih baik. Pada lebih intensif dalam melakukan sertifikasi
aspek produk, sejumlah variabel yang terhadap mutu produk yang dihasilkan.

Penerapan ser asi

Penerapans tandar mutu


Produk

Penerapan desain

Kemampuan mendesain

Kemudahan mencari mitra


Kemitraan

Dengan Distributor

Dengan pemasok input

Dengan investor

Kemampuan menentukan harga

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50
Setelah Liberalisasi Sebelum Liberalisasi

Gambar 6. Analisis Conduct Industri Sektor Elektronik Sebelum dan


Setelah Liberalisasi
Sumber : Pusdata (2012), diolah

Sejalan dengan sertifikasi, dengan capaian skor 4,5 lebih tinggi


liberalisasi yang terjadi juga mendorong dibandingkan sebelum adanya
perusahaan untuk lebih intensif dalam liberalisasi dengan skor 3,17. Dalam
menerapkan standarisasi mutu produk. hal penerapan desain produk, sebelum
Penerapan standar mutu menjadi adanya liberalisasi kondisinya dinilai
lebih baik dan lebih diperhatikan sudah cukup baik dengan skor 3,33 dan

164 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


menjadi lebih baik pada era liberalisasi demikian terkait kemitraan dengan
perdagangan dengan skor 3,83. Hal investor, kondisi sebelum liberalisasi
serupa juga dijumpai terkait kemampuan dinilai lebih baik dibandingkan dengan
industri dalam menghasilkan disain setelah liberalisasi, dimana skor
produk sendiri. Sejumlah temuan penilaian sebelum liberalisasi yaitu
ini menunjukkan bahwa liberalisasi 3,33 dan setelah liberalisasi 2,83.
perdagangan mendorong perilaku Hal ini menunjukkan bahwa adanya
industri elektronika nasional dalam liberalisasi menyebabkan perusahaan
meningkatkan mutu produk yang dalam industri lebih teratas melakukan
dihasilkan. Respon industri tersebut kemitraan dengan investor.
tentunya terkait dengan semakin Lebih lanjut berdasarkan hasil
tingginya tingkat persaingan yang analisis diketahui bahwa terkait aspek
dihadapi oleh sektor industri elektronika. kemampuan industri dalam menentukan
Respon industri terkait liberalisasi harga, terjadi perubahan kondisi yang
juga ditunjukkan pada aspek kemitraan. signifikan dari adanya liberalisasi.
Dalam hal kemudahan mencari mitra, Saat sebelum liberalisasi, kondisi
liberalisasi dinilai lebih memberikan kemampuan industri dalam menentukan
kemudahan dalam mencari mitra. Hal harga cukup tinggi dengan skor 3,83,
tersebut ditunjukkan oleh peningkatan namun setelah terjadi liberalisasi
skor penilaian dari 3,17 (sebelum kemampuan industri dalam menentukan
liberalisasi) menjadi 3,33 (setelah harga menjadi lebih rendah dengan skor
liberalisasi). Kondisi ini mengindikasikan 2,00. Hal ini terkait dengan peningkatan
bahwa liberalisasi memberikan persaingan yang semakin tinggi dimana
dampak positif bagi setiap perusahaan terjadi peningkatan barang impor.
dalam mencari mitra. Hal serupa
juga terjadi pada kondisi kemitraan 3. Analisis Kinerja Industri
dengan distributor. Adanya liberalisasi Dengan menggunakan analisis
mendorong peningkatan kemitraan kinerja diperoleh hasil bahwa telah
perusahaan dengan distributor, terjadi perubahan kondisi kinerja industri
ditunjukkan oleh peningkatan skor elektronika sebelum dan setelah terjadi
penilaian dari 3,17 (sebelum liberalisasi) liberalisasi, baik perubahan menjadi
menjadi 3,33 (setelah liberalisasi). lebih baik maupun menjadi tidak lebih
Sementara itu terkait kemitraan baik (Gambar 7). Dalam hal kemampuan
dengan pemasok input utama, diketahui industri dalam mengadopsi teknologi,
bahwa liberalisasi tidak memberikan sebelum liberalisasi kondisi dari
perubahan penilaian pelaku usaha kemampuan industri dalam mengadopsi
terhadap kondisi kemitraan dengan teknologi sudah cukup baik, namun
pemasok input utama. Namun menjadi lebih baik kondisinya setelah

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 165


terjadi liberalisasi, dimana nilai sebelum memberikan dampak positif bagi
liberalisasi yaitu 3,00 dan nilai setelah industri, dimana industri dapat lebih baik
liberalisasi 3,43. Hal ini menunjukkan dalam mengadopsi teknologi.
bahwa dengan adanya liberalisasi

Kemampuan adopsi Teknologi

Penciptaan Teknologi

Penyerapan TK

Keuntungan

Daya saing thdp pesaing luar negeri

Daya saing thdp pesaing dlm negeri

E siensi

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00


Setelah Liberalisasi Sebelum Liberalisasi

Gambar 7. Analisis Performance Industri Sektor Elektronik Sebelum dan


Setelah Liberalisasi
Sumber : Pusdata (2012), diolah

Dalam hal penciptaan teknologi, menjadi kurang mampu dalam menyerap


diketahui bahwa tidak ada perubahan tenaga kerja dengan skor 2,83. Hal ini
kondisi penciptaan teknologi dengan menunjukkan bahwa adanya liberalisasi
adanya liberalisasi. Saat sebelum menurunkan kemampuan industri dalam
adanya liberalisasi kondisi penciptaan menyerap tenaga kerja. Hal tersebut
teknologi kurang baik begitu halnya sejalan dengan penurunan keuntungan
dengan setelah liberalisasi dengan yang dihadapi oleh industri elektronika
nilai 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa nasional.
adanya liberalisasi tidak berpengaruh Penurunan kinerja industri
pada peningkatan penciptaan teknologi. elektronika Indonesia juga ditunjukkan
Hal berbeda dijumpai pada variabel oleh variabel daya saing. Daya saing
kemampuan industri dalam menyerap industri terhadap pesaing luar negeri
tenaga kerja. Saat sebelum liberalisasi, sangat responsif terhadap liberalisasi.
kondisi kemampuan industri dalam Sebelum liberalisasi daya saing
menyerap tenaga kerja dinilai sudah terhadap pesaing dari luar negeri dinilai
baik dengan skor 3,83, namun setelah lebih baik dibandingkan dengan setelah
liberalisasi industri elektronika dinilai liberalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa

166 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


adanya liberalisasi menyebabkan kurang Berdasarkan kesimpulan yang
mampunya industri bersaing dengan diperoleh maka rekomendasi yang
pesaing dari luar negeri. Sementara itu dapat diberikan adalah perlu adanya
dalam hal daya saing industri dengan peningkatan daya saing dan efisiensi
pesaing dari dalam negeri, tidak ada industri elektronika yang dapat dilakukan
perubahan kondisi baik sebelum melalui penyediaan sumber energi
maupun setelah adanya liberalisasi. listrik yang murah dan pengembangan
Sisi positif dari liberalisasi industri hulu terutama resin, plat logam,
ditunjukkan pada variabel efisiensi. tabung katoda, tabung plasma dan semi
Sebelum liberalisasi kondisi efisiensi konduktor; diperlukan perlindungan hak
dinilai cukup baik dan menjadi lebih cipta rancangan (design) produk yang
baik setelah terjadi liberalisasi, dimana merupakan variabel penting dalam
skor penilaian sebelum liberalisasi menjaga daya saing produk elektronik
yaitu 3,20 dan setelah liberalisasi 3,80. nasional untuk bersaing dipasar
Peningkatan efisiensi yang terjadi domestik atau pasar ekspor. Dengan
tersebut sejalan dengan peningkatan ditemukannya beberapa industri
dalam adopsi teknologi. elektronik yang kalah bersaing dengan
produk impor, maka diusulkan dilakukan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI penyelidikan lebih lanjut mengenai
KEBIJAKAN kemungkinan pemberlakuan trade
Liberalisasi di sektor elektronik remedies untuk menyelamatkan industri
menyebabkan hilangnya sebagian tersebut.
pasar domestik yang menyebabkan
penurunan produksi, modal dan DAFTAR PUSTAKA
penyerapan tenaga kerja. Hilangnya
pasar disebabkan daya saing produk Badan Pusat Statistik. (2010). Produk
Domestik Bruto. Diunduh tanggal 7
nasional lebih rendah dibandingkan Januari 2011 dari http://www.bps.go.id/
produk impor, dimana harga jual lebih aboutus.php?tabel=1&id_subyek=11.
produk domestik lebih mahal akibat Chirathivat, S. (2002). ASEAN-China Free
keterbatasan infrastruktur, tidak tersedia Trade Area: Background, Implications
and Future Development. Journal of
industri penunjang domestik, biaya listrik Asian Economics Vol.13 (5), pp. 671–
mahal dan kurang tersedia tenaga kerja 86.
yang menguasai teknologi tinggi. Namun Harvie, C dan Lee. (2003). Export Led
liberalisasi masih memberikan manfaat Industrialisation and Growth – Korea’s
Economic Miracle 1962-89. Economics
dalam memperoleh bahan baku murah, Working Paper Series 2003. University
pengenalan teknologi baru, mendorong of Wollongong
efisiensi perusahaan dan meningkatkan Hasibuan, N. (1993). Ekonomi Industri:
kemampuan disain sebagai penunjang Persaingan, Monopoli dan Regulasi.
LP3ES, Jakarta.
daya saing.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 167


Jaya, W. K. (2001). Ekonomi Industri. Edisi Mason, E. S. (1939). Price and production
Ke-2. BPFE, Yogyakarta. policies of large-scale enter- prise.
American Economic Review. Ed. 29
Juanda, B. (2009). Metodologi Penelitian
page 61-74.
Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor.
Ogujiuba, Nwogwugwu, dan Dike. (2011).
Kadin Indonesia. (2007). Visi 2030 dan
Import Substitution Industrialization
Roadmap 2010 Industri Nasional.
as Learning Process: Sub Saharan
Kadin Indonesia. Jakarta.
African Experience as Distortion of the
Kementerian Perindustrian. (2011). Ekspor “Good” Business Model. Business and
dan Impor. Diunduh tanggal 8 Maret Management Review Vol. 1(6) pp. 08 –
2012 dari http://www.kemenperin.go.id/ 21, August, 2011.
Ind/Statistik/Indikator/exim.aspx.
Park, D., I. Park, G. Esther, and B. Estrada.
Kementerian Perdangan. (2012). Indeks (2008). Prospects of an ASEAN–
Spesialisasi Perdagangan. Diunduh People’s Republic of China Free Trade
pada Juni 2012 dari http://www. Area: A Qualitative and Quantitative
kemendag.go.id/addon/depdag_isp. Analysis. Economics Working Paper
Kim, J.K., Sang D.S., dan Jun I.K. Series No. 30, Asian Development
(1995). Chapter Title: The Role Bank. Pusat Data dan Informasi
of the Government in Promoting (Pusdata) (2012). Kinerja Ekspor dan
Industrialization and Human Capital Impor. Kementerian Perdagangan
Accumulation in Korea. University of Jakarta.
Chicago Press. Salvatore, D. (1997). Ekonomi Internasional.
Lubis, A., B. Soemarjono, R. Ningsih, Edisi Kelima. Penerjemah Haris
D. Narindra, H. Manullang, S. Munandar. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kusyatiningsih, F. Helen. (2011).
Analisis Kepentingan Indonesia Dalam
Usulan Liberalisasi Produk Elektronik.
Puska KPI, BPPKP. Jakarta.

168 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012

Anda mungkin juga menyukai