Sumber : World Bank, World Development Report, 1993 (dalam Simatupang, 1995) Perekonomian Indonesia
Menjelang Abad 21, Jakarta.
Tabel2 menunjukkan bahwa, pola kemitraan sampai saat ini masyarakat boleh dikatakan jarang
hanya dapat diwujudkan apabila biaya pokok atau bahkan tidak pemah mendapat penyuluhan
semakin meningkat dan volume produksi semakin teknologi agroindustri. Dengan demikian perlu
besar (IRS = increasing return to scale) dan dirancang suatu lembaga yang terintegrasi dari pusat
bukan pada kondisi yang (DRS = decreasing) sampai ke daerah, bahkan sampai pada level
ataupun yang konstan (CRS). Apabila biaya pokok operasional di industri kecil menengah yang ada di
semakin menurun dan jumlah cakupan usahanya pelosok perdesaan.
semakin banyak (IES = increasing economic of
scope), bukan semakin naik (DES) dan konstan 4. Pemasaran
(CES). Oleh karena itu, jika pola usah agroindustri Dalam segi bisnis, manajemen pemasaran
terse but diarahkan pada segi efisiensi, maka tentu adalah aspek yang sangat penting, bahkan oleh
saja harns memenuhi kriteria tersebut. Kalau tidak, UKM memandang bahwa permasalahan yang
pola kemitraan malah akan menghambat paling dominan yang tengah dihadapi selain faktor
pertumbuhan. modal adalah kesulitan dalam memasarkan
Kenyataan memberikan implikasi bahwa produknya. Oleh karena itu upaya pengembangan
dalam mengembangkan pola usaha agroindustri agroindustri seyogyanya memperhatikan product
haruslah dilakukan pengkajian secara cermat, life cycle, segmentasi pasar, positioning, market
bahkan kalau mungkin saat ini lebih banyak respon dan pola persaingan. Dengan demikian
ditentukan olehjenis agroindustri yang sesuai melalui kegiatan manajemen pemasaran hams dilakukan
Koperasi non-KUDo secara tepat, hal demikian sulit dilakukan
agroindustri skala kecil.
3. Teknologi Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh
Teknologi untuk agroindustri hingga saat ini pemerintah, tetapi hanya dapat dilakukan oleh
boleh dikatakan cukup banyak, namun sifatnya perusahaan besar. Oleh karena itu pemerintah
tercecer dalam berbagai Lembaga Penelitian hanya dapat menganjurkan agar dilakukan pola
ataupun Perguruan Tinggi, dimana satu skala kemitraan dalam segi pemasaran antar agroindustri
dengan skala yang lainnya tidak terkait. Selain itu, skala kecil dengan agroindustri menengah atau
teknologi yang dihasilkan umumnya masih belum besar.
siap jual karena pendekatannya masih parsial dan Suatu pemikiran yang menarik bahwa untuk
bahkan jarang yang terkait dengan teknologi mengantisipasi persoalan pemasaran bagi UKMK,
pengemasan. Seperti diketahui bahwa dalam bisnis maka solusinya adalah mengembangkan industri
agroindustri justru kemasan sering lebih skala kecil atau UKMK yang berorientasi pada
dipentingkan. Oleh karenanya pengembangan sentra produksi atau pedesaan, padat karya dan
teknologi agroindustri kini dan dimasa datang perlu berkelanjutan. Kemudian se1anjutnya membentuk
di arahkan pada satu paket lengkap dengan jejaring usaha (Business Network) dengan prinsip
teknologi kemasannya. Permasalahan lain yang kesetaraan, sehingga memiliki kekuatan untuk dapat
tengah dihadapi adalah segi transfer teknologi. menembus pasar global seperti halnya industri besar.
Berbagai penelitian empiris menunjukkan bahwa
TEKNOLOGI,
REGULASI,
LIFE STYLE
& POPULASI
- NILAI TAMBAH
- KUALITAS PRIMA
- KERAGAMAN
PRODUK
- MAMPU SUBTITUSI
INOVASI DLM: PROSES, PRO.,
SISTEM, RESOURCE & PASAR