Anda di halaman 1dari 5

Di Indonesia sumber energi listrik terbesar masih berasal dari PLTU.

Padahal berdasarkan
data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pencemaran udara terbesar berasal
dari kendaraan yakni 44%, dan 34% emisi karbon disebabkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), serta sisanya berasal dari kegiatan rumah tangga. Karena aktivitas industri,
kendaraan, hingga pembuatan listrik dengan tenaga uap secara besar-besaran untuk
memenuhi konsumsi masyarakat ini menyebabkan kadar emisi karbon di udara menjadi
tidak terkendali. Berdasarkan data dari IQAir pada 14 Juni 2023, Jakarta berada pada
peringkat pertama dalam daftar 10 besar Negara dengan polusi teburuk di dunia. Walaupun
masalah kualitas udara di Jakarta diakibatkan berasal dari banyak faktor, namun kegiatan
industri kelistrikan juga ikut menyumbangkan kadar besar emisi karbon ke udara.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menekan kadar emisi karbon di Indonesia
seperti dengan berhemat energi sebagai gerakan mengurangi emisi karbon dapat dilakukan
serentak oleh masyarakat. Namun selain tindakan berhemat energi, tentu harus dibersamai
dengan upaya pembuatan sumber energi listrik yang lebih ramah lingkungan, sehingga tidak
hanya sekedar meringankan permasalahan yang terjadi namun juga harus ada upaya untuk
mengatasi serta mencegah pertambahan masalah lingkungan terhadap emisi karbon.
Indonesia merupakan negara tropis dengan sinar matahari sepanjang tahun, kita dapat
memanfaatkan potensi tersebut agar bisa diolah dengan baik untuk dijadikan titik terang
dalam mengatasi masalah emisi karbon yang disebabkan oleh proses pembuatan listrik
tenaga uap. Dengan sinar matahari sepanjang tahun maka dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan panel sel surya. Panel surya adalah penggabungan dari solar cell yang didesain
sedemikian rupa agar efektif dalam menyerap sinar matahari dan sinar tersebut dapat
dikonversi menjadi energi listrik. Panel surya dianggap ramah lingkungan dibandingkan
dengan listrik bertenaga uap karena panel surya tidak menghasilkan polusi dan tidak
memerlukan bahan bakar tambahan.
Proposal penelitian ini bertujuan untuk menuliskan reset mengenai perbandingan antara
panel surya sebagai sumber energi alternatif dan PLTU, baik dari segi biaya dan pengaruhnya
terhadap lingkungan. Reset ini bersumber dari hasil pembacaan berbagai sumber literasi
yang berkaitan dengan sumber tenaga yang akan diteliti, dengan harapan dapat dijadikan
pertimbangan dan dapat dikembangkan, tidak hanya berhenti sebagai sumber bacaan tetapi
juga diterapkan sebagai bentuk dukungan terhadap hidup berkelanjutan, serta reset
bertujuan agar apa yang sudah dipaparkan dapat menjadi pendorong penerapan PLTS yang
memiliki keuntungan jangka panjang.

2
A. Rumusan Masalah
1. Apa upaya yang dapat diterapkan dalam penanggulangan masalah emisi karbon karena
penggunaan listrik dan factor footprint yang berlebihan?
2. Mengapa harus dilakukan peralihan dari PLTU ke sumber alternatif listrik lain yang
memiliki pengaruh lebih baik bagi lingkungan untuk mengatasi emisi karbon?
3. Bagaimana tenaga listrik tetap dapat disimpan oleh panel surya pada saat kondisi cuaca
sedang tidak menentu?
4. Bagaimana perbandingan diantara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dari berbagai aspek kehidupan?
5. Bagaimana efektivitas energi alternatif panel surya sebagai pengganti PLTU terhadap
masalah penanggulangan emisi karbon?

B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya-upaya yang dapat diterapkan dalam
penanggulangan masalah emisi karbon karena penggunaan listrik yang berlebihan, serta
dampak dan tantangan yang dihadapi dalam menerapkan upaya-upaya tersebut.
2. Untuk mengevaluasi dan membandingkan efisiensi, dan keberlanjutan dari PLTU serta
sumber alternatif listrik lain yang baik untuk mengatasi emisi karbon, dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peralihan dari PLTU ke sumber
alternatif listrik lain.
3. Untuk mendefinisikan dan menjelaskan konsep, prinsip, dan proses dari panel surya
sebagai salah satu sumber alternatif listrik yang baik untuk mengatasi emisi karbon,
serta menilai pengaruhnya terhadap lingkungan dari segi sosial, ekonomi, dan ekologi.
4. Untuk meneliti dan mengembangkan metode, teknologi, dan strategi yang dapat
dilakukan agar menghasilkan energi listrik terbarukan yang ramah lingkungan, murah,
dan mudah diakses oleh masyarakat.
5. Untuk menguji dan membuktikan hipotesis bahwa energi alternatif efektif sebagai
pengganti PLTU terhadap masalah penanggulangan emisi karbon, dengan menggunakan
data, fakta, dan argumen yang valid dan relevan.
6. Untuk membandingkan efektifitas potensi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan dengan PLTU (Pembangkit Listrik
Tenaga Uap)

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Emisi Karbon dan Pemanasan Global


Emisi Karbon adalah zat berupa gas yang dihasilkan dari aktivitas pembakaran senyawa-
senyawa yang mengandung karbon. Emisi karbon menjadi salah satu permasalahan dunia
karena menyumbang pengaruh besar terhadap perubahan iklim di berbagai belahan dunia
bersamaan dengan gas rumah kaca. Emisi karbon dalam sebuah jurnal sustainabillity
mengungkapkan bahwa kekhawatiran negara-negara seperti China, Amerika Serikat, Rusia,
dan Jepang adalah isu terjadinya peningkatan emisi karbon yang terkemuka di dunia.
Kekhawatiran ini karena emisi karbon berdampak pada perubahan iklim global.
Perubahan iklim mendorong terjadinya pemanasan global yang menyebabkan
peningkatan suhu rata-rata bumi sehingga mengalami perubahan secara drastis. Peneliti dari
Center for International Forestry Research (CIFR) menjelaskan bahwa pemanasan global
adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahar

(gelombang panas atau infra merah) yang dipancarkan ke bumi oleh gas rumah kaca.
Gas rumah kaca ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Sedangkan efek rumah kaca
adalah istilah yang digunakan untuk panas yang terperangkap di alam atmosfer bumi dan
tidak bisa menyebar (Vivi Triana, 2008).
Emisi antropogenik menjadi penyebab terbesar dari peningkatan suhu global. Penelitian
mengungkapkan bahwa emisi tersebut terjadi dari satu triliun ton karbon yang cenderung
menyebabkan peningkatan suhu global sebesar dua derajat celsius. Aktivitas antropogenik
meninggalkan jejak emisi karbon, jejak karbon merupakan suatu ukuran jumlah total dari
hasil emisi karbondioksida secara langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder) yang
disebabkan oleh aktifitas atau akumulasi dari penggunaan produk dalam kehidupan sehari-
hari (Wiedmann and Minx, 2008).
Di Indonesia banyak aktifitas sehari-hari yang dapat menghasilkan senyawa karbon, jika
aktifitas sehari-hari yang menghasilkan emisi antropogenik dibiarkan secara terus menerus
akan mengakibatkan pemanasan global dan menyebabkan permasalahan lain seperti
intensitas gelombang panas, meningkatnya permukaan air laut yang menyebabkan
menyempitnya daratan, perekonomian di bidang pertanian, pariwisata, dan kehutanan
karena cuaca yang tidak menentu, dan pencemaran udara yang memengaruhi kesehatan
mahluk hidup.
Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change, 2007), rata-rata suhu
permukaan global meningkat dengan laju 0.74 oC ± 0.18oC yang mengakibatkan perubahan
iklim di berbagai tempat termasuk di Indonesia. Dampak perubahan iklim yang terjadi di
Indonesia meliputi kenaikan suhu permukaan, perubahan cuaca hujan, kenaikan suhu dan
tinggi air laut, peningkatan iklim dan cuaca ekstrem (Bappenas, 2013).

6
Tabel 2. 1 Rata-rata Temperatur Global Sejak 1880
0 0
Dekad C F
e
1880s 13.73 56.71
1890s 13.75 56.74
1900s 13.74 56.73
1910s 13.72 56.70
1920s 13.83 56.89
1930s 13.96 57.12
1940s 14.04 57.26
1950s 13.98 57.16
1960s 13.99 57.18
1970s 14.00 57.20
1980s 14.18 57.52
1990s 14.31 57.76
2000s 14.51 58.12

Sumber : NASA's Goddard Institute for Space Studies, 2010


Setelah Jakarta menempati kota nomer 1 di dunia dengan polusi udara terburuk pada
bulan Juni 2023, data IQAir mengungkapkan aktifitas kehidupan warga sehari-hari
menimbulkan kekhawatiran warga terhadap kondisi udara di Jakarta yang secara cepat
semakin memburuk. Kondisi udara yang buruk di kota jakarta ini lebih banyak terjadi di
siang hari karena banyaknya aktifitas manusia di siang hari yang menghasilkan karbon
seperti penggunaan transportasi kendaraan yang sangat banyak,pabrik-pabrik penghasil
asap,dan masih banyak lagi. Aktifitas ini adalah peyebab besar pencemaran udara yang
sangat buruk di Kota Jakarta.
Jika hal ini dibiarkan dan terjadi secara terus menerus dan tidak ada penanganan maka
akan terjadi dampak yang lebih dari itu. Karenannya harus dilakukan upaya penanggulanan
masalah tersebut dengan tujuan mengurangi kadar emisi karbon. Penanggulangan tersebut
dapat dilakukan salah satunya menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan
tidak menghasilkan emisi karbon. Salah satunya adalah dengan menciptakan panel surya
yang memanfaatkan energi panas. Sesuai dengan kondisi saat ini yaitu musim kemarau yang
menyebabkan cuaca sangat panas cocok dimanfaatkan untuk pembuatan energi panel surya
yang memanfaatkan energi panas. Panel surya ini menyerap energi panas yang dapat diubah
menjadi energi listrik yang dapar dimanfaatkandalam penggunaan listrik sehari-hari.
Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change, 2007), rata-rata suhu
permukaan global meningkat dengan laju 0.74 oC ± 0.18oC yang mengakibatkan perubahan
iklim di berbagai tempat termasuk di Indonesia. Dampak perubahan iklim yang terjadi di
Indonesia meliputi kenaikan suhu permukaan, perubahan cuaca hujan, kenaikan suhu dan
tinggi air laut, peningkatan iklim dan cuaca ekstrim (Bappenas, 2013).

5
B. Upaya Penanggulangan Emisi Karbon
Untuk mendukung konsep hidup berkelanjutan maka penerapan dalam kehidupan
sehari-hari sangat dibutuhkan dalam penanggulangan karbon, seperti:
1. Penggunaan Angkutan Umum dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
a. Menggunakan sepeda untuk transportasi jarak relatif dekat, misalnya dalam radius 1
km hingga kurang dari 3 km.
b. Apabila tempat tujuan memiliki jarak kurang dari 500 meter diusahakan dengan
berjalan kaki agar tidak meningkatakan kadar emisi karbon karena penggunaan
kendaraan.
2. Melakukan Penghematan dan Efisiensi Energi
a. Hindari meninggalkan barang elektronik dalam posisi hidup ataupun stand by.
b. Pada saat cuaca cerah dan panas harus mengusahakan pakaian dikeringkan dengan
memanfaatkan panas matahari sehingga mengurangi konsumsi alat pengering
pakaian dengan listrik.
c. Gunakan lampu secukupnya, matikan jika tidak diperlukan.
d. Kurangi penggunaan produk berkemasan plastik, dan terapkan prinsip (reduce,
reuse, recycle, recovery, repair, dan replace).
e. Kurangi penggunaan kertas, misalnya dengan memanfaatkan gadget dan duplex.

C. Peralihan energy dari PLTU ke sumber alternatif listrik


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah jenis pembangkit yang menggunakan uap
panas untuk menggerakkan turbin. Uap panas ini berasal dari air yang dipanaskan hingga
menghasilkan uap yang berguna untuk menggerakan turbin. Sebagian besar PLTU
menggunakan batu bara serta bahan bakar minyak untuk memanaskan air.
Pada periode 2000-2003, emisi CO 2 dari konsumsi energi di sector industry sempat
menurun seiring dengan trend penggunaan biomassa dan bahan bakar minyak, tapi setelah
tahun 2004 emisi CO2 kembali meningkat seiring meningkar kunsumsi energi jenis batu bara
(Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Angka, 2009).

Gambar 2. 1 Emisi dari Bahan Bakar Fosil

Sumber : IEA 2004 dalam Laporan Analisa Lingkungan Indonesia, 2010


Sejak masa ditemukannya mesin uap pada abad 19 dianggap sebagai bentuk awal
revolusi industri terjadi banyak perubahan dalam sendi kehidupan, bukan hanya tatanan

Anda mungkin juga menyukai