Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS DAMPAK PEMANFAATAN KEBIJAKAN BEA

MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH (BMDTP) TERHADAP


PRODUKTIVITAS SEKTOR INDUSTRI TERTENTU

Analysis of the Impact of Utilization of


Government-Paid Import Duties on Productivity of
Certain Industrial Sectors
Hananto Prabowo Hardi Putra*
Program pascasarjana ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
aprab13@gmail.com
Abstract
The non-oil and gas manufacturing sectors in Indonesia still rely on imported raw materials. In order to
facilitate firms to enhance its competitiveness through increased productivity, the government issued several policies
related to import of industrial raw materials, one of which is Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). This
study will analyze the impact of the utilization of BMDTP by certain industrial sectors on productivity in those
industries. The method used to measure the productivity of those industries is to use total factor productivity (TFP).
While the structure of the data used is panel data with unit analysis industrial sector. Thesresults obtained from this
study are that BMDTP policyeimplementations have a significant impact on productivity growth of those certain
industrial sectors.
Keywords: Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) policy, productivity, certain industrial sectors,
Indonesia
JEL classification: F61, F68

Abstrak

Sektor industri pengolahan non-migas di Indonesia saat ini masih tergantung kepada bahan baku impor. Dalam
rangka memfasilitasi perusahaan untuk dapat meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan produktivitas,
pemerintah menerbitkan beberapa kebijakan terkait dengan impor bahan baku industri, salah satunya yaitu kebijakan
Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). Penelitian ini akan melihat dampak dari pemanfaatan BMDTP
oleh sektor industri tertentu terhadap produktivitas di industri-industri tersebut. Metode yang digunakan untuk
mengestimasi produktivitas dari industri-industri tersebut adalah dengan menggunakan total factor productivity
(TFP). Sedangkan struktur data yang digunakan adalah data panel dengan unit analisis tingkat sektor industri.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah pemanfaatan BMDTP memiliki dampak yang signifikan terhadap
pertumbuhan produktivitas dari sektor industri tertentu yang mendapatkan fasilitas tersebut.
Kata kunci: Kebijakan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP), produktivitas, sektor industri tertentu,
Indonesia.
Klasifikasi JEL: F61, F68

PENDAHULUAN tahun ke tahun yang menunjukkan kecenderungan


meningkat (lihat Grafik 1). Jika dibandingkan
Industri pengolahan non-migas di Indonesia saat
dengan impor barang modal dan barang konsumsi,
ini masih tergantung kepada bahan baku impor.
secara rata-rata dari tahun 2001 s.d. 2013 impor
Hal tersebut terlihat melalui kinerja impor bahan
bahan baku dan penolong mencapai 76% dari total
baku dan penolong untuk seluruh industri dari
impor ketiga komponen tersebut.

Penulis bekerja di Kementerian Perindustrian


*

113
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 1. Impor bahan baku dan penolong, barang modal, dan barang konsumsi

Tingginya share impor dari bahan baku berupa tarif impor sehingga dapat mengurangi
tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap biaya impor dari perusahaan atau industri. Hal
biaya impor yang ditanggung oleh perusahaan tersebut tentunya akan membantu perusahaan atau
atau industri yang melakukan impor bahan baku. industri yang menggunakan bahan baku impor
Helpman dan Grossman (1991) serta Amiti dan untuk mengurangi biaya produksinya sehingga
Konings (2007) menyatakan bahwa penggunaan diharapkan dapat meningkatkan output produksi.
bahan baku impor yang lebih murah akibat Penelitian ini fokus untuk melihat dampak
adanya penurunan tarif akan berdampak pada dari penerapan kebijakan BMDTP terhadap
peningkatan produktivitas melalui proses belajar produktivitas di 17 sektor industri tertentu 1
(learning), penambahan variasi bahan baku, serta (lihat Tabel 1). Hal menarik dalam kebijakan BMDTP
efek kualitas dari bahan baku impor. Dalam rangka adalah kebijakan ini bersifat perfect substitution2
memfasilitasi perusahaan untuk dapat melakukan dengan kebijakan FTA dan KITE. Artinya apabila
impor bahan baku dengan biaya impor yang lebih perusahaan telah memanfaatkan kebijakan FTA
murah dan juga meningkatkan produktivitasnya, atau KITE maka tidak diperbolehkan untuk
pemerintah menerbitkan beberapa kebijakan mengajukan impor menggunakan fasilitas BMDTP
terkait dengan impor bahan baku industri. di tahun yang sama. Sedangkan BMDTP dapat
Beberapa fasilitas terkait kemudahan impor bersifat komplemen atau substitusi dengan skema
bahan baku yang diterapkan pemerintah contohnya MFN. Artinya perusahaan bisa memanfaatkan
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), fasilitas BMDTP dan MFN secara bersama-sama
perjanjian perdagangan dengan negara lain, dan atau hanya memanfaatkan salah satu dari dua
Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). fasilitas tersebut dalam tahun yang sama.
Tujuan dari adanya kebijakan-kebijakan tersebut
adalah untuk mengurangi hambatan perdagangan 1
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) ten-
tang BMDTP tahun 2008 s.d. 2013.
2
Diatur dalam PMK tentang BMDTP per Sektor pasal 2
ayat 3.

114 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 23, No. 2, 2015


Seperti yang telah dijelaskan di atas, dengan Corden (1971), dalam penelitiannya mendapatkan
arah kebijakan perdagangan antar negara yang kesimpulan bahwa penurunan tarif input akan
semakin liberal, maka akan berdampak terhadap meningkatkan effective protection, sehingga
semakin tingginya arus perdagangan (ekspor dan akan mengakibatkan penurunan produktivitas.
impor) di suatu negara. Penelitian yang dilakukan Sedangkan Helpman dan Grossman (1991),
Melo dan Vogt (1984), Santos-Paulino (2002), menyatakan bahwa penurunan tarif impor
Farinelli, Carter, Lin, dan Sumner (2009), Mitra, input akan meningkatkan produktivitas karena
A., Sharma, C., & Veganzones-Varoudakis, M. perusahaan atau industri bisa mendapatkan variasi
A. (2014), serta Gozgor (2014) menjelaskan bahan baku lebih banyak, kemudahan akses untuk
bahwa kebijakan liberalisasi perdagangan dapat mendapatkan bahan baku dengan kualitas lebih
mempengaruhi permintaan impor dari suatu baik, serta adanya learning effects.
negara, di mana dengan semakin rendahnya tarif Lebih lanjut, beberapa penelitian telah
impor suatu barang yang diterapkan di suatu dilakukan untuk melihat dampak dari liberalisasi
negara maka volume permintaan impor terhadap perdagangan terhadap produktivitas perusahaan
barang tersebut akan meningkat dengan harga atau industri di suatu negara. Pavcnik (2002),
yang lebih murah dibandingkan produk domestik. menginvestigasi hubungan antara liberalisasi
Aktivitas perdagangan antar negara yang perdagangan terhadap produktivitas pabrik pada
meningkat sebagai akibat dari adanya liberalisasi industri manufaktur di Chile tahun 1979 s.d.
perdagangan memiliki peran penting bagi 1986. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian
peningkatan produktivitas perusahaan atau ini adalah kebijakan liberalisasi perdagangan
industri di suatu negara. Melitz (2003) dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas
Melitz & Ottaviano (2008), menyatakan bahwa pabrik. Selain itu adanya liberalisasi perdagangan
meningkatnya intensitas perdagangan antar negara juga meningkatkan import competition yang
dapat meningkatkan produktivitas akibat adanya mendorong import competing firms untuk
kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan meningkatkan produktivitasnya melalui proses
ekspor dan adanya kompetisi yang lebih ketat. inovasi.
Studi-studi yang khusus membahas dampak Ferreira dan Rossi (2003), menemukan
liberalisasi perdagangan berupa penurunan tarif bukti bahwa kebijakan liberalisasi perdagangan
impor bahan baku (input) terhadap produktivitas memberikan dampak yang positif terhadap kinerja
menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. di level industri (16 industri) di Brazil pada tahun

Analsis Dampak Pemanfaatan ... (Hananto Prabowo Hardi Putra)│ 115


1985 s.d. 1997. Kesimpulan yang didapatkan dari METODE PENELITIAN
penelitian ini adalah adanya barrier perdagangan
berupa tarif dan effective rate of protection Model Empiris
(ERP) memberikan dampak yang negatif dan Kinerja industri yang akan dianalisis dalam
signifikan terhadap produktivitas industri. Amiti penelitian ini adalah produktivitas dari sektor
dan Konings (2007), menemukan bukti bahwa industri berdasarkan KBLI 5 digit. Pengukuran
dampak yang dihasilkan akibat adanya penurunan produktivitas dilakukan dengan mengestimasi
tarif impor bahan baku lebih besar dibanding TFP. Nilai TFP didapatkan dari residual fungsi
dampak penurunan tarif barang jadi terhadap produksi, dalam hal ini digunakan fungsi produksi
produktivitas perusahaan-perusahaan manufaktur Cobb-Douglas. Dalam bentuk linear, fungsi
di Indonesia. produksi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai
Kebijakan pemerintah terkait pemberian berikut:
fasilitas BMDTP bahan baku terhadap beberapa ....(1)
sektor industri sejalan dengan tujuan pemerintah di mana adalah nilai output riil di industri i
untuk meningkatkan daya saing industri melalui pada tahun Yit adalah jumlah tenaga kerja, nilai
peningkatan produktivitas. Meskipun penerapan stok kapital yang diproksikan sebagai konsumsi
kebijakan BMDTP memiliki tujuan umum yang listrik (Armstrong et al, 1979) dan nilai bahan
hampir sama dengan kebijakan pemerintah baku riil di industri i pada tahun t.
lainnya seperti KITE dan kebijakan perdagangan
Sebagai catatan, pemilihan variabel konsumsi
internasional lainnya yaitu menurunkan tarif
listrik sebagai proksi dari stok kapital disebabkan
impor, masih belum ada penelitian akademis
karena tidak tersedianya data stok kapital industri
yang membahas dampak dari kebijakan spesifik
di Indonesia. Pemilihan variabel ini sebagai proksi
dalam hal ini BMDTP terhadap peningkatan
stok kapital memiliki kelemahan di mana pada
produktivitas sektor industri di Indonesia.
kondisi sebenarnya semakin tinggi konsumsi
Dari pemaparan mengenai kebijakan BMDTP listrik tidak selalu menunjukkan penambahan
dan kaitannya dengan teori-teori ekonomi seperti jumlah kapital, dapat juga disebabkan oleh tidak
perdagangan internasional dan produktivitas efisiennya mesin-mesin produksi yang digunakan
industri, maka dapat ditinjau suatu hubungan sehingga boros dalam konsumsi listrik.
antara pemanfaatan kebijakan BMDTP oleh sektor
TFP dari fungsi produksi tersebut didefinisikan
industri tertentu terhadap kinerja industri tersebut
sebagai gabungan residual yang hanya diketahui
yang diukur melalui Total Factor Productivity
oleh perusahaan (β0) dan residual yang tidak
(TFP). Potensi permasalahan yang mungkin
terobservasi (εit). Nilai parameter yang diharapkan
muncul adalah posisi dari kebijakan BMDTP yang
adalah β 1>0, β 2>0,β 3>0. Setelah didapatkan
bersifat substitusi dengan kebijakan pemerintah
nilai koefisien dari fungsi produksi maka dapat
lainnya terkait impor bahan baku industri seperti
dihitung nilai dari logaritma natural TFP (lnTFP)
KITE, FTA, MFN, dan sebagainya. Artinya
dari masing-masing industri i pada tahun t dalam
tanpa memanfaatkan BMDTP pun sebenarnya
persamaan sebagai berikut:
industri bisa tetap melakukan impor bahan
baku dengan menggunakan berbagai macam (2)
fasilitas impor lainnya. Sehingga pertanyaan
penelitian yang diajukan adalah apakah dengan
diberlakukannya kebijakan BMDTP akan Pada tahap selanjutnya, untuk mengetahui
memberikan dampak yang signifikan terhadap hubungan dari realisasi pemanfaatan kebijakan
pertumbuhan produktivitas sektor industri tertentu BMDTP dan faktor-faktor lainnya terhadap TFP
yang memanfaatkan fasilitas ini. digunakan persamaan sebagai berikut:

116 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 23, No. 2, 2015


di mana variabel (rasiobmdtp)it merupakan 6 digit agar dapat dilihat besarnya tarif yang
ukuran pemanfaatan kebijakan BMDTP yang diberlakukan. Variabel interaksi antara tarif
dihitung sebagai rasio nilai pemanfaatan BMDTP bahan baku MFN dengan pemanfaatan BMDTP
terhadap nilai impor bahan baku (imporbb) menjelaskan hubungan antara pemanfaatan
it
di masing-masing sektor i pada tahun t. Hal BMDTP dengan impor bahan baku melalui skema
tersebut dilakukan untuk melihat perbedaan MFN. Sehingga dapat dilihat apakah ketika suatu
efek pemanfaatan BMDTP terhadap kinerja industri memanfaatkan BMDTP akan diikuti
impor bahan baku masing-masing industri (lihat oleh penurunan impor melalui skema MFN atau
persamaan 4). sebaliknya. Semakin tinggi pemanfaatan BMDTP
akan menyebabkan nilai dari. Sebaliknya jika
(4) perusahaan lebih memilih menggunakan skema
MFN dalam mengimpor bahan baku maka nilai
Variabel capital intensity diukur dengan dari α5<0.
membagi nilai konsumsi listrik riil dengan upah
riil tenaga kerja. Capital intensity dipertimbangkan Sumber Data
sebagai ukuran dari teknologi dan knowledge yang
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melekat pada mesin-mesin dan peralatan produksi
data Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS)
di industri (Oh et al, 2014). Semakin tinggi capital
yang diterbitkan oleh BPS tahun 2001 s.d.
intensity makin tinggi produktivitas di industri
2013, data tarif bahan baku MFN dari WTO,
tersebut. Pengukuran variabel tersebut memiliki
data sektor yang mendapatkan fasilitas Bea
kelemahan di mana pada kenyataannya nilai
Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) dari
konsumsi listrik tidak dapat menggambarkan stok
Kementerian Keuangan, dan data pemanfaatan
kapital yang dimiliki oleh suatu industri. Karena
BMDTP per sektor industri dari Kementerian
belum adanya data stok kapital di Indonesia maka
Perindustrian.
nilai dari capital intensity didapatkan dengan
pendekatan tersebut.
Sedangkan variabel tingkat (upah) it
HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan sebagai proksi dari human capital di Estimasi Koefisien Fungsi Produksi
mana dengan semakin tinggi tingkat upah maka
semakin tinggi pula tingkat pendidikan dari tenaga Estimasi dari nilai koefisien fungsi produksi
kerja (Oh et al, 2014). Pengukuran tingkat upah menggunakan persamaan (1). Dataset akhir yang
sebagai proksi dari human capital juga memiliki digunakan untuk proses estimasi merupakan
keterbatasan, di mana pada kenyataannya tingkat balanced panel data dengan 17 sektor industri
upah di Indonesia diatur dengan sangat ketat oleh yang diobservasi dari tahun 2001 s.d. 2013.
pemerintah seperti adanya penerapan UMR di Statistik deskriptif untuk fungsi produksi rata-rata
masing-masing daerah. Sehingga pada kondisi (dalam bentuk logaritma natural) dari seluruh
aktual peningkatan upah tidak mencerminkan sektor industri yang diobservasi dapat dilihat
tingkat pendidikan dari tenaga kerja. pada Tabel 2.
Tarif impor bahan baku yang digunakan Hasil estimasi nilai koefisien fungsi produksi
adalah tarif impor bahan baku rata-rata (dengan diperoleh dengan menggunakan metode random
skema MFN) yang bersumber pada WTO. effect (RE). Hasil dari pengujian Hausman
Jenis bahan baku yang digunakan oleh sektor (Prob>chi = 0.8501) menunjukkan bahwa nilai
industri dapat dilihat pada publikasi Statistik estimator fixed effect (FE) dan RE sama-sama
Industri Pengolahan non-migas Indonesia- Bahan memiliki nilai yang konsisten akan tetapi
Baku (BPS) dan disesuaikan dengan kode HS estimator RE memberikan hasil yang lebih efisien
dibandingkan nilai estimator FE.

Analsis Dampak Pemanfaatan ... (Hananto Prabowo Hardi Putra)│ 117


Tabel 3 menunjukkan hasil estimasi koefisien kapital atau bahan baku. Hal tersebut juga dapat
fungsi produksi di mana semua faktor produksi diinterpretasikan bahwa di 17 sektor industri
yaitu stok kapital yang diproksikan dengan tertentu lebih bersifat labor intensive.
konsumsi listrik industri, jumlah tenaga kerja,
dan bahan baku memberikan dampak yang Penghitungan Pertumbuhan Total Factor
positif dan signifikan terhadap nilai produksi Productivity (TFP)
dari sektor industri tertentu. Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa elastisitas tenaga kerja Setelah didapatkan nilai koefisien fungsi produksi,
lebih besar dibandingkan dengan elastisitas selanjutnya dilakukan penghitungan pertumbuhan
kapital dan bahan baku. Dengan menggunakan TFP dengan menggunakan persamaan (2). Dengan
estimator RE, peningkatan tenaga kerja sebesar menggunakan nilai estimator RE pada Tabel 3
1% akan meningkatkan output produksi sebesar maka didapatkan nilai pertumbuhan TFP rata-rata
0,34%, peningkatan kapital sebesar 1% akan dari tahun 2001 s.d. 2013 per sektor industri
meningkatkan output produksi sebesar 0,2%, tertentu (lihat Tabel 4).
dan peningkatan bahan baku sebesar 1% akan Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pertumbuhan
meningkatkan output produksi sebesar 0,24% TFP rata-rata di 17 sektor industri tertentu sebesar
(ceteris paribus). Hal tersebut mengindikasikan 6% sampai dengan 8%. Sektor otomotif menjadi
bahwa penambahan tenaga kerja khususnya sektor dengan pertumbuhan produktivitas rata-rata
dalam jangka pendek akan lebih efektif dalam tertinggi. Pertumbuhan TFP rata-rata yang relatif
meningkatkan output produksi di sektor industri tinggi di sektor otomotif salah satunya disebabkan
tertentu dibandingkan dengan menambah oleh penggunaan bahan baku impor dalam proses

118 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 23, No. 2, 2015


produksinya. Dari Grafik 2 dapat dilihat bahwa menjadi alternatif bagi perusahaan atau industri
kinerja impor bahan baku sektor industri tertentu untuk mengakses teknologi baru serta kualitas
menunjukkan tren yang relatif meningkat di tahun bahan baku yang lebih baik. Hal tersebut dapat
2008 s.d. 2013. Nilai impor bahan baku terbesar berdampak pada proses produksi yang lebih
dilakukan di sektor industri otomotif, elektronika efisien sehingga dapat meningkatkan produksi.
dan CRC. Penggunaan bahan baku impor dapat

Sumber: Statistik IBS-BPS (diolah)


Grafik 2. Nilai impor bahan baku sektor industri tertentu (2001 s.d. 2013)

Analsis Dampak Pemanfaatan ... (Hananto Prabowo Hardi Putra)│ 119


Analisis Dampak Pemanfaatan Fasilitas tetapi, besarnya dampak yang dihasilkan relatif
BMDTP Terhadap Pertumbuhan TFP rendah. Peningkatan pemanfaatan pagu BMDTP
sebesar 1% akan meningkatkan produktivitas
Setelah mendapatkan nilai pertumbuhan
di 17 sektor industri tertentu sebesar 0,003%.
TFP, dilakukan tahapan selanjutnya yaitu
Ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan
regresi persamaan (3) untuk menganalisis
rendahnya dampak pemanfaatan fasilitas BMDTP
dampak pemanfaatan fasilitas BMDTP dan
terhadap pertumbuhan produktivitas 17 sektor
variabel kontrol lainnya terhadap pertumbuhan
industri tertentu, diantaranya belum optimalnya
TFP di sektor industri tertentu. Pengujian
realisasi pemanfaatan terhadap fasilitas BMDTP
Hausman tidak menolak hipotesis nol sehingga
itu sendiri. Hal tersebut salah satunya disebabkan
estimator FE dan RE sama-sama konsisten
oleh masih relatif rendahnya pemanfaatan
tetapi RE akan memberikan nilai yang lebih
BMDTP oleh 17 sektor industri tertentu dari tahun
efisien dibandingkan dengan FE (Prob>chi =
2008 s.d. 2013 (dapat dilihat pada Tabel 6).
0.9992). Tabel 5 menunjukkan hasil regresi untuk
mengestimasi dampak dari pemanfaatan BMDTP Masih rendahnya realisasi pemanfaatan
dan faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi BMDTP disebabkan karena adanya kendala
pertumbuhan TFP di 17 sektor industri tertentu. teknis dalam penerbitan kebijakan sehingga waktu
pemanfaatan BMDTP menjadi tidak optimal.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemanfaatan
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa waktu terbit
fasilitas BMDTP oleh 17 sektor industri tertentu
dari PMK per sektor industri tertentu tidak di
dalam kurun waktu 2008 s.d. 2013 memberikan
awal tahun. Sebagai catatan, perusahaan akan
dampak yang signifikan secara statistik terhadap
mendapatkan bantuan BMDTP setelah PMK per
pertumbuhan TFP di sektor industri tersebut. Akan
sektor industri tertentu terbit.

120 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 23, No. 2, 2015


Sumber: Kementerian Perindustrian
Gambar 1. Skema waktu penererbitan peraturan BMDTP

Industri akan lebih memilih mengimpor di mana penurunan tarif bahan baku 1% akan
bahan baku melalui skema impor lain di awal meningkatkan pertumbuhan TFP di sektor industri
tahun agar dapat tetap berproduksi sehingga tidak tertentu sebesar 0,04%. Hal tersebut menunjukkan
tercakup ke dalam kebijakan BMDTP. Selain itu, bahwa dampak dari impor bahan baku dengan
beberapa sektor sudah mendapatkan kemudahan- skema MFN lebih besar dibandingkan impor
kemudahan terkait dengan fasilitas impor bahan menggunakan fasilitas BMDTP.
baku lainnya seperti fasilitas Kemudahan Impor Analisis selanjutnya adalah variabel interaksi
Untuk Tujuan Ekspor (KITE), FTA, MFN, dan antara tarif bahan baku MFN dengan pemanfaatan
sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai BMDTP tidak signifikan pengaruhnya terhadap
koefisien dari variabel tarif bahan baku MFN pertumbuhan TFP. Hal tersebut menunjukkan

Analsis Dampak Pemanfaatan ... (Hananto Prabowo Hardi Putra)│ 121


bahwa kinerja impor bahan baku industri tidak terhadap pertumbuhan TFP. Dari Tabel 6 dapat
terpengaruh oleh adanya kebijakan BMDTP. dilihat bahwa setiap peningkatan upah sebesar
Artinya dengan diterapkannya kebijakan BMDTP- 1% akan meningkatkan pertumbuhan TFP sebesar
pun industri masih dapat melakukan impor dengan 0,22% dan signifikan secara statistik. Industri atau
menggunakan skema MFN. perusahaan dengan produktivitas yang tinggi juga
Beberapa sektor industri juga memiliki memiliki tenaga kerja dengan produktivitas yang
beberapa permasalahan spesifik yang tinggi pula. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi
menyebabkan rendahnya pemanfaatan BMDTP dapat diasosiasikan dengan tingkat pendidikan
di sektor tersebut. Pada industri perkapalan yang lebih tinggi. Dengan mempertimbangkan
rendahnya pemanfaatan BMDTP juga disebabkan bahwa permintaan tenaga kerja dari suatu
karena sebagian besar produksi kapal memerlukan industri sangat memperhatikan produktivitas dari
waktu lebih dari satu tahun (multi years) dan lebih tenaga kerja, maka peningkatan upah di suatu
bersifat job order atau produksi dilakukan jika industri akan terjadi jika tenaga kerja memiliki
ada pesanan. Sehingga perusahaan-perusahaan di produktivitas yang lebih tinggi (Oh et al, 2014).
dalam industri perkapalan lebih memilih skema
impor bahan baku yang lebih fleksibel. Hal KESIMPULAN
tersebut dapat dilihat dari pemanfaatan BMDTP
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini
rata-rata industri perkapalan dari kurun waktu
menunjukkan bahwa kebijakan BMDTP
2008 s.d. 2013 hanya sebesar 4.73%. Industri
memberikan dampak yang signifikan secara
perkeretaapian juga memiliki permasalahan
statistik terhadap pertumbuhan TFP di 17 sektor
yang sama dengan industri perkapalan dalam
industri, tetapi besarnya dampak yang dihasilkan
hal produksi berbasis pesanan. Sehingga industri
relatif rendah. Rendahnya dampak dari kebijakan
perkeretaapian juga lebih memilih skema impor
BMDTP disebabkan karena relatif rendahnya
selain BMDTP. Tercatat dalam kurun waktu 2011
pemanfaatan terhadap kebijakan ini sendiri.
s.d. 2013 industri perkeretaapian sama sekali
Masih rendahnya pemanfaatan terhadap fasilitas
tidak memanfaatkan fasilitas BMDTP yang sudah
BMDTP disebabkan karena kendala terlambat
diberikan oleh pemerintah.
terbitnya peraturan teknis BMDTP, sehingga
Faktor lain yang diduga mempengaruhi perusahaan atau industri lebih memilih untuk
pertumbuhan TFP di sektor industri tertentu melakukan impor bahan baku melalui fasilitas
adalah capital intensity. Capital intensity dapat impor lainnya. Selain itu, beberapa industri seperti
dilihat sebagai firm-specific knowledge yang perkapalan dan kereta api melakukan produksi
menyatu di dalam mesin dan peralatan yang berdasarkan pesanan dan multi-years sehingga
digunakan dalam proses produksi (Oh et al, 2014). pemanfaatan BMDTP tidak optimal. Sedangkan
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa capital intensity variabel kontrol lain yaitu tingkat upah dan tarif
tidak memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahan baku memberikan dampak yang signifikan
TFP di sektor industri tertentu. Hal tersebut terhadap pertumbuhan TFP. Variabel kontrol lain
mengindikasikan bahwa kapital yang digunakan capital intensity, interaksi antara tarif bahan baku
untuk produksi di suatu perusahaan atau industri dan pemanfaatan BMDTP tidak memberikan
memiliki teknologi yang cenderung tidak berubah dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan
sehingga tidak dapat melakukan produksi secara TFP.
efisien. Sebagai catatan, pengukuran capital
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
intensity pada penelitian ini juga memiliki
unit analisis sektor industri akibat keterbatasan
kelemahan karena menggunakan nilai konsumsi
akses data yaitu identifikasi nama perusahaan
listrik sebagai proksi dari nilai stok kapital
yang memanfaatkan BMDTP untuk disinkronkan
sehingga menghasilkan ukuran capital intensity
dengan nomor identitas perusahaan pada Statistik
yang tidak akurat atau sesuai dengan kondisi
IBS-BPS. Sehingga penelitian lebih lanjut
aktual.
dapat dilakukan sampai dengan analisis level
Selanjutnya adalah analisis mengenai perusahaan. Analisis pemanfaatan BMDTP di
dampak dari pertumbuhan upah tenaga kerja level perusahaan akan memberikan gambaran

122 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 23, No. 2, 2015


yang lebih detail dan akurat terhadap pertumbuhan Grossman, G. M., and Helpman, E. (1991).
produktivitas di perusahaan yang memanfaatkan Innovation and Growth in the Global
fasilitas tersebut. Economy. Cambridge, MA: MIT Press.
Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan Krugman, Paul R., Obstfelt, M., & Melitz, Marc
dengan memasukkan pengaruh-pengaruh dari J. (2012). International economics: theory
kebijakan terkait impor bahan baku lainnya secara and policy ninth edition. The Pearson Series
bersama-sama seperti kebijakan KITE, FTA, in Economics.
MFN, dan lain-lain, di mana pada penelitian ini Melitz, M. (2003). The impact of trade on
kebijakan selain BMDTP yang dikontrol hanya intra-industry reallocations and aggregate
MFN. Hal tersebut penting dilakukan karena pada industry productivity. Econometrica, 71(6):
kenyataanya suatu perusahaan dapat memilih 1695–1725.
berbagai macam kebijakan dalam meningkatkan
Melitz, M., & Ottaviano, G. (2008). Market size,
kinerja impor bahan bakunya. Sehingga dapat
trade and productivity. Rev. Econ. Stud, 75,
dilihat dampak dari berbagai macam kebijakan
295–316.
terkait impor bahan baku secara bersama-sama
terhadap pertumbuhan produktivitas perusahaan Melo, O., & Vogt, M. G. (1984). Determinants
atau industri of the demand for imports of Venezuela.
Journal of Development Economics, 14,
351–358.
DAFTAR PUSTAKA Mitra, A., Sharma, C., & Veganzones-Varoudakis,
Amiti, M., & Konings, J. (2007). Trade M. A. (2014). Trade liberalization, technology
liberalization, intermediate inputs, and transfer, and firms’ productive performance:
productivity: Evidence from Indonesia. The The case of Indian manufacturing. Journal
American Economic Review, 97, 1611-1638. of Asian Economics, 33, 1-15.
Armstrong et al., (1979), The Measurement of Oh, D., Heshmati, A., Sharma, C., & Loof, H.
Capital: Theory and Practice. The Macmillan (2014). Total factor productivity of Korean
Press Ltd. manufacturing industries: Comparison of
Corden, M. W. (1971). The Theory of Protection. competing models with firm level data.
Oxford: Oxford University Press. Japan and the World Economy, 30, 25-36.
Farinelli, G., Carter, C.A., Lin, C.Y.Y., & Sumner, Pavcnik, N. (2002). Trade Liberalization, Exit,
D.A. (2009). Import demand for Brazilian and Productivity Improvements: Evidence
ethanol: a cross country analysis. Journal of from Chilean Plants. Review of Economic
Cleaner Production, 17, 9-17. Studies, 69(1): 245–76.
Ferreira, P. C., & Rossi, J. L. (2003). New Romer, D. (2011). Advanced macroeconomics
Evidence from Brazil on Trade Liberalization fourth edition. McGraw-Hill.
and Productivity Growth. International Santos-Paulino, A. U. (2002). The effects of
Economic Review, Vol. 44, No. 4, 1383- trade liberalization on imports in selected
1405. developing countries. World Development,
Gozgor, G. (2014). Aggregated and disaggregated 30, 959–974.
import demand in China: An empirical study.
Economic Modelling, 43, 1-8.

Analsis Dampak Pemanfaatan ... (Hananto Prabowo Hardi Putra)│ 123


124

Anda mungkin juga menyukai