Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FISIKA

DAMPAK PERUBAHAN ENERGI TERHADAP LINGKUNGAN

Anggota:
Raihan Fadhil Pramudita/31
Ratu Khoiruna/32
Rayita Kumala Defi/33
Reynard Ardian S./34
Rizki Hannun S./35
Silvana Winardi/36
Valencio Evanio S.K./37

SMA NEGERI 3 YOGYAKARTA


Jl. Laksda Laut Yos Sudarso No. 7 Yogyakarta

2022
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH


Sebuah kota metropolitan biasanya dicirikan oleh banyaknya gedung-gedung b e r t i n g k
a t , b a n y a k n y a p u s a t - p u s a t perbelanjaan, banyaknya apartemen-apartemen dan sudah
tentu diikuti oleh jumlah penduduk yang padat, contoh kota metropolitan seperti kota Jakarta,
Tokyo, New York, Moscow, Berlin, London.

Untuk memenuhi kebutuhan energi di kota metropolitan biasanya dibangun pembangkit-


pembangkit listrik dengan berbagai sumber penggerak turbinnya seperti PLTN, PLTU,PLTD,
PLTA. Untuk PLTU biasanya menggunakan batubara untuk menghasilkan uap penggerak turbin.
Demikian pula PLTD menggunakan bahan bakar fosil sebagai penggerak turbinnya. Keduanya ini
menghasilkan gas buang yang dilepas ke udara, demikian pula residu yang dibuang ke lingkungan.
Ada pula ciri lain sebuah kota metropolitan yaitu hilir mudiknya sarana transportasi seperti sepeda
motor, angkutan bus, kereta api selama 24 jam. Pemakaian alat transportasi ini kebanyakan
menggunakan bahan bakar fosil, sehingga banyak menghasilkan gas buang dengan berbagai
partikel. Adanya gas buang ini sangat jelas. Di kota Jakarta jarang terlihat langit di atasnya bersih
dari pagi hari sampai sore hari. Ini menunjukan ingginya tingkat polusi udara. Pada penggunaan
mobil, sepeda motor, dan lainnya yang menggunakan bahan bakar fosil, disini sebenarnya terjadi
perubahan energi kimia menjadi energi mekanik dan panas.

II. PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas dapat diambil permasalahan yaitu apakah dampak perubahan energi
terhadap lingkungan?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

I. ENERGI
Energi didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Energi juga
merupakan suatu besaran yang dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain. Seperti
pada sepeda motor, terjadi perubahan energi kimia menjadi energi mekanik dan thermal.
Energi ini adalah kekal seperti dinyatakan dalam hukum I Termodinamika :
Q = U + W
Hukum I Termodinamika lebih dikenal dengan hukum kekekalan energi
Dengan :
Q = besar kalor yang diserap atau diterima system, J.
W = besar kerja yang dilakukan atau diserap system, J.
U = menyataka n perubaha n ene rgi dalam, J.

Demikian pula bila terjadi perubahan energi kimia menjadi kalor untuk kenaikan suhunya
dapat dihitung dengan rumus:
Q = m.c.T

Dengan:
Q = Besar kalor yang diserap atau dilepas
oleh suatu benda, J. m = Massa benda, kg.
T = Perubahan temperature, K.

Dari sini dapat dibayangkan berapa kenaikan suhu atmosfir bila terjadi pembakaran bahan
bakar fosil berliter-liter tiap hari.
II. LINGKUNGAN
Sistem yaitu benda atau kumpulan benda apa saja yang akan kita teliti dan menjadi pusat
perhatian kita. Sistem dapat dibedakan menjadi sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka
yaitu suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan energi antara sistem dan
lingkungan. Sistem tertutup adalah suatu sistem yang tidak memungkinkan terjadinya
pertukaran materi antara sistem dan lingkungan, tetapi masih memungkinkan terjadinya
pertukaran energi. Sistem tertutup dikatakan sebagai sistem yang terisolasi bila tidak
memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan energi antara sistem dan lingkungan. Sistem
dalam termodinamika adalah suatu sistem yang dapat berinteraksi (ada pertukaran energi) dengan
lingkungannya. Alam semesta dapat dianggap sebagai suatu sistem yang terisolasi. Di luar
sistem disebut dengan lingkungan.
BAB III
PEMBAHASAN

I. PERUBAHAN BAHAN BAKAR FOSIL


Perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya dengan berbagai cara sering
mempengaruhi lingkungan dan udara yang kita hirup, dan dengan demikian mempelajari energi
tidaklah lengkap tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Bahan bakar fosil
seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam telah memotori perkembangan industri dan fasilitas
kehidupan modern yang kita nikmati sekitar awal abad 19, tetapi semua ini tidaklah tanpa efek
samping yang tidak diinginkan. Dari tanah yang kita tanam dan air yang kita minum sampai udara
yang kita hirup, lingkungan telah menerima dampak yang sangat besar untuk semua itu. Polutan
yang dihasilkan pada pembakaran fosil merupakan faktor terbesar terjadinya asap, hujan asam, dan
pemanasan global dan perubahan iklim. Polusi lingkungan telah melampaui batas ambang dimana
menjadi ancaman yang serius bagi tanaman, satwa liar, dan kesehatan manusia. Polusi udara telah
menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan termasuk asma dan kanker. Diperkirakan lebih dari
60.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia setiap tahunnya karena penyakit jantung dan
paru-paru yang berkaitan dengan polusi udara.
Ratusan unsur dan senyawa, seperti benzena dan formaldehid diketahui teremisi pada
pembakaran batubara, minyak bumi, gas alam, dan kayu di pembangkit-pembangkit tenaga listrik,
mesin kendaraan, tungku pembakaran, dan bahkan perapian. Beberapa senyawa ditambahkan ke
bahan bakar cair untuk berbagai alasan (seperti MTBE atau methyl tertiary buthyl ether yang
digunakan untuk meningkatkan angka oktan pada bahan bakar dan juga oksigenasi bahan bakar
pada musim dingin untuk mengurangi asap perkotaan), yang mana dapat menggangu kesehatan
mata dan pernapasan. Sumber terbesar polusi udara adalah dari kendaraan bermotor, dan polutan
yang dikeluarkan oleh kendaraan biasanya dikelompokkan sebagai hidrokarbon (HC), nitrogen
oksida (NOx), dan karbon monoksida (CO) (Gambar 1). Emisi HC merupakan komponen besar
dari emisi senyawa volatil organik (VOCs), dan ini umumnya digunakan secara bergantian untuk
emisi kendaraan bermotor. Sebagian besar dari emisi VOC atau HC disebabkan oleh penguapan
pada saat pengisian bahan bakar atau tumpahan ketika spitback atau oleh penguapan dari tangki
gas karena penutup yang tidak tertutup rapat. Pelarut, bahan pembakar, dan produk pembersih
untuk rumah tangga yang mengandung benzena, butana, atau produk HC lainnya juga merupakan
sumber penting dari emisi HC.
Gambar 1. Kendaraan bermotor adalah sumber terbesar polusi udara.

(Sumber : Yunus A, Michael A. Boles)

Peningkatan pencemaran lingkungan pada tingkat yang mengkhawatirkan dan peningkatan


kewaspadaan dari bahayanya itu sendiri, membuat perlu dilakukannya pengendalian pencemaran
lingkungan dengan menggunakan undang-undang dan kesepakatan internasional. di Indonesia ada
AMDAL. Di Amerika Serikat, Undang-Undang Udara Bersih (The Clean Air Act) pada tahun
1970 (di daerah yang ditandai dengan asap selama 14 hari di Washington pada tahun itu)
menetapkan batas polutan yang dihasilkan pembangkit- pembangkit besar dan kendaraan. Standar
ini difokuskan pada emisi hidrokarbon, nitrogen oksida, dan karbon monoksida. Mobil-mobil baru
harus memiliki alat konversi katalis ( catalytic converter ) pada sistem pembuangannya untuk
mengurangi emisi HC dan CO. Sebagai manfaat lain, pemisahan timbal dari bensin pada catalytic
converter menyebabkan penurunan yang drastis pada emisi timbal beracun.
Seperti di Amerika Serikat batas emisi untuk HC, NO, dan CO dari mobil telah menurun secara
berkala sejak tahun 1970. The Clean Air Act tahun 1990 membuat persyaratan yang lebih ketat
tentang emisi, terutama untuk ozon, CO, Nitrogen Dioksida, dan unsur partikel (PM). Sebagai
hasilnya, sekarang ini fasilitas industri dan kendaraan menghasilkan sebagian kecil dari polutan
sama seperti yang mereka hasilkan beberapa dekade yang lalu. Emisi HC dari mobil. Contohnya,
penurunan dari sekitar 5 gpkm (gram per km) pada tahun 1970 menjadi 0,25 gpkm pada tahun
1980 dan sekitar 0,06 gpkm pada tahun 1999. Ini adalah penurunan yang drastis karena sebagian
besar gas beracun yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dan bahan bakar cair adalah
hidrokarbon.

Anak-anak sangat rentan terhadap dampak yang dihasilkan oleh polusi udara karena organ
tubuh mereka masih dalam masa perkembangan. Mereka juga terkena polusi yang lebih banyak
karena mereka lebih aktif, dan bernapas lebih cepat. Orang yang mempunyai masalah dengan
jantung dan paru- paru, terutama asma, faktor terbesarnya adalah disebabkan oleh polusi udara.
Hal ini menjadi jelas jika tingkat polusi udara di lingkungan mereka mencapai tingkat yang sangat
tinggi.

1. Polutan yang Dihasilkan pada Pembakaran Bahan Bakar Fosil

a. Asap dan Ozon

Jika kita tinggal di daerah metropolitan seperti Los Angeles, kita mungkin terbiasa dengan asap
perkotaan - asap berwarna kuning gelap atau kecoklatan yang membentuk gumpalan udara yang
mengambang di daerah- daerah berpenduduk pada hari musim panas. Asap sebagian besar terdiri
dari lapisan bawah ozon (O3), tetapi juga banyak mengandung unsur-unsur kimia lainnya,
termasuk karbon monoksida (CO), unsur partikel seperti debu, senyawa volatil organik (VOCs)
seperti benzene, butane, dan hidrokarbon lainnya. Lapisan bawah ozon yang berbahaya jangan
disamakan dengan lapisan ozon yang berguna di stratosfer untuk melindungi bumi dari sinar
ultraviolet matahari yang berbahaya. Ozon di bagian permukaan tanah merupakan polutan dengan
beberapa pengaruh yang merugikan kesehatan. Sumber utama nitrogen oksida dan hidrokarbon
adalah kendaraan bermotor. Hidrokarbon dan nitrogen oksida bereaksi terhadap sinar matahari
pada hari yang cerah untuk membentuk lapisan bawah ozon, yaitu komponen utama dari asap
(Gambar 2). Puncak dari pembentukan asap biasanya pada sore hari saat suhu tertinggi dan banyak
sinar matahari. Meskipun lapisan bawah asap dan ozon terbentuk di daerah perkotaan dengan lalu
lintas yang padat atau daerah industri, namun angin yang bertiup dapat membawanya beberapa
ratus mil ke kota lain. Ini menunjukkan bahwa polusi tidak mengenal batas, dan merupakan
masalah global.

Gambar 2. Lapisan bawah ozon, yang merupakan komponen utama kabut asap,
terbentuk ketika HC dan NOx bereaksi pada saat terik matahari. (Sumber : Yunus A,
Michael A. Boles)

Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan merusak kantung udara pada paru-paru, dimana
oksigen dan karbon dioksida bertukar, yang pada akhirnya menyebabkan pengerasan pada jaringan
lunak dan kenyal. Hal itu juga dapat menyebabkan sesak napas, kelelahan, sakit kepala, mual, dan
memperburuk masalah pernapasan seperti asma. Setiap bagian ozon berdampak kecil terhadap
kerusakan pada paru- paru, seperti halnya asap rokok, yang akhirnya mengikis kapasitas paru-paru
setiap manusia. Tetap berada di dalam rumah dan mengurangi aktivitas fisik pada saat kondisi
asap meningkat dapat meminimalisasi kerusakan yang parah. Ozon juga merugikan tumbuh-
tumbuhan dengan merusak jaringan-jaringan daun. Untuk meningkatkan kualitas udara di daerah-
daerah dengan masalah ozon terburuk, Reformulated Gasoline (RFG) yang mengandung 2%
oksigen telah diperkenalkan. Penggunaan RFG telah menghasilkan penurunan yang signifikan
dalam emisi ozon dan polutan lainnya, dan penggunaannya diwajibkan untuk daerah- daerah yang
rawan banyak asap.
Polutan yang berbahaya lainnya pada asap adalah karbon monoksida, yang tidak berwarna,
tidak berbau, dan merupakan gas yang beracun. Karbon monoksida sebagian besar berasal dari
kendaraan bermotor, dan dapat mencapai tingkat yang berbahaya di daerah dengan lalu lintas
sangat padat. Karbon monoksida menghalangi organ-organ tubuh untuk mendapatkan oksigen
dengan mengikat sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen. Pada jumlah yang kecil,
karbon monoksida dapat menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dikirim ke otak, organ
dan otot lainnya, memperlambat reaksi dan reflek, dan bersifat merusak. Itu menimbulkan
ancaman yang serius bagi orang yang berpenyakit jantung yang disebabkan rapuhnya kondisi
sistem peredarahan darah dan janin, karena oksigen sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak.
Pada jumlah yang besar, dapat berakibat fatal, sebagaimana dibuktikan dengan banyaknya
kematian yang disebabkan oleh mobil yang dipanaskan di dalam garasi dan kebocoran gas
buangan ke dalam mobil.

Asap juga mengandung unsur partikel yang tersuspensi seperti debu yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor dan industri. Partikel seperti itu dapat menyebabkan iritasi pada mata dan
paru-paru karena dapat membawa senyawa, seperti asam dan logam.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon optimistis krisis ekonomi global bukan halangan bagi
negara di dunia untuk menghimpun dana hijau 100 miliar dollar AS per tahun pada 2020 ini
dikatakan pada pertemuan Para Pihak Kerangka Kerja PBB untuk Konvensi perubahan iklim di
Cancun, Meksiko.
b. Hujan asam
Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia, termasuk belerang
(sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara. Sumber utama SO2 adalah pembangkit tenaga
listrik yang membakar batubara dengan kandungan sulfur tinggi. Di Amerika Serikat dilakukan
The Clean Air Act tahun 1970 telah membatasi emisi SO2 dengan tegas yang mengharuskan
pembangkit- pembangkit untuk menggunakan Scrubber, untuk mengubah menjadi batubara
dengan kandungan sulfur rendah, atau mengubah menjadi gas batubara dan memperbaiki sulfur
kembali. Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu sumber SO2 karena bensin dan
solar juga mengandung sulfur dengan jumlah kecil. Letusan gunung merapi dan air mata panas
juga melepaskan sulfur dioksida (ditandai dengan bau seperti bau telur busuk).

Gambar 3. Asam sulfat dan asam nitrat terbentuk Ketika sulfur oksida dan nitrat
oksida bereaksi dengan uap air dan bahan kimia lainnya pada ketinggian di atmosfir di
bawah terik matahari (Sumber :Edward et.al. 1994)

Sulfur oksida dan nitrat oksida bereaksi dengan uap air dan bahan kimia lainnya di lapisan atas
atmosfer dihadapan sinar matahari untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat (Gambar 3).
Asam yang terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke dalam awan atau kabut.
Tetesan sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun dari udara ke tanah bersama hujan atau salju.
Hal ini dikenal sebagai hujan asam. Tanah mampu menetralkan asam tertentu, tetapi jumlah besar
yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan batubara murah dengan kandungan
sulfur tinggi telah melampaui batas kemampuan tanah, dan sebagai hasilnya banyak danau dan
sungai di daerah-daerah industri seperti New York, Pennsylvania, dan Michigan menjadi sangat
asam bagi kehidupan ikan. Hutan di daerah-daerah tersebut juga mengalami kerusakan secara
perlahan karena menyerap asam melalui daun, batang, dan akar. Bahkan struktur marmer
memburuk akibat hujan asam. Besarnya masalah ini tidak diketahui sampai awal 1970-an, dan
langkah- langkah serius telah dilakukan sejak saat itu untuk mengurangi pembentukan sulfur
dioksida secara drastis dengan penggunaan scrubber pada pembangkit-pembangkit dan dengan
desulfurisasi batubara sebelum pembakaran.

c. Efek Rumah Kaca Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Anda mungkin menyadari ketika anda meninggalkan mobil di bawah terik matahari, interior di
dalam mobil menjadi lebih panas dari pada udara di luar mobil, dan mungkin anda bertanya-tanya
mengapa mobil anda berfungsi seperti perangkap panas. Ini dikarenakan kaca pada ketebalan yang
dapat mentransmisikan dengan mudah lebih dari 90% radiasi dalam jarak pandang dan buram
(non-transparan) menjadi radiasi dengan jarak panjang gelombang inframerah yang lebih panjang.
Oleh karena itu, kaca memungkinkan radiasi matahari untuk masuk secara bebas, tetapi
menghalangi radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan interior. Ini menyebabkan
peningkatan suhu pada interior sebagai akibat dari penumpukan energi panas di dalam mobil. Efek
pemanasan ini dikenal sebagai efek rumah kaca, karena efek ini digunakan terutama di rumah kaca.
Gambar 4. Efek rumah kaca terhadap bumi (Sumber : Yunus A, Michael A Boles)

Efek rumah kaca juga dialami oleh bumi dalam skala besar. Permukaan bumi, yang
menghangat pada siang hari karena adanya penyerapan energi surya, dan mendingin pada malam
hari dengan memancarkan sebagian energinya ke ruang angkasa berupa radiasi infra merah.
Karbon dioksida, uap air, dan sisa dari beberapa gas lainnya seperti metana dan nitrogen oksida
menyelimuti bumi dan membuat bumi tetap hangat pada malam hari dengan cara menghalangi
panas yang terpancar dari bumi (Gambar 4). Oleh karena itu, ini disebut juga "gas rumah kaca",
dengan CO2 sebagai komponen utamanya. Uap air biasanya tidak termasuk di dalamnya karena
jatuh berupa hujan atau salju sebagai bagian dari siklus air dan aktivitas manusia dalam
memproduksi air (seperti pembakaran bahan bakar fosil) yang tidak merubah konsentrasi uap air
di atmosfer (yang sebagian besar disebabkan oleh penguapan dari sungai, danau, dan lautan). CO2
berbeda, bagaimanapun, aktivitas masyarakat kita merubah konsentrasi CO2 di atmosfer.

Efek rumah kaca membuat kehidupan di bumi terus berlangsung dengan menjaga bumi tetap
hangat (sekitar 30C). Namun, jumlah gas yang berlebih ini mengganggu keseimbangan karena
terlalu banyak energi yang tertahan, yang menyebabkan suhu rata-rata bumi meningkat dan iklim
di beberapa lokasi berubah. Konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan efek rumah kaca ini
disebut sebagai pemanasan global atau perubahan iklim global.

Perubahan iklim global terjadi karena penggunaan yang berlebihan dari bahan bakar fosil
seperti batu bara, produk minyak bumi, dan gas alam di pembangkit tenaga listrik, transportasi,
bangunan, dan pabrik, dan telah menjadi perhatian dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun
1995, sebanyak 6,5 miliar ton karbon terlepas ke atmosfer sebagai CO2. Konsentrasi CO2 di
atmosfer sekarang ini adalah sekitar 360 ppm (atau 0,36%). Konsentrasi ini adalah 20%
lebih tinggi dari satu abad yang lalu, dan diperkirakan akan meningkat sampai lebih dari 700 ppm
pada tahun 2100. Pada kondisi normal, tumbuh-tumbuhan mengkonsumsi CO2 dan melepaskan
O2 pada saat proses fotosintesis, dengan demikian konsentrasi CO2 di atmosfer tetap terjaga
pada kondisi aman. Pohon yang tumbuh besar mengkonsumsi CO2 sekitar 12 kg tiap tahunnya
dan mengeluarkan cukup oksigen dan dapat menunjang kebutuhan bernapas untuk empat keluarga.
Akan tetapi, penebangan hutan dan meningkatnya produksi CO2 dalam beberapa dekade
terakhir mengganggu keseimbangan ini.

Dalam laporan tahun 1995, ilmuwan terkemuka di dunia menyimpulkan bahwa suhu di bumi
meningkat sekitar 0.5C selama beberapa abad terakhir, dan mereka memperkirakan bahwa suhu di
bumi akan meningkat sekitar 20C lagi pada tahun 2100. Kenaikan sebesar ini dikhawatirkan dapat
menyebabkan perubahan besar pada pola cuaca dengan badai dan hujan lebat serta banjir di
beberapa tempat dan kemarau di tempat lain, banjir besar karena akibat mencairnya es di kutub,
hilangnya lahan basah dan wilayah pesisir karena meningkatnya permukaan laut, banyaknya
bentuk dalam penyediaan air, perubahan ekosistem diakibatkan ketidakmampuan beberapa
spesies hewan dan tanaman untuk menyesuaikan diri dengan perubahan cuaca, meningkatnya
wabah penyakit karena kenaikkan suhu, dan efek samping yang merugikan kesehatan manusia dan
kondisi sosial ekonomi di beberapa daerah.

Ancaman yang serius ini te1ah menggerakkan PBB untuk membentuk sebuah komite mengenai
perubahan iklim. Pertemuan dunia dilakukan pada tahun 1992 di Rio de Janerio, Brazil, dan
menarik perhatian dunia terhadap masalah tersebut. Perjanjian yang dibuat oleh komite pada tahun
1992 untuk mengontrol emisi gas rumah kaca itu telah ditandatangani oleh 1 62 negara. Pada
pertemuan tahun 1997 di Kyoto (Jepang), negara-negara industri di dunia mengikuti hasil yang
dikeluarkan dan berkomitmen untuk mengurangi emisi COz dan gas rumah kaca sebesar 5%
dibawah level tahun 1990, pada tahun 2008 sampai tahun 2012. Hal int dapat dilakukan dengan
meningkatkan upaya konservasi dan meningkatkan efisiensi konversi, saat pertemuan tersebut
permintaan atas energi baru dengan menggunakan energi yang diperbarui (seperti tenaga air,
tenaga surya, angin, energi panas bumi, dan gelombang air laut) daripada bahan bakar fosil.

Amerika Serikat merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar, yakni lebih dari 5 ton karbon
yang dihasilkan tiap orang tiap tahun. Sumber terbesar dari emisi gas rumah kaca adalah
transportasi. Tiap liter bensin yang terbakar oleh kendaraan bermotor memproduksi sekitar 2,5 kg
COz. Rata-rata mobil di Amerika Serikat dikendarai sekitar 20.000 km tiap tahun, dan
mengkonsumsi sekitar 2300 liter bensin. Oleh karena itu, mobil menghasilkan sekitar 5500 kg
CO2 ke atmosfer tiap tahun, yaitu sekitar empat kali berat mobil khusus (Gambar 5). Emisi ini dan
lainnya dapat dikurangi secara signifikan dengan cara membeli sebuah mobil hemat energi yang
membakar lebih sedikit bahan bakar dengan jarak yang sama, dan dengan mengemudi secara
wajar. Menghemat bahan bakar, sama dengan menghemat uang dan menyelamatkan lingkunngan.
Contohnya, memilih kendaraan yag mengkonsumsi 8 L/100 km daripada 12 L/100 km akan
mencegah 2 ton COz terlepas ke atmosfer setiap tahun dan juga menghemat biaya bahan bakar
$400 per tahun (dengan kondisi mengemudi rata-rata 20.000 km per tahun dan biayabahan bakar
sebesar $ 0,53/L).
Gambar 5. Rata-rata mobil memproduksi CO2 beberapa kali beratnya setiap tahun
(dikendarai 20.000 km setahun, mengkonsumsi 2.300 liter bensin, dan memproduksi 2,5 kg
COM per liter) (Sumber: Yunus A, Michael A. Boles 2006)

Jelaslah dari pembahasan ini bahwa polutan dengan jumlah besar yang dihasilkan dari energi
kimia dalam bahan bakar fosil diubah menjadi energi panas, mekanik, atau listrik melalui
pembakaran, dan dengan demikian pembangkit listrik, kendaraan bermotor, pabrik-pabrik dan
bahkan kompor adalah penyebab utama terjadinya polusi udara. Sebaliknya, tidak ada polusi
terpancar sebagai listrik yang diubah menjadi energi panas, kimia, atau mekanik, sehingga mobil
listrik sering disebut-sebut sebagai kendaraan "no1 emisi" dan penggunaannya secara luas
dipandang sebagai solusi akhir untuk masalah polusi udara. Harus diingat, bagaimanapun, bahwa
listrik yang digunakan oleh mobil listrik dikembangkan di tempat lain kebanyakan dengan
pembakaran bahan bakar, dengan demikian dapat menghasilkan polusi. Oleh karena itu, setiap kali
sebuah mobil listrik mengkonsumsi 1 kWh listrik, bertanggung jawab atas pencemaran yang
terjadi sebagai 1 kWh listrik (ditambah konversi dan transmisi yang hilang) yang dihasilkan
tempat lain. Mobil listrik dapat dinyatakan sebagai kendaraan nol emisi hanya ketika listrik yang
mereka konsumsi dihasilkan oleh sumber daya yang bebas emisi seperti tenaga air, tenaga surya,
angin, dan energi panas bumi (Gambar 6). Oleh karena itu, penggunaan energi baru ini harus
digalakkan di seluruh dunia, jika perlu dengan paksaan, untuk membuat bumi menjadi tempat
yang lebih baik untuk kehidupan. Kemajuan dalam termodinamika telah memberikan kontribusi
besar dalam beberapa dekade terakhir untuk meningkatkan efisiensi konversi (dalam beberapa
kasus dua kali lipatnya) dan dilakukan untuk mengurangi polusi. Sebagai individu, kita juga dapat
membantu dengan menjalankan langkah-langkah konservasi energi dan efisiensi energi dengan
menjadikannya prioritas yang tinggi dalam titik penunjang kita.

Gambar 6. Renewable energi seperti angin disebut "Green Energy" karena tidak
menghasilkan polutan atau gas rumah kaca.(Sumber : Edward E et.al. 19942’)

Oxfam International memperkirakan, dana yang dibutuhkan untuk adaptasi perubahan iklim
diseluruh dunia mencapai 150 miliar per tahun. Pada pertemuan Para Pihak Kerangka Kerja PBB
untuk Konvensi Perubahan Iklim di Bali pada tahun 2007 menyepakati pembentukan Badan Dana
Adaptasi Perubahan Iklim. Para pihak mengalokasikan 2 persen dana Mekanisme Pembangunan
Bersih untuk membiayai adaptasi perubahan iklim. Dana Adaptasi Perubahan Iklim bam mencapai
192,51 juta dollar AS.
II. DAMPAK PRODUKSI ENERGI BARU DAN TERBARUKAN TERHADAP
LINGKUNGAN
A. Dampak Lingkungan Penggunaan Sumber Daya Alam Geothermal

Limbah padat yang dihasilkandari kegiatan dari sistem PLTP dan brine yang tidak industri
PLTP berupa lumpur geothermal diinjeksikan kembali ke dalam reservoir, maka (sludge) yang
berasal dari endapan pada air hasil kondensasi dan brine tersebut menjadi waktu proses
pengolahan limbah cair limbah cair. Pada prinsipnya proses produksi (geothermal brine) dan
kerak silika dari brine hampir mirip air terproduksi padapipa-pipa instalasi PLTP. Selain itu
limbah produksi minyak dan gas bumi. Limbah cair padat juga berasal dari lumpur bor dan
serbuk dari industri PLTP umumnya mengandung bor yang berbahan dasar oil base dan atau
berbagai jenis mineral tersuspensi maupun synthetic oil pada cutting pemboran pada terlarut
dengan total dissolved solid cukup waktu kegiatan pemboran eksplorasi panas tinggi. Berbagai
jenis mineral tersebut berupa bumi. Komponen utama dari limbah sludge hidrogen disulfide
(H2S), amoniak (NH3), air adalah air, minyak, padatan (residu) dan unsur- raksa (Hg), arsen
(As), silika (SiO2), kalium unsur logam. Kandungan unsur-unsur logam (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), minyak pada limbah sludge beberapa diantaranya dan lemak dan yang lain.
Limbah cair hasil merupakan logam berat seperti logam tembaga kegiatan industri PLTP ini
potensi(Cu), timbal (Pb), zink (Zn), mangan (Mn), menghasilkan limbah B3 yang dapatbesi (Fe),
cadmium (Cd), arsen (As), stibium mengakibatkan pencemaran lingkungan dan (Sb), perak (Ag),
air raksa (Hg), selenium (Se) membahayakan kesehatan manusia dan dll. Limbah padat potensi
mengandung limbah makhluk hidup lainnya. B3 yang memberikan dampak negatif dan
membahayakan kesehatan makhluk hidup dan sekitarnya

B. Dampak Lingkungan Penggunaan Sumber Daya Alam Pembangkit Listrik Tenaga


Surya

PLTS mengubah sinar matahari menjadi listrik dengan sel surya atau sel fotovoltaik. Sel
fotovoltaik ini apabila terjadi kecelakaan dalam produksinya dapat menyebabkan bahan
berbahaya seperti arsenik, kadmium dan silikon yang dikenal sebagai penyebab kanker
mencemari lingkungan sekitar. Selain itu setelah instalasi sel fotovoltaik terdapat bahan kimia
beracun yang menjadi limbah. Limbah berbahaya tersebut apabila tidak dikelola atau dibuang
dengan benar juga dapat membahayakan. Kemudian akan muncul masalah juga jika panel surya
atau sel fotovoltaik yang sudah tidak terpakai dibuang di sembarang tempat karena dapat
mencemari lingkungan air tanah.
C. Dampak Lingkungan Penggunaan Sumber Daya Alam Pembangkit Listrik tenaga
Nuklir

Pembangunan PLTN memiliki sisi laten berupa bahaya nuklir yang sangat membahayakan
lingkungan, baik manusia, hewan, tumbuhan, tanah, air maupun, udara. Ancaman terjadinya
kebocoran reaktor nuklir merupakan malapetaka yang menakutkan. Bahaya nuklir inilah
merupakan pangkal tolak polemik yang kontra terhadap pembangunan PLTN sampai kini.
Reaktor untuk pembangkit tenaga seperti pada PLTN merupakan sumber kontaminasi radioaktid
yang dapat mengganggu keamanan lingkungan di sekitarnya. Walaupaun reaktor dibangun
menurut rencana yang telah dipikirkan dan diperhitungkan dengan sangat seksama sehingga
boleh dikatakan “Fail-safe” dan “fool-proof”, tetapi kecelakaan dapat saja terjadi di luar
kemampuan staff rektor. Misalnya, akibat kesalahan sistem, bencana alam, tertimpa pesawat
udara yang mengalami kerusakan mesin, dan sebagainya. Ledakan yang terjadi pada reaktor akan
menimbulkan kontaminasi radioaktif yang tidak jauh bedanya dengan ledakan senjata nuklir.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan energi kimia dalam bahan bakar fosil diubah menjadi
energi panas, mekanik, atau listrik melalui pembakaran. Dengan demikian pembangkit listrik,
kendaraan bermotor, dan kompor, pabrik-pabrik adalah penyebab utama terjadinya polusi udara.
Polutan yang dikeluarkan biasanya dikelompokan menjadi hidrokarbon (HC), nitrogen oksida
(NOx), dan karbon monoksida (CO). Polutan yang dihasilkan pada pembakaran fosil merupakan
faktor terbesar terjadinya asap, hujan asam dan pemanasan global dan perubahan iklim. Ini dapat
diatasi dengan memanfaatkan energi terbarukan seperti tenaga surya, energi angin, gelombang air
laut untuk menciptakan langit biru.
DAFTAR PUSTAKA

1) Young & Roger F. , 2000.University Physics. Addison Wesley Longman, Inc.

2) Edward E, Anderson,1994.Thermodynamics. PWS Publishing Company. Boston.

3) Herbert E.Callen,1985. Thermodynamics And Introduction to Thermostatistics,


Second Edition. Jhon Wiley & Sons. New York.

4) Yunus A, Michael A. Boles, 2006. Thermodynamics An Engineering Approach Fifth


Edition in SI Units. McGraw Hill Companies, Inc. Boston.
5) Media Kompas terbitan 10 Desember 2010

6) Wahyu M., Sulistyono. 2019.Sumber Limbah Dan Potensi Pencemaran Penggunaan


Sumber Daya Alam Panas Bumi Pada Industri Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi. Swara Patra.Jakarta
7) Sukir, Sunaryo. 1993. Bahaya Nuklit PLTN Terhadap Lingkungan: Suatu Antisipasi
Pencegahan. Cakrawala Pendidikan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai