Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk Pengembangan


Kawasan Agropolitan di Kota Medan, Sumatera Utara

Oleh:

Muhammad Dhiya Rizky

227003017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sumatera Utara (Sumut), sebagai salah satu provinsi utama di Indonesia, memegang
peranan krusial dalam kontribusi sektor pertanian dan pertanian nasional. Dengan luas wilayah
mencapai 72.427,81 kilometer persegi, Sumut memiliki keanekaragaman geografis dan iklim
yang mendukung berbagai jenis pertanian. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2020), sektor
pertanian di Sumut memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), mencapai sekitar 20,4 persen pada tahun 2019. Faktor-faktor ini menunjukkan potensi
besar untuk mengembangkan strategi pertanian yang inovatif dan berkelanjutan.

Potensi besar Sumut dalam sektor pertanian memerlukan pendekatan pembangunan yang
terencana dan berbasis data. Dalam hal ini, Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (GIS)
muncul sebagai alat yang efektif untuk memetakan dan menganalisis potensi pertanian di
wilayah tersebut. Menurut Maguire, Goodchild, dan Rhind (2007), GIS adalah suatu sistem yang
memungkinkan pengguna untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis
data geografis. Dengan memanfaatkan GIS, informasi terkini tentang kondisi lahan, iklim, dan
topografi Sumut dapat dikumpulkan dan dianalisis secara holistik, memungkinkan pengambilan
keputusan yang lebih akurat dalam pengembangan pertanian.

Agropolitan, sebagai konsep pengembangan wilayah yang menekankan pada sektor


pertanian dan agribisnis, muncul sebagai solusi potensial untuk meningkatkan produksi
pertanian, pendapatan masyarakat, dan mengurangi ketimpangan ekonomi di Sumut. Dalam studi
terdahulu, Suryahadi, Sumarto, dan Pritchett (2003) menyebutkan bahwa pengembangan sektor
pertanian memiliki dampak positif terhadap pengurangan tingkat kemiskinan dan
ketidaksetaraan. Oleh karena itu, mengintegrasikan GIS dalam pengembangan kawasan
agropolitan di Sumut diharapkan dapat memberikan solusi strategis untuk mempercepat
pertumbuhan sektor pertanian dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Pentingnya pengembangan agropolitan di Sumut juga diperkuat oleh arahan kebijakan


pemerintah. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,
pemerintah menegaskan komitmen untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan
mendukung pengembangan kawasan agropolitan sebagai salah satu prioritas nasional. Referensi
ini menunjukkan bahwa pengembangan agropolitan di Sumut tidak hanya relevan secara lokal
tetapi juga sejalan dengan arah pembangunan nasional.

Namun, tantangan dan hambatan dalam pengembangan agropolitan juga perlu


diperhatikan. Dalam penelitian terdahulu oleh Swinnen et al. (2019), disorot bahwa keberhasilan
pengembangan agropolitan tergantung pada berbagai faktor, termasuk kebijakan dukungan
pemerintah, ketersediaan infrastruktur, dan keterlibatan aktif masyarakat lokal. Oleh karena itu,
penelitian ini akan menggali lebih dalam tentang aspek-aspek tersebut, dengan dukungan GIS
sebagai alat untuk analisis dan perencanaan yang lebih rinci.

Potensi pertanian Sumatera Utara (Sumut) tidak hanya terbatas pada produksi pangan,
tetapi juga mencakup berbagai komoditas pertanian strategis, seperti kelapa sawit, karet, dan
kopi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2019), Sumut adalah salah satu produsen utama
kelapa sawit di Indonesia, dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai jutaan hektar.
Oleh karena itu, pengembangan kawasan agropolitan di Sumut tidak hanya dapat meningkatkan
ketahanan pangan lokal tetapi juga mendiversifikasi produksi pertanian, menciptakan peluang
ekonomi baru bagi masyarakat.

Selain itu, Sumut memiliki kekayaan sumber daya alam yang perlu dikelola secara
berkelanjutan dalam pengembangan agropolitan. Menurut Prasetyo dan Sutikno (2017),
pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Integrasi GIS dalam penelitian ini juga
dapat membantu mengidentifikasi area yang memiliki potensi risiko lingkungan dan merancang
strategi pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Pentingnya melibatkan berbagai pihak dalam pengembangan kawasan agropolitan tidak


dapat diabaikan. Menurut Heinemann et al. (2020), keterlibatan aktif masyarakat lokal, pelaku
usaha, dan pemerintah daerah sangat penting dalam memastikan keberlanjutan dan keberhasilan
pengembangan agropolitan. Dengan memahami dinamika interaksi antara berbagai pemangku
kepentingan ini, penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang lebih
terfokus dan berkelanjutan.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan tren global, penerapan konsep Industri 4.0
dalam sektor pertanian juga menjadi pertimbangan penting. Menurut World Economic Forum
(2017), digitalisasi dan integrasi teknologi informasi dapat meningkatkan efisiensi produksi,
mempercepat inovasi, dan memungkinkan akses pasar global bagi produk pertanian. Oleh karena
itu, dalam konteks pengembangan agropolitan di Sumut, penting untuk mempertimbangkan
strategi penerapan teknologi informasi yang dapat memajukan sektor pertanian dan
meningkatkan daya saing produk lokal di pasar global.

Dengan menyelaraskan potensi pertanian, pengelolaan sumber daya alam, keterlibatan


pemangku kepentingan, dan penerapan teknologi informasi, pengembangan kawasan agropolitan
di Sumut dapat menjadi model yang berhasil dan berkelanjutan. Dengan demikian, penelitian ini
berusaha untuk menyajikan landasan yang kuat untuk implementasi kebijakan yang mendukung
dan efektif dalam mewujudkan visi pembangunan pertanian yang inklusif, berdaya saing, dan
berkelanjutan di Sumut.

Dengan merinci latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memberikan
kontribusi signifikan terhadap pemahaman tentang potensi dan kendala dalam pengembangan
kawasan agropolitan di Sumut. Melalui pendekatan berbasis GIS, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan pandangan yang lebih terinci dan terukur untuk mendukung pengambilan keputusan
yang tepat dalam mengarahkan pembangunan pertanian dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Sumut.

I.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis Potensi Pertanian dan Pertanian di Sumatera Utara

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis mendalam terhadap potensi sektor
pertanian dan pertanian di Provinsi Sumatera Utara. Melalui penggunaan Sistem Informasi
Geografis (GIS), penelitian ini akan mengidentifikasi variabel kunci seperti kondisi lahan, iklim,
dan topografi untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang potensi pertanian di
wilayah tersebut.
2. Mengembangkan Model Agropolitan Berbasis GIS

Salah satu tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan model konseptual kawasan
agropolitan yang didukung oleh Sistem Informasi Geografis (GIS). Dengan memanfaatkan
teknologi ini, penelitian akan merinci perencanaan dan pengembangan kawasan agropolitan di
Kota Medan, Sumatera Utara. Hal ini mencakup identifikasi lokasi potensial, strategi
pengelolaan sumber daya alam, dan pendekatan berbasis teknologi informasi untuk
meningkatkan efisiensi produksi pertanian.

3. Memberikan Rekomendasi Kebijakan untuk Pengembangan Agropolitan

Tujuan akhir penelitian ini adalah memberikan rekomendasi kebijakan yang berbasis
pada temuan dan analisis yang dihasilkan. Melibatkan aspek keterlibatan masyarakat, kebijakan
dukungan pemerintah, dan penerapan teknologi informasi dalam pengembangan agropolitan,
penelitian ini diarahkan untuk memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan dan
pemerintah dalam mewujudkan visi pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Sumatera
Utara.

I.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat yang signifikan, baik
dalam konteks akademis maupun praktis. Pertama-tama, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada pemahaman mendalam tentang potensi pertanian dan pertanian di
Provinsi Sumatera Utara. Dengan menganalisis secara holistik melalui pendekatan Sistem
Informasi Geografis (GIS), penelitian ini dapat menyediakan pemahaman yang lebih terinci
tentang variabel-variabel kunci yang mempengaruhi sektor pertanian, seperti karakteristik lahan,
iklim, dan topografi. Informasi ini tidak hanya bermanfaat untuk akademisi yang tertarik pada
studi regional, tetapi juga bagi pengambil keputusan dan praktisi di sektor pertanian yang
memerlukan data terkini dan akurat untuk perencanaan strategis.
BAB II

STUDI LITERATUR

II.1 Pengantar Sistem Informasi Geografis (GIS)

Sistem Informasi Geografis (GIS) merupakan alat teknologi informasi yang


memungkinkan pengumpulan, penyimpanan, analisis, dan visualisasi data geografis. Dengan
kemampuannya untuk mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber dan memetakan data ke
dalam bentuk spatial, GIS menjadi instrumen penting dalam pemahaman dan pengambilan
keputusan di berbagai bidang. Melibatkan komponen perangkat keras, perangkat lunak, data
geografis, serta proses analisis spasial, GIS menyediakan landasan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang melibatkan dimensi geografis.

Secara sederhana, GIS dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan
pengguna untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan menganalisis informasi geografis.
Informasi geografis tersebut mencakup data yang terkait dengan lokasi, bentang alam, batas
wilayah, dan atribut-atribut lainnya yang dapat digambarkan secara spasial. Konsep utama dalam
GIS melibatkan pemetaan, analisis overlay, dan pemodelan data spasial. Dengan demikian, GIS
memungkinkan pengguna untuk menjawab pertanyaan seperti "di mana?" dan "mengapa di
lokasi tersebut?".

Penerapan GIS tidak terbatas pada satu bidang tertentu, melainkan melibatkan berbagai
sektor termasuk lingkungan, perencanaan kota, pertanian, kesehatan, dan banyak lagi. Dalam
konteks lingkungan, misalnya, GIS dapat digunakan untuk pemantauan perubahan iklim, analisis
penggunaan lahan, atau pemodelan distribusi flora dan fauna. Sementara itu, di bidang
perencanaan kota, GIS memainkan peran penting dalam perencanaan tata ruang, pemetaan
infrastruktur, dan pemantauan pertumbuhan urban. Dengan kemampuannya yang serbaguna, GIS
memberikan dampak positif dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi pengambilan keputusan di
berbagai sektor.

Meskipun memberikan banyak keuntungan, penerapan GIS juga dihadapkan pada


berbagai tantangan, termasuk kompleksitas teknis, kurangnya interoperabilitas antarplatform,
serta isu etika terkait privasi data geografis. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi,
tren masa depan GIS melibatkan integrasi teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan analisis
big data untuk meningkatkan kemampuan prediktif dan resolusi spasial. Dengan demikian, GIS
terus berkembang sebagai alat yang relevan dan inovatif dalam mendukung pemahaman spasial
dunia yang semakin kompleks.

II.2 Aplikasi GIS dalam Pertanian

Aplikasi Sistem Informasi Geografis (GIS) dalam pertanian membawa dampak


revolusioner dengan membuka peluang baru untuk pengelolaan lahan, pemantauan tanaman, dan
pengambilan keputusan yang lebih cerdas. GIS menggabungkan informasi spasial dengan data
atribut tanaman, iklim, dan tanah, memberikan petani dan peneliti kemampuan untuk
mengoptimalkan produksi pertanian dan merespons tantangan yang berkaitan dengan
ketidakpastian iklim, penggunaan sumber daya, dan distribusi tanaman.

Salah satu aplikasi utama GIS dalam pertanian adalah dalam pemetaan lahan dan analisis
spasial. Dengan memanfaatkan citra satelit dan data penginderaan jauh, GIS memungkinkan
pemetaan yang akurat terhadap jenis tanaman, kesehatan tanaman, dan kondisi lahan. Hal ini
memungkinkan petani untuk memonitor pertumbuhan tanaman dari waktu ke waktu,
mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih lanjut, dan merencanakan strategi
manajemen yang lebih efektif. GIS juga mendukung petani dalam pengambilan keputusan terkait
pemilihan lokasi pertanian dan pengelolaan sumber daya. Dengan memperhitungkan
faktor-faktor seperti kondisi tanah, iklim, dan topografi, GIS membantu petani menentukan
lokasi yang paling sesuai untuk pertanian tertentu. Selain itu, dalam hal pengelolaan sumber
daya, GIS dapat memantau penggunaan air, memberikan analisis keberlanjutan penggunaan
tanah, dan membantu dalam perencanaan rotasi tanaman untuk meningkatkan kesuburan tanah.

GIS menjadi alat vital dalam manajemen risiko pertanian dengan memberikan
pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor risiko seperti cuaca ekstrem, serangan hama, atau
perubahan iklim. Dengan memanfaatkan data historis dan model prediktif, GIS memungkinkan
petani untuk mengidentifikasi area yang rentan terhadap risiko tertentu dan mengembangkan
strategi mitigasi yang sesuai. Selain itu, GIS juga dapat digunakan untuk memprediksi hasil
pertanian berdasarkan variabel-variabel tertentu, membantu petani dan pemangku kepentingan
lainnya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan jangka panjang.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, penelitian akan menjelaskan secara rinci mengenai metode penelitian yang
digunakan dalam mengimplementasikan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk
Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kota Medan, Sumatera Utara. Metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Metodologi Multikriteria yang memungkinkan pemilihan
dan evaluasi keputusan yang kompleks dengan mempertimbangkan beberapa kriteria atau faktor
secara simultan.

III.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengumpulkan dan


menganalisis data yang diperlukan. Desain penelitian ini terdiri dari dua tahap utama: tahap
pengumpulan data dan tahap analisis data. Tahap pengumpulan data melibatkan survei lapangan,
pemetaan menggunakan GIS, dan analisis data sekunder yang melibatkan data pertanian, iklim,
topografi, dan infrastruktur di Kota Medan. Kemudian, tahap analisis data akan melibatkan
integrasi dan pemrosesan data menggunakan teknik analisis multikriteria.

III.2 Teknik Analisis Multikriteria

Pertama-tama, penelitian ini akan mengidentifikasi kriteria-kriteria utama yang relevan


untuk pengembangan kawasan agropolitan. Kriteria tersebut meliputi aspek pertanian,
sosial-ekonomi, lingkungan, dan infrastruktur. Setelah itu, bobot atau nilai relatif akan diberikan
pada setiap kriteria berdasarkan konsultasi dengan para ahli dan pemangku kepentingan terkait.
Selanjutnya, dilakukan pemetaan menggunakan GIS untuk memvisualisasikan dan menganalisis
distribusi spasial kriteria-kriteria tersebut di wilayah penelitian. Pemetaan ini akan memberikan
gambaran yang lebih jelas tentang potensi dan kendala yang dapat memengaruhi pengembangan
agropolitan di Kota Medan.
Terakhir, penelitian ini akan menggunakan metode analisis multikriteria, seperti
Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Technique for Order of Preference by Similarity to
Ideal Solution (TOPSIS), untuk mengevaluasi alternatif pengembangan agropolitan berdasarkan
bobot dan nilai relatif dari masing-masing kriteria. Metode ini memungkinkan peneliti untuk
memberikan skor pada setiap alternatif dan memilih solusi yang paling optimal dan
berkelanjutan.

III..3 Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas metode ini akan diperkuat dengan melibatkan para ahli dalam
pemilihan kriteria dan pemberian bobot. Selain itu, penggunaan data sekunder dan survei
lapangan akan memastikan keakuratan dan keberlanjutan data yang digunakan dalam penelitian.
Validitas hasil analisis juga akan diperiksa melalui pembahasan dengan para ahli dan pemangku
kepentingan dalam workshop atau presentasi hasil penelitian.

Dengan menggunakan metodologi multikriteria, diharapkan penelitian ini dapat


memberikan pandangan yang lebih komprehensif dan terstruktur dalam pengembangan kawasan
agropolitan di Kota Medan. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menggabungkan berbagai
faktor dan kriteria dengan cara yang sistematis, memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan
keputusan yang lebih akurat dan berkelanjutan.

III..4 Keberlanjutan dan Generalisasi

Untuk memastikan keberlanjutan metodologi penelitian, penelitian ini akan


mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap tahap penelitian. Hal ini melibatkan
pemilihan kriteria yang tidak hanya relevan untuk kondisi saat ini tetapi juga dapat diadopsi dan
diterapkan secara berkelanjutan di masa depan. Dengan melibatkan para ahli dan pemangku
kepentingan dalam identifikasi kriteria dan bobot, penelitian ini akan memastikan bahwa metode
yang digunakan dapat menjadi landasan yang relevan dan berlanjut seiring berjalannya waktu.
Generalisasi hasil penelitian juga akan menjadi fokus dalam memastikan relevansi penelitian ini
di berbagai konteks. Hasil penelitian akan dibahas dan dibandingkan dengan temuan-temuan
penelitian sebelumnya, serta relevan dengan situasi agropolitan di daerah lain. Ini akan
memungkinkan generalisasi temuan penelitian ke konteks agropolitan yang lebih luas dan
memberikan kontribusi pada pemahaman umum mengenai pengembangan kawasan agropolitan.
DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2019). Statistik Perkebunan Indonesia 2019. Badan Pusat Statistik.

BPS. (2020). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara 2019. Badan Pusat
Statistik.

Longley, P. A., Goodchild, M. F., Maguire, D. J., & Rhind, D. W. (2015). Geographic
Information Science and Systems. John Wiley & Sons.

Sharma, A., & Pandey, A. C. (2014). Application of GIS in Precision Agriculture: A Review.
International Journal of Computer Applications, 104(14), 17-22.

Burrough, P. A., McDonnell, R. A., & Lloyd, C. D. (2015). Principles of geographical


information systems. Oxford University Press, USA.

Raju, P. L. N. (2006). Fundamentals of geographical information system. Satellite Remote


Sensing and GIS Applications in Agricultural Meteorology, 103.

Janssen, R., & Rietveld, P. (1990). Multicriteria analysis and geographical information systems:
an application to agricultural land use in the Netherlands. Geographical information
systems for urban and regional planning, 129-139.

Zopounidis, C., & Pardalos, P. M. (Eds.). (2010). Handbook of multicriteria analysis (Vol. 103).
Springer Science & Business Media.

Malczewski, J. (2019). Spatial multicriteria decision analysis. In Spatial multicriteria decision


making and analysis (pp. 11-48). Routledge.

Anda mungkin juga menyukai