Studi Kasus : Periode 2000 - 2010 Halim Nuswantoro 09460004853 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Rationale of Study
Isu Terkait ACFTA
Permasalahan cetak biru Liberalisasi perdagangan Formula pengukuran daya saing industri dalam negeri Kesiapan industri dalam negeri
Tujuan Penelitian
Evaluasi neraca perdagangan Indonesia - RRC Analisa cost & benefit kebijakan ACFTA
Dasar Teori
Comparative Advantage Economic integration trade creation
2
Rationale of Study
(Penelitian Sebelumnya) Tongzon (2005)
ACFTA, persaingan yang lebih kompetitif dalam lingkup produsen - produsen industri di ASEAN, ACFTA, economic opportunities pasar Cina peluang bagi negara - negara ASEAN.
Rationale of Study
(Pendekatan Penelitian)
Metode deskriptif, menggambarkan secara naratif kondisi neraca perdagangan dan menjelaskan analisa berdasarkan teori dan wawancara. Data sekunder, neraca perdagangan terkait antara Indonesia RRC (sumber : Bank Indonesia dan DJBC) Wawancara Brainstorming, dinamika kebijakan ACFTA (Kem Perdag, Kem Perind, Sekretariat ASEAN, Kedutaan Besar RRC untuk Indonesia)
Japan-Korea-China FTA
(under negotiation)
Japan-Korea FTA
EU
25 countries expanding to Eastern Europe
(under negotiation)
Japan-Mexico EPA
(signed agreement)
NAFTA
U.S.A., Canada, Mexico
EU-MEXICO FTA
ACP-EU
expanding to Latin America
Countries in Africa and the Caribbean (approx. 70 countries)
ASEAN-Japan Comprehensive
Economic Partnership (AJCEP)
Japan-Mexico
EPA
(signed agreement)
under negotiation
SAPTA
Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan, Sri Lanka
FTAA
(by 2005)
MERCOSUR
Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay
AFTA
Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, Cambodia
Japan s Bilaterals: Japan-Singapore EPA Japan-Philippines EPA Japan-Thailand EPA Japan-Malaysia EPA Japan-Indonesia EPA
ASEAN Population: 575.5 million GDP: US$ 3.431 billion
Pt
A B C D
Pw
Dh
Quantity
Qw
Qt
Dt
Dw
Welfare implication (tariff imposed by foreign country) : - Gain of foreign producers : A - Gain of foreign government : C - Loss of foreign consumer : (B + C + D) - Net Gain : (A + C) - (B + C + D) = A - Dead weight loss : (B + D)
Hasil Penelitian
1. Indonesia mengalami defisit pada neraca perdagangan dengan RRC 2. Ekspor didominasi hasil produk ekstraktif yang berteknologi rendah ke menengah 3. Impor didominasi hasil produk berteknologi menengah ke tinggi
10
60% 60% 50% 50% 40% 40% 30% 30% 20% 20% 10% 10% 0% 0%
Perkembangan Pangsa Impor Indonesia dari Cina Perkembangan Pangsa Ekspor Indonesia ke Cina Berdasarkan Produk Sebelum dan Sesudah Berdasarkan Produk Sebelum dan Sesudah ACFTA ACFTA
Pre ACFTA 2000 - 2003 Pre ACFTA 2000 - 2003 ACFTA NT1 2004 - 2006 ACFTA NT1 2004 - 2006 ACFTA NT2 2007 - 2009 ACFTA NT2 2007 - 2009
Agriculture Agriculture
Mining Mining
Hi Tech Hi Tech
Penjelasan : Tren ekspor Indonesia cenderung mengalami pergeseran komoditas yang menggunakan teknologi dari rendah ke menengah saat penerapan ACFTA Tren impor Indonesia cenderung mengalami pergeseran komoditas yang 11 menggunakan teknologi dari menengah ke tinggi saat penerapan ACFTA
12 10 8 6 4 2 -
10 8 6 4 2 -
Primary
Intermediate
Manufactured
Others
Primary
Intermediate
Manufactured
Others
Penjelasan : Tren Ekspor Indonesia didominasi oleh Primary Goods (bahan mentah, industri ekstraktif) Tren Impor Indonesia didominasi oleh Manufactured Goods (barang jadi, olahan, dsb) 12
Analisa
Indonesia & RRC secara natural telah menunjukkan adanya spesialisasi pada komoditas tertentu, namun jika ke depan Indonesia ingin memiliki ketahanan perekonomian yang bagus, maka sudah selayaknya mengubah orientasi ekspor yang ekstraktif menjadi orientasi yang bernilai tambah. Tidak ada blueprint = langkah kebijakan pendukung menjadi tambal sulam, dan mengorbankan Industri dalam negeri, Standar RCA kurang representatif, Liberalisasi keseluruhan pos tarif kurang tepat terkait setiap negara memiliki keunggulan komparatif yang berbeda beda, Kementerian Keuangan dirasa lebih tepat sebagai koordinator kebijakan FTA lainnya, karena menurut penulis FTA adalah ranah kebijakan fiskal.
13
Sisi Ekspor
Indonesia berhasil membuka pasar yang cukup signifikan untuk komoditas batubara, minyak kelapa sawit dan olahan kimia, Batubara : upaya RRC dalam melakukan industrialisasi yang membutuhkan pasokan energi untuk pembangkit listrik sangat besar, Minyak kelapa sawit : sejalan dengan industrialisasi RRC yang berupaya membangun beberapa industri baru yang bervariasi dengan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakunya (sabun, makanan, bahan bakar ramah lingkungan, dsb), Olahan kimia : sangat signifikan sebagai bahan penolong industri.
14
Sisi Impor
Indonesia melakukan impor tertinggi untuk produk jadi, utamanya produk elektronik dan mesin, serta beberapa aneka produk yang bervariasi lainnya, Impor bahan modal dan penolong, semisal permesinan, olahan kimia, bahan baku tekstil, dsb ikut mendorong laju pertumbuhan industri dalam negeri, Impor produk elektronik yang tinggi ikut mendorong industri jasa (telekomunikasi, pariwisata, dsb), Impor Produk Mamin, Aneka, dan TPT ikut memberikan tekanan atas perkembangan industri sejenis dalam negeri secara signifikan.
15
Analisa
Peluang
Ekspansi pasar komoditas ke RRC Media alih teknologi dan informasi Peningkatan investasi asing khususnya dari RRC Pengembangkan industri jasa
Ancaman
Tekanan terhadap beberapa industri manufaktur (produk aneka, alas kaki, mainan, makanan minuman, elektronik, tekstil)
16
Kesimpulan
Nilai neraca Perdagangan Indonesia RRC mengalami defisit, Secara kuantitas volume, ekspor Indonesia ke RRC lebih besar daripada impor, namun secara kuantitas nilai (USD) lebih kecil dari impor Bagi China ACFTA merupakan penetrasi/ekspansi (trade creation) ke pasar Indonesia. Sementara bagi Indonesia, FTA lebih kepada trade diversion. Ekspor Indonesia terutama primary goods (produk pertambangan, hasil hutan, hasil pertanian/ikan). Barang-barang ini adalah barang low value added. Impor utama Indonesia adalah manufacture/intermediate products. Pertumbuhan impor manufaktur mendorong terjadinya defisit. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap industri dalam negeri (yang 18 menghasilkan barang sejenis).
Saran
Untuk ACFTA saat ini : Peningkatan pengawasan terhadap impor yang menggunakan SKA (termasuk verification visit) Evaluasi terhadap kebijakan SKA Penerapan technical barriers yang tidak melanggar skema FTA dan WTO Penerapan safeguard, anti dumping, counterveiling duty Kajian untuk perluasan pungutan negara terhadap barang impor Kewajiban government procurement mengutamakan local products Untuk FTA lainnya ke depan : Formulasi cetak biru secara komprehensif, koordinasi antar instansi terkait Formulasi metode pengukuran daya saing industri dalam negeri secara terpadu, sehingga dapat dimonitor dinamika perkembangan ketahanan industri dalam negeri Pemilihan pos tarif secara tepat sesuai dengan keunggulan komparatif yang dapat menciptakan greater benefits, Penunjukkan kementerian keuangan sebagai koordinator tim FTA menurut penulis akan lebih tepat
19
Terima Kasih