Anda di halaman 1dari 13

RISALAH RAPAT

KEMENTERIAN INVESTASI/BKPM

DISKUSI PELUANG DAN TANTANGAN MASING-MASING SEKTOR PRIORITAS


MENUJU INDONESIA 2045

Perihal : Diskusi Peluang dan Tantangan masing-masing sektor prioritas menuju


2045
Tanggal : Selasa, 02-Agustus-2022
Peserta : (Daftar Lampiran Undangan)
Tempat : Hybrid (Artotel Jakarta & Zoom Meeting)

Sebagai tindak lanjut diskusi dengan Badan Kajian Fiskal, Kementerian Keuangan 28
Juli 2022 yang lalu, telah diselenggarakannya kegiatan “Diskusi Peluang dan Tantangan
masing-masing sektor prioritas menuju 2045” oleh Satuan Tugas Percepatan Investasi Tahun
Anggaran 2022 yang dihadiri oleh para Tenaga Ahli dan Staff Tenaga Ahli pada Selasa, 02-
Agustus-2022, hasil dari diskusi tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:.

1. Ringkasan
a. Rapat difokuskan pada penjabaran isu, permasalahan, strategi dan analisa kebijakan
tiap sektor (tekstil dan produk tekstil, pertambangan batu bara, dan minyak sawit/
(crude palm oil) dimana sudah banyak terdapat kajian fiskal kepabeanan
b. Masukkan terkait harmonisasi kebijakan untuk peningkatan devisa negara tiap sektor
c. Masukan untuk memperhatikan detail regulasi yang ada ,dampak ekonomi, dampak
sosial dan dampak lingkungan dari aplikasi suatu kebijakan fiskal pemerintah yang
mana pasti akan terlihat dalam penerimaan devisa negara

2. Tindak Lanjut
a. Rapat Konsinyering/Diskusi Peluang & Tantangan masing-masing sektor prioritas
menuju 2045 akan berlanjut sekitar 1-2 minggu lagi, menunggu kepaastian jadwal dari
Kementerian Investasi, Badan Kajian Fiskal (BKF), dan stakeholder terkait.
b. Kegiatan pasca konsinyering dapat dilanjutkan dengan pengumpulan data secara
kualitatif melalui kunjungan lapang dan FGD di daerah, untuk perencanaan kegiatan
kunjungan lapang akan di komunikasikan kembali dengan izin bagian divisi
pengendalian dan pelaksanaan BKPM .
c. Dalam rangka menjamin dan menjaga pasar dalam negeri, stakeholder pemerintahan
sudah menetapkan instrumen pengendalian impor melalui banyak permen
d. Tujuan akhir dari hilirisasi di sektor/komoditas prioritas ialah kajian yang dapat
menjadi acuan dan baseline yang mempercepat penerimaan investasi secara massif
(berdampak pada pembukaan industri dan lapangan pekerjaan baru, pengembangan
ekonomi regional, memperdalam keterkaitan Indonesia dalam rantai nilai global/
global value chain. Hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan hilirisasi &
penambahan nilai produk.
e. Terdapat banyak kasus dimana adanya selisih data neraca perdagangan dengan data
bilateral/multilateral merupakan indikasi adanya penyelewengan di sektor industri
yang berakibat menurunnya potensi pendapatan devisa negara
RISALAH RAPAT
3. PEMBAHASAN
i) Agus Joko Saptono (Direktur Wilayah I, Kementerian Investasi/BKPM)
(1) Indonesia diperkirakan menjadi negara pendapatan tinggi pada tahun 2036
dan PDB terbesar ke-5 pada tahun 2045. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan inklusif akan meningkatkan jumlah kelas pendapatan menengah menjadi
sekitar 70 persen penduduk Indonesia pada tahun 2045.
(2) Peningkatan pertumbuhan ini sesuai dengan sasaran ekonomi Indonesia 2045
(berdaulat, maju, adil dan makmur) dan visi Indonesia Menuju Negara
Pendapatan Tinggi dan Salah Satu PDB Terbesar Dunia apabila terus
melakukan reformasi struktural, memanfaatkan bonus demografi dan tepat
sasaran dalam peningkatan kemajuan teknologi dan meningkatkan daya saing
ekonomi di kancah internasional
(3) Pada kesempatan ini akan di kaji 3 sektor dan/atau komoditas prioritas yang
dipilih Satgas Percepatan Investasi ini dalam peningkatan devisa negara.

ii) Robert Leonard Marbun


(1) Tujuan kegiatan Satgas Percepatan Investasi secara akademis ini adalah: agar
dapat dipertanggungjawabkan secara ekosistem juga dapat diperlihatkan
buktinya di lapangan.
(2) Kajian peningkatan produk yang high value added dan penciptaan demand di
tengah gempuran Free Trade Agreement (global) dapat dilakukan dengan
potret posisi sektor/komoditas prioritas tersebut di kancah internasional
dengan beberapa model seperti CGE dan RCA yang memerlukan banyak
datasets.
(3) Kajian rekomendasi kebijakan/policy recommendation di tingkat sektoral
biasanya bersifat one size pitch all yang mana satu peraturan untuk beberapa
kajian sektor. Nyatanya, hal itu tidak dapat dilakukan, karena sifat dari masing-
masing kajian sektoral ini berbeda-beda. Tim satgas akan mendukung dalam
perbaikan peraturan kementerian untuk dapat ditindaklanjuti oleh presiden.
(4) Kondisi pasar di Indonesia sebagaimana yang diketahui harus ada interferensi
dari pemerintah karena kebijakan nasional harus dapat mengakomodir
permintaan dan penawaran. (Pembukaan industri baru harus detil
memperhatikan aspek kemanfaatan dan keberlanjutan)
(5) Banyak pilihan kebijakan yang dapat kita adaptasi dari keberhasilan negara
lain, adapula salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam percepatan
investasi untuk devisa negara ialah adanya suatu grand desain (industri) yang
berhasil mandiri, padat karya, dan padat modal dalam pelaksanaan hilirisasi
produk dalam negeri. Adapula bentuk lainnya berupa berhasilnya rencana
subtitusi impor suatu komoditas tertentu dan orientasi ekspor suatu produk
yang bernilai tinggi.

iii) Djaka Kusumartata (Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Kebijakan Pendapatan
Negara, Badan Kajian Fiskal, Kementerian Keuangan)
(1) Masalah strategis kepabeanan ialah harus adanya evaluasi dan dibuka
catatan-catatan lampau karena banyaknya bottleneck di tingkat regulasi
pemerintah. Dengan adanya pengalaman lampau untuk mencari tahu dampak
dari sebuah kebijakan, harapannya dapat dilakukan pengukuran secara
objektif yang mempertimbangkan aspek kemanfaatan dan keberlanjutan.
(2) Dengan terciptanya suatu kebijakan yang komprehensif, baik dan terwujud,
harapannya harmonisasi peraturan dapat dilakukan pada tingkat sectoral.
RISALAH RAPAT
(3) Shock tariff harus terukur secara XAnt untuk ditinjau secara komprehensif.
(4) Fungsi pemerintah dalam pembentukan daya saing juga perlu ditinjau dari
aspek yang komprehensif (infrastruktur penunjang, fasilitas, industri dll)
(5) Yang perlu untuk terus ditinjau dalam aspek tariff bea ialah penyesuaian tariff
karena kondisi ekonomi global, regional dan lokal.

iv) Tuti Eka Asmarani (TA & Moderator 1: Sektor Tekstil dan Produk Tekstil)
(1) Secara sederhana struktur industri tekstil dan produk tekstil berupa: (PTA →
MEG → Serat Polyester → Benang → Kain → Pakaian Jadi)
(2) Industri hulu dari sektor/komoditas tekstil dan produk tekstil ini sudah kuat
karena serat alami yang melimpah namun tidak termanfaatkan dengan baik
karena mahal harganya.
(3) Pada tahun 2010, dengan dibukanya China-ASEAN dalam FTA. Dampak dari
perdagangan bebas tersebut ialah, minusnya neraca perdagangan beberapa
turunan komoditas dari sektor tekstil dan produk tekstil.
(4) Untuk mengatasi banjir impor, adanya sistem safeguard, penataan tata-niaga,
dan anti-dumping ini dinilai cukup efektif dalam pemberantasan impor illegal.
Apakah system safe guard, anti dumping akan bertahan lama, jika tidak apakah
ada roadmap penggantinya? Apakah ada peraturan yang mengatur tentang
substitusi impornya?

v) Ady Rochmanto Pandiangan (Dirjen Tekstil, Kulit dan Alas Kaki, Kementerian
Perindustrian & Pengampu Materi Sektor Tekstil dan Produk Tekstil
(1) Industri Kulit dan Barang dari Kulit dan Tekstil pangsa pasar ekspor
terbesarnya ialah USA, Jepang dan China. Akan tetapi negara China masih
jauh menjadi pangsa pasar impor terbesar Indonesia.
(2) Banyak instrument yang pernah dikaji menyatakan bahwa industri tekstil dan
produk tekstil ini padat karya juga sebagai pioneer. Sifatnya yang padat karya,
menjadikan industri ini sebagai “Jaring Pengaman Sosial” disisi pendapatan
penduduk.
(3) Tekstil merupakan bagian dari sejarah dan budaya Nasional Indonesia,
karena Industri TPT juga berperan sebagai alat pemerataan perekonomian
daerah” dan menciptakan multiplier effect pada perekonomian sekitar.
(4) Ekspansi impor AS yang kuat dibayangi oleh meningkatnya ketidakpastian
pasar. Dalam lingkup pengeluaran konsumen, hal ini mengkonfirmasikan
meningkatnya kecemasan konsumen tentang prospek keuangan rumah
tangga mereka.
(5) Ketika pertumbuhan suatu negara terhambat, konsumen menjadi lebih berhati-
hati dalam pengeluaran diskresioner untuk pakaian dan/atau memprioritaskan
kebutuhan lainnya.
(6) Selain proses pengolahan circular economy, penggunaan sustainable dengan
renewable fiber juga dilakukan dengan
(a) Sustainable Rayon (traceable woods, sustainable forestry & ecofriendly
production serta bahan baku tekstil ramah lingkungan lainnya.
(b) Otomasi proses produksi (Restrukturisasi mesin, implementasi industri 4.0)
untuk mengurangi waste, pemakaian air, energy dan bahan kimia:
(c) Digitalisasi Monitoring Pengolahan Limbah
(7) Dalam rangka menjamin dan menjaga pasar dalam negeri, kemenperin,
kemendag dan kemenkeu telah menetapkan Instrumen pengendalian impor
RISALAH RAPAT
melalui kondisi safeguard, anti-dumping pada psf dan sdy dan permendag no
20 tahun 2021
(8) Adapula kebijakan pendukung dan insentif lainnya yang telah diberkan adalah:
(a) BMDTP sebagai bahan baku
(b) Program P3DN & Promosi
(c) Peningkatan Kompetensi SDM
(9) Daya saing sektor tekstil nasional tidak akan dapat bersaing dengan global
secara harga melainkan dengan nilai tambah produksi (contoh: batik)

Gambar 1. ALUR PROSES RECYCLING TEKSTIL


vi) Bapak Yufentus Effendi (Peneliti Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan
Kebijakan Fiskal (BKF))
(1) CGE mengandung dua tipe komoditas yakni barang produsen dan konsumen.
Barang produsen berasal dari sumber domestik dan impor. Barang produsen
pada prinsipnya mempunyai peluang untuk diimpor, meskipun pada faktanya
tidak ditemukan dalam database (kasus komoditas jasa dan utilitas lainnya).
(2) Model CGE model yang dapat mencakup kajian multi sectoral dan multi
negara. Agen ekonominya ialah rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.
(a) Dampak ekonomi (PDB, Pendapatan rumah tangga dan pemerintah) ;
(b) Dampak sosial (kemiskinan)
(c) Dampak lingkungan (polusi & perubahan iklim)
(3) Secara garis besar, dalam aplikasi penggunaan model CGE terdapat grup
besar simulasi yang dapat dilakukan
(4) Untuk membuat model sendiri tidak harus dibangun dari awal tapi dapat
ditemukan di beberapa sumber seperti: (PEP Standard CGE Models | PEP
(pep-net.org) , dan A standard computable general equilibrium (CGE) model in
GAMS | IFPRI : International Food Policy Research Institute). Basis data dapat
menggunakan data input output dan social accounting matrix yang dapat
diperoleh di BPS.
(5) Asumsi model ekonomi akhirnya akan mempengaruhi simulasi yang diberikan
RISALAH RAPAT
(6) Cara paling sederhana untuk modelling adalah korelasi data (plot data, time
series, dan Regresi Bertingkat
(7) Contoh terkait industri baru: Industri baterai akan dilakukan rekonstruksi data
dengan BPS
(8) Data input : data dari industri mana saja (industri baja, industri karet, industri
ban, industri baterai), setelah memiliki data input perlu diketahui estimasi data
pangsa pasar (share baik domestic, maupun luar negeri)
(9) Terkait harga pada model CGE itu model riil (efek inflasi dikeluarkan) tetapi
masih bisa dihitung perubahan harga di tingkat konsumen dan produsen.
(10) Terkait akurasi data pada pengumpulan datasets dasarnya semua table dan
datasets itu adalah sama namun berbeda level kedetailannya jika dirinci lebih
dalam, namun jika dijumlahkan harusnya sama nilai agregatnya.
(11) Industri perikanan pada prakteknya dapat mengelompokkan model CGE
berdasarkan jenis ikannya (salmon, pelagis besar, pelagis kecil, karang,
krustasea, rumput laut, molluska, dll). Untuk tekstil dan CPO dapat dicoba
dengan mengelompokkan pangsa pasar, turunannya, dan market sharenya.
Sedangkan untuk pertambangan akan sulit dilakukan karena harus
mengelompokkan tiap komoditas dan turunannya yang memberikan nilai
tambah yang tinggi.
(12) Pemerintah sedang giat mendukung pembangunan industri baterai, untuk
sekarang merupakan peluang investor masuk ke dalam industri tersebut (biaya
input lebih murah) karena tidak ada bea masuk.

Bea Masuk

Produsen Bea Keluar

Pajak Penghasilan

Subsidi
Simulasi
Konsumen
Pajak Penghasilan

Penerimaan
Pemerintah
Pengeluaran

Gambar 2. SIMULASI SEKTOR MANA YANG DIBERIKAN INSENTIF & TUJUANNYA


vii) Intan (Deputi Perencanaan Kementerian Investasi/BKPM)
(1) Dengan adanya hilirisasi produk. Penentuan sektor dan komoditas prioritas
terkait RPJMN apakah dapat dijadikan acuan dan rekomendasi kebijakan
terkait peta peluang investasi. Jika dapat apakah sarannya bisa hanya dengan
mengikuti arahan RPJMN.
RISALAH RAPAT
viii) Masagus Ahmad Azizi (TA & Moderator II Sektor Pertambangan)
(1) Mengonfirmasi sektor prioritas yang akan dibuatkan dalam model CGE.
Apakah dapat dilakukan harmonisasi penyetaraan seluruh komoditas di
penggunaan model CGE dalam sektor pertambangan

ix) Irfan Yulianto (TA & Pengampu Sektor Perikanan)


(1) Terdapat beberapa literatur CGE untuk sektor perikanan dimana ada yang
membangun dari data IRIO, ICIO yang dikeluarkan BPS maupun SNSE.
(2) Tabel input output di 2008-2016 secara kedetilan cukup berbeda (apakah
sudah terstandar sama ataukah ada perbedaan-perbedaannya dalam
kedetilannya).

x) Ade Jamal Mirdad (TA & Moderator III Sektor Crude Palm Oil)
(1) Dengan adanya program hilirisasi akan meberikan nilai tambah yang lebih
tinggi, apakah ada model CGE khusus untuk hilirisasi. Dengan adanya faktor
yang berbeda-beda mempengaruhi stabilitas harga
Sesi II
i) Masagus Ahmad Azizi (TA & Moderator II Sektor Pertambangan)
a. Kontribusi Cadangan Mineral terhadap Cadangan Dunia adalah sebagai
berikut:
i. Timah: 16,3%
ii. Nikel: 22,1%
iii. Tembaga: 2,7%
iv. Bauksit: 3,8%
b. Namun disamping itu ada pula satu komoditas yang menjadi pokok perhatian
dunia ialah komoditas batubara
c. Concern Industri Nasional dan Pemerintah Indonesia dalam estimasi
penggunaan mineral ialah :
i. Bila tingkat produksi rata-rata 600 juta, maka cadangan batubara
Indonesia akan habis hingga 61 tahun ke depan
ii. Peningkatan status sumberdaya menjadi cadangan dapat menambah
usia batubara di Indonesia
d. Proses hilirisasi komoditas batubara (gasifikasi) baru akan dimulai aktif pada
2023 ini
e. Guna memodelkan pengaruh shock kebijakan hilirisasi sector pertambangan
minerba terhadap peningkatan devisa dan pendapatan negara, maka
diperlukan masukan dari dirjen minerba ESDM dan Badan Kajian Fiskal.
f. Terdapat 6 skema PNT dalam hilirisasi batubara yang menambahkan nilai
komoditasnya
g. Telah disampaikan PKP2B sudah sampai generasi ke-3 (yang mana harus
melakukan proses hilirisasi) ke 6 PNT tersebut:
i. Sudah tercatat PTBA produksi DME,
ii. KPC, Adaro Indonesia produksi Methanol
h. Untuk mencapai proyeksi 1.4 juta ton bagaimana konversinya, akan dilihat
bagaimana efektifitasnya komoditas batubara dalam
i. Masa depan batubara Indonesia ada pada low rank coal, untuk pelaksanaan
gasifikasi yang berhasil ialah Sasol di Afrika Selatan ; apakah yakin bisa
diterapkan adaptasinya di Indonesia
RISALAH RAPAT
j. Selain gasifikasi ada coal bricketting ada 500.000 ton, seberapa signifikan
penambahan nilai tambahannya
k. Pembangunan smelter batubara terhambat karena UU CK dan keraguan
investor karena mengikuti trend net zero emission.

ii) Ing. Toni (Subkoordinator Bimbingan Anggaran Biaya Usaha Batubara Analis
Kebijakan Ahli Muda)
a. Pengembangan hilirisasi batubara ada 6 yaitu:
i. coal upgrading ;
ii. coal briquetting ;
iii. coal making ;
iv. coal liquification;
v. coal gasification ; dan
vi. coal. slurry
b. Batubara di Indonesia kebanyakan middle low calorie dimana perlu adanya coal
upgrading
c. Kontrak batubara nasional dikenal PKP2B. Dimana dalam kontrak tersebut wajib ada
klausul nilai tambah, fokusnya pada gasifikasi batubara, namun boleh dilakukan
hilirisasi lain yang memiliki nilai tambah tinggi juga.
d. Realisasi capaian produksi batubara ialah sebagai berikut
i. Pertumbuhan selama 5 tahun terakhir mencapai 34%
ii. Kegiatan PNT Batuabara banyak di Kalimantan Timur, Kalimanta selatan dan
Sumatera Selatan,
iii. Air Products memiliki teknologi gasifikasi batu bara yang mana sudah dalam
pembangunan smelting dengan kapasitas rencana 1.4juta ton DME/tahun
iv. Produksi methanol yang direncanakan 1.8 juta ton/tahun

e. Coal Making ada pada PT Megah Energi Khatulistiwa (kaltara) dengan kapasitas
500.000 ton/tahun
f. PNT diarahkan ke tiga kegiatan yaitu gasifikasi, coal making dan coal briquetting
g. Jika ditinjau seberapa jauh pemanfaatan batubara proporsinya ialah ekspor 75%, dan
domestic 25%
h. Arah roadmap pengembangan dan pemanfaatan batu bara akan berubah karena
skema Bussiness as Usual dari Presiden RI
i. Di estimasikan juga teknologi batubara masih dapat digunakan dengan memanfaatkan
skema CCT (clean coal technology)
j. Sesuai roadmap perusahaan akan mulai perdana PNTnya pada 2025 ; pemerintah
menggaungkan net-zero emission (akan dilakukan koreksi) sesuai arahan pemerintah
yang akan coba didukung segenap jajaran masyarakat kementerian ESDM
k. Akan dicoba inventarisir kendala yang diajukan yaitu
l. Pengurangan tariff royalty 0% (akan terbentur dengan UU CK)
m. Regulasi harga batubara khusus untuk PNT yang dilaksanakan di mulut tambang
n. Regulasi jangka waktu IUP batubara yang khusus digunakan sebagai pasokan
batubara untuk gasifikasi
o. Yang tidak bisa dijangkau ialah pembebasan PPN, dan Tax Holiday, karena
sebenarnya bartubara itu industri yang mandiri
p. Institusi pembiayaan tidak mau membiayai produk barubara karena trend & skema
net-zero emmision
q. Misal tax allowance akan berhubungan dengan amandemen kontrak dimana
(penerimaan negara harus meningkat)
RISALAH RAPAT
r. Coals Making harganya unik, thermal coal sudah ada pasarnya, dapat di generate.
Sedangkan coal making harganya murni berdasarkan permintaan (volatile)
s. Sejalan amanat UU, PNT masih akan digalakkan dengan tekanan net-zero emission.
Batu bara sebagai bahan baku, bukan sebagai energi
t. Harapan jika program berjalan akan menjadi peluang sektor tambang akan memiliki
pangsa pasar yang lebih besar

iii) Robert Leonard Marbun


a. Perusahaan Multi National Corporation harus bayar tax corporate 15%
b. Telah diinisiasi perbaikan PMK terkait tax holiday, tax allowance, maupun investment
allowance
c. Pembebasan PPN EPC Kandungan Lokal dapat dikurangi
d. Akan dikonsultasikan secara detail mekanisme insentif lain (saat financing akan
diturunkan pajaknya)
e. Sepanjang ada rekomendasi dari KL dan parameter yang digunakan sudah terukur
dapat langsung ditindaklanjuti dengan usulan perubahan kebijakan
f. Akan dibuatkan regulasi yang tidak terlalu rumit untuk pertambangan

iv) Agus Joko Saptono


a. Hilirasasi memiliki makna tersirat diolah dalam negeri (akan dibangun dalam produk
processing). Janji pemerintah di sektor logam tidak akan ada karena keraguan selama
jelas nilai keekonomisannya benar atau tidak.
b. Kementerian pertahanan dapat dengan mudah melakukan peralihan teknologi
c. Studi kasus LPG (FTA; impor LPG merajai pasar domestik)
d. Arah hilirisasi ialah substitusi impor
e. Arah pembangunan semelter DME masih tarik ulur karena badan usaha-usaha
menginginkan fasilitas fiskal tertentu
f. Hilirisasi yang prakarsai KESDM apakah jika dibandingkan dengan DME yang impor
harga domestic lebih mahal atau lebih murah?
g. Prinsip nyawa hilirisasi itu ialah substitusi impor
h. Studi kasus Krakatau steel:
i. Jika dibangun regulasi yang benar, akan menjadi acuan yang baik untuk industri lain

Sesi III
i) Ade Jamal Mirdad (TA & Moderator II Sektor CPO)
a. Minyak sawit hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas andalan
Indonesia dalam menambah devisa negara
b. Komoditas minyak sawit termasuk salah satu dalam 10 kelompok komoditas
unggulan Indonesia yang didorong oleh pemerintah untuk proses hilirisasi dan
peningkatan daya saingnya
c. Sektor CPO menjadi sektor prioritas karena harganya yang volatile namun
memiliki kapasitas produksi massif
d. Secara umum, hilirisasi CPO dan PKO yang dapat dilakukan di Indonesia
dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu oleopangan, oleokimia dan
biofuel
e. Lebih lanjut, visi pemerintah adalah Indonesia Menuju Negara Pendapatan
Tinggi dan Salah Satu PDB Terbesar Dunia. Terkait dengan itu, untuk
mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi nvestasi untuk sektor-
sektor
RISALAH RAPAT
f. unggulan dapat dilakukan sebagai upaya percepatan sektor/komoditas yang
dapat menghasilkan/menambah devisa berdampak pada pembukaan
lapangan pekerjaan, dan pengembangan ekonomi regional dan lokal.

ii) Normansyah Syahruddin (Koordinator Substansi Pemasaran Hasil Perkebunan


a. Tantangan industri CPO di Indonesia ialah
i. Produktivitas rendah ;
ii. Hilirisasi belum optimal ;
iii. Indikasi Kawasan hutan & KHG ;
iv. Legalitas dan perizinan masih belum jelas ;
v. Gangguan usaha dan konflik ;
vi. Akses pasar
vii. Negative campaign ;
viii. Energi
b. Harga dari petani swadaya non mitra akan masih berada dibawah 1.700/kg
c. Kompetisi bisnis di sektor CPO terlalu erat, perlu bantuan pihak ke 3 yang
bewenang menangani permasalahan
d. Kebijakan Pengembangan Kelapa Sawit/CPO di Indonesia berdasarkan
gambar di bawah:

Gambar III. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT

e. Realisasi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menjadi tolak ukur dalam


pengembangan industri sawit. Potensi dan Dasar Hukum PSR dapat
dituangkan pada gambar dibawah:
RISALAH RAPAT

Gambar IV. POTENSI DAN DASAR HUKUM PEREMAJAAN SAWIT RAKYAT


f. Tantangan Pelaksanaan PSR ialah ada pada
i. Legalitas Lahan
ii. Dukungan Stakeholder
iii. Pekebun
iv. Pemeriksaan APH
g. Adapula Upaya Pemerintah Mengawal Harga TBS dituangkan dalam:
i. Surat Edaran Kementerian Pertanian No. 112/KB.120/M/6/2022
(9JUNI2022)
ii. KEP DITJENBUN No.135/KPTS/OT.050/6/2022 (6JUNI2022)
h. Strategi Percepatan Peremajaan Sawit (PSR) dapat dituangkan dalam
gambar dibawah:
RISALAH RAPAT

PERCEPATAN
PEMBINAAN KERJASAMA
REKOMENDASI
DAN KEMITRAAN
TEKNIS & PEREMAJAAN
BIMBINGAN Bimbingan teknis
TRANSFER SAWIT Kerjasama kemitraan
BIAYA
TEKNIS PSR pelaksanaan peremajaan
Simplifikasi persyaratan pekebun dengan
sawit (proses pengusulan,
PSR semula 14 menjadi 2 swasta/BUMN/dll untuk
tumbang chipping,
syarat pelaksanaan tumbang
pemilihan benih unggul,
chipping dan tanam;
tanam, pemeliharaan dll)

Simplifikasi prosedur PSR,


semula 3 kali verifikasi Pembinaan GAP, GHP, Kemitraan pemeliharaan
menjadi 1 kali (Tim
GMP; tanaman dan kebun;
Verifikasi terpadu Pusat,
Prov, Kab/Kota);

MoU dengan bank


Percepatan pelaksanaan Fasilitasi dan operasional (BNI, BRI,
perjanjian 3 pihak pendampingan akses Mandiri dll) untuk
(BPDPKS-Bank-Petani); pembiayaan (KUR dll); pembiayaan pemeliharaan
tanaman;

Percepatan transfer biaya Kerjasama dengan pihak


Registrasi pekebun sawit
BPDPKS ke petani Surveyor;

Dukungan ATR/BPN dan


Kehutanan dalam Ketelusuran produk Kemitraan Inti-Plasma.
membantu screening (traceability) sawit;
usulan calon rekomtek.

Pembinaan kemitraan
pelaksanaan PSR

Peningkatan capacity
building kepada petugas
pendamping.

Gambar V. STRATEGI PERCEPATAN PEREMAJAAN SAWIT (PSR)


iii) Robert Leonard Marbun
a. Perkebunan CPO pasti dapat Kawasan berikat, kondisi ekonom pabrik
pengolahan sawit pasti berbeda dengan kondisi ekonomi pengepulnya
b. Kebijakan pengembangan kelapa sawit sudah banyak yang disetujui
presiden, akan ditinjau kembali regulasi yang berdasarkan
c. Untuk komoditi CPO ini, kita perlu mengetahui share regional ekspor dengan
pasti dan share regional permintaan pemerintah.
d. Strategi peningkatan investasi ini sejalan dengan peningkatan pertumbuhan
ekonomi dapat dilakukan melalui peningkatan kapital.
e. Upaya peningkatan kapital diperlukan investasi. Untuk itu,peningkatan
investasi sebagai salah satu strategi peningkatan peran dari industri hilir
terhadap perekonomian dapat melalui:
i. peningkatan output,
ii. penyerapan tenaga kerja dan
iii. keterkaitannya dengan sektor lain menjadi relevan untuk dilakukan
RISALAH RAPAT
DOKUMENTASI
RISALAH RAPAT

Jakarta 02 Agustus 2022


Notulen

Bisma Reza

Anda mungkin juga menyukai