Anda di halaman 1dari 16

Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Analisis Daya Saing Industri Informasi Geospasial di Indonesia


Immas Nurhayati1, Budi Susetyo2, Puspa Eosina3, Indu Purnahayu4
Universitas Ibn Khaldun Bogor1
Immasnurhayati1@gmail.com
Universitas Ibn Khaldun Bogor2
Universitas Ibn Khaldun Bogor1, Institusi 3

Abstrak
Perkembangan teknologi informasi geospasial (IG) yang cepat dan pertumbuhan ekonomi dunia
telah menyebabkan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap informasi IG untuk
mendukung berbagai ragam aktivitas produktif. Perkembangan teknologi IG ini juga telah
memicu tumbuhnya Industri IG Dunia dalam beberapa dekade terakhir ini di berbagai bidang
layanan IG termasuk layanan aplikasi IG. Namun terkait dengan Industri IG di Indonesia
masih dijumpai berbagai kendala untuk dapat tumbuh sebagai industri mandiri, di antaranya
disebabkan lemahnya daya saing industri IG. Beberapa penyebab di antaranya belum adanya
pembinaan yang memadai terkait dengan kesiapan Industri IG Nasional dalam menghadapi
persaingan global. Hal ini perlu diangkat sebagai isu nasional karena dipandang cukup
mengkhawatirkan, terutama saat menghadapi MEA atau era pasar bebas yang akan datang.
Persaingan global pada pasar internasional memerlukan adanya penguatan dalam hal:
penerimaan dan pembinaan SDM IG, permodalan, regulasi dan perijinan, perluasan Scope of
services, inovasi teknologi, global networking, pengkajian tren aplikasi IG ke depan, marketing
industri IG dan quality assurance. Di samping itu dalam rangka peningkatan daya saing industri
IG perlu adanya peningkatan jejaring Internasional dengan pihak asing dan kerjasama dengan
akademisi dan inventor untuk mengembangkan inovasi dan aplikasi teknologi baru untuk
mendukung industri IG. Demikian pula diperlukan adanya skema sertifikasi yang sesuai
dengan kebutuhan pasar.
Kata Kunci: Daya saing, Informasi Geospasial, Industri IG, MEA

1. Latar Belakang Dengan demikian dapat diketahui standar kebutuhan


industri terkait dengan kualifikasi dan kompetensi
Pertumbuhan ekonomi dunia dalam beberapa tahun SDM di bidang Geospasial untuk mendukung proses
terakhir ini mendorong peningkatan permintaan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.
aplikasi geospasial di berbagai bidang. Industri
geospasial telah muncul sebagai hal baru di sektor UU No. 4 tahun 2011 tentang informasi geospasial
jasa informasi. Berbagai perusahaan dan lembaga telah disahkan pada tanggal 21 April 2011. Lahirnya
telah nampak terlibat dalam bisnis untuk undang-undang ini menjamin ketersediaan dan akses
pengembangan teknologi dan penyediaan layanan. terhadap informasi geospasial yang dapat
Dengan demikian diperlukan pengetahuan dan dipertanggung jawabkan. Informasi geospatial sangat
pemahaman tentang kondisi industri geospasial diperlukan untuk mendukung berbagai proses
eksisting yang tumbuh di Indonesia sebagai pembangunan dan menjadi dasar perencanaan
baseline, untuk kemudian diproyeksikan penataan ruang, penanggulangan bencana, pengelolaan
pertumbuhannya ke depan secara realistik sumber daya alam, dan sumber daya lainnya, sehingga
mengacu pada perkembangan teknologi terkini di dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
negara tertentu sebagai benchmarking. Dalam kemakmuran rakyat Indonesia. Terkait dengan
kaitan ini telah dilakukan survai Industri pemanfaatan data dan informasi geospatial untuk
Geospasial untuk mengetahui keberadaan, mendukung pembangunan, BIG telah menjalin
aktivitas, dukungan SDM dan visi pertumbuhan ke kerjasama untuk meningkatkan pemahaman
depan agar tetap survive dalam memilih industri pentingnya data dan informasi geospatial yang
geospasial sebagai basis usahanya. Demikian juga terintegrasi dengan data statistik, ekonomi dan sosial.
survai untuk lembaga baik pemerintah maupun Data dan informasi geospasial dapat menjadi alat
swasta, juga perlu diketahui, khususnya yang untuk menghasilkan informasi perencanaan
terkait dengan layanan dan ketersediaan SDM nya. pembangunan.

181
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Pasal 3 UU Nomor 4 Tahun 2011 menyebutkan daya saing tersebut di antaranya disebabkan oleh
bahwa kehadiran Undang-Undang ini secara rendahnya kualitas SDM, minimnya sarana dan
langsung bertujuan untuk: menjamin ketersediaan prasarana yang dimiliki, serta lemahnya modal. Pada
dan akses terhadap IG yang dapat akhirnya, kondisi Industri IG diharapkan memiliki
dipertanggungjawabkan; mewujudkan daya saing yang dapat diukur dalam skala nasional
penyelenggaraan IG yang berdaya guna dan maupun internasional dan mampu bersaing secara
berhasil guna melalui kerja sama, koordinasi, regional maupun global. secara bebas dan terbuka
integrasi, dan sinkronisasi; mendorong penggunaan sesuai dengan amanat UU IG.
IG dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
diperlukan langkah-langkah untuk mengembangkan
Terdapat dua prinsip utama dalam tubuh undang-
industri IG dengan acuan yang jelas, agar tidak salah
undang informasi Geospasial tersebut antara lain
arah. Oleh karenanya diperlukan penyusunan roadmap
pertama, bahwa informasi geospasial dasar (IGD)
pengembangan industri IG, khususnya untuk
dan secara umum informasi geospasial tematik
mengetahui kondisi Industri IG saat ini, kesiapan untuk
(IGT) yang diselenggarakan instansi pemerintah
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
dan pemerintah daerah bersifat terbuka. Hal ini
maupun kesiapan industri secara umum untuk
bermakna bahwa: (a) Bagi segenap WNI
menghadapi persaingan global.
diberikan kemerdekaan untuk dapat mengakses
dan memperoleh IGD dan sebagian besar IGT 2. Tujuan
untuk dipergunakan dan dimanfaatkan dalam
berbagai aspek kehidupan. Masyarakat pun dapat Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi
berkontribusi aktif dalam pelaksanaan awal Industri IG di Indonesia, kesiapannya
penyelenggaraan IG, untuk dapat menumbuhkan menghadapi MEA dan persaingan global.
dan mengembangkan industri IG dengan baik; (b) 3. Metode
Bagi Pemerintah, segenap penyelenggaraan
pemerintahan baik di pusat maupun di daerah yang Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
terkait dengan geospasial (ruang-kebumian) wajib analisis deskriptif dengan kuantifikasi untuk
menggunakan IG yang akurat dan dapat menggambarkan kondisi eksisting industri IG (Skala
dipertanggungjawabkan. Kemajuan industri IG Kecil-K, Sedang-S dan Besar-B) di Indonesia, potensi,
akan menjamin ketersediaan, aksesibilitas, dan kendala dan tantangan pengembangannya serta analisis
pemanfaatan IG di tengah masyarakat dan dalam kondisi industri IG di negara-negara maju sebagai
proses pembangunan. Informasi geospasial yang landasan untuk melakukan Benchmarking.
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan menjadi Berdasarkan hasil analisis ini, ditentukan langkah-
komponen penting dalam mendukung pengambilan langkah ke depan untuk pembinaan industri IG di
keputusan. Indonesia yang dituangkan dalam Rencana Aksi
(Action Plan), agar industri IG di Indonesia ke depan
Informasi geospasial merupakan bagian penting dapat diproyeksikan dan bahkan dapat ditargetkan
dalam mewujudkan sistem informasi yang dapat menjadi Industri Geospasial kelas dunia.
dimanfaatkan untuk mendukung proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Untuk menjaring informasi yang berasal dari Industri
pembangunan baik pada pemerintah tingkat pusat IG digunakan kuesioner yang dirancang khusus agar
maupun daerah dan juga pada sektor industri, baik dapat memetakan kondisi eksisting Industri IG di
secara individual maupun kelompok. Informasi Indonesia. Pertanyaan untuk perusahaan/Industri IG di
geospasial yang akurat dan dapat antaranya jenis kegiatan dalam bidang informasi
dipertanggungjawabkan menjadi komponen geospasia yang meliputi: a. Surveying (terestris,
penting dalam mendukung pengambilan cadastral, hidrografi); b. Pemetaan & Kartografi (lidar-
keputusan. Oleh karena itu , industri IG selaku , radar-, fotogrametri); c. Survey & Pemetaan Tematik
produsen IG seyogyanya memperoleh perhatian (cth: kehutanan); d. GIS & Penginderaan Jauh; e.
besar dan terus dikembangkan dari waktu ke Layanan Konsultasi Geomatika/Geoinformatika; f.
waktu, sehingga IG yang dihasilkan semakin Pengembangan & Pembuatan Software Geospasial;
berkualitas. dan g.Bidang Geospasial Lainnya. Pengelompokan ini
didasarkan pada kegiatan riil di lapangan. Untuk
Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi kegiatan industri ditanyakan juga Total Penjualan
industri IG saat ini masih memiliki berbagai (omset) yang Bersumber dari Kegiatan Bidang
kendala untuk dapat tumbuh secara baik. Daya Informasi Geospasial (terkait jasa atau produk) per
saing industri IG di Indonesia, baik di tingkat tahun berikut rinciannya. Demikian pula sumber
regional maupun global sangat lemah. Lemahnya pendanaannya apakah berasal dari pemerintah atau
182
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
swasta, dalam negeri atau luar negeri dan mendukung IG, struktur pengeluaran
sebagainya dalam rangka mengetahui kemandirian perusahaan,anggaran Penelitian dan Pengembangan,
Industri IG dalam negeri. HSE (Health, Safety and Environment/Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan), kendala yang
Hal-hal lain yang ditanyakan dalam kuesioner
dihadapi perusahaan serta pendangan terhadap prospek
adalah terkait kepemilikan hardware/software yang
dan pertumbuhan Industri IG ke depan.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Model Peningkatan Daya Saing Industri IG melakukan komparasi dengan industri IG dunia
diarahkan untuk empat hal, yaitu (1) tersedianya sebagai benchmarking.
SDM IG yang handal dengan kemampuan teknis (4) Tahap penyajian hasil yang komprehensif,
tertentu, (2) penguatan sarana dan prasarana yang sehingga dapat dengan mudah dipahami bagi
mendukung aspek layanan produk dan jasa, serta pengambil keputusan dalam rangka menyiapkan
(3) penguatan aspek permodalan untuk dapat pembinaan Industri IG secara lebih terencana,
menyelenggarakan kegiatan layanan IG secara terprogram dan dengan tahapan yang rasional.
leluasa.
Kegiatan survai lapangan dilakukan sesuai dengan
Secara umum tahapan pelaksanaan penelitian rancangan pembagian wilayah dan target responden.
meliputi tahap persiapan, tahap survai dan Keterwakilan wilayah dan lokasi serta target survai
pengumpulan data, tahap analisis dan pengolahan telah disepakati di dalam kegiatan Focus Group
data serta tahap penyusunan laporan. Discussion (FGD), sehingga dapat dikatakan lokasi
pengambilan sampelnya telah representatif mewakili
(1) Tahap Persiapan, dilakukan dengan
tipologi wilayah dan keragaan Industri IG di Indonesia.
melaksanakan brainstorming, FGD dan
Kebutuhan data terkait dengan kebutuhan analisis yang
pengumpulan data sekunder/literatur,
telah diidentifikasi pada metodologi studi difokuskan
merancang dan menguji model kuesioner
pada data sekunder dan studi literatur dalam
agar dapat disempurnakan sebelum
pengembangan prioritas, kebijakan dan strategi
disebarkan ke kelompok target (responden),
pengembangan Industri IG. Data sekunder dan data
serta menetapkan target responden.
primer merupakan data utama yang digunakan.
(2) Tahap Survai dan Pengumpulan Data,
dilakukan dengan survai lapangan, indepth Pengambilan sampling menggunakan metode Stratified
interview dan pengumpulan data yang Random Sampling, namun metode keseluruhan adalah
diperlukan. Purposive Random Sampling. Stratified Random
(3) Tahap pengolahan data dan analisis dilakukan Sampling menekankan strata (tingkat) pada
dengan mengolah data yang masuk, serta pengambilan sampel dalam populasi, dimana strata

183
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
yang digunakan berdasarkan luas wilayah dan Pengeboran Minyak, Gas dan Panas Bumi
kepadatan dari suatu kabupaten/kota. Indonesia).
Pengelompokan kabupaten/kota dibedakan (4) NGO (Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
menjadi beberapa kluster, yaitu : kluster A (JKPP), CIFOR, Weatlands International, WWF
(Jabodetabek), kluster B (kota besar lainnya di Indonesia, LATIN).
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan), kluster C
Data-data sekunder dan primer tersebut antara lain:
(kabupaten/kota menengah, kota Balikpapan
(1) Data sekunder, berupa data literatur studi, data
sebagai sentral di Kalimantan, kota Bandar
statisitik pengembangan Industri IG nasional, dan
Lampung sebagai sentral selatan Sumatera, kota
internasional/dunia (bersumber dari jurnal, laporan
Banda Aceh sebagai sentral utara Sumatera),
dan website), data profil industri IG nasional dan
kluster D (kota Batam dan kota kecil lainnya
internasional (bersumber dari studi komparasi),
sebagai sentral di Sumatera kepulauan dan Jawa
data peraturan dan perundangan, dan sebagainya.
tengah, kota Palu sebagai sentral di bagian tengah
(2) Data Primer, berupa data survei primer instansi
Sulawesi), kluster E (kota Sorong sebagai sentral
dan Industri IG untuk penentuan prioritas
papua barat), kluster F (kota Palangkaraya sebagai
pengembangan.
sentral tengah Kalimantan), kluster G (Kabupaten
Mamuju sebagai sentral barat Sulawesi), dan Hasil isian kuesioner diolah dan dianalisis
kluster H (Kabupaten Berau sebagai sentral utara menggunakan pendekatan statistik deskriptif. Analisis
Kalimantan). yang dilakukan meliputi analisis eksisting Industri IG
dan prediksi perkembangannya 5 hingga 10 tahun ke
Sedangkan Purposive Random Sampling
depan, analisis benchmarking (membandingkan
menekankan pada penentuan instansi tertentu yang
dengan kondisi Industri IG di ASEAN, ASIA, bahkan
sengaja dijadikan sampel dengan
dunia, untuk melihat tren industri IG ke depan.
mempertimbangkan eksistensi Industri IG dan
Analisis ini ditunjang dengan kebijakan nasional yang
provider penyelenggaraan IG seperti: instansi pusat
terkait dan berlaku sebagai payung hukum dan
atau K/L, BUMN, perusahaan pertambangan dan
legalitas kompetensi keahlian personil IG, mulai dari
perkebunan, perusahaan properti, dan asosiasi
peraturan perundangan, visi, misi dan program kerja
indutri IG. Adapun rinciannya sebagai berikut :
BIG secara umum sampai dengan standar dari setiap
(1) Instansi Pemerintah (Kementerian Agraria elemen kerja Industri IG.
dan Tata Ruang, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, Kementerian PU dan 4. Hasil Dan Pembahasan
Perumahan Rakyat, Kementerian ESDM, Bidang Kegiatan di Kementerian/Lembaga
Kementerian Pertanian, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, BNPD, LAPAN, Hasil pemetaan bidang kegiatan terkait IG di
Kementerian Dalam Negeri, BKD). kementerian/lembaga (Gambar 2) menunjukkan
(2) BUMN (SKK Migas, PT Pertamina, PT bahwa enam bidang kegiatan dilaksanakan, di mana
Elnusa, PTPN 4, Perhutani, PGN). kegiatan surveying relatif dominan terhadap yang lain
(3) Asosiasi Industri IG (APSPIG, AKSLI, (28%). Nampak juga dari hasil survai bahwa bidang
INKINDO, Asosiasi Kontraktor Indonesia, kegiatan layanan konsultasi geomatika dan
Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO), pengembangan/ pembuatan software geospasial masih
Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit relatif rendah dibandingkan dengan keempat bidang
Indonesia (GAPKI), Persatuan Perusahaan lainnya (surveying, geodesi, pemetaan & kartografi,
Realestate Indonesia, Asosiasi Perusahaan dan penginderaan jauh).

Keterangan:
1. Surveying (cadastral, lahan, hidrografi,
geofisika, dll)
2. Geodesi, Navigasi & Positioning (GPS)
3. Pemetaan & Kartografi (Fotogrametri,
geofisik, dll)
4. Penginderaan Jauh (Foto Udara, satelit, radar,
lidar, dll)
5. Layanan Konsultasi Geomatika
6. Pengembangan & pembuatan software
geospasial

Gambar 2. Bidang Kegiatan di Sektor Kementerian/Lembaga

184
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Kendala Dihadapi akses modal/ pembiayaan dan akses data/mahal,


mahalnya biaya teknologi, serta kurangnya dukungan
Pelaksanaan keenam bidang kegiatan tersebut
kebijakan pemerintah/peraturan perundangan. Di
masih dirasakan belum optimal, terbukti dari
antara kendala-kendala tersebut (Gambar 3), yang
banyaknya kendala yang dihadapi, di antaranya:
paling sering dirasakan adalah lemahnya dukungan
rendahnya permintaan pasar, lemahnya
kebijakan dan peraturan perundangan (20%), mahalnya
kemampuan pemasaran, kurangnya SDM
biaya teknologi (18%), mahalnya data (16%), sulitnya
terampil, belum adanya standardisasi, rendahnya
akses data (13%) dan akses modal (11%).

Keterangan:

1. Permintaan pasar
2. Kemampuan pemasaran
3. SDM terampil
4. Standardisasi
5. Akses modal / pembiayaan
6. Akses Data
7. Mahalnya Data
8. Biaya Teknologi
9. Kebijakan pemerintah/peraturan perundangan

Gambar 3. Kendala Dihadapi

Dengan bahasa yang sedikit berbeda, yang kompeten dan (7) Belum terlaksananya
penyelenggara industri IG dalam hal ini standarisasi produk jasa informasi geospasial.
kementerian dan lembaga, juga masih merasakan
Negara Prospek Industri IG
beberapa faktor penghambat di antaranmya: (1)
Pengadaan citra satelit, (2) Ketersediaan anggaran Dari hasil eksplorasi kuesioner, menurut responden
pengiriman peserta pelatihan, (3) Keterbatasan dari Kementerian/Lembaga, negara prospek Industri
sumber daya , (4) lemahnya kebijakaan dan IG 5 tahun ke depan adalah China dan berturut-turut
payung hukum/peraturan perundangan, (5) disusul oleh Jepang, Korea Selatan dan India (Gambar
Kurangnya keterbukaan data & informasi, 4).
khususnya antar instansi, (6) Ketersediaan SDM

Gambar 4. Negara Prospek Industri IG

Realisasi Anggaran kementerian/lembaga lainnya. Sebagai contoh di


Ditjen KP3K-KKP, usulan anggaran tahunan sebesar
Beberapa responden mengatakan anggaran yang
Rp. 2 Milyar untuk pengadaan citra satelit, pelatihan
ada sudah lebih dari cukup, asal termanfaatkan
SIG/RS, pertukaran teknologi & SDM dengan negara
secara efektif & efisien. Demikian pula ada yang
maju IG. Pusat Sumber Daya Geologi, Badan
menyatakan anggaran seyogyanya sesuai
Geologi, realisasi anggaran untuk kegiatan Surveying
kebutuhan, sehingga bervariasi antar satu dengan
pada tahun 2011 (Rp. 135,10 Milyar), 2012 (Rp.
185
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
136,60 Milyar), 2013 (Rp. 143,03 Milyar), 2014 Berbeda dengan Kementerian/Lembaga lainnya,
(Rp. 147,69 Milyar) dan tahun 2015 adalah sebesar Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Rp. 162,46 Milyar. Untuk pengembangan Pertanahan Nasional mengusulkan kebutuhan anggaran
geospasial & pembuatan software geospasial pada tahunan untuk penyelenggaraan IG adalah minimal
tahun 2011 (Rp. 10,82 Milyar), 2012 (Rp. 12,6 sama dengan anggaran yang telah diterima pada TA
Milyar), 2013 (Rp. 12,6 Milyar), 2014 (Rp. 14 2015 (sekitar Rp. 229,16 Milyar). Realisasi anggaran
Milyar) dan 2015 adalah sebesar Rp. 15,3 Milyar. untuk pembangunan infrastruktur dasar pertanahan
Sedangkan untuk pengembangan Basisdata, dengan output: NSPK, Peta Dasar Pertanahan, laporan,
neraca atlas, metadata sumberdaya geologi telah dan geodatabase pada tahun 2011 sebesar ± Rp. 46.9
terealisasi anggaran pada tahun 2011 sebesar Milyar, 2012 sebesar ± Rp. 13.38 Milyar, 2013 sebesar
Rp.1,63 Milyar, 2012 (Rp. 1,8 Milyar), 2013 (Rp. Rp. 12.18 Milyar, dan TA 2014 adalah sebesar Rp.
1,97 Milyar), 2014 (Rp. 2,1 Milyar) dan pada 21.91 Milyar. Kebutuhan sebesar itu digunakan untuk
tahun 2015 adalah sebesar Rp. 2,31 Milyar. Pusat mendukung tercapainya program RPJMN 2015-2019
Geologi selanjutnya mengusulkan peningkatan dan terwujudnya Nawa Cita, dimana difokuskan untuk
anggaran untuk kegiatan IG, yaitu: Surveying Rp. memenuhi kebutuhan infrastruktur peta dasar
50 Milyar, Pemetaan & Kartografi Rp. 25 Milyar, pertanahan skala besar.
Geodesi, Navigasi & Positioning (GPS) Rp. 10
Perbandingan realisasi anggaran antara Kementerian
Milyar, serta Penginderaan Jauh sebesar Rp. 134
Agraria dan Tataruang/ BPN dengan Pusat
Milyar.
Sumberdaya Geologi-ESDM disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Perbandingan Realisasi Anggaran

Tren peningkatan Anggaran Surveying di PSDG- Demikian juga untuk kegiatan bidang IG lainnya, juga
ESDM juga nampak terus meningkat (Gambar 6). menujukkan tren peningkatan anggaran, terutama
Peningkatan ini menunjukkan bahwa kegiatan untuk pengembangan & pembuatan software
surveying di kementerian ini semakin banyak jenis geospasial, meskipun jumlahnya masih relatif kecil
dan ragam survainya. (Gambar 7).

186
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Gambar 6. Peningkatan Anggaran Surveying


Gambar 7. Peningkatan Anggaran Software Geospasial

Tren peningkatan anggaran juga terjadi pada metadata sumberdaya geologi dengan jumlah yang
kegiatan pengembangan basisdata, neraca atlas, juga masih relatif sedikit (Gambar 8).

Gambar 8. Peningkatan Anggaran Pengembangan Basis Data

Secara umum untuk mendukung kegiatan kegiatan surveying, Rp. 25 Milyar untuk kegiatan
penyelenggaraan IG pada beberapa jenis kegiatan, pemetaan dan kartografi, Rp. 10 Milyar untuk kegiatan
rata-rata suatu Kementerian/Lembaga yang Geodesi & Navigasi dan Rp. 134 Milyar untuk
memiliki kegiatan di bidang IG mengusulkan kegiatan Penginderaan Jauh (Gambar 9).
anggaran tahunan sebesar Rp. 50 Milyar untuk

187
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Gambar 9. Usulan Anggaran Bidang IG

Realisasi anggaran di Kementerian Pekerjaan bidang surveying (terbesar), geodesi dan navigasi,
Umum untuk sektor IG menunjukkan jumlahnya penginderaan jauh dan pengembangan software
yang masih relatif kecil, namun dengan variasi geospasial (Gambar 2.10).
kegiatan IG yang cukup beragam, di antaranya

Gambar 10. Realisasi Anggaran Kegiatan Terkait IG di Kemen PU

Gambaran Kegiatan di Industri IG pulau besar) yang telah memenuhi kelengkapan hasil
survei, yaitu :
Survei Industri IG telah dilaksanakan di beberapa
perusahaan pertambangan swasta (non BUMN), (1) Sumatera (Kota Bandar Lampung, Kota Batam,
perusahaan perkebunan kehutanan swasta (non Provinsi Aceh, Prov. Sumatera Barat)
BUMN), perusahaan porperti real estate, (2) Jawa (Kota Bandung, Kab. Bogor, Provinsi DI
perusahaan IG dan asosiasi IG, konsultan daerah Yogyakarta, Kab. Kulonprogo, Kab. Magelang,
yang terkait kegiatan IG. Tercatat 20 Kab. Temanggung).
Kabupaten/Kota (mewakili kluster A s.d. H dan (3) Kalimantan (Kab. Berau, Kab. Balangan, Kota
Palangkaraya, Kota Balikpapan).

188
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
(4) Sulawesi (Kota Palu). kecil, yaitu sebagian besar Industri (32%) memiliki
(5) Maluku (Kab. Maluku Barat Daya, Kab. omset penjualan produk < Rp. 1 Milyar (Gambar 11).
Maluku Utara). Sedangkan perusahaan yang memiliki omset
(6) Papua (Kab. Manokwari, Kab. Sorong). penjualan jasa (Gambar 12) masing-masing < Rp. 1
(7) Nusa Tenggara (Provinsi NTT). Milyar (25%), antara Rp. 1-10 Milyar (12%), Rp. 10-
50 Milyar (19%), dan > Rp. 100 Milyar (12%).
Omset Penjualan Jasa dan Produk
Kondisi ini perlu diperhatikan sebagai baseline untuk
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner, nampak memacu omset penjualan ke depan.
bahwa Omset Industri IG di Indonesia masih relatif

Gambar 11. Omset Penjualan Produk Gambar 12. Omset Penjualan Jasa

Bidang Kegiatan kemudian berturut-turut kegiatan lainnya, layanan


konsultasi geomatika, penginderaan jauh dan pemetaan
Berdasarkan hasil pengolahan data nampak bahwa
& kartografi (Gambar 13).
persentase bidang kegiatan terkait IG masih
didominasi oleh kegiatan surveying (37%),

Gambar 13. Bidang Kegiatan IG

Sumber Pendanaan perusahaan (7%) yang ketergantungannya <40%. Di


sisi lain berdasarkan hasil survai ketergantungan
Tingkat Ketergantungan Industri IG nasional
sumber dana Swasta > 80% hanya sebesar 7 %. Hal
terhadap sumber dana Pemerintah masih relatif
ini menunjukkan bahwa kemampuan kompetisi untuk
besar, di mana ketergantungan > 80% dana
menggarap sektor swasta masih dirasa lemah (Gambar
pemerintah adalah 40% dan hanya sedikit
14 dan Gambar 15).

189
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Gambar 14. Sumber Dana Pemerintah Gambar 15. Sumber Dana Swasta

Demikian pula bila dilihat dari daya saing untuk dana dalam negeri dengan tingkat ketergantungan
dapat berkompetisi di tataran global. Tingkat antara 60%-80% mencapai 33%. Kondisi ini dapat
Pendapatan Sumber Dana Luar Negeri (60%-80%) diartikan sebagai lemahnya daya saing Industri IG
juga dirasa masih lemah, yaitu hanya 7% nasional di tataran global (Gambar 16 dan Gambar 17).
perusahaan. Sementara ketergantungan sumber

Gambar 16. Sumber Dana Luar Negeri Gambar 17. Sumber Dana Dalam Negeri

Kondisi Industri IG Anggota APSPIG sebagian besar terpusat di DKI Jakarta dan Jawa Barat,
di mana dari 107 Perusahaan, DKI Jakarta-52, Jawa
Hasil pengolahan data kuesioner untuk Industri IG
Barat-46, Jawa Tengah-2, Banten-1, Yogyakarta-2,
di Indonesia yang tergabung APSPIG berikut
Jawa Timur-4 (Gambar 18). Kondisi ini menunjukkan
kegiatannya diperlukan untuk memperkuat
bahwa industri IG belum terlalu berkembang di daerah.
baseline informasi awal tentang keragaan Industri
IG di Indonesia. Sebaran lokasi perusahaan

Gambar 18. Sebaran Lokasi Industri (Anggota APSPIG)

190
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Bidang Layanan fotogrametri, 16.1% pembuatan peta tematik,
22.6% pembuatan peta dasar dalam berbagai skala
Bila dilihat dari jenis layanannya, nampak bahwa
dan hanya 4.5% yang bergerak di bidang hidrografi
51.6% perusahaan fokus pada layanan
(Gambar 19).

Gambar 19. Ruang Lingkup Layanan Industri IG

Benchmarking Industri IG kartografi dan pemetaan (23,4%), analisis geospasial


menggunakan RS/GIS (43,1%), kostumisasi software
Pertumbuhan industri geospasial di China pada
geospasial (63,8%), kostumisasi software geospasial
tahun 2006, yang meliputi kegiatan survei,
(57,2%), manajemen data geospasial (58,9%), dan
pemetaan, penginderaan jauh, fotogrametri, sistem
survey hidrografi (2,4%). Sedangkan Proyeksi GDP
informasi geografis dan navigasi mobil, telah
India 2025 : $9-10 trillion, di mana teknologi
menghasilkan omset lebih dari 40 miliar Yuan
geospasial menjadi pusat manajemen informasi.
atau sekitar $ 5.300.000.000. Industri geospasial
Target pangsa pasar GIS pada tahun 2019 ditetapkan
di China juga meliputi lebih dari 10.000
USD 10 billion (India Geospatil Maret Report, 2009),
perusahaan dan lembaga dengan setidaknya
dengan komponen Geospatial market : data, software,
melibatkan 300.000 orang yang bekerja di industri
hardware, services dan major software : ESRI,
ini (Zhong and Li Liu, 2008). Kemajuan terbaru
AutoDesk, Bentley Systems, Leica Systems,
dalam teknologi pemetaan telah meningkatkan
InterGraph, PCI Geomatics. Major Company
penggunaan data untuk membangun peta tematik
Hardware : HP, Trimble, Sokkia, Leica, Garmin,
khususnya di Amerika Serikat. Demikian pula
Major Segment Geospatial Market : Services dan
dengan adanya revolusi digital dalam pembuatan
Major Companies: Rolta, RMSI, InfotechEnterprises.
peta telah menciptakan kebutuhan harmonisasi
TST. Pertumbuhan tahun pasar jasa geospasial
peta properti konvensional dengan data yang
diharapkan 20% - 25% difokuskan pada
terintegrasi kedalam SIG. Kebutuhan menampilkan
pengembangan software & bisnis jasa geopasial
peta menintut terintegrasinya informasi
(Industry Outlook on Geospatial, 2011). Berdasarkan
infrastruktur bawah tanah (jalan, kabel, pipa, dll)
Geospatial World Market Research (2010), Industri
untuk kota, negara bagian. Kondisi ini disebabkan
geospasial di India kapasitas produktivitas
oleh asa konstruksi dalam rangka penguatan
tahunannya saat ini mencapai Rs Rs 3,944 Cr. (US$
infrasturktur nasional, termasuk munculnya
39.44 billion)dengan pertumbuhan kumulatif rata-rata
sejumlah perusahaan aplikasi SIG, untuk keperluan
tahunan adalah sebesar 8.1%.
darurat (emergency), keamanan, tata kota,
eksplorasi sumberdaya alam, konstruksi, dll. Berdasarkan hasil pengolahan data, persentase
keragaan revenue Industri Geospasial Dunia sangat
Aktivitas Geomatik di Canada (sumber:
bervariasi, namun secara umum masih dipimpin oleh
http://www5.statcan.gc.ca/cansim/pick-
Amerika Serikat dengan beragam Industri IG nya
choisir?lang= eng&p2=33&id=3580060) di
(Gambar 20)
antaranya meliputi: survey kadastral (6,9%),

191
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Gambar 20. Persentase Revenue Industri IG

Gambar 21. Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri IG

Demikian pula bila dilihat dari persentase beroperasi di berbagai bidang produk dan jasa layanan
penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Geospasial IG sebagai pembanding dan bahan untuk
Dunia, secara umum juga masih didominasi oleh benchmarking pengembangan industri IG di Indonesia.
Amerika Serikat (75,7%) sebagaimana Gambar 21
5. Kesimpulan
Jumlah perusahaan IG yang beroperasi di berbagai
negara dapat dijadikan sebagai salah satu acuan Beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut:
dalam menilai pertumbuhan dan perkembangan (1) Ketergantungan Industri Dalam Negeri terhadap
industri IG di suatu negara. Bila di sana banyak Pendanaan bersumber dari Pemerintah
tumbuh perusahaan yang bergerak di sektor IG, menyebabkan daya saing industri lemah.
maka dapat dipastikan bahwa masyarakat di negara (2) Penguatan Riset dalam bidang IG diperlukan,
tersebut telah memandang bahwa IG sebagai suatu terutama dalam rangka pengembangan Informasi
kebutuhan. Namun sebaliknya bila sangat sedikit Geospasial Tematik (IGT).
sekali perusahaan yang beroperasi, maka secara (3) Strategi Penguatan Organisasi Penyelenggara
umum dapat dikatakan bahwa kebutuhan informasi Informasi Geospasial, Strategi Benchmarking,
geospasial belum memasyarakat. Berikut adalah Strategi Fokus, Strategi Mengembangkan
hasil pengolahan data perusahaan dunia yang Collaboration & Networking, dan Strategi

192
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Peningkatan Daya Saing Industri IG 21 May 2014, Wuhan, China. School of Civil
diperlukan dalam rangka penguatan Industri Engineering & Geosciences, Newcastle
IG Nasional. University, Newcastle Upon Tyne NE1 7RU,
United Kingdom –david.fairbairn@ncl.ac.uk
6. Saran Federal Geographic Data Committee, 2013, National
Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah: Spatial Data Infrastructure Strategic Plan 2014–
(1) Pemetaan baseline Industri IG Nasional perlu 2016: Reston, Virginia, USA, Federal
dilakukan secara lebih intensif dengan Geographic Data Committee, 19 p.
mendorong peran serta aktif Industri melalui Fernández, T.D.,M.D Fernández, R.E. Andrade. 2012.
dukungan data dan informasi yang lebih The Spatial Data Infrastructure Readiness model
komprehensif. and its worldwide application. National
(2) Eksplorasi kegiatan Industri IG Dunia perlu Commission of the SDI of the Republic of Cuba.
dilakukan secara lebih terstruktur dengan Polytechnic University of Havana, CUJAE,
mengundang beberapa perwakilan Havana, Cuba. Email: tatiana@geocuba.cu,
perusahaan IG Internasional yang beroperasi delgado@ind.cujae.edu.cu,
di Indonesia, sehingga arah espin@ind.cujae.edu.cu.
perkembangannya dapat lebih diketahui. Keliat, M, A. Virgianita, S Al Banna, Choiruzzad,
A.C.A. Putro. 2013. Pemetaan Pekerja Terampil
Ucapan Terimakasih: Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN.
Laporan Penelitian ASEAN Study Center
Penelitian ini didanai oleh Kemenristekdikti hibah Universitas Indonesia bekerja sama dengan
penelitian skema MP3EI dan didukung oleh Badan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Informasi Geospasial Jakarta
NGAC. 2012. Geospatial Workforce Development: A
Daftar Pustaka compendium of white papers focused on
Amhar F., A. Karsidi, B Susetyo. 2013. advancing geospatial workforce development.
Teknologi Informatika untuk mendukung National Geospatial Advisory Committee. USA
Penyelenggaraan Informasi Geospasial. Ordnance Survey Ireland. 2014. Assessment of the
Makalah Seminar Nasional GeoCampus. Economic Value of the Geospatial Information
Kerjasama BIG dengan Universitas Ibn Industry in Ireland. Indecon International
Khaldun Bogor. Bogor. Economic Consultants. www.indecon.ie.
Bustami, G. 2015. Menuju ASEAN Economic Ireland.
Community 2015. Departemen Perdagangan Owen D., A. Green and P. Elias. 2009. Review Of
RI. Jakarta Geospatial Resource Needs. The National Data
Carpenter J. and J Snell. 2013. Future trends in Strategy. Economic & Social Research Council.
geospatial information management: the five Institute for Employment Research, University of
to ten year vision. United Nations Initiative Warwick. UK.
on Global Geospatial Information Peyton, D.R. and J.C. Tétreault. 2014. Hydrographic
Management (UN-GGIM). USA Certification Schemes and Continuous
Chris Manning dan Haryo Aswicahyono, Professional Development. Canadian
“Perdagangan dan Pekerjaan di Sektor Jasa di Hydrographic Conference April 14-17, 2014 St.
Indonesia,” Laporan International Labour John's N&L. IIC Technologies and Association
Organization (ILO), 12 Juli 2012. of Canada Lands Surveyors. Canada
http://www.ilo.org/jakarta/ Schwab, K. 2013. The Global Competitiveness
whatwedo/publications/WCMS_185656/lang- Report 2013–2014. World Economic Forum.
-en/index.htm Columbia University. USA.
Endecon. 2014. Assessment of the Economic United States Department of Labor. 2010. Geospatial
Value of the Geospatial Information Industry Technology Competency Model. Employment
in Ireland. Indecon International Economic and Training Administration. USA.
Consultants. Ireland. http://www.doleta.gov
Fairbairn, D. 2014. Experiences in Manpower USDL. 2010. Geospatial Technology Competency
Planning for Geomatics. The International Model. Employment and Training
Archives of the Photogrammetry, Remote Administration-United States Department of
Sensing and Spatial Information Labor. USA.
Sciences,Volume XL-6, 2014. ISPRS Wikle, T.A. 2014. A Look at GIS Certification
Technical Commission VI Symposium, 19 – Programs and their Challenges for Higher

193
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Education. Department of Geography 337 Vol. XXXVII. Part B4. Institute of Geographic
Murray Hall, Oklahoma State University. Sciences and Natural Resources Research,
USA Chinese Academy of Sciences, 11A, Datun
Zhong and Li Liu. 2008. A Study On Geospatial Road,Chaoyang District, Beijing, 100101, P.R.
Industry Size In China. The International Beijing, China.
Archives of the Photogrammetry, Remote
Sensing and Spatial Information Sciences.

194

Anda mungkin juga menyukai