Anda di halaman 1dari 15

TUGAS EKONOMI LINGKUNGAN

Disusun Oleh:
Nama : Desyana Ghafarunnisa
NIM : 212170008

MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2018
1. Hubungan Hukum I Termodinamika dengan Lingkungan

Gambar 1. Hubungan Hukum I Termodinamika dan Lingkungan

Hukum I termodinamika merupakan salah satu dari hukum fisika yang


berhubungan dengan kekekalan. Di dalam fisika kita mengenal bermacam – macam
hukum kekekalan seperti hukum kekekalan energi, hukum kekekalan massa,hukum
kekekalan momentum, dan lain-lain.
Hukum I termodinamika menyatakan bahwa "Jumlah kalor pada suatu
sistem adalah sama dengan perubahan energi di dalam sistem tersebut ditambah
dengan usaha yang dilakukan oleh sistem." Hubungan antara kalor dan lingkungan
dalam hukum I Termodinamika seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.
Energi dalam sistem adalah jumlah total semua energi molekul yang ada di
dalam sistem. Apabila sistem melakukan usaha atau sistem memperoleh kalor dari
lingkungan, maka energi dalam sistem akan naik. Sebaliknya energi dalam sistem
akan berkurang jika sistem melakukan usaha terhadap lingkungan atau sistem
memberi kalor pada lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perubahan energi dalam pada sistem tertutup merupakan selisih kalor yang diterima
dengan usaha yang dilakukan sistem.
Dari bunyi hukum I Termodinamika, maka rumus hukum I Termodinamika
dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = ∆U + W atau ∆U = Q – W atau
Dimana :
∆U : Perubahan energi dalam sistem (J)
Q : Kalor yang diterima/dilepas sistem (J)
W : Usaha (J)
Dalam termodinamika dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem adalah
kumpulan dari benda-benda atau apa saja yang diteliti atau diamati yang menjadi
pusat perhatian. Sedangkan lingkungan adalah benda-benda yang berada diluar dari
sistem tersebut. Dan sistem bersama dengan lingkungannya dinamakan dengan
semesta atau universal. Batas adalah perantara dari sistem dan lingkungan.
Contohnya : saat mengamati sebuah bejana yang berisi gas, yang dimaksud dengan
sistem dari peninjauan itu adalah gas tersebut, sedangkan lingkungannya adalah
bejana itu sendiri.
Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan sifat dari batasan dan arus
benda, energi dan materi yang melaluinya. Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis
pertukaran yang terjadi antara sistem dan lingkungan, yaitu :
1. Sistem Terbuka :
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja)
dan benda (materi) dengan lingkungannya. Sebuah pembatas memperbolehkan
pertukaran benda disebut permeabel. Contohnya : saat merebus air.
2. Sistem Tertutup :
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja)
tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Air pada gelas tertutup
merupakan salah satu contoh sistem tertutup. Dimana terjadi pertukaran panas dan
kerja tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Suatu sistem dapat
mengalami pertukaran panas, atau kerja atau keduanya biasanya dipertimbangkan
sebagai sifat pembatasnya:
 pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
 pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
Dikenal juga istilah dinding, ada dua jenis dinding yaitu dinding adiabatik
dan dinding diatermik. Dinding adiabatik adalah dinding yang mengakibatkan
kedua zat mencapai suhu secara lambat sekali. Dinding adiabatik sempurna yang
tidak memungkinkan pertukaran kalor antara dua zat. Dinding diatermik adalah
dinding yang memungkinkan kedua zat itu dengan cepat mencapai suhu yang sama.
3. Sistem Terisolasi :
Sistem yang tidak mengakibatkan terjadinya pertukaran panas, zat atau
kerja dengan lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam termos. Dalam
kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena
pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit
penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem
sama dengan energi yang keluar dari sistem.
Seperti yang kita ketahui bahwa hukum I termodinamika adalah bentuk lain
dari hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa untuk setiap proses jika kalor
/ energi(Q) diberikan kepada sistem dan sistem melakukan usaha (W) maka akan
terjadi perubahan energi dalam. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

U = Q – W

Atau dalam kaitannya dapat dinyatakan bahwa :


1. Manusia yang hidup di bumi berperan sebagai sistem.
2. Faktor-faktor yang meyebabkan terjadinya Global Warming berperan sebagai
kalor yang diterima ( Q )
3. Kegiatan atau usaha manusia yang turut mempercepat terjadinya Global
Warming berperan sebagai usaha atau kerja ( W )
4. Dampak atau hasil yang dirasakan akibat Global Warming bagi manusia
berperan sebagai perubahan energi dalam ( U )
Gambar 2. Global Warming

Global Warming ( pemanasan global ) adalah meningkatnya suhu rata-rata


permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer.
Jenis gas rumah kaca yang memberikan sumbangan besar bagi emisi gas rumah
kaca adalah CO2 ( karbon dioksida ), CH4 ( metana ), dan dinitro oksida ( N2O )
yang sebagian besar dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil ( minyak
bumi dan batu bara ) di sector energi dan transportasi, penggundulan hutan dan
pertanian. Sejak manusia menciptakan Revolusi Industri di tahun 1750 sudah mulai
terjadi perubahan. Gas CO2 menjadi sebanyak 379 ppm pada tahun 2005. Padahal
sejak zaman es sampai Revolusi Industri ( kira-kira sekitar 10.000 tahun ) gas CO2
di bumi hanya 280 ppm. Gas itu bertambah sangat cepat hanya dalam waktu 250
tahun. Kelebihan CO2 menyebabkan meningkatnya efek rumah kaca sehingga
atmosfer bumi menyerap banyak energi infra merah dan bumi menjadi panas.
Usaha atau kegiatan kita yang tidak ramah lingkungan membuat karbon
dioksida makin menumpuk di udara, seperti :
1. Menebang pohon-pohon dengan alasan yang tidak jelas lalu membakarnya.
2. Pergi ke tempat yang dekat dengan mengendarai mobil atau motor. Padahal,
kendaraan adalah penyumbang terbesar CO2. knalpotnya menyemburkan
berton-ton CO2 ke udara dan separuhnya menagndung racun yang
membahayakan tubuh kita.
3. Pemakaian listrik yang berlebihan. Semakin banyak orang memakai listrik,
pembangkit listrik akan bekerja semakin keras sehingga memerlukan banyak
bahan baker pula. Akibatnya, polusi yang dihasilkan pembangkit listrik semakin
besar.
4. Membuang sampah semabarangan.
5. Tidak menyiapkan tas belanjaan dari rumah dan menerima bila belanjaan kita
ditaruh dalam plastic.
6. Menolak tugas menyiram dan memberi pupuk tanaman di kebun.
Apabila banyak orang yang tidak peduli dengan Global Warming dan masih
banyak orang-orang yang masih banyak melakukan aktivitas-aktivitas yang
membahayakan bumi, akan banyak terjaid akibat seperti berikut :
1. Melelehnya es di kutub
Pada tahun 2000, luas es masih 7 juta km2. Namun pada saat ini, luasnya
hanya tinggal 5,3 juta km2. Gunung es Antartika di kutub selatan retak sampai lepas
dan jatuh. Ini terjadi karena es tak kuat menahan suhu bumi yang semakin panas.
Pegunungan Alpens yang tadinya sebagian besar diselubungi salju mengalami
kemerosotan deposit salju yang parah. Masih banyak lagi gunung-gunung yang
harus rela ditinggalkan oleh salju yang telah lama dimiliki, seperti gunung tertinggi
di Afrika, Kilimanjaro, Pegunungan Andes yang dikenal sebagai salah satu surga
salju di dunia, dan Puncak Jaya di Papua.
2. Permukaan laut tambah tinggi
Akibat selanjutnya, es yang mencair akan mengalir ke laut sehingga air laut
makin banyak. Dalam 100 tahun ini saja, tinggi air laut di seluruh dunia naik 10
sampai 25 cm. kalau Global Warming terus beralngsung, permukaan laut akan
semakin tinggi. Jika permukaan laut semakin tinggi, akibatnya pelabuhan, tambak
ikan, dan tempat wisata sekitar pantai bisa hancur.
3. Suhu semakin panas
Selama Global Warming terjadi kenaikan suhu. Kenaikan sebesar 10C
dalam waktu 100 atau 200 tahun sudah termasuk pemanasan global. Ilmuwan
mencatat hanya dalam waktu 100 tahun ( tahun 1906-2006), suhu planet bumi sudah
naik 0,740C padahal, selama zaman es sampai Revolusi Industri, suhu planet bumi
hanya naik 50C dalam waktu 10.000 tahun.
4. Sering terjadi hujan dan badai
Karena suhu meningkat, air tanah akan lebih cepat menguap. Akibatnya,
banyak daerah kekeringan, angina bertiup lebih kencang, badai pun lebih kencang
apalagi topan badai akan makin kuat. Kalau sudah begitu, perubahan cuaca dan
musim akan sangat tidak terduga.
5. Padang gurun akan makin luas
Tanah-tanah menjadi kering bahkan tumbuhan pun tak bisa hidup lagi.
Perlahan-lahan padang gurun pun makin bertambah luasnya.
6. Penyakit berjangkit
Udara panas dan kotor pasti akan meningkatkan polusi udara. Polusi udara
juga akan membuat kualitas air, makanan, minuman, dan udara buruk sehingga kita
bisa kurang gizi dan gampang terkena penyakit. Sinar matahari yang terik membuat
kulit kita menjadi rentan terhadap kanker dan nyamuk-nyamuk malaria lebih mudah
berkembang biak pada suhu lembap dan panas.
Solusi Untuk meeminimalisir ancaman pemanasan global adalah dengan
mulai melakukan hal-hal di bawah ini :
1. Hemat listrik. Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat
pemakaian listrik seperti: mematikan lampu dan listrik ketika sedang tidak
digunakan, menggunakan lampu hemat energi, matikan pemanas nasi selama
beberapa jam untuk mengurangi penggunaan listrik, jangan sering memasukkan
makanan panas langsung ke dalam kulkas, serta jangan sering-sering membuka
pintu kulkas terlalu lama.
2. Hematlah Pemakaian Air.
3. Reuse (Menggunakan Kembali). Misalnya, menggunakan kembali kantong
plastik untuk membawa belanjaan, membawa tas kertas sendiri dari rumah saat
berbelanja, belilah produk-produk yang bisa didisi ulang, gunakan koran atau
kertas bekas untuk membungkus barang.
4. Reduce (Mengurangi/Menghemat). Misalnya, belilah barang-barang mebel atau
peralatan dapur yang benar-benar dibutuhkan, kurangi makanan cepat saji,
kurangi penggunaan pestisida, hindari membeli produk dari hewan/tumbuhan
langka, kurangi produksi limbah rumah tangga.
5. Recycle (Mendaur Ulang). Mulailah gunakan pakaian yang cukup ramah bagi
lingkungan, gunakan botol-botol bekas untuk keperluan lain, misal jadi vas
bunga, kreasikan barang bekas menjadi barang yang memiliki nilai jual,
pisahkan sampah organik dan anorganik, buatlah pupuk kompos dari limbah
dapur dan daun/ranting pohon yang berterbaran disekitar rumah.
6. Usahakan lakukan penghijauan/reboisasi Salah satu cara termudah adalah
dengan menanam pohon pelindung disekitar rumah atau membuat taman
disekitar rumah agar rumah jadi tampak hijau.
7. Jangan sering-sering naik kendaraan pribadi. Jika memungkinkan untuk naik
angkutan umum, lebih baik anda mulai terbiasa untuk melakukannya. Selain
menghemat bahan bakar, anda juga dapat mengurangi jumlah polusi udara yang
dihasilkan dari kendaraan bermotor yang telah menyebabkan semakin
seringnya terjadi hujan asam yang merusak lingkungan.
2. Hubungan Hukum II Termodinamika dengan Lingkungan
Hukum I termodinamika menyatakan bahwa energi adalah kekal, tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari
satu bentuk ke bentuk lainnya. Berdasarkan teori ini, Anda dapat mengubah energi
kalor ke bentuk lain sesuka Anda asalkan memenuhi hukum kekekalan energi.
Namun, kenyataannya tidak demikian. Energi tidak dapat diubah
sekehendak Anda. Misalnya, Anda menjatuhkan sebuah bola besi dari suatu
ketinggian tertentu. Pada saat bola besi jatuh, energi potensialnya berubah menjadi
energi kinetik. Saat bola besi menumbuk tanah, sebagian besar energi kinetiknya
berubah menjadi energi panas dan sebagian kecil berubah menjadi energi bunyi.
Sekarang, jika prosesnya Anda balik, yaitu bola besi Anda panaskan sehingga
memiliki energi panas sebesar energi panas ketika bola besi menumbuk tanah,
mungkinkah energi ini akan berubah menjadi energi kinetik, dan kemudian berubah
menjadi energi potensial sehingga bola besi dapat naik? Peristiwa ini tidak mungkin
terjadi walau bola besi Anda panaskan sampai meleleh sekalipun.
Hal ini menunjukkan proses perubahan bentuk energi di atas hanya dapat
berlangsung dalam satu arah dan tidak dapat dibalik. Proses yang tidak dapat dibalik
arahnya dinamakan proses irreversibel. Proses yang dapat dibalik arahnya
dinamakan proses reversibel.
Peristiwa di atas mengilhami terbentuknya hukum II termodinamika.
Hukum II termodinamika membatasi perubahan energi mana yg dapat terjadi dan
yg tidak dapat terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dgn berbagai cara, antara
lain, bunyi hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor: “Kalor
mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan
tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya”.
Hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor: “Tidak
mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suat siklus yang semata-
mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi
usaha luar”.
Hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi: “Total entropi semesta
tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses
ireversibel terjadi”.
Hukum ini menerangkan bahwa setiap pemakaian suatu bentuk atau unit
energi tidak pernah tercapai efisiensi 100%. Dalam proses perubahan satu bentuk
energi menjadi bentuk energi yang lain selalu menghasilkan sisa yang disebut
dengan entropi. Sehingga hukum ini sering disebut sebagai Hukum Entropi yang
dalam buku teks berbahasa Inggris disebut dengan istilah The Law of
Entropy. Karena entropi menurut kita adalah sesuatu yang sudah tidak terpakai
maka entropi tersebut dibuang sebagai limbah. Namun tanpa kita sadari
sesungguhnya entopi tersebut masih dapat digunakan. Sebagai contoh, pada saat
pembuatan papan dari balok kayu maka entropinya adalah serbuk gergaji. Pada
hakekatnya limbah serbuk gergaji ini adalah energi juga yang berarti masih dapat
dipakai ntuk proses lainnya, misalnya sebagai bahan bakar.
Lebih ringkas dari Hukum Termodinamika II (Law of Entropy) kita dapat
memetik 2 hal, antara lain:
1. Pencemaran selalu terjadi dan tidak dapat dihindari karena adanya limbah atau
entopi.
2. Pencemaran dapat diperkecil karena sesungguhnya entropi itu adalah sisa energi
dari suatu proses. Dan karena entropi masih merupakan energi, maka entropi
dapat digunakan untuk proses lain

3. Efek Rumah Kaca


Pengertian Efek Rumah Kaca
Secara umum efek rumah kaca diartikan sebagai proses naiknya suhu bumi
yang disebabkan perubahan komposisi atmosfer. Menyebabkan sinar matahari tetap
berada di bumi dan tidak dapat dipantukan secara sempurna, keluar atmosfer.
Efek rumah kaca pertama kali dikenalkan pada masyarakat umum pada
tahun 1824 oleh ilmuwan yang bernama Joseph Fourier. Menurut pendapat yang
Joseph Fourier sampaikan pada masyarakat. Dia menganggap efek rumah kaca
adalah proses pemanasan yang disebabkan oleh komposisi atmosfer.
Apabila diartikan sesuai dengan proses dan akibat yang ditimbulkan dari
efek rumah kaca, maka sebuah fenomena alam yang terjadi karena adanya pantulan
sinar matahari yang melewati atmosfer bumi. Yang disebabkan oleh berbagai zat
yang ada di permukaan bumi, parahnya fenomena ini dapat merusak selimut
atmosfer.
Pada dasarnya efek rumah kaca merupakan fenomena alam yang wajar
terjadi. Yang menjadi permasalahan adalah, femonema ini berjalan begitu cepat.
Yang dapat mengakibatkan berbagai kerusakan di permukaan bumi.
Femonena ini dapat mengancam kehidupan manusia, dan merusak
ekosistem dan juga merusak keseimbangan lingkungan. dan yang terpenting
fenomena ini dapat menyakibatkan pemanasan global dan hal yang mengerikan
lainnya. apabila fenomena ini tidak segera ditanggulangi.

Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Gambar 3. Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Terjadinya efek rumah kaca didasari oleh sinar matahari yang dipantulkan
oleh berbagai macam benda di permukaan bumi. Dan sinar matahari yang
dipantulkan dapat merusak lapisan ozon, yang memiliki fungsi utama untuk
menghambat cahaya matahari yang berada di atmosfer.
Apabila lapisan ozon yang berada di atmosfer bumi semakin berkurang,
maka akan menyebabkan kenaikan suhu di permukaan bumi. Kondisi ini menjadi
lebih buruk karena banyaknya karbondioksida (Co2) yang ada di bumi. Karena
dapat menahan pantulan sinar matahari, sehingga suhu di bumi semakin meningkat.
Untuk menghindari kerusakan lapisan ozon pada lapisan atmofser bumi.
Maka kita harus mengurangi berbagai alat atau bahan yang dapat menghasilkan
karbondioksida (co2). Dan juga berbagai hal yang dapat mengakibatkan kerusakan
lapisan ozon lainnya.

Penyebab Efek Rumah Kaca


Faktor utama yang memicu terjadinya efek rumah kaca adalah
meningkatnya konsentrasi karbondioksida (CO2) dan gas-gas lain di atmosfer.
Peningkatan karbondioksida (CO2) di bumi disebabkan oleh banyaknya
pembakaran bahan bakar minyak dan bahan sejenisnya.
Energi yang diserap ke bumi kemudian dipantulkan lagi dalam bentuk
radiasi inframerah. Akan tetapi sebagian besar zat inframerah yang dipantulkan
oleh permukaan bumi tertahan oleh awan. Dan juga tertahan oleh zat-zat yang
mengandung karbondioksida (CO2). dan kembali lagi ke permukaan bumi.
Sebenarnya efek rumah kaca sangat diperlukan oleh bumi ini, dengan syarat
keadaanya normal dan stabil. karena dengan adanya efek rumah kaca suhu di
permukaan bumi menjadi lebih stabil. Dan dengan adanya fenomena ini menjadikan
suhu siang dan malam di bumi tidak jauh berbeda.
Tetapi efek rumah kaca yang terjadi sekarang ini tidak lagi tergolong
sabagai hal yang normal. Karena lama-kelamaan suhu di permukaan bumi kita ini
menjadi sangat panas. Karena banyak panas matahari yang tertampung di bawah
atmosfer bumi, yang seharusnya dipantulkan ke luar angkasa.
Dan suhu bumi yang meningkat inilah yang menjadi salah satu faktor yang
dapat membahayakan kehidupan manusia. Hal itu dipicu karena banyaknya
penggunaan kendaraan bermotor, gas emisi dari pabrik dan hutan yang sudah mulai
punah. Ancaman itu akan datang setiap hari, selama kita memperbaiki kehidupan
di muka bumi ini.

Zat-Zat yang dapat menimbulkan Efek Rumah Kaca


Selain disebabkan oleh banyaknya zat karbondioksida (CO2) di bumi ini.
Ternyata masih banyak zat-zat lain yang dapat memicu terjadinya efek rumah kaca.
Dan perlu kita harus mengetahui zat-zat yang dapat mempercepat terjadinya efek
rumah kaca.
1. Karbondioksida
Karbondioksida adalah sejenis senyawa kimia, zat ini terdiri dari dua atom
yaitu oksigen dengan atom karbon. Zat ini berbentuk gas pada tempetatur dan
tekanan yang normal, yang berada di atmosfer bumi. Pada umumnya konsentrasi
karbondioksida di atmosfer bumi adalah 387 ppm.
Jumlah ini bisa berganti, tergantung pada tempat dan waktu tertentu.
Karbondioksida adalah gas rumah kaca yang memiliki peranan yang penting.
Karena zat ini dapat menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Karbondioksida dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak dan bahan
sejenisnya. Apabila dalam keadaan normal maka zat karbondioksida akan
diperlukan untuk menjaga kestabilan bumi. Tetapi jika zat ini terlalu banyak berada
di atmosfer dapat mengakibatkan efek rumah kaca.

2. Belerang Dioksida (SO2)


Senyawa ini merupakan gas beracun dan juga mempunyai bau yang
menyengat. Karena batu bara dan minyak bumi mengadung senyawa ini, maka
pembakarannya menghasilkan gas belerang. Dan zat ini juga berpotensi untuk
menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.

3. Nitrogen Oksida (NOx)


Gas ini dihasilkan dari reaksi antara nitrogen dan oksigen saat terjadi
pembakaran di udara. Pada tempat-tempat dengan kepadatan lalu lintas tinggi,
nitrogen oksida dilepaskan ke udara menjadi polusi udara. Gas ini terbentuk dari
semua proses pembakaran yang ada di seluruh dunia.
4. Metana
Gas metana adalah gas yang tidak cocok dengan lingkungan, tetapi dapat
menghasilkan energy besar. Gas ini mudah terbakar akan tetapi hanya memiliki
konsetrasi di udara sebesar 5-15% saja. Sedangkan metana cair hanya dapat
terbakar apabila mengalami tekanan dengan tinggi 4-5 atmosfer.

5. Klorofluorokarbon (CFC)
Klorofluorokarbon dihentikan secara bertahap melalui Protocol
Montreal karena menyebabkan penipisan lapisan ozon. Senyawa antrogenik ini
merupakan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya efek kaca lebih
tinggi dari yang disebabkan oleh karbondioksida.

Akibat Efek Rumah Kaca

Gambar 4. Akibat Efek Rumah Kaca


Meningkatnya suhu di permukaan bumi dapat berpotensi terjadinya
perubahan iklim yang extreme di bumi. Hal ini juga dapat menimbulkan
terganggunya hutan dan ekosistem yang lain. Sehingga mengurangi kemapuannya
sebagai penyerap utama karbondioksida yang ada di bumi.
Naiknya suhu di permukaan bumi juga mengakibatkan gunung-gunung es
di kutub mencair. Yang dapat mengakibatkan naiknya air permukaan laut, yang
berpotensi untuk menenggelamkan pulau-pulau kecil di Negara kepulauan.
Menurut penelitian, efek rumah kaca telah mengakibatkan suhu di
permukaan bumi meningkat 1-5o C. apabila peningkatan suhu di permukaan bumi
tetap seperti sekarang ini. Maka hal itu akan berpotensi meningkatkan pemanasan
global 1,5-4,5o C sekitar tahun 2030.
Karena menyebabkan meningkatnya konsetrasi gas karbondioksida yang
berada di atmosfer bumi. Maka hal tersebut menjadikan atmosfer bumi menyerap
gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi. Yang akan menimbulkan
suhu dipermukaan bumi meningkat.
Pada intinya kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi tidak
sepenuhnya karena pengaruh alam. Akan tetapi juga adanya tangan-tangan jahil
yang merusak alam ini untuk keperluan pribadi mereka. Tanpa memikirkan dampak
yang akan terjadi pada bumi ini kedepannya.
Karena bumi ini adalah tempat tinggal kita, marilah kita menjaga kelestarian
bumi kita ini, seperti halnya kita menjaga diri kita dan keluarga kita. Jangan karena
kepentingan pribadi kita, kita rela merusak bumi ini. Yang akan berdampak buruk
kepada seluruh makhluk yang hidup di dalamnya.

Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/12687262/MAKALAH_PEMANASAN_GLOBAL_FI
SIKA_FIX?auto=download

http://www.informasi-pendidikan.com/2015/02/hukum-i-termodinamika.html

http://thermo-desty.blogspot.co.id/2015/03/sistem-dan-lingkungan-
termodinamika.html

https://www.scribd.com/doc/14650963/hubungan-hukum-termodinamika-1-
dengan-global-warming

https://safakmuhammad.wordpress.com/2012/04/30/hukum-ii-termodinamika/

http://mempelajari-fisika.blogspot.com/2016/04/rumus-dan-pengertian-hukum-
ii.html

https://karyapemuda.com/pengertian-efek-rumah-kaca/

Anda mungkin juga menyukai