Anda di halaman 1dari 8

Oleh : Ir.

Husain Syam *) dan \L-_ _ _ _ __


Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma'arif, M. Eng. **)

KAJIAN PERLUNYA KEBIJAKAN


PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
SEBAGAI LEADING SECTOR
PENDAHULUAN proteksi pada berbagai industri untuk
merangsang daya saing di pasaran
Hasil kajian Simatupang dan Purwoto intemasional seperti yang ditunjukkan pada
(1990) menyebutkan bahwa agroindustri tabell.
terbukti telah berhasil memberikan nilai tambah Profesor Hal-Hill dari Australian
sekitar 20,7 %, penyerapan tenaga kerja 30,8% National University melihat bahwa konsentrasi
dan penyenipan bahan baku 89,9% dari total industri Indonesia masih tinggi, sehingga dapat
industri yang ada. Hal tersebut mengindikasikan dianggap bahwa tingkat proteksi banyak
betapa perlunya perhatian pemerintah dalam dinikmati oleh industri padat modal. Hal ini
menetapkan kebijakan ke arah pengembangan diakibatkan karena Indonesia terlalu berambisi
agroindustri menjadi leading sector. Karena sampai membangun industri berat dan padat modal yang
saat ini pertanyaan mendasar yang selalu muncul kurang mempunyai landasan yang kuat (Basri dan
bahwa, adakah regulasi pemerintah yang bias "dalam Iksan, 1995). Akibatnya agroindustri dalam
mendukung pengembangan agro-industri, sehingga pengembangannya menjadi tertinggal.
agroindustri selalu dianggap sesuatu yang tidak Selama ini terlihat bahwa pengembangan
terlalu penting. Pertanyaan selanjutnya adalah agroindustri kurang diperhatikan dan tidak jelas
industri seperti apa yang dapat menjadi lokomotif siapa yang paling bertanggung jawab untuk
yang kuat bagi kemajuan sektor-sektor lainnya mengembangkannya. Oleh karena itu yang menjadi
dalam menyongsong era liberalisasi perdagangan penekanan dalam tulisan ini adalah apakah
at au dalam mengantisipasi pasar global. agroindustri benar-benar perlu mendapat prioritas
Permasalahan tersebut akan semakin menarik dalam pengembangannya dan regulasi yang
karena pemerintah cukup banyak memberikan bagaimana yang harus dilakukan seandainya
I

agroindustri menjadi prioritas.

Tabel 1. Tingkat proteksi efektif berbagai Industri di Indonesia (Dalam Presentase)


Jenis Industri Tahun 1987 Tahun 1990 Tahun 1992
1. Makanan-Minuman 122 126 120
- Tepung Gandum 600 600 600
- Mie Instan 53 115 46
-Gula 600 227 228
- Kedele Olahan -38 82 82
2. Tekstil dan Pakaian jadi 102 35 34
3. Produk kayu 25 33 33
4. Produk kertas 31 20 20
5. Hasil kimia 14 13 12
6. Pengilangan minyak -1 -1 -1
7. Produk non-olahan 57 47 44
8. Logam dasar 13 10 10
9. Engineering 152 139 82
10. Lain-lain 124 79 80

Sumber : World Bank, World Development Report, 1993 (dalam Simatupang, 1995) Perekonomian Indonesia
Menjelang Abad 21, Jakarta.

0) Program Studi Teknologi Industri Pertanian,


Program Doktor PPs IPB Bogor A.6RIMEDIA Volume 9, No.1 - Maret 2004 32
'0) nnnl R"o.r .Tunloan Teknolord Industri PertanIan.
AGROINDUSTRI SEBAGAI LEADING
SECTOR
\~-----
sumberdaya lokal yang mempunyai
keunggulan komparatif dan mempunyai
Pola pembangunan ekonomi Indonesia kontribusi terhadap ekspor terbesar,
kini dan kedepan harus mengarah kepada era Dengan demikian pengembangan agro-
liberalisasi perdagangan yang ditandai dengan industri di Indonesia menjamin perdagangan
adanya perubahan term of trade karena rintangan- yang lebih kompetitif.
rintangan perdagangan lambat laUIi semakin hilang 2. Kegiatan agroindustri mempunyai keter-
subsidi, tarif, dan arus lalu lintas modal antar negara kaitan ke depan dan ke belakang yang
semakin meningkat yang menimbulkan adanya sangat besar (Backward dan forward
Foreign Direct Investment (FDI) (Devaragan dan linkages) yang sangat besar. Secara
Lewis, 1990). Disamping itu arus informasi dalam ekstrim Simatupang (1997) menggamba-
sector perdagangan makin cepat seiring dengan kan dengan keterkait;m berspektrum luas
perubahan selera masyarakat yang mengarah pada bahwa keterkaitan agroindustri tidak hanya
selera California (Simatupang, 1995). dengan produk sebagai bahan baku, tapi
Berdasarkan keadaan tersebut, maka kinerja juga dengan konsumsi, investasi dan fiskal.
industri di Indonesia akan mengalami hal berikut : 3. Besarnya keterkaitan ke depan dan ke
1. Industri yang mendapat perlindungan dari belakang bagi kegiatan agroindustri yang
pemerintah melalui subsidi atau tarif akan apabila dihitung berdasarkan impact
tertekan pada posisi yang tidak diuntungkan. multilier secara langsung dan tidak langsung
2. Industri yang padat modal dan tergolong terhadap perekonomian diprediksi akan
industri berat yang selama ini memiliki sangat besar. Hal inilah yang menjadi
tingkat keunggulan komparatifnya rendah pendekatan dalam menentukan
akan dihadapkan pada tantangan produk- agroindustri leading sektor (Hover, 1975
produk impor ataupun produk dari investasi dan Miller, 1988).
asing langsung (FDI) 4. Bahwa dalam era globalisasi perubahan
3. Industri yang monopoli akan dipaksa selera konsumen terhadap barang-barang
bersifat kompetitif karena tekanan dari konsumsi pangan diramalkan akan berubah
produk impor, FDI ataupun isu HAM menjadi cepat saj i dan pasar untuk produksi
4. Industri yang padat modal dan teknologi hasil pertanian diprediksikan pula akan
dihadapkan pada ketidak patuhan terjadi per-geseran dari pasar tradisional
konsumen dalam meng-konsumsi karena' menjadi model kentuky. Dengan demikian
cepatnya arus informasi, menyebabkan agroindustri akan menjadi kegiatan bisnis
ketidak efisienan biaya pemasaran seperti yang paling atraktif.
melalui promosi berlebihan yang hanya 5. Produkagroindustri umumnya mem-punyai
ditujukan u,ntuk kelanggengan produk. elastisitas yang tinggi, sehingga makin tinggi
5. Industri yang intensif sumberdaya lokal pendapatan seseorang makin terbuka pasar
tampaknya berada dalam posisi yang aman bagi produk agroindustri, karena di negara-
dalam era liberalisasi perdagangan. negara berkembang keterkaitan
Sebagai konsekwensi dari kenyataan konsumsinya sangat tinggi.
tersebut, maka hanya ada dua kebijakan untuk 6. Kegiatan agroindustri umumnya meng-
mengatasinya yaitu : (1) efisiensi dalam proses gunakan input yang bersifat renewable,
produksi dan (2) memprioritaskan pada sehingga pengembangan agroindustri tidak
pengembangan industri yang berbasis pada hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga
sumberdaya lokal. 01eh karena agroindustri dapat menghindari pengurangan
berbasis pada sumberdaya lokal, maka tentu saja sumberdaya untuk lebih menjamin
pada era globalisasi prospeknya sangat cerah; sustainability.
sehingga dimungkinkan akan menjadi leading sector 7. Teknologi agroindustri sangat fleksibel yang
dengan beberapa alasan berik;ut: dapat dikembangkan dalam padat modal
1. Kegiatan agroindustri umumnya bersifat ataupun padat tenaga kerja, dari
resource based industry. Kenyataan manajemen sederhana sampai canggih, dari
menunjukkan bahwa di pasar internasional skala kecil sampai besar, sehingga
hanya industri yang berbasiskan Indonesia yang penduduknya sangat

'..46RLMEDLf Volume 9, No.1 - Maret2004 33


banyak dan padat, maka d a l a m \ L - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
pengembangan agroindustri dimungkin-kan untuk dijadikan sebagai strategi kebijakan dalam
oleh berbagai segmen usaha. pengembangan industri dalam era perdagangan
8. Indonesia mempunyai sumberdaya per- bebas.
tanian yang sangat besar, namun produk Model yang dimaksud di atas menunjuk-kan
pertanian bersifat perishable, bulky dan bahwa agroindustri di Indonesia masih pada tahap
musiman, sehingga dalam era globalisasi konsolidasi. Dengan demikian apabila kita ataupun
dimana konsumen umumnya cenderung pemerintah berkehendak untuk menjadikan negara
mengkonsumsi nabati alami setiap saat Indonesia menjadi "Newly Agro-Industrializing
dengan kualitas tinggi dan tidak busuk, Country" (NAIC), maka kebijakan-kebijakan
maka dalam kodisi seperti ini peran dalam rangka pengembangan agroindustri dirasakan
agroindustri akan semakin dominan. sangat mendesak untuk dilaksanakan.
9. Sesuai dengan amanat pembangunan Sementara di sektor industri, karak-teristik
nasional, bahwa landasan pembangunan utamanya adalah fleksibilitas yang tinggi terhadap
Nasional Indonesia adalah Trilogi produk yang dihasilkan. Kelenturan dalam
(pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas) mengembangkan diversifikasi baik jenis maupun
dengan penekanan pada pemerataan. Jika kualitas produk akan membuat sektor ini lebih mudah
dikaitkan dengan pembangunan sektor berakses terhadap pasar maupun dalam
industri, maka definisi Trilogi perlu menyesuaikan dengan lokasi. Kelebihan ini
dioperasionalkan. Pertumbuhan dapat merupakan peluang bagi sektor industri untuk dapat
dioperasionalkan menjadi pertumbuhan lebih menyesuaikan diri dengan sektor pertanian
produksi, pendapatan tenaga kerja, jenis khususnya di dalam pengembangan pada kawasan-
industri; Pemerataan dalam kesempatan kawasan sentra pengembangan agroindustri
berusaha, pendapatan, kesempatan kerja, komoditi unggulan.
jenis industri; Stabilitas menyangkut produk, Proses transformasi menuju pertanian yang
pendapatan, kesempatan kerja dan berbudaya enterpreuneur diharapkan dapat menjadi
kelestarian usaha. pemicu bagi percepatan pertumbuhan ekonomi
pedesaan. Proses transformasi tersebut dihantarkan
Berdasarkan alas an tersebut, maka strategi
melalui pendekatan pembangunan pertanian ber-
pembangunan agroindustri nasional harus menjadi
orientasi agribisnis dan agroindustri. Pendekatan
pilihan utama dan tidak bisa ditawar lagi. Hal ini
agribisnis dan agroindustri merupakan suiltu
dikarenakan oleh usaha peningkatan kesempatan
pendekatan sistem yang terdiri dari berbagai
kerja, peningkatan ekspor, pertumbuhan,
subsistem, yaitu : (1) subsistem pengadaan dan
pemerataan, pengentasan kemiskinan dan
penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengem-
ketahanan nasional dapat terjamin. Jadi agroindustri
bangan sumberdaya manusia, (2) sub-sistem
harus dipandang sebagai salah satu sumber
budidaya atau usaha tani, (3) sub-sistem pengolahan
pertumbuhan ekonomi utama di Indonesia.
hasil pertanian atau agroindustri, (4) subsistem
pemasaran hasil pertanian dan (5) subsistem sarana
ARAHSTRATEGIPENGEMBANGAN dan prasarana penunjang.
AG~OINDUSTRI MENGHADAPI PASAR Melalui pendekatan sistem terse but,
GLOBAL keterkaitan dengan agroindustri dalam
pengembangan dan penyaluran sarana produksi,
Sesuai dengan karakteristiknya bahwa penyediaan dana dan investasi, serta teknologi
agroindustri· bersifat resourses based industry, dengan dukungan sistem tataniaga dan
maka arah strategi pengembangannya harus perdagangan yang efektif. Sebagai sektor yang
didasarkan pada pendekatan wilayah potensi diharapkan mampu menghela per-ekonomian
sumberdaya dengan tetap berpijak pada konsep pedesaan, maka penumbuhan agroindustri pedesaan
keunggulan komparatif dinamis, dimana diperlukan perlu direkay~sa dengan prinsip dasar (1) memacu
peran pemerintah untuk dapat mengarahkan keunggulan kompetitif produk serta komparatif
keunggulan komparatif dalamjangka panjang. Oleh wilayah, (2) memacu peningkatan sumber daya
karena itu model yang tepat untuk itu adalah "Role manusia dan penumbuhan agroindustri yang ~esuai
of Government - Directed Compoerative dengan kondisi setempat, (3) memperluas kawasan
Advantage" (Aggarwal R dan Agmon T, 1990) sentra-sentra komoditas unggulan yang nantinya

A.6RIMEOIA Volume 9, No.1 - Maret 2004 34


akan berfungsi sebagai pemasok bahan baku y a n g \ ' - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
berkelanjutan, dan (4) memacu pertumbuhan menggunakan desa sebagai wadah kegiatan, akan
susbsistem lainnya serta menghadirkan berbagai memperluas wawasan dari sektor ke wilayah. Jadi
sarana pendukung berkembangnya industri per- dengan menggunakan desa sebagai basis investasi
desaan. prasarana dan sarana yang menunjang keperluan
Pemerintah daerah akan lebih berperan pertanian dapat diarahkan secara terpadu. Ketiga,
dalam pengelolaan investasi, perijinan, pembinaan dengan pendekatan kewilayahan terse but akan
usaha agribisnis, pertanahan dan lain-lain sesuai diperoleh hubungan kota-desa. Sudah saatnya kini
dengan kebijasanaan otonomi daerah. Dampak diubah presepsi kedudukan kota dan desa. Desa
paling positif adalah komponen impor akan sudah tidak dapat lagi dipandang hanya sebagai
berkurang, migrasi tenaga kerja dari desa ke kota wilayah pendukung kehidupan daerah perkotaan,
akan ditekan dan dalam jangka panjang akan tetapi sebaliknya, perkembangan suatu kota harus
tumbuh mikropolitan-mikropolitan berbasis agro- berkait dengan perkem-bangan daerah pedesaan.
industri pedesaan. Jika ini terjadi, maka Oleh karena itu pembangunan kota harus turut
keseimbangan (equilibrium) akan terjadi dan meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi di
generasi mendatang akan menikmati modemisasi daerah pedesaan. Hubungan timbal balik yang saling
pedesaan. menguntungkan ini merupakan dasar bagi
Untuk menuju ke arah tersebut yang perlu pertumbuhan yang serasi dan harmonis antara desa
diperhatikan adalah kualitas sumberdaya manusia dan kota.
yang handal dalam membangun modernisasi Berdasarkan bahasan tersebut di atas, dapat
perdesaan yang dimotori agroindustri pedesaan. disimpulkan bahwa pertanian ber-wawasan industri
Dengan demikian aspek yang lebih fundamental akhimya sejalan dengan industrialisasi pedesaan dan
adalah membangun sikap mental dan budaya keterkaitan sinergis antara desa dengan kota.
sebagaimana layaknya yang hidup di masyarakat
industri. Budaya enterpreuneur ini mempunyai ciri
sebagai berikut : (1) pengetahuan merupakan INSTRUMEN REGULASI UNTUK
landasan utama dalam pengambilan keputusan PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
(bukan intuisi atau kebiasaan saja); (2) kemajuan UNGGULAN YANG TERINTEGRASI
teknologi merupakan instrumen utama dalam
pemanfaatan sumberdaya; (3) mekanisme pasar Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa telah
merupakan media utama dalam transaksi barang banyak jenis agroindustri yang telah diusahakan
dan jasa; (4) efisiensi dan produktivitas sebagai oleh masyarakat, namun sebagian besar dicirikan
dasar utama dalam alokasi sumberdaya dan oleh karakteristik yang kurang menguntungkan.
karenanya membuat hemat dalam penggunaan Karakteristik agroindustri yang dimaksud berupa :
sumberdaya; (5) mutu keunggulan me-rupakan tidak kontinyu, skala usahanya kecil, kualitas rendah,
orientasi, wacana sekaligus tujuan; (6) kemasannya sederhana, pasarnya lokal dan
profesionalisme merupakan karakter yang menonjol terbatas, teknologinya sederhana, manajemennya
dan pada akhimya (7) perekayasaan harus meng- terkait dengan kepentingan rumah tangga. Akan
gantikan ketergantungan pada alam sehingga setiap tetapi di sisi lain, terdapat agroindustri dalamjumlah
produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi dan jenisnya terbatas dengan teknologi maju dan
persyaratan yang telah ditetapkan lebih dahulu padat modal yang berlokasi di kota-kota besar,
dalam mutu,jinnlah, berat, volume, bentuk, ukuran, sehingga kurang berdampak pada perekonomian
rasa dan sifat-sifat lainnya dengan ketepatan waktu. desa. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa
Paradigma dalam membangun modemisasi masyarakat sangat respons untuk mengem-
pertanian dan pedesaan ber-budaya enterpreuneur bangkan agroindustri, namun tetap saja belum
sedikitnya mem-punyai tiga aspek yaitu : Pertama, berkembang karena tidak ada keterkaitanantar
dapat dimulai dengan mengutamakan manusia dan sektor hulu dan hilir.
kelembagaan pedesaan temp at pertanian itu Dalam era liberalisasi.perdagangan, produk
berada. Artinya dimulai dari akar pennasalahannya, agroindustri di pasar akan dipengaruhi oleh
yaitu : manusia sebagai pelaku sekaligus sebagai perubahan eksternal. Perubahan tersebut
tujuan pembangunan, dan kelembagaan sebagai menyangkut "Tenn of trade" sekaligus menyangkut
motor yang menggerakkan perilaku berbagai wujud teknologi regulasi perdagangan bebas seperti
(entities) sosial ekonomi. Kedua, dengan adanya Forieg Direct Investment (FDI),perubahan

rt6BIMEDIA Volume 9, No.1 - Maret2004 35


gaya hidup (life style) dan perubahan karena unsur \L__________________
demografi seperti daya beli, migrasi penduduk dan menumbuhkembangkan antara industri hulu dan hilir
sebagainya. Oleh karen a itu uapaya pengadaan secara endogenus sedangkan pemerintah hanya
produk-produk agroindustri agar mempunyai sebagai katalisator.
keunggulan komparatif harus memenuhi Beberapa komponen penting yang harus
persyaratan wajib (necessary condition) yaitu : diperhatikan dan sekaligus acuan dalam
produk yang dihasilkan dengan biaya rendah, merumuskan instrumen untuk regulasi
memberikan nilai tambah tinggi, mel!lpunyai kualitas pengembangan agroindustri ke depan adalah :
tinggi, mempunyai keragaman untuk berbagai
segmen pasar, mampu mensubtitusi produk impor 1. Penentuan Lokasi
sejenis. Dalam upaya mengembangkan agroindustri
Agroindustri yang mempunyai keterkaitan ke yang mempunyai daya saing tinggi yang didasari
belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke oleh kenyataan bahwa agroindustri itu bersifat
depan (forward lingkage) telah dikembangkan oleh "resouce based industry", sehingga
pemerintah melalui model pengembangannya harus
integrasi hulu-hilir dalam BERDASARKAN KENYATAAN BAHWA . didasarkan pada wilayah
berbagai bentuk, seperti : DALAM ERA L1BERALISASI potensi sumberdaya. Untuk
itu pemerintah diha-rapkan
Perusahaan Inti rakyat, PERDAGANGAN, PERANAN
Kontrak Usaha, membu~ p~a
PERLINDUNGAN PEMERINTAH AKAN pengembangan
Perusahaan penghela dan
Bapak Angkat. Konsep ini
SEMAKIN BERKURANG. OLEH agroindustri. Jika hal ini
berkeinginan untuk meng- KARENA ITU, UNTUK dilaksanakan, maka
angkat golongan industri MENUMBUHKEMBANGKAN pengembangan agro-
kecil menjadi industri AGROINDUSTRI YANG industri tidak hanya sekedar
menengah atau besar, berkembang, tetapi lebih
BERORIENTASI PASAR GLOBAL
namun yang terjadi adalah dari itu mampu
TIDAK AP'\ PILIHAN LAIN KECUALI m.eningkatkan perkonomian
orang kecil berbaju besar.
Akibatnya beberapa
MEMBUAl SUATU KERANGKA YANG di daerah sekitarnya. Oleh
kalangan mengusulkan SALING MENUMBUHKEMBANGKAN karenanya pendirian
bukan lagi integrasi ANTARA INDUSTRI HULU DAN HILIR agroindustri dalam skala
vertikal, akan tetapi SECARA ENOOGENUS SEDANGKAN besar yang tidak didasarkan
koordinasi vertikal pada potensi sumberdaya
PEMERINTAH HANYA SEBAGAI
(Simatupang, 1995) wilayah sepatutnya dilarang,
KATALISATOR. karena nantinya akan
sehingga kemudian
dianjurkan konsep kemitraan. Terlepas dari menimbulkan 'foot .loss industry" .(Simatupang,
berbagai istilah tersebut, sebenarnya yang 1990).
terpenting adalah integrasi bukan pengertiannya
mengenai pola usaha kegiatan agroindustrinya. Akan 2. Pola Usaha
tetapi instrumen kebijakan apa yang mampu Pola usaha .yang tepat dalam
dipadukan untuk pengembangan agroindustri, pengembangan agroindustri adalah pola kemitraan.
sebingga konsep integrasi harus didefinisikan dalam Namun sering kali pola ke-mitraan dilakukan karena
. arti luas dari seluruh perangkat atau instrumen : keterpaksaap. oleh himbauan pemerintah, bantuan
kebijakan. sosial pengusaha besar, perolehan insentif, ataupun
Berdasarkan kenyataan bahwa dalam era karena hubungan ekonomi yang saling
liberalisasi perdagangan, peranan perlindungan menguntungkan. Padahal secara teoritis pola usaha
pemerintah akan semakin berkurang. Oleh karena agroiridustri dapat dikembang-kan melalui Pola
itu, untuk menumbuhkembangkan agroindustri yang Mandiri, Mitra usaha, dan Koperasi. Strategi
berorientasi pasar global tidak ada pilihan lain kecuali pemilihan pola usaha agroindustri dapat dilakukan
membuat suatu kerangka yang saling berdasarkanTabel berikut.

,f6HIMlf,VI,f Volume 9, No.1 - Maret 2004 36


Tabel 2. Alternatif Bentuk Usaha Agroindustri
\~-----
Sifat Agroindustri Pola
Mandiri UsahaKemitraan Koperasi
1. Economic of scale DRS & CRS IRS IRS
2. Economic of scope DRS & CRS IES IES
3. Kebutuhan modal Rendah Tmggi Tmggi
4. Kemitraan Teknologi Rendah Tmggi Rendah
5. Kerumitan Rendah Tmggi Rendah
6. Manajemen Rendah Tinggi Rendah
7. Gestation peiodologi Kontinyu Deskrit Kontinyu
8. Kontinuitas produksi

Sumber : Simatupang, 1997

Tabel2 menunjukkan bahwa, pola kemitraan sampai saat ini masyarakat boleh dikatakan jarang
hanya dapat diwujudkan apabila biaya pokok atau bahkan tidak pemah mendapat penyuluhan
semakin meningkat dan volume produksi semakin teknologi agroindustri. Dengan demikian perlu
besar (IRS = increasing return to scale) dan dirancang suatu lembaga yang terintegrasi dari pusat
bukan pada kondisi yang (DRS = decreasing) sampai ke daerah, bahkan sampai pada level
ataupun yang konstan (CRS). Apabila biaya pokok operasional di industri kecil menengah yang ada di
semakin menurun dan jumlah cakupan usahanya pelosok perdesaan.
semakin banyak (IES = increasing economic of
scope), bukan semakin naik (DES) dan konstan 4. Pemasaran
(CES). Oleh karena itu, jika pola usah agroindustri Dalam segi bisnis, manajemen pemasaran
terse but diarahkan pada segi efisiensi, maka tentu adalah aspek yang sangat penting, bahkan oleh
saja harns memenuhi kriteria tersebut. Kalau tidak, UKM memandang bahwa permasalahan yang
pola kemitraan malah akan menghambat paling dominan yang tengah dihadapi selain faktor
pertumbuhan. modal adalah kesulitan dalam memasarkan
Kenyataan memberikan implikasi bahwa produknya. Oleh karena itu upaya pengembangan
dalam mengembangkan pola usaha agroindustri agroindustri seyogyanya memperhatikan product
haruslah dilakukan pengkajian secara cermat, life cycle, segmentasi pasar, positioning, market
bahkan kalau mungkin saat ini lebih banyak respon dan pola persaingan. Dengan demikian
ditentukan olehjenis agroindustri yang sesuai melalui kegiatan manajemen pemasaran hams dilakukan
Koperasi non-KUDo secara tepat, hal demikian sulit dilakukan
agroindustri skala kecil.
3. Teknologi Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh
Teknologi untuk agroindustri hingga saat ini pemerintah, tetapi hanya dapat dilakukan oleh
boleh dikatakan cukup banyak, namun sifatnya perusahaan besar. Oleh karena itu pemerintah
tercecer dalam berbagai Lembaga Penelitian hanya dapat menganjurkan agar dilakukan pola
ataupun Perguruan Tinggi, dimana satu skala kemitraan dalam segi pemasaran antar agroindustri
dengan skala yang lainnya tidak terkait. Selain itu, skala kecil dengan agroindustri menengah atau
teknologi yang dihasilkan umumnya masih belum besar.
siap jual karena pendekatannya masih parsial dan Suatu pemikiran yang menarik bahwa untuk
bahkan jarang yang terkait dengan teknologi mengantisipasi persoalan pemasaran bagi UKMK,
pengemasan. Seperti diketahui bahwa dalam bisnis maka solusinya adalah mengembangkan industri
agroindustri justru kemasan sering lebih skala kecil atau UKMK yang berorientasi pada
dipentingkan. Oleh karenanya pengembangan sentra produksi atau pedesaan, padat karya dan
teknologi agroindustri kini dan dimasa datang perlu berkelanjutan. Kemudian se1anjutnya membentuk
di arahkan pada satu paket lengkap dengan jejaring usaha (Business Network) dengan prinsip
teknologi kemasannya. Permasalahan lain yang kesetaraan, sehingga memiliki kekuatan untuk dapat
tengah dihadapi adalah segi transfer teknologi. menembus pasar global seperti halnya industri besar.
Berbagai penelitian empiris menunjukkan bahwa

A.6RDII!JDIA. Volume 9, No.1 - Maret 2004 37


5. Keterkaitan Sektor Penunjang
\1..--_ _ _ _ __
Agroindustri Model kebijakan endogenus di atas
menunjukkan bahwa, apabila agroindustri tidak
Agroindustri yang menggunakan bahan baku berkembang akibatnya sektor pertanian juga tidak
hasil pertanian tentu saja sangat terkait dengan berkembang. Sebaliknya apabila sektor pertanian
efisiensi pada sektor pertanian. Jika pada sektor tidak efisien, maka agroindustri juga tidak efisien,
pertanian berjalan tidak efisien, maka tentu saja sehingga tidak akan berkembang.
agroindustri juga tidak efisien. Faktor penting Oleh karenanya perusahaan agroindustri di
lainnya adalah pengembangan infrastruktur dan hilir berkewajiban mengefisienkan industri disektor
industri penunjangnya. Mustahil dapat hulu melalui transfer modal, teknologi, informasi
mengembang-kan agroindustrijika tidak didukung pasar, dan kualitas produk. Sebalikanya industri hulu
oleh infrastruktur yang memadai serta industri berkewajiban menjual hasilnya pada industri hilir.
penunjang lainnya. Kenyataan menunjukkan, bahwa Permasalahan yang sering muncul adalah
dalam era pasar bebas yang ditandai dengan era apa "opportunity cost" atau balas jasa industri hilir
efisiensi, maka otomatis peranan perlindungan dari peranannya untuk mengembangkan sektor
pemerintah akan semakin berkurang (subsidi, tarif, hulu. Banyak kasus sering dilakukan melalui "proce
hak monopoli dan sebagainya) akan hilang, sehingga exploitation" dalam pembelian inputnya, namun
tidak ada pilihan lain kecuali membuat model jika organisasi produsen sangat kuat, akan

TEKNOLOGI,
REGULASI,
LIFE STYLE
& POPULASI

- SUMBER DAYA SELERA


FISIENSI - SKALA USAHA KONSUMEN
- PRODUKSI DN/LN
- PEMASARAN
- TOTAL .
- PEMBINAAN
t-------;~---,...-------r---_li: BIAYA RENDAH

- NILAI TAMBAH

- KUALITAS PRIMA

- KERAGAMAN
PRODUK

- MAMPU SUBTITUSI
INOVASI DLM: PROSES, PRO.,
SISTEM, RESOURCE & PASAR

Gambar 1. Model Endogenus Pengembangan Agroindustri yang Terintegrasi (Soepanto, 1997)

kebijakan endogenus yang saling menimbulkan masalah sosial yangjustru merugikan


menumbuhkembangkan antara industri huIu dan hilir usahanya. Oleh karenanya yang paling tepat adalah
serta komponen yang terkait dalam agroindustrl. balas jasa <furl pemerintah melalui keringanan pajak,
Regulasi dengan model kebijakan endogenus infrastruktur, perijinan, bantuan R&D, kemudahan
pengembangan agroindustri diperlihatkan dalam kredit dan lain-lain bagi agroindustrihulu yang
Gambar 1. melakukan integrasi.

A6HIMED1,4 Volume 9, No.1 - Maret 2004 38


KESIMPULAN DAN SARAN \'-----------Two sektor models, Jurnal of Policy
Pengembangan agroindustri di Indonesia Modeling, 12(4): pp.625-657.
dapat dijadikan "leading sector" karena Ojojodiharjo H., 1997. Peranan Ilmu
agroindustri bersifat "resource based industry", Pengetahuan dim Teknologi, Penelitian
dimana Indonesia didukung oleh sumberdaya dan Pengembangan dalam
pertanian. Meningkatkan Peran Agroindustri di
Upaya yang paling tepat untuk mendorong Indonesia: Makalah disampaikan pada
perkembangan agroindustri pedesaan ialah dengan Simposium Nasional Agroindustri III, IPB,
memacu pertumbuhan produktivitas, penyerapan Bogor 4-5 September 1997.
tenaga kerja dan produksi usaha pertanian dan Kahar, A., 1997. Kebijaksanaan Teknis dan
bukan dengan memacu pertumbuhan perusahaan, Program Pengembangan Agribisnis.
produktivitas dan efisiensi agroindustri secara Makalah disampaikan pada Pekan
langsung. Orientasi Wartawan, Jakarta.
Komponen penting sebagai acuan dalam Kartasasmita, G., 1996. Pembangunan Untuk
merumuskan instrumen untuk regulasi Rakyat : Memadukan Per-tumbuhan dan
pengembangan agroindustri ke depan adalah : (1) Pemerataan. CIOES, Jakarta.
Penentuan lokasi, (2) Pola usaha, (3) Teknologi, (4) Miller, T.C., 1990, Agricultural price policies and
Pemasaran dan (5) Keterkaitan sektor penunjang political interest group competition,
agroindustri. Jumal ofpolicy modeling, l3(4):pp.489-5l3.
Oalam mengembangkan agroindustri Haeruman H., 1997. Pembangunan Pertanian
seharusnya berorientasi pada pembangunan industri Yang Maju : Integrasi Agoindustri
di sentra produksi atau perdesaan, padat karya dan Hulu-Hilir dan Penunjang. Maka1ah
berkelanjutan dengan bangun perusahaan sesuai disampaikan dalam Simposium Nasional
adalah VKMK. Kemudian disinergikan melalui pola Agro-industri III, IPB, Bogor 4-5
jejaring usaha (Business Network) dengan prinsip September 1997.
kesetaraan, sehingga memiliki kekuatan untuk dapat Simatupang, P., 1995. Industrialisasi Pertanian
menembus pasar global seperti halnya industri besar. Sebagai Strategi Agri-bisnis dan
Untuk menjadikan Indonesia sebagai "Newly Pembangunan Pertanian Dalam Era
Agroindustrializing Country (NAIC)", maka Globalisasi : Orasi Pengukuhan Ahli
disarankan agar kebijakan mengenai Peneliti Utama; PSE. Bogor.
pengembangan agroindustri segera dirancang Simatupang, P., 1997. Akselerasi Pem-bangunan
karena sangat mendesak untuk dilakukan. Pertanian dan Pedesaan Melalui
Strategi Keterkaitan Berspektrum Luas.
PSE. Bogor.
REFERENSI Soepanto, 1997, Tinjauan terhadap kebijakan
dan regulasi pemerintah yang
Aggarwal R dan Agmon T., 1990. The menunjang dan menghambat proses
International Success of Developing integrasi agroindustri serta antisipasi
Country Firms : Role of Government- menghadapi pasar bebas dunia,
Directed Comparative Advantage, Makalah disampaikan pada Simposium
Management International Review, Nasional Agroindustri III, 4-5 September
Volume 30/2:pp.163-180. 1997, Bogor.
Basri dan Iksan., 1995, Perekonomian Indonesia Suprapto A., 1997. Agroindustri Masa depan :
Menjelang abad XXI, Erlangga. Makalah Disampaikan Pada Simposium
Oevaragan S., Lewis, J.O., and Robinson, S., 1990, Nasional Agroindustri III, 4-5 September
Policy Lessons from Trade-Focussed, 1997.

A.6Il1MEDIIt Volume 9, No.1 - Maret 2004 39 .

Anda mungkin juga menyukai