Anda di halaman 1dari 8

Global Financial Accounting Journal, Vol. 4, No.

2, Oktober 2020
ISSN: 2655-836X

ANALISIS PENERAPAN GENERIC STRATEGIES PADA


PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT MADUBARU)

Kartika Pradana Suryatimur*, Nibras Anny Khabibah**, Axel Giovanni***


*
DIII Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
**
S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
***
S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
*
Email: kpsuryatimur@untidar.ac.id

ABSTRACT
This study aims to analyze the implementation of generic strategies implemented by
the company. The strategy adopted by the company affects the company's position in
competition. The research method used is descriptive qualitative case studies. This study uses
investment data from PT Madubaru during 2008 - 2017. The data used are primary and
secondary data. Primary data includes the results of interviews, and secondary data includes
audited company financial reports. The results of this study indicate that companies cannot
reduce production costs by simply improving technology to gain a competitive advantage
through cost leadership. The company's failure to reduce production costs was due to the lack
of availability of easy and cheap raw materials. Achieve a competitive advantage through
cost leadership must meet the requirements, namely; minimizing costs, cheap raw materials,
and utilizing appropriate technology.

PENDAHULUAN akan diterapkan dalam bisnis perlu


Penelitian ini bertujuan menganalisis mempertimbangkan beberapa faktor. Rivkin,
penerapan generic strategies pada (2001) menyebutkan terdapat lima faktor
perusahaan. Strategi yang diterapkan yang perlu diperhatkan oleh pelaku bisnis
perusahaan akan mempengaruhi posisi dan menjadi komitmen untuk mampu
perusahaan dalam persaingan industri. PT bersaing dalam industri, yaitu: (1) bagaimana
Madubaru sebagai produsen gula yang menarik dan menyenangkan pelangan; (2)
merupakan produk standar, menerapkan bagaimana bersaing dengan perusahaan
generic strategies yaitu cost leadership. kompetitor; (3) bagaimana memposisikan
Strategi cost leadership merupakan strategi perusahaan di dalam pangsa pasar dan
yang berkonsentrasi membuat produk dengan memanfaatkan peluang mengembangkan
biaya yang rendah untuk mendapatkan bisnis; (4) bagaimana mengatur bagian
keunggulan kompetitif. Penelitian ini fungsional perusahaan; (5) bagaimana
menganalisis investasi pada teknologi mesin mencapai target yang telah ditetapkan
produksi untuk meningkatkan efisiensi perusahaan.
sehingga diharapkan dapat mereduksi biaya Thompson et al. (2016) menyatakan
produksi. Produk dengan kualitas yang relatif bahwa strategi merupakan cara bersaing yang
sama dengan produk kompetitor namun dapat dilakukan manajemen secara berbeda
dijual dengan harga yang lebih rendah untuk dibandingkan kompetitor dalam suatu
menarik pembeli dan dapat meningkatkan industri. Suatu bisnis harus memiliki
kuantitas penjualan atau dijual dengan harga pembeda dibandingkan dengan kompetitor
yang sama sehingga memiliki margin laba agar dapat memberikan keunggulan
yang lebih besar dibanding dengan kompetitif, sehingga produk yang dihasilkan
kompetitor (Thompson et al., 2016). dapat memberikan superior value kepada
Strategi bisnis memiliki peran yang pelanggan. Superior value yang dimaksud
penting dalam menentukan kesuksesan suatu ialah produk yang mampu dijual dengan
usaha. Menentukan sebuah strategi yang harga lebih rendah dibandingkan dengan

1
Global Financial Accounting Journal, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020
ISSN: 2655-836X

produk yang sama dengan kompetitor, atau mengeksploitasi pelanggan atau menciptakan
produk terbaik yang ditawarkan dengan pelanggan baru; (3) menekan biaya dan
kombinasi harga, kualitas, fitur, pelayanan meningkatkan pendapatan secara bersama-
serta atribut lain yang menyertai produk. sama.
Esensi dalam menentukan strategi Gula pasir merupakan komoditas
bisnis yang kompetitif ialah dengan bahan pangan yang strategis sedang
melakukan penyesuaian dengan kondisi dihadapkan pada kondisi yang masih belum
lingkungan yang luas termasuk kondisi sosial mampu memenuhi kebutuhan nasional
dan ekonomi. Aspek kunci dalam (Maghfiroh et al., 2017). Penurunan produksi
menentukan startegi bisnis adalah kondisi gula nasional disebabkan oleh adanya
persaingan yang ada dalam lingkungan penurunan produktifitas gula. Hal itu terkait
industri perusahaan (Porter, 1998). Lebih dengan inefisiensi pada sektor pabrik
lanjut Porter (1998) menyebutkan keadaan maupun sektor kebun. Dampak dari
pada persaingan industri dalam five terjadinya inefisiensi pada sektor kebun ialah
competitive forces. Berikut elemen-elemen rendahnya kualitas tanaman tebu yang
yang terdapat pada five competitive forces: berpengaruh pada tingkat sukrosa (sukrosa
(1) ancaman dari pendatang baru; (2) adalah kandungan gula dalam tanaman tebu)
ancaman dari produk pengganti; (3) kekuatan yang terkandung di dalamnya. Dari sektor
tawar menawar pemasok; (4) kekuatan tawar pabrik, inefisiensi terjadi karena penerapan
menawar pembeli; (5) posisi tawar dari teknologi yang masih menggunakan mesin-
pesaing yang ada di dalam industri. mesin lama peninggalan belanda. Mesin-
Pengelolaan strategi yang mampu mengatasi mesin lama pabrik yang sudah tua membuat
five competitive forces menjadi kunci dalam produksi gula menurun karena tidak efiseian,
keberhasilan manajemen bersaing dalam boros bahan bakar, dan kapasitas produksi
industri. yang rendah. Teknologi yang masih lama
Peningkatan guncangan yang terjadi tersebut menyebabkan mutu gula yang
pada lingkungan kompetitif industri, diproduksi juga belum memadai (Sawit,
memberikan tekanan kepada banyak 2010).
perusahaan untuk menghasilkan produk Rendahnya produktivitas gula dan
sesuai dengan perubahan selera konsumen. tidak stabilnya kondisi industri gula nasional
Tekanan-tekanan tersebut meliputi disebabkan karena inefisiensi produksi.
globalisasi, siklus hidup produk memendek, Inefisiensi produksi menyebabkan tingginya
peningkatan ekspektasi oleh konsumen biaya produksi yang menyebabkan beberapa
terhadap suatu produk, serta kekuatan pabrik gula terpaksa ditutup. Untuk dapat
supplier. Salah satu cara yang ditawarkan bertahan dalam persaingan dan guncangan
untuk mengatasi dan menghadapi guncangan industri maka perusahaan perlu menerapkan
pada lingkungan bisnis ialah dengan stategi yang tepat dalam operasional
implementasi strategi bisnis inisiatif yang perusahaan.
memanfaatkan teknologi informasi yang
efektif diterapkan ke dalam platform bisnis KAJIAN LITERATUR DAN
(Ross et al., 1996). PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teknologi informasi (TI) memiliki Five Competitive Force
peran strategis dalam mendukung Tujuan dari sebuah strategi ialah agar
keberhasilan implementasi strategi perusahaan mampu masuk dan bersaing di
perusahaan. Saldanha et al. (2016) dalam suatu industri. Keadaan suatu industri
menjelaskan terdapat tiga peran teknologi bergantung pada five competitive force
informasi dalam kinerja perusahaan: (1) (Porter, 1998). Analisis Five Competitive
menekan biaya yang terjadi atas kegiatan Force bermanfaat untuk menentukan strategi
bisnis dan produksi; (2) meningkatkan perusahaan dalam menghadapi persaingan
peluang memperoleh pendapatan dengan industri. Five competitive force terdiri dari:

2
Global Financial Accounting Journal, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020
ISSN: 2655-836X

1. Ancaman dari Pendatang baru Cost Leadeship/low cost merupakan


Industri yang menguntungkan akan menarik strategi yang mengedepankan produk dengan
bagi para pendatang baru untuk masuk ke biaya rendah sehingga dengan kualitas yang
dalam industri. Pendatang baru ini akan relatif sama harga jual bisa lebih rendah
memberikan kapasitas produk baru yang dibanding dengan pesaing. Keunggulan yang
beredar di pasar sehingga dapat diharapkan ialah dengan struktur biaya yang
meningkatkan persaingan dalam industri sama mampu menjual produk dengan harga
2. Ancaman Produk Pengganti lebih rendah. Untuk mencapai hal tersebut
Keterbatasan produk menyebabkan perlu pangsa pasar dengan skala yang luas.
konsumen mencari alternatif produk lain Penerapan teknologi yang tepat dapat
untuk memenuhi kebutuhan. Keberadaan membantu perusahaan dalam meningkatkan
produk pengganti dalam beberapa kondisi proses produksi serta menekan biaya
dapat menjadi ancaman bagi produk yang produksi untuk memperkuat posisi
sudah ada (Thompson et al., 2016). perusahaan dalam industri. Ketika
3. Bargaining Power of Suppliers perusahaan fokus pada startegi cost
Posisi tawar pemasok bergantung pada leadership maka perusahaan harus
seberapa besar pemasok memberi pengaruh menekankan pada efisiensi biaya (Hilman et
kepada produsen. Pemasok yang memiliki al., 2018). Perusahaan perlu
posisi tawar tinggi mampu menekan mengintegrasikan sumber daya dan
keuntungan dengan menaikkan harga bahan kemampuan yang dimiliki untuk
baku. menghasilkan produk dengan biaya rendah
4. Bargaining Power of Buyers yang memungkinkan untuk dijual dengan
Konsumen memiliki kekuatan yang mampu harga kompetitif kepada pelanggan
memaksa agar perusahaan menurunkan harga (Teeratansirikool et al., 2013).
produk, menuntut kenaikan kualitas produk, Perusahaan yang menerapkan strategi
membandingkan dengan produk lain, differentiation berupaya menyediakan produk
sehingga mampu mempengaruhi tingkat unik yang mampu membuat pelanggan mau
penjualan dan keuntungan perusahaan. membayar lebih mahal untuk mendapatkan
5. Rivalvy Among Competitive Firms produk. Strategi ini membutuhkan
Persaingan terbesar terdapat pada pesaing pengembangan produk yang unik serta tidak
yang ada di dalam industri (Thompson et al, memiliki kompetitor dengan mengedepankan
2016). Dalam persaingan terdapat perang loyalitas pelanggan terhadap merek suatu
harga, perang iklan, dan layanan purna jual produk. Dengan menawarkan kualitas,
kinerja serta fitur yang unik sehingga
Generic Strategies menjadi pembenaran produk dijual dengan
Manajemen harus menentukan harga yang tinggi (Valipour et al., 2012).
startegi bersaing yang dapat memberikan Perusahaan dengan startegi differentiation
keuntungan dengan memanfaatkan kekuatan akan menghadapi risiko dan ketidakpastian
baik dalam internal organisasi maupun pada yang lebih tinggi, karena tuntutan untuk
industri dimana perusahaan berada. Kekuatan selalu melakukan inovasi yang menjadi lebih
perusahaan pada akhirnya jatuh pada cost berisiko. Hal itu akan menyulitkan
leadership/low cost atau differentiation yang perusahaan yang menggunakan tingkat utang
diterapkan baik dalam lingkup luas atau yang lebih besar untuk operasionalnya
sempit. Lebih lanjut Porter (1998) (Jermias, 2008).
mengidentifikasi tiga generic strategies yang Strategi fokus memiliki konsentrasi
dapat diterapkan pelaku bisnis untuk untuk memenuhi kebutuhan pada segmen
menghadapi five competitive force dalam pasar tertentu. Strategi ini diarahkan untuk
industri. Ketiga strategi tersebut ialah: (1) kelompok pelanggan tertentu sehingga
cost leadeship/low cost; (2) differentiation; perusahaan mengkhususkan diri dalam
(3) focus. beberpa hal tertentu. Perusahaan dapat

3
Global Financial Accounting Journal, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020
ISSN: 2655-836X

membangun fokus dengan salah satu dari dua Metode kualitatif bertujuan mengeksplorasi
cara. Perusahaan dapat mengadopsi cost dan memahami makna dari masalah yang
leadership untuk segmen pasar tertentu, atau ada. Studi kasus adalah suatu strategi
mengadopsi fokus pada produk diferensiasi penelitian yang menyelidiki suatu program,
(Ngigi & Njeru, 2014). aktivitas, atau proses sekelompok individu
(Creswell, 2010).
Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan data
Marangu et al. (2017) melakukan investasi PT Madubaru selama tahun 2008 –
penelitian tentang analisis pengaruh strategi 2017. Data yang digunakan merupakan data
cost leadership pada daya saing organisasi primer dan sekunder. Data primer meliputi
perusahaan gula di Kenya. Penelitian tersebut hasil wawancara, dan data sekunder meliputi
bertujuan menganalisis pengaruh strategi cost laporan keuangan audited perusahaan.
leadership terhadap daya saing perusahaan Penelitian ini menggunakan teknik analisis
gula. Strategi cost leadership dinilai dengan data kualitatif sesuai dengan Milles dan
menggunakan tiga indikator yaitu; Huberman (1984) menggunakan tiga alur
minimalisasi biaya, pengadaan bahan baku analisis yaitu; reduksi data, penyajian data,
murah dan pemanfaatan teknologi. Daya dan penarikan kesimpulan. Data didapatkan
saing organisasi dievaluasi dengan dari laporan keuangan dan wawancara semi
menggunakan indikator; pangsa pasar, terstruktur dengan pihak yang
tingkat pertumbuhan, dan perluasan berkepentingan. Kemudian dilakukan
produksi. Hasil dari penelitian ini penyajian data dan penarikan kesimpulan
menunjukkan strategi cost leadership berdasarkan data yang telah diperoleh.
mempengaruhi daya saing organisasi
perusahaan gula. HASIL PENELITIAN
Penelitian Marangu et al. (2017) lebih Untuk meningkatan efisiesnsi biaya
lanjut menjelaskan bahwa perusahaan produksi salah satunya dengan cara
memproduksi gula mampu menekan biaya melakukan investasi teknologi pada mesin-
disebabkan juga karena penggunaan mesin pabrik untuk mendukung kegiatan
teknologi. Selain faktor tenaga kerja murah operasi. Kondisi mesin-mesin pada pabrik
serta biaya bahan baku yang rendah, yang berusia tua menyebabkan kinerja
penggunaan teknologi dalam proses produksi operasi pabrik tidak efisein, hal itu
gula juga mempengaruhi penekanan biaya. dikarenakan mesin tua biasanya boros bahan
Perusahaan yang memanfaatkan tenaga kerja bakar, belum dapat dioperasikan secara
murah, biaya bahan baku murah, dan otomatis, dan kapasitasnya yang relatif masih
penerapan teknologi mampu menekan biaya rendah. Investasi pada mesin-mesin baru
produksi sebesar 13% lebih rendah dengan kapasitas lebih besar dan teknologi
dibandingkan dengan kompetitor. yang lebih modern diharapkan memberikan
dampak untuk mampu menekan biaya
METODE PENELITIAN produksi gula pada PT. Madubaru.
Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif studi kasus.

Tabel 1
Daftar Investasi PT Madubaru Tahun 2008 – 2017
No Tahun Investasi
1. 2008 Investasi 1 unit Air Cooled Water chiler
2. 2009 Investasi Gear Box 700 HP gilingan 1
3. 2010 Investasi Mesin Kemasan Gula Retail
4. 2012 Investasi 2 unit Juice Heater
5. 2013 Investasi XG 1300 AT automatic bath centrifuge
6. 2013 Investasi Rotary Sulfur Kapasitas giling 3500 TCD dan sulfur tower

4
Global Financial Accounting Journal, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020
ISSN: 2655-836X

7. 2015 Investasi Puteran High Grade dan Low Grade Centrifugal


8. 2016 Investasi Induction Motor dan Cane Cutter
Sumber: data diolah (2020)

Investasi aset berupa mesin dengan Tabel 2


teknologi baru yang dilakukan selama 2008 – Kapasitas giling tebu per hari PT Madubaru
2017. Pada tahun 2008 perusahaan tahun 2008 – 2017
melakukan pembelian air cooled water chiler Tahun Kapasitas Produksi (Kuintal)
yang berfungsi meminimalkan terlalu banyak 2008 32.000
kehilangan gula pada proses pemisahan gula 2009 32.000
dan tetes, sehingga produksi dapat 2010 32.000
meningkat. Lalu Investasi gearbox 700 HP 2011 32.000
pada Tahun 2009 bertujuan untuk 2012 32.000
2013 35.000
menigkatkan kapasitas giling hingga 3.000
2014 35.000
TCD (ton cane per day). Investasi 2 unit 2015 35.000
juice heater 250 LP Tahun 2012 bertujuan 2016 37.000
meningkatkan kapasitas dari 3.200 menjadi 2017 37.000
3.500 TCD. Investasi automatic bath Sumber: data diolah (2020)
centrifuge Tahun 2013, dilakukan untuk
menambah kapasitas, fungsinya sama dengan Investasi teknologi yang berupa
yang investasi tahun 2007. Investasi rotary pembaruan mesin produksi terbukti dapat
sulfur & sulfur tower Tahun 2013, dilakukan meningkatkan kapasitas produksi gula. Tabel
sebagai pendukung kapasitas produksi yang 2 menunjukkan kapasitas giling untuk
meningkat. Investasi low grade dan high produksi gula PT Madubaru selama tahun
grade centrifugal Tahun 2015, investasi 2008 – 2017. Pada tabel tersebut
dilakukan untuk mendukung pengingakatan menunjukkan adanya peningkatan kapasitas
kapasitas produksi. Investasi induction motor produksi dari tahun ke tahun selama 2008 –
dan cane cutter Tahun 2016, bertujuan agar 2017. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan
hasil gilingan lebih lembut dan dapat pada penelitian Marangu et al. (2017), bahwa
memaksimalkan hasil produksi. Investasi 2 untuk menekan biaya produksi salah satu
unit Elektromotor FDF Boiler EKM 55 Kw caranya dengan inovasi pada teknologi untuk
dan genset 1.000 Kw, berfungsi untuk meningkatkan produksi.
memaksimalkan kinerja boiler dan efisiensi
bahan bakar. Tabel 3
Berdasarkan analisis investasi Rata-rata tebu digiling per hari PT
teknologi diatas, maka dapat ditarik Madubaru tahun 2008 – 2017
kesimpulan dari kebijakan manajemen Tahun Rata-rata tebu digiling per hari
menginginkan adanya upaya untuk (kuintal)
melakukan peningkatan produksi dan 2008 32,788
menekan biaya produksi. Hal tersebut dapat 2009 30,229
2010 26,738
diketahui dari tujuan investasi mesin selama 2011 32,515
2008 – 2017 yang hampir keseluruhan 2012 31,174
mengedepankan untuk peningkatan efisiensi 2013 29,842
proses produksi untuk peningkatan produksi 2014 30,600
dan mereduksi biaya produksi. 2015 32,003
2016 28,278
2017 29,705
Sumber: data diolah (2020)

2
Global Financial Accounting Journal, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020
ISSN: 2655-836X

Tabel 3 menunjukkan rata-rata Tabel 5


jumlah bahan baku (tebu) digiling per hari Harga pokok penjualan per unit PT
selama tahun 2008 – 2017. Berdasarkan Madubaru tahun 2008 – 2017
daftar dari tabel tersebut menunjukkan Tahun Harga pokok penjualan (HPP)
ketersediaan bahan baku yang fluktuatif. per unit (Rp)
Ketersediaan bahan baku yang lebih rendah 2008 4,352
2009 4,700
dari kapasitas produksi menyebabkan
2010 6,234
terjadinya kapasitas idle. Ketersediaan bahan 2011 6,526
baku yang tidak sesuai dengan kapasitas 2012 6,585
produksi menyebabkan biaya produksi yang 2013 7,558
tidak bisa ditekan. Hal ini tidak sejalan 2014 7,888
dengan Marangu et al. (2017), yang 2015 7,767
menyatakan bahwa untuk menjalankan 2016 10,536
2017 11,804
strategi cost leadership diperlukan
Sumber: data diolah 2020
ketersediaan bahan baku yang mudah dan
murah.
Tabel 5 menunjukkan harga pokok
penjualan (HPP) per unit produk gula.
Tabel 4
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui
Jumlah produksi gula dan kapasitas produksi
bahwa adanya peningkatan HPP dari tahun
gula PT Madubaru tahun 2008 – 2017
Tahun Jumlah produksi Kapasitas produksi
2008 – 2017. Hal tersebut menunjukkan
gula (kuintal) gula (kuintal) bahwa investasi pembaruan teknologi pada
2008 333,400 350,000 mesin produksi yang dilakukan perusahaan
2009 318,750 400,000 tidak mampu menekan biaya produksi.
2010 295,200 400,000 Peningkatan HPP disebabkan oleh beberapa
2011 278,760 450,000 hal diantaranya kurangnya ketersediaan
2012 379,870 500,000 bahan baku yang murah serta adanya
2013 355,880 500,000
2014 311,060 550,000
kapasitas idle pada proses produksi yang
2015 315,230 550,000 membuat biaya tetap meningkat.
2016 306,640 600,000
2017 323,343 600,000 KESIMPULAN
Sumber: data diolah (2020) Langkah perusahaan dalam
menentukan kebijakan melakukan investasi
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui pada penignkatan teknologi mesin produksi
bahwa adanya trend peningkatan jumlah tidak mampu untuk menekan biaya produksi.
produksi gula dari tahun 2008 – 2017. Hal Kenyataan yang terjadi dilihat dari data harga
tersebut menunjukkan bahwa investasi yang pokok penjualan (HPP) tidak menunjukkan
dilakukan selama 2008 – 2017 dapat adanya penurunan. Tujuan investasi untuk
meningkatkan jumlah produksi gula PT meningkatkan kapasaitas dan kuantitas
Madubaru. Namun demikian bila produksi dapat tercapai, namun biaya
dibandingkan dengan kapasitas produksi, produksi tidak dapat ditekan. Hal tersebut
maka ada gap yang cukup jauh. Gap tersebut dikarenakan ketersediaan bahan baku yang
menyebabkan adanya kapasitas idle yang tidak bisa diprediksi, sehingga menyebabkan
dapat menaikkan biaya produksi. biaya produksi yang tinggi. Kesimpulan dari
penelitian ini yaitu perusahaan tidak mampu
menekan biaya produksi hanya dengan
meningkatkan teknologi, sehingga penerapan
generic strategies untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif melalui cost
leadership sulit untuk dicapai. Untuk

3
Global Financial Accounting Journal, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020
ISSN: 2655-836X

mencapai keunggulan kompetitip melalui and Management, 9(28).


cost leadership harus memenuhi syarat-syarat Milles, M. B., & Huberman, M. A. (1984).
seperti pada penelitian Marangu et al., (2017) Qualitative Data Analysis. London:
yaitu; minimalisasi biaya, bahan baku murah,
Sage Publication.
dan pemanfaatan teknologi yang tepat.
Berdasarkan simpulan dari penelitian Ngigi, P. W., & Njeru, A. (2014). Influence
ini penulis memberikan saran kepada Of Competitive Generic Strategies On
manajemen perusahaan untuk menerapkan Customer Base In Deposit Taking
startegi cost leadership secara keseluruhan. Microfinance Institutions In Nairobi
Perusahaan harus memenuhi syarat untuk County. International Journal of
menerapkan strategi cost leadership yaitu : Business and Commerce, 3(12).
melakukan minimalisasi biaya, memiliki
Porter, M. (1998). Competitive Strategy,
ketersediaan bahan baku yang mudah dan
murah didapatkan, dan memanfaatkan Techniques for Analyzing Industries and
teknologi dengan tepat pada seluruh proses Competitor (Revised Ed). New York:
bisnis. New York free press.
Rivkin, J. (2001). An Alternative Approach
DAFTAR PUSTAKA to Making Strategic Choices. Harvard
Creswell, J. (2010). Research Design Business School, 433–702.
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Ross, J., Beath, C., & Goodhue, D. (1996).
Mixed Terjemahan. Yogyakarta: Develop Long-Term Competitiveness
Pustaka Pelajar. Through IT Assets. Sloan Management
Hilman, H., Bohari, A. M. bin, Abdullah, S. Review.
S., & Sallehddin, M. R. (2018). The Saldanha, T., Mithas, S., & Krishnan, M.
Mediating Effect of Cost Leadership on (2016). Leveraging Customer
The Relationship Between Market Involvement for Fueling Innovation:
Penetration, Market Development, and The Role of Relational and Analytical
Firm Performance. Journal of Business Information Processing Capabilities.
and Retail Management Research MIS Quarterly.
(JBRMR), 12(3). Sawit, M. H. (2010). Kebijakan swasembada
Jermias, J. (2008). The relative influence of gula: apanya yang kurang? Analisis
competitive intensity and business Kebijakan Pertanian, 8(4), 185–602.
strategy on the relationship between Teeratansirikool, L., Siengthai, S., Badir, Y.,
financial leverage and performance. The & Charoenngam, C. (2013).
British Accounting Review, 40. Competitive Strategies and Firm
Maghfiroh, I. S., Setyawati, I. K., & Performance: The Mediating Role of
Wibowo, R. (2017). Mutu Tebu Industri Performance Measurement.
Gula Di Indonesia. Seminar Nasional International Journal of Productivity
Pembangunan Pertanian II: Arah Dan and Performance Management, 62(2).
Tantangan Pembangunan Pertanian Thompson, A. A., Petraf, M. A., Gamble, J.
Dalam Era SDG’s, 94–100. Malang. E., & Strickland, A. J. (2016). Crafting
Marangu, W. N., Mwiti, E., & Thoronjo, E. and Executing Strategy: The Quest for
(2017). Analysis of Cost Leadership Competitive Advantage Concepts and
Strategy Influence on Organizations’ Cases (20th ed.). New York: McGraw-
Competitiveness of Sugar Firms in Hill Education.
Kenya. European Journal of Business

4
Global Financial Accounting Journal, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020
ISSN: 2655-836X

Valipour, H., Birjandi, H., & Honarbakhsh,


S. (2012). The Effects of Cost
Leadership Strategy and Product
Differentiation Strategy on the
Performance of Firms. Journal of Asian
Business Strategy, 2(1), 14–23.

Anda mungkin juga menyukai